Lantunan musik tradisional Korea itu terus berputar hangat di pendengaran Kyungsoo, membuat gadis itu mendesah bosan beberapa kali.

"Apa begini pernikahan keturunan bangsawan itu?" Tao yang tak kalah merasa bosan segera berujar, meneguk minumannya dengan kasar.

Would You Be Mine ?

.

By. Melanie

.

FanFiction

.

Chapter :: 1

.

Pair :: Kaisoo and other exo couple

Genre :: Romance, drama, hurt.

.

Rate :: T

.

Warning :: GS

"Ini membosankan." Luhan ikut-ikutan berujar.

Kyungsoo tak menanggapi, hanya tersenyum singkat mendengar ucapan dua perempuan itu.

"Bagaimana bisa perempuan sesempurna Baekhyun mau menjalani ritual pernikahan rumit begini? Bahkan pernikahannya terkesan seperti pernikahan zaman kerajaan dulu." Tao kembali mencibir, menatap Baekhyun dan Chanyeol yang duduk berdampingan disana.

"Sudahlah~ yang paling merasa bosan adalah Baekhyun disini. Perempuan bebas seperti dia yang kemana-mana tak ingin diikat sekarang malah duduk diam seraya mendengarkan musik tradisional itu untuk beberapa jam, tak boleh bergerak dan berbicara seperti kita ini. Dia yang lebih tersiksa." Kyungsoo berujar, menyadarkan dua gadis yang sejak tadi tampak kesal. "Dia tak mengeluh sama sekali." Sambung Kyungsoo.

"Tentu saja dia tak mengeluh." Ujar Tao.

"Jika dia mengeluh maka halmonie yang duduk disampingnya itu akan segera membatalkan pernikahan mereka." Luhan menyambung ucapan Tao seraya menatap nenek yang duduk di samping Baekhyun. "Bahkan halmonie itu masih bersemangat, tak ada kejenuhan sama sekali di wajahnya." Ujar Luhan masih menatap nenek itu.

Kyungsoo dan Tao menatap objek yang dipandang Luhan dan mengangguk. "Benar. Aku dengar itu halmonie Chanyeol dari ummanya. Dan aku dengar lagi umma Chanyeol itu masih berdarah bangsawan."

"Bangsawan kerajaan apa? Silla? Joseon?" Tanya Kyungsoo seraya terkekeh.

Mereka tertawa bersamaan mendengar pertanyaan Kyungsoo. "Aku kira kerajaan yang lebih tua lagi sampai mereka harus membudidayakan ritual mengerikan itu di dunia modern seperti sekarang." Jawab Tao.

Mereka terkekeh lagi, sepertinya benar-benar puas membicarakan ritual kuno yang tengah dijalani Chanyeol dan Baekhyun.

"Baekhyun tampak seperti badut, memakai bulatan merah di kedua pipinya." Luhan yang kembali menatap Baekhyun didepan sana mulai menahan tawa. "Tak pernah dia sekonyol ini. Biasanya dia akan berdandan alami dan akan marah jika aku berikan lipstik senada dengan warna bibirnya. Sekarang malah lipstik merah darah itu dia poleskan di kedua pipinya." Ujar Luhan lagi, masih menahan tawa.

Kyungsoo dan Tao ikut menahan tawa. "Cukup Luhan-ah. Jangan menganggunya lagi. Dia sudah menderita karena pernikahan ini dan jangan tambah lagi penderitaannya." Ujar Kyungsoo.

"Salah siapa menerima lamaran Chanyeol itu? Harusnya dia sudah tahu dari lama jika umma Chanyeol itu keturunan bangsawan dan sudah memikirkan dampak membosankan begini dalam pernikahannya." Tao berkomentar.

"Mau bagaimana lagi. Dia sudah terlanjur mencintai lelaki itu, mau mundurpun tak akan bisa. Pasrah dan menerima adalah jalan satu-satunya." Ujar Kyungsoo.

Luhan mengangguk. "Benar. Aku yakin jika tak dilandasi cinta yang begitu kuat, Baekhyun mungkin sudah berteriak gila-gilaan untuk menyerukan rasa bosannya disana, tapi lihat." Luhan menunjuk Baekhyun dengan dagunya.

Kyungsoo dan Tao menahan kekehannya saat mendapati mata Baekhyun terpejam sebentar, lalu terbuka lagi. Walau sedikit jauh jarak mereka duduk dengan tempat upacara itu tapi mereka bisa melihat dengan jelas mata Baekhyun yang sudah tak bisa diajak berkompromi lagi, diambang batas terbukanya.

"Ya Tuhan. Ada yang bisa menyelamatkan dia dari sana?" Tanya Tao.

Tawa Kyungsoo dan Luhan pecah, sungguh menikmati wajah menderita Baekhyun dari tempat mereka duduk.

"Tak ada yang bisa menyelamatkan dia gara-gara pangerannya ada disana, malah menjerumuskannya." Jawab Luhan diantara tawa.

"Ya Tuhan, kuharap dia bertahan untuk beberapa jam kedepan." Ujar Kyungsoo, tulus berharap untuk kesanggupan sepupunya.

"Sayang~"

Mengetahui gelagat mengantuk Baekhyun, Chanyeol segera mengenggam tangan kiri Baekhyun, menyembunyikan tautan tangan mereka dalam lengan pakaian luar biasa besar yang mereka tengah kenakan.

"Hm?" Jawab Baekhyun lirih, mencoba membuka matanya dan menggerakkan kepalanya kesamping. Mahkota luar biasa berat itu ada diatas kepala Baekhyun dan bagaimana dia bisa membawa mahkota berat itu selama beberapa jam terakhir ini? Baekhyun saja salut oleh ketahanan tubuhnya.

"Sebentar lagi." Chanyeol berujar masih berbisik, tak menatap Baekhyun karena di hadapannya para tetua masih melangsungkan upacara. Bisa habis dia jika ketahuan berbicara.

"Iya. Aku mengerti~" Baekhyun balas berbisik, mengeratkan genggaman tangannya di tangan Chanyeol seolah mencari pegangan.

"Tapi pakaian ini membuat tubuhku berkeringan Yeol-ah~" Baekhyun hampir menangis. "Bahkan mahkota ini membuat leherku semakin tertanam. Aku merasa leherku memendek karena beban berat ini…" Rengek Baekhyun.

"Ssst…" Chanyeol mengusap punggung tangan Baekhyun beberapa kali, mencoba membuat gadis itu nyaman dengan usapannya. "Sebentar lagi ya? Tolong bertahan untukku." Bisik Chanyeol lagi.

"Hmaku mengerti." Baekhyun berujar lemah, menegakkan tubuhnya dan berusaha meringankan mahkota seberat baja itu diatas kepalanya. Baekhyun harus berusaha nyaman dengan pakaian yang ia kenakan agar bisa melewati masa sulit ini, Baekhyun mencoba.

'Setidaknya ada Chanyeol disampingku.' Batin Baekhyun sebelum kembali menatap fokus akan tetua yang masih saja mengumandangkan syair yang Baekhyun tak mengerti. 'Dan kau harus membayar untuk ini setelahnya, sayang.' Batin Baekhyun lagi, kali ini gadis itu bisa tersenyum walau sekilas.

| From: Byun Baekhyun

Selamatkan aku. Save me. |

Pesan singkat yang masuk ke ponsel Kyungsoo sontak membuat tawaan tiga gadis itu menguar lagi. Mereka segera menatap asal upacara dan mendapati tatapan memohon Baekhyun pada mereka.

| To: Byun Baekhyun

Minta Chanyeol menyelamatkanmu. |

Tao yang membalas pesan singkat itu, sejak tadi dirinya begitu ingin mengolok Baekhyun.

| From: Byun Baekhyun

Tak bisa, dia malah mengatakan bertahan saja. Kepalaku sudah hampir pecah memakai mahkota ini dan syair yang mereka lantunkan membuatku ingin tertidur. Tak bisakah kalian menyelamatkanku? |

"Biar aku." Luhan merampas ponsel dari tangan Tao dan mengetikkan balasan untuk Baekhyun.

| To: Byun Baekhyun

Dan kami dirajam habis-habisan oleh pihak kerajaan karena menggagalkan pernikahan keturunannya. Mengerikan sekali jika itu terjadi. |

Luhan menahan senyum kala melihat balasan pesannya sudah terkirim.

| From: Byun Baekhyun

Tapi ini menyiksaku. Tolong. Please save me. |

Balas Baekhyun lagi.

| To: Byun Baekhyun

Sudah. Nikmati saja sayang. |

Kali ini Kyungsoo yang membalas. Mereka bertiga kembali menatap Baekhyun disana dan tersenyum seraya mengepalkan tangannya tanda menyemangati Baekhyun.

Baekhyun tersenyum lemah dan mengangguk lirih.

"Lehernya kram. Tak bisa ditawar lagi." Ujar Luhan seraya terkekeh.

"Bahkan keringatnya sudah membajiri seluruh tubuhnya. Coba saja." Tebak Tao.

"Kalian ini, sudah jangan mengejeknya lagi. Jika kalian yang berada diposisinya bagaimana?" Tanya Kyungsoo.

"Tak akan. Itu mengerikan sekali." Tao segera berujar, bergidik ngeri. "Untung Kris-ku dari keluarga biasa saja, mengerikan jika berasal dari kalangan bangsawan juga. Mungkin aku akan meminta disuntikkan daya tahan tubuh setiap harinya sebelum upacara membosankan itu tiba." Sambung Tao.

"Aku juga. Ini mimpi buruk dan Sehun tak akan mau membuatku sengsara." Ujar Luhan. "Beruntung kita tak jatuh cinta dengan kalangan bangsawan." Sambung Luhan.

"Benar." Tao menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Tapi bagaimana denganmu, eonnie? Hanya kau yang betah menyendiri diantara kami. Kau tak mau melirik lelaki yang mengejarmu?" Tanya Tao, baru menyadari kesendirian Kyungsoo selama ini dan gadis itu betah.

Kyungsoo menggeleng. "Aku belum berpikir sampai di sana." Jawabnya.

"Ayolah. Bahkan kau didahului Baekhyun, kau tak mencemaskan dirimu sendiri?" Tanya Luhan.

Kyungsoo kembali menggeleng. "Jika aku ditakdirkan akan menikah ya akan menikah. Hanya saja aku belum menemukan pasangan yang tepat." Jawab Kyungsoo.

"Siapa lagi yang ingin kau temukan?" Tanya Tao.

"Junmyeon? Kau tolak dengan alasan kau menganggapnya saudara." Ujar Luhan.

"Kenapa mendadak membicarakan Junmyeon?" Kyungsoo mengerutkan dahi.

"Jelas. Dia adalah salah satu korban yang kau tolak mentah-mentah diantara ratusan lelaki yang menyatakan perasaannya padamu." Jawab Luhan cepat.

"Lagipula kau ingin mendapatkan lelaki yang seperti apa eonnie? Seperti Chanyeol dari kalangan bangsawan begitu?" Tanya Tao.

Kyungsoo tersenyum. "Boleh. Jika Chanyeol mempunyai adik lelaki maka aku mau menikahi adiknya." Jawab Kyungsoo.

"Dan mengikuti ritual yang bahkan halmoni serta harabojienya turun tangan? Oh tolonglah eonnie. Kau tak sekuat Baekhyun." Ujar Tao lagi.

Kyungsoo mengendikkan bahunya sekilas. "Aku hanya menjawab pertanyaan kalian saja tadi dan bukankah Chanyeol tak memiliki adik? Kenapa kalian heboh begini?" Tanya Kyungsoo.

"Ah~ benar juga." Tao dan Luhan mengangguk. "Tapi lebih baik kau segera memilih lelaki eonnie. Baekhyun saja sudah menikah, kau tak mau dikalahkan olehnya bukan?" Tanya Tao.

"Jodoh Baekhyun datang cepat dan jodohku datang agak terlambat, jadi kenapa aku harus mencarinya kepenjuru dunia jika dia belum datang?" Tanya Kyungsoo. "Bahkan Kris dan Sehun bisa saja bukan jodoh kalian." Sambungnya.

"YA DO KYUNGSOO!" Teriak Tao dan Luhan bersamaan.

Serangkaian upacara melelahkan itu dijalani oleh Baekhyun dan Chanyeol tanpa kendala, mengalir sampai malam menyapa mereka. Dan karena malam adalah khusus pesta untuk teman mereka, Baekhyun sudah berbalut gaun indah kini, melepas semua atribut bangsawan yang ia kenakan dari pagi hari sampai sore tadi.

"Akhirnya." Tao menggandeng lengan kiri Baekhyun saat melihat gadis itu mendekati mereka.

"Aku merindukan kalian." Baekhyun memeluk tubuh tiga orang itu cepat.

"Iya. Kami juga." Kyungsoo menjawab saat pelukan mereka sudah selesai.

"Bagaimana Baekhyun-ah? Kau baik-baik saja?" Luhan segera bertanya dan menatap cemas akan Baekhyun.

"Hm… leherku sedikit kram dan tubuhku nyaris mati rasa. Nanti setelah berdua dengan Chanyeol aku akan meminta lelaki itu untuk memijat tubuhku." Ujar Baekhyun.

"Bukan memijatkanmu, dia malah menorehkan tanda disana-sini nanti." Ujar Tao cepat, membuat Baekhyun menunduk dengan rona malu.

"Ya~ kalian seharusnya jangan mengingatkanku akan hal itu." Ujar Baekhyun, membuat Kyungsoo, Tao dan Luhan terkekeh sebentar.

"Tapi aku lihat kau baik-baik saja. Malah wajahmu semakin merona." Ujar Kyungsoo.

"Benar. Apa menjadi istri kalangan bangsawan begitu membahagiakan seperti ini?" Selidik Luhan.

"Ya~" Baekhyun mencubit lengan Luhan sekilas, membuat Luhan meringis tertahan.

"Sakit Baek" Ujar Luhan seraya mengusap lengannya beberapa kali.

"Makanya jangan menggodaku lagi." Cibir Baekhyun.

"Wajah bahagiamu itu membuat kami ingin selalu menggodamu." Jawab Tao.

"Ya~ kalian kenapa malah membuatku semakin gugup begini?" Baekhyun menatap tiga perempuan itu dengan wajah cemberut, pura-pura merajuk.

"Kapan lagi kami bisa menggodamu begini eonnie? Bahkan tinggal menghitung detik kau akan menjadi milik Chanyeol itu mutlak, kami tak bisa menggodamu lagi." Ujar Luhan.

"Kyungie. Bantu aku." Baekhyun mendekat kearah Kyungsoo, membuat pelukan Tao di lengannya berakhir dan segera meminta perlindungan Kyungsoo. "Mereka menjahatiku, Kyungie-ya." Rengek Baekhyun lagi.

"Tapi aku setuju dengan mereka." Jawab Kyungsoo.

"YA! Kau ini." Baekhyun menahan teriakannya, kesal mendapati ucapan Kyungsoo.

Mereka kembali terkekeh melihat wajah Baekhyun.

"Sudahlah Onnie. Kapan lagi mendengar godaan kami? Jangan mempermasalahkan itu lagi dan cepat panggil pelayan. Kami sudah sangat lapar sejak tadi siang hanya disugukan minuman saja." Ujar Tao.

"Makanan? Kalian pikir aku tak tahu?" Dengus Baekhyun.

"Apa?" Tanya Luhan.

"Kalian makan dengan lahapnya dan membiarkan aku mati kelaparan menahan panas disana. Kalian pikir aku tak tahu kalian membawa pizza dari Seoul tadi?" Tanya Baekhyun.

"Aigoo~ mata anak ini patut dicemaskan. Dari jarak jauh saja dia bisa mengenali kotak yang kita bawa tadi." Tao menggelengkan kepalanya, berpura-pura frustasi.

"Benar. Chanyeol tak akan bisa berselingkuh jika begini." Timpal Kyungsoo.

"Jika dia melakukan itu." Baekhyun menggeram. "Akan kuhabisi dia." Ujarnya dengan mengepalkan tangan.

"Aigoo~"

Mereka tertawa lagi.

"Sudah jangan tertawa terus. Mana kado pernikahanku?" Baekhyun menginterupsi tawaan itu dan menatap mereka dengan penuh tuntutan.

"Dalam perjalanan. Kris dan Sehun masih ada kerjaan dan baru bisa kesini sore tadi, sebentar lagi mereka datang." Jawab Tao.

"Ah~ pantas sejak tadi aku tak melihat dua orang itu." Ujar Baekhyun. "Lalu Junmyeon-mu mana Kyungie?" Baekhyun menyenggol bahu Kyungsoo, balas menggoda gadis itu.

"Apa? Junmyeon-ku?" Kyungsoo mendelik, seakan kesal dengan panggilan itu.

"Tentu saja. Junmyeon-nya Kyungsoo mana?" Tao balas menggoda.

"Aish! Kenapa malah sekarang aku yang dipojokkan?" Ratap Kyungsoo.

Tawaan itu kembali meluncur, menertawakan Kyungsoo yang tampak frustasi.

Kyungsoo diam, membiarkan tiga orang itu menertawakannya. Gadis itu lebih memilih mengedarkan pandangan dan sejauh mata memandang hanya ada tamu yang kebetulan teman-teman bisnis Chanyeol, Kyungsoo tak terlalu mengenalnya, sampai mata Kyungsoo berhenti tepat pada sosok Chanyeol yang tengah berbincang akrab dengan seseorang.

"Siapa dia?" Kyungsoo bertanya pada Baekhyun tetapi matanya masih menatap sosok asing itu.

"Ah~" Baekhyun ikut menatap arah pandang Kyungsoo agar bisa menjawab pertanyaan gadis itu. "Oh dia…" Ujar Baekhyun. "Dia Kim Jongin, sepupu Chanyeol." Jawab Baekhyun.

"Aku tak pernah tahu jika Chanyeol memiliki sepupu." Ujar Tao.

"Apa bisa dibilang itu si Kim itu adik Chanyeol?" Tanya Luhan.

Baekhyun mengangguk. "Bisa. Mereka dekat seperti saudara dan Chanyeol menganggapnya adik kandung." Jawab Baekhyun.

"Wah! Sekarang giliranmu eonnie." Tao menatap Kyungsoo licik.

"Ah? Apa?" Kyungsoo terkesiap lalu segera menatap Tao.

"Adik Chanyeol." Ujar Luhan tak kalah licik.

"Ada apa? Kenapa dengan adik Chanyeol?" Tanya Baekhyun.

"Tadi kami membahas upacara pernikahanmu dan bersyukur jika Kris serta Sehun bukan dari keluarga bangsawan."

"YA!" Baekhyun sedikit berteriak, melotot tajam pada Luhan dan Tao.

"Tenang dulu Baekie." Luhan segera menambahkan.

"Iya. Kau main emosi saja." Cibir Ryewook.

"Masalahnya kalian mengejek suamiku." Ujar Baekhyun.

"Aish! Permasalahnnya bukan itu." Seru Tao.

"Apa?" Tuntut Baekhyun.

"Kami membicarakan lelaki yang ingin dinikahi Kyungsoo dan dia bilang dia akan menikahi adik Chanyeol. Bagaimana menurutmu, bukankah dia sekarang kena batunya?" Tanya Tao.

"OMO! Kau mengatakan begitu kyung?" Baekhyun menatap Kyungsoo lekat.

"Aku.. aku hanya bercanda saja agar mereka diam tadi." Ujar Kyungsoo.

"Tapi ucapanmu itu menjadi nyata Kyungie. Hadapilah adik sepupunya Chanyeol. Kim Jongin itu… kau harus menikahinya secepat mungkin." Seru Luhan dan Tao.

"Kalian gila?" Tanya Kyungsoo panik, melirik sebentar sosok yang masih berbincang hangat dengan Chanyeol.

"Iya. Kalian jangan gila." Baekhyun ikut berseru.

"Kenapa?" Tanya Luhan.

"Dia, Kim Jongin itu cucu yang paling dekat sekaligus cucu tersayang halmonie. Dia besar dan tumbuh di lingkungan kuno ini dan kalian bisa pikirkan bagaimana disayangnya dia oleh halmonie. Aku dengar saat dia menuntut ilmu, kuliah keluar Negeri saja mendapat banyak rintangan, untunglah halmonie mau melepasnya dengan bujukan dan rayuan yang sedikit lama." Ujar Baekhyun.

"Lalu apa masalahnya?" Tanya Tao.

"Tentu ada masalahnya. Karena dia cucu kesayangan dan sangat dekat dengan lingkungan ini maka dia tak bisa seenaknya, begitu juga dengan menikah. Dia akan dijodohkan dan halmonie sendiri yang akan mencarikannya istri." Ujar Baekhyun.

"Hah! Dijodohkan? Yang benar saja? Dia mau?" Tanya Tao.

Baekhyun mengendikkan kedua bahu. "Mau bagaimana lagi. Kim Jongin itu sudah memohon untuk kelangsungan sekolahnya dulu. Memohon untuk pertama dan terakhir kalinya. Dan masalah istri dia tak bisa memohon lagi, bahasa kasarnya dia pasrah akan keputusan keluarga nanti." Jawab Baekhyun.

"Ah~ mengerikan sekali. Dia lelaki dan kenapa tak boleh menentukan siapa gadis yang akan dinikahinya?" Tanya Luhan.

"Peraturan, Luhan-ah. Adat kita berbeda dengan adat mereka. Jadi mau menolak ataupun melawan percuma saja." Ujar Baekhyun lagi.

"Tenang kyungie. Kau bisa menggoda Kim Jongin itu dan mengatakan jika kau mau menikah dengannya. Nanti dia akan mengenalkanmu pada haraboji serta halmonie kesayangannya itu dan BANG! Kau akan menikah dengannya, menikahi tuan Kim Jongin itu." Ujar Tao.

"Itu juga tak bisa." Baekhyun yang menjawab.

"Kenapa?" Kali ini Kyungsoo yang bertanya.

"Karena dari berita yang beredar, halmonie sudah menetapkan calon untuknya." Jawab Baekhyun lagi.

"Benarkah?" Kyungsoo sedikit membulatkan matanya.

Baekhyun mengangguk. "Jika bukan gadis dari keluarga Seo, dia akan menikah dengan gadis dari keluarga Lee, atau jika tidak gadis dari keluarga Jung." Ujar Baekhyun.

"Apa?" Kali ini mata Kyungsoo membulat sempurna.

Kyungsoo mengikuti acara penutupan itu karena Baekhyun memintanya. Selain dihadiri orang tua, Baekhyun meminta Kyungsoo ikut menjadi walinya juga.

Kyungsoo diam dalam duduk tetapi matanya sesekali menatap kedepan, pada wajah tampan milik lelaki bermarga Kim itu.

Lelaki itu juga tampak tenang dalam duduknya, tak risih sama sekali dan mau mendengarkan dengan seksama upacara itu.

Kyungsoo menggigit sekilas bibirnya lalu menunduk, menyesalkan dirinya kenapa harus hidup di dunia modern seperti di Seoul. 'Beruntungnya menjadi gadis dari keluarga Seo, Lee dan Jung itu.' Batin Kyungsoo.

Dan entah bagaimana ceritanya Kyungsoo sungguh-sungguh jatuh cinta akan sosok Jongin. Lelaki itu, dari punggungnya saja sudah membuat Kyungsoo lupa diri, apalagi menatap wajahnya, Kyungsoo bisa gila dalam sekejap. Tak pernah dia merasakan perasaan semenggebu ini pada lelaki lain. Bahkan pada Junmyeon yang sangat dekat dengannya juga tidak.

Tapi bagaimana sekarang? Kenapa dia malah dibutakan dengan sosok asing itu? Bagaimanapun Kyungsoo merasa aneh dengan dirinya sendiri. Ini terlalu cepat untuk dikatakan cinta dan saat Kyungsoo ingin menampiknya tetap saja rasa hangat itu kembali hadir, lalu dampaknya membuat Kyungsoo harus kembali melirik sosok didepan sana.

Dan untuk tatapan kali ini berbeda. Tiba-tiba saja lelaki itu juga menatapnya, membuat mata mereka berdua bertemu tatap. Kyungsoo kaget, lalu mulai menunduk salah tingkah. Apa lelaki itu merasa diperhatikan sejak tadi? Apa dia curiga? Kyungsoo mati kutu untuk beberapa saat dan tak berani mendongakkan kepalanya.

Kyungsoo mengumpat dalam hati atas kelancangan matanya yang terus melirik lelaki itu. Baru saja akan menjalankan misi mendekati lelaki itu tetapi sudah kalah telak diawal.

Tsk!

"Kemana perginya dua pasangan super cerewet itu tadi?" Saat upacara penutupan selesai Chanyeol segera bertanya pada Baekhyun.

"Mereka sudah pulang sejak tadi, sebelum upacara penutupan dimulai." Jawab Baekhyun.

"Ah~ jarak Seoul kesini memang jauh, pantas mereka cepat pulang." Ujar Chanyeol seraya mulai menarik Baekhyun agar duduk di lantai yang beralaskan bantal khusus untuk duduk itu.

"Apa lelah?" Tanya Chanyeol seraya mengusap pipi Baekhyun.

Baekhyun menggeleng seraya tersenyum. "Lelahnya berkurang." Jawabnya.

Chanyeol tersenyum. "Ah~ mana Jongin tadi?" Chanyeol mengedarkan pandangan.

"Yeol-ah." Baekhyun memanggil suaminya sebentar.

"Hm?" Chanyeol segera menatap Baekhyun. "Ada apa sayang?" Jawabnya, kembali mengusap pipi Baekhyun. "Tak sabar ingin melanjutkan yang lebih?" Kali ini Chanyeol berbisik, membuat rona merah itu tercetak jelas di kedua pipi Baekhyun.

"Bodoh! Bukan itu." Baekhyun mendorong dada Chanyeol yang entah sejak kapan sudah berada sangat dekat dengan dadanya.

"Lalu apa?" Tanya Chanyeol heran.

"Itu… Kim Jonginmu itu bisakah kau kenalkan pada sepupuku?" Tanya Baekhyun.

"Do Kyungsoo?" Tanya Chanyeol.

Baekhyun segera mengangguk. "Bisa tidak?" Tanya Baekhyun.

"Boleh. Hanya berkenalan saja bukan?" Ujarnya.

Baekhyun kembali mengangguk. "Jika perlu kau nikahkan mereka." Ujar Baekhyun.

"Kau gila? Aku bisa dibunuh halmonie." Ujar Chanyeol sedikit meninggikan suaranya.

"Baiklah, baiklah. Hanya berkenalan." Ujar Baekhyun.

"Memangnya ada apa? Kyungsoo menyukai Jongin?" Tanya Chanyeol penasaran.

"Sepertinya cinta pada pandangan pertama." Ujar Baekhyun.

"Miris sekali. Kenapa Kyungsoo mengikuti jejak kita?" Tanya Chanyeol.

"Jejakmu." Koreksi Baekhyun cepat. "Kau yang jatuh cinta lebih dulu padaku." Tambahnya.

Chanyeol terkekeh mendengar ucapan gadis itu sebelum mengecup lembut bibir istrinya.

"Jongin-ah, ini Do Kyungsoo. sepupu istriku." Chanyeol segera memperkenalkan mereka berdua saat sudah berhadapan.

"Ah~ aku Kim Jongin." Jongin berujar, belum mau menatap mata Kyungsoo dan membungkuk sekilas.

"Do Kyungsoo." Balas Kyungsoo seraya membungkuk.

"Karena beberapa bulan ini Kyungsoo tak boleh pulang karena terikat akan aturan adat pernikahan, jadi mohon kau ikut menjaga Kyungsooya jongin" Ujar Baekhyun.

"Iya. Akan aku usahakan nanti noona." Jawabnya.

Kyungsoo menatap lelaki itu dengan lekat. Kim Jongin begitu kaku untuk ukuran lelaki pada umumnya.

"Apa ada yang salah di wajahku?" Jongin yang memberanikan diri menatap Kyungsoo kembali memergoki ulah gadis itu, menatap intens wajahnya.

"Tidak ada. Maaf." Ujar Kyungsoo cepat.

Jongin mengangguk kikuk. "Dimana sunbaenim akan tidur malam ini?" Tanya Jongin pada Kyungsoo.

"Apa? Sunbaenim? Kau kira dia seniormu? Panggil noona saja Jongin-ah, dia kakakmu sekarang." Ujar Baekhyun.

"Ah~ iya. Jika Noona-nim tidak keberatan." Jongin menatap Kyungsoo.

Kyungsoo tersenyum salah tingkah. "Tentu tidak." Jawabnya.

"Dan masalah menginap, bagaimana Kyungsoo tidur rumahmu saja Jongin." Ujar Chanyeol cepat.

"Apa?" Jongin dan Kyungsoo bertanya bersamaan. "Kau gila hyung?" Tanya Jongin.

"Jika disini Kyungsoo akan tidur di luar. Apa kau tak tahu jika orang tuaku, orang tua Baekhyun, halmonie, haraboji bahkan para tetua akan menginap disini? Kyungsoo ingin ditempatkan dimana?" Tanya Chanyeol.

Jongin terdiam. Membenarkan setiap ucapan Chanyeol. "Jika begitu, apa noona-nim mau menginap sementara di rumahku?" Tanya Jongin ramah.

Kyungsoo mengangguk perlahan. "Jika tak menyusahkanmu." Ujar Kyungsoo.

Jongin tersenyum sekilas. "Tentu tidak. Nanti kita kembali bersama orang tuaku. Rumahku dekat dari sini. Tinggal jalan kaki saja." Ujarnya.

"Ah~ iya." Kyungsoo kembali mengangguk.

Empat orang itu berjalan di bawah langit kelam, tak ada yang berniat membuka suara sejak tadi.

Kyungsoo yang kewalahan menggunakan hak tingginya berjalan sejauh itu mulai mendesah lelah. Tadi kata Jongin rumahnya dekat, sejauh ini dibilang dekat? Kyungsoo merutuk dalam hati dan menyayangkan betisnya yang membengkak besok pagi.

Tanpa Kyungsoo sadari, sejak tadi tatapan wanita paruh baya yang berjalan di sebelahnya sudah tercipta, memandangnya lekat.

"Dimana kau mendapatkan anak ini Jongin?"

Suara ibu Jongin terdengar, membuat Kyungsoo mengerutkan dahinya karena tak mengerti ucapan ibu Jongin itu. Bahasa daerah.

Jongin yang berjalan beriringan dengan ayahnya tepat didepan Kyungsoo hanya bisa tersenyum. "Dia sepupu Baekhyun noona, umma." Jongin juga menjawab dengan bahasa daerah, tambah membuat Kyungsoo tak mengerti.

"Aigoo~ anak kecil seperti ini kenapa bisa masuk kelingkungan kita? Jika tetangga tahu ada gadis berdandan begini heboh maka akan dikatakan penjaga kedai di Seoul sana." Cibir ibunya, masih menatap Kyungsoo.

Kyungsoo mengerucutkan bibir sekilas. Walau dia tak mengerti ucapan mereka, tapi tatapan menusuk wanita paruh baya itu terarah padanya, bagaimana Kyungsoo tak tersinggung.

Jongin terkekeh. "Gadis desa dengan gadis kota berbeda umma." Jawab Jongin.

"Benar Chul-ah. Mana ada gadis kota yang berpakaian hanbok. Mati kepanasan mereka." Ayahnya yang sejak tadi diam mulai berujar.

"Tapi Hannie. Lihat gadis kecil ini, berdandan seperti itu apa dia pikir dia terlihat cantik?" Tanya ibu Jongin.

"Dia hanya memoles sedikit wajahnya dengan bedak umma. Dan memakai sepatu hak tinggi itu bukan dandanan yang wah." Bela Jongin.

"Benar. Sudah jangan mengejek anak gadis orang." Hangeng kembali berujar, terus berjalan tanpa mau menatap kebelakang.

"Haah~ baiklah. Gadis kecil seperti dia bisa dimaafkan. Mungkin dia baru menginjak masa puber, jadi begini." Ujar Heechul lagi.

"Umma. Dia bahkan lebih tua satu tahun dariku." Jawab Jongin.

"Apa?" Heechul berteriak lantang, menatap Kyungsoo lagi tak percaya. "Tidak mungkin. Apa yang ia tanamkan pada wajahnya?" Sambung Heechul.

Kyungsoo menunduk. Sungguh tak mengerti akan perbincangan tiga orang itu dan tak berniat menanyakannya.

Jongin menghentikan langkah dan menatap kebelakang, tepat pada Kyungsoo.

"Apa lelah?" Tanya Jongin.

"Ah~ sedikit." Ujar Kyungsoo, ikut menghentikan langkahnya sehingga kini mereka berhadapan.

"Tinggal satu turunan dan satu tanjakan lagi, di dekat bukit itu rumahnya." Ujar Heechul, kali ini dengan bahasa Seoul yang Kyungsoo mengerti.

Kyungsoo menatap arah bukit dan dari temaramnya langit Kyungsoo bisa mengetahui jarak itu sungguh jauh. "Kau bilang dari rumah Chanyeol tadi dekat." Kyungsoo mengerucutkan bibirnya sekilas, menatap Jongin kesal.

Jongin terkekeh. "Maaf. Aku lupa jika noona-nim datang dari Seoul dan tak pernah berjalan kaki." Ujar Jongin. "Naik ke punggungku saja bagaimana? Aku akan menggendong noona-nim." Ujar Jongin.

"Jangan gila Jongin." Heechul yang sudah berada di samping Hangeng segera menatap Jongin. "Apa kata tetangga jika melihatmu menggendong anak gadis orang yang bahkan bukan siapa-siapa kita." Ujar Heechul lagi.

"Dia keluarga kita umma. Keluarga Baekhyun noona." Jawab Jongin.

"Chullie, biarkan Jongin menggendongnya. Tak bisa kita memaksakan anak gadis orang berjalan jauh begini." Hangeng segera berujar.

"Tapi Hannie, bahkan rumah kita dekat."

"Dekat menurut kita, bagi gadis itu?" Tanya Hangeng.

"Aish! Terserah saja." Heechul menghentakkan kakinya sekilas lalu melangkah lebih dulu.

"Aku juga menggendongmu, bagaimana?" Hangeng segera menyusul.

"Tidak! Aku marah denganmu yang sejak tadi tak pernah membelaku." Jawab Heechul.

"Ayolah sayang. Jangan mencemburui Jongin dan kekasihnya."

"Apa? Bahkan kita belum mengenal gadis itu, bagaimana bisa menjadi kekasih Jongin."

Jongin dan Kyungsoo menatap dua orang itu sampai mengecil di turunan jalan tetapi masih dapat mereka dengar suara samar-samar Heechul dan Hangeng disana.

Ibu Jongin sungguh sinis padanya, Kyungsoo sedikit takut kala tatapan tajam dan ucapan sinis milik wanita paruh baya itu terpancar untuknya. Wanita paruh baya itu tak menunjukkan sikap ramah sama sekali pada Kyungsoo.

Kyungsoo menggigit bibirnya sekilas. Sudah sangat jelas jika ibu Jongin anti dengan gadis kota seperti dirinya. Kyungsoo sudah kalah telak di dua babak dan sepertinya tak memiliki harapan untuk menang.

"Haah~" Kyungsoo mendesah lirih, terdengar pasrah.

.

~oOo~

.

T. B. C

Mind to RnR ? ^^