Balas dendam bisa membuat orang gelap mata.

Tapi membalas dendam kepada orang yang tidak ada bagaimana menurutmu?

Apa masuk akal?

Dan sekarang kau melibatkan orang lain agar dia mau bertanggung jawab.

Sungguh hal yang tidak diduga.

メモリ (Memories)

.

Inspirasi dari berbagai sumber

Kuroko no Basuke hanyalah milik Tadatoshi Fujimaki

Rating: T

Warning: OOC, supranatural, friendship, crime, dll

Chara: OC, Akashi Seijurou, GoM, Haizaki Shougo, Nijimura Shuuzou

Don't like don't read

Enjoy!


-Flashback-

Normal POV

Sore itu saat pulang sekolah, gadis kecil itu melihat tepat ke arah pintu pagar rumahnya. Dia diam ditempat beberapa saat. Anak laki-laki yang lebih kecil disebelahnya menatap kakaknya bingung.

"Nee-chan kenapa, kok berhenti jalannya?" tanya adiknya polos.

"Shido, ada pria aneh di dekat pagar" bisik Reika kecil. Shido celingukan melihat ke arah pagar dan tidak menemukan apa-apa.

"Tidak ada, Nee-chan bercanda ya" ejek anak laki-laki itu dan mendahului kakaknya masuk kedalam rumah.

"S-shido tunggu—" saat itu laki-laki itu melihat ke arah Reika, dan wajah laki-laki itu RATA. Gadis itu menjerit dalam diam dan langsung masuk ke rumah tanpa bersuara.

.

.

"Obaa-san ada orang mengerikan dibawah pohon" tangan mungilnya menarik ujung baju perempuan tua disebelahnya.

"Kamu lihat apa disana, Rei-chan?" tanya perempuan yang dipanggil 'Obaa-san' itu.

"Hiks...seorang pria tinggi membawa kapak tapi tidak ada wajahnya..hiks..." jawab gadis itu terisak.

"Mungkin itu hanya imajinasi Rei-chan saja. Ayo cepat Ibumu sudah menunggu" perempuan itu segera membawa pergi si gadis kecil.

.

.

"Okaa-san, ada pria mengerikan dipojok ruangan" tangan mungil Reika mengguncang tubuh Ibunya.

"Rei-chan bicara apa, tidak ada siapa-siapa disana" ujar si Ibu saat melihat ke arah yang ditunjuk putri kecilnya.

"T-tapi dia menatap kesini".

.

.

"Oyasumi Rei-chan" ucap Ibunya dan beranjak dari tempat tidur.

"Okaa-san, bisa tetap disini sampai Aku terlelap" pinta gadis kecil itu.

"Lho, kenapa?" tanya Ibunya heran.

"Aku takut" jawabnya gemetar. Ibunya hanya menurut dan duduk di sisi ranjang sampai anak sulungnya tertidur.

.

.

"Obaa-san, pria itu masih disini" isak gadis itu dan meremas lengan perempuan tua disebelahnya.

"Apa yang dia lakukan" tanya perempuan tua itu.

"Dia..." Reika kecil bersembunyi dibelakang neneknya.

"Dia menatap kesini" jawabnya.

"Begitu ya...Ayo pergi dari sini" ujar neneknya dan membawa gadis kecil itu pergi dari pelataran rumah.

.

.

"Oyasumi Rei-chan"

"Oyasumi Obaa-san"

Reika menutup matanya...

"Gadis kecil...kenapa kamu mengabaikanku"

"kenapa kamu tidak berbicara denganku"

Reika membuka matanya dan wajah datar itu ada tepat di depannya. Tangan mungilnya gemetar memegang ujung selimut, tangan pucat makhluk itu bersiap menarik tubuh kecilnya keluar dari selimut.

"Ayo ikut denganku, gadis kecil" Dengan mata terpejam gadis itu hanya berharap ada yang menolongnya.

"jangan sentuh gadis itu, makhluk rendahan" kedua makhluk beda alam itu langsung menengok ke sumber suara, sementara yang ditengok langsung merasa kikuk.

"Obaa-san" seru Reika tidak percaya.

"Ternyata kau bisa melihatku, nenek tua" Perempuan tua itu tersenyum meremehkan.

"Hoho...ternyata kau baru menyatarinya, dasar makhluk rendahan, mungkin kau bisa menakut-nakuti cucuku, tapi tidak denganku. Untuk apa kau mengincar rumah ini?".

"Tentu saja untuk tinggal disini dan meminta makanan secara gratis" jawab si setan.

"Maaf saja ya, makanan tidak ada yang murah dan untuk kami saja sudah cukup, tidak perlu ada tambahan makhluk tidak dikenal sepertimu" ternyata perempuan itu tidak ada takut-takutnya dan malah meledek makhluk itu.

"Hoho...ternyata kamu berani menantangku nenek tua, baiklah" tanpa disangka tangan pucatnya bisa memanjang dan melilit tubuh kecil Reika, tentu saja itu tidak disangka oleh kedua perempuan itu.

"Obaa-san" teriak gadis itu saat tubuh kecilnya terangkat.

"Rei-chan...lepaskan cucuku atau kau akan menerima akibatnya" ancam perempuan tua itu yang sudah siap dengan kertas mantra ditangannya.

"Hoo...ini adalah konsekuensi karena kau sudah menolakku disini, jadi kami akan pergi sekarang dan dia akan menjadi bagian dari pelayanku, HAHAHAHA"

"Lepaskan" berontak gadis itu seraya memukuli lengan makhluk itu.

"Aku tidak tahu apa kau hanya orang biasa ataupun seorang omyouji, tapi darah dan jantung anak kecil akan sangat membantuku beregenerasi menjadi manusia lagi dan ini adalah korban terakhirku. Hahaha"

"Lepaskan dia sekarang juga atau kau akan kulenyapkan sekarang juga" bentak perempuan tua itu.

"Coba saja kalau bisa" perlahan-lahan tubuh laki-laki itu hilang.

"Rei-chan" tangan perempuan tua itu berusaha menggapai lengan cucunya yang tiba-tiba ikut mulai transparan.

"O-obaa-san" dan mereka sudah tidak ada dihadapan perempuan itu.

.

.

Tes...Tes...

Reika kecil membuka matanya perlahan. Gelap. "Ini dimana?" batinnya. Angin berhembus dan menimbulkan suara gemerisik dedaunan. Dingin. Tunggu dulu. Inikan dihutan. Reika menoleh kesegala penjuru, jangan-jangan...

"Ternyata kau sudah bangun, gadis kecil" Reika langsung menoleh kesumber suara, makhluk itu tepat didepan matanya. Mereka seperti saling menatap sama lain, walaupun makhluk itu tidak memiliki mata. Reika bergidik ngeri tapi entah kenapa tubuhnya tidak bisa digerakkan dengan bebas.

Cahaya bulan masuk menembus diantara celah rimbunnya pepohonan. Yourei itu menatap ke cahaya rembulan dan bergumam "Sepertinya sudah saatnya".

Yourei itu mengangkat tubuh Reika kecil dan menghadapkannya ke cahaya rembulan. "Dengan ini, Aku akan hidup lagi" ditangan pucatnya sudah ada ranting tajam yang siap dihujamkan ke tubuh gadis itu.

Tapi sesuatu menempel di pergelangan tangannya dan tiba-tiba benda itu membakar tangannya. "P-panas" tanpa sadar dia menjatuhkan gadis kecil itu, tapi tubuh kecilnya sudah ditangkap oleh seseorang.

"Sepertinya kita bertemu lagi, makhluk rendahan" suara khas perempuan tua yang Reika kenal.

"Obaa-san".

"Dasar nenek-nenek tidak tahu diri" geram Yourei itu dan mengeluarkan kapak yang selalu dilihat Reika.

"Ayo kesini dan Aku akan membungkam mulutmu itu selamanya" ternyata perempuan tua yang selalu sianggap Reika lembut sekarang sudah membawa sebuah katana.

Pertarungan itupun dimulai. Reika yang tidak terlalu ingin mengganggu bersembunyi didekat pohon. Ternyata yourei itu sangat tangguh tapi perempuan itu tidak kalah hebat, dia bisa mengunggulu makhluk itu dan menggunkan katananya dengan baik bahkan sekali sekali dia menggunakan kertas mantra untuk mengalahkan makhluk itu.

Setelah pertarungan yang sangat ketat, perempuan tua itu berhasil mengalahkan makhluk itu dengan memotong kedua kaki dan tangannya. Kini yourei itu hanya terbujur didedaunan.

"Sebenarnya kau ini siapa?" tanya Makhluk itu serak.

"Hanya seorang perempuan tua yang hidup dengan keluarganya yang bahagia" jawab perempuan itu mantap.

"Apa kau bukan seorang Omyouji?".

"Aku bukan bagian dari orang-orang itu dan Aku tidak menyukai mereka".

"Begitu ya".

"Dan Aku lebih membenci makhluk rendahan sepertimu yang menakuti manusia dan membuat mereka mati hanya untuk membuatmu hidup lagi" ucap perempuan itu seraya menghamburkan beberapa kertas segel ditubuh makhluk itu.

"Dengan ini berakhir sudah".

"Oh ya...kau percaya diri sekali"

Cris...Crek...

Perempuan tua itu menengok kebelakang dan darah langsung mengenai wajahnya. Matanya membulat sempurna melihat pemandangan didepannya.

"O-obaa-san" tubuh cucunya penuh darah dengan luka tusuk tepat mengenai dadanya.

Dengan kesal, perempuan itu langsung membaca mantara yang membuat makhluk itu menjerit dan "KAI" tubuh makhluk itu langsung terbakar dan menghilang.

"Rei-chan bertahanlah...Rei-chan..." perlahan terasa gelap dan mata Reika tertutup.

-End Flashback-


.

.


"Mungkin sekarang yang mengincar nyawaku bukanlah seorang youkai ataupun yourei yang ingin hidup lagi, tapi seorang psikopat gila yang ingin balas dendam ke seorang yourei" Reika menghela napas panjang, mungkin sekarang nasibnya tidak akan seberuntung dulu.

Lumayan menggelikan juga kalau mengingat dia dijadikan umpan untuk memancing seorang yourei yang hilang ingatan kesini. Kalau yourei atau youkai mungkin bisa ditaklukkan dengan ritual ataupun kertas mantra, tapi kalau psikopat? Sepertinya perlu taktik dan otak yang cerdas untuk menghadapinya walaupun itu nyawa sebagai taruhannya.

Gadis itu tidak terlalu ingin banyak berharap, kalaupun hidupnya memang ditakdirkan mati ditangan seorang psikopat aneh yang tergila-gila dengan seorang roh dia tidak akan mempermasalahkan itu. Tapi, HELLO! Apa tidak ada cara yang lebih elit dan bagus lagi dibandingkan mati dengan dibunuh orang gila? Lebih mending mati dibunuh sama mantan atau terkena bom dibandingkan mati dengan dibunuh orang yang terobsesi sama setan.

Mungkin gadis itu harus merutuki nasibnya yang tidak terlalu baik sekarang ini dan besok-besok bawa teru-teru bozu atau boneka mafuteru (tidak ada hubungannya). Maksudnya bawa jimat biar harinya selalu beruntung.

Laki-laki sinting bersurai abu-abu bernama Haizaki Shougo sedang ada didepannya, menatap Reika dengan tampang merendahkan. Gadis itu memutar bola matanya bosan, dia melakukan itu setelah mereka bermain 'jadi' psikopat dengannya. Kalau bisa lepas daritadi, Reika sudah mencolok mata laki-laki yang menakutkan itu.

"Ah...Aku bosan" serunya cari perhatian.

"Ne gadis jelek, kapan mereka sampai kesini? Aku sudah bosan menunggu" tanyanya seraya melirik jam di hapenya.

"Ya mana ku tahu, dasar aneh" umpat Reika didalam hati.

"Arggg...baru 15 menit, mereka itu mirip siput banget sih" gerutu pemuda itu. Reika tidak terlalu memperhatikan, masa bodo. Siapa juga yang nyuruh Haizaki nyumpalin mulutnya pakai kain.

Pemuda itu bangkit, memperhatikan Reika yang sekarang terlihat tidak terlalu peduli kalaupun nyawanya melayang detik ini juga. Mungkin ancaman yang tadi tidak terlalu berpengaruh lagi dengannya. Haizaki menarik kasar rambut hitam gadis itu, "Kalau mereka tidak datang kesini sebentar lagi, kau benar-benar ku kirim ke alam baka duluan".

Pemuda itu kemudian berlalu dan pergi meninggalkan Reika seorang diri.


.

.


Midorima berhenti di taman, tubuhnya sudah lelah minta berhenti karena sejak tadi sudah berlari dan tidak menemukan jawaban yang tepat tentang teka-teki itu.

"Benda apa yang mencolok dan ukurannya akan berbeda disetiap saatnya" pemuda hijau lumut itu terus memutar otaknya. Kalau dia tidak cepat, nyawa satu orang tidak bersalah akan melayang dalam waktu kurang dari 2 jam lagi.

Midorima mengacak rambutnya frustasi, sementara roh Akashi yang ada di sebelahnya hanya speachless melihat mantan rekannya.

"Apa mungkin ini ada hubungannya dengan keadaan suatu tempat dimana dia berada" pikir Akashi. "Kalau iya, tidak mungkin benda itu akan berbeda ukurannya setiap saat padahal sangat mencolok".

Dia melihat kesebelah dan menemukan kawan lamanya sudah tidak berdaya karena kelewat frustasinya, "Apa kau sudah menemukan jawabannya, Shintarou" tanya Akashi.

"Seharusnya Aku yang bertanya padamu, Akashi. Biasanya otakmu bekerja cepat kalau ada teka-teki seperti ini" jawab pemuda bersurai hijau lumut itu pasrah.

"Bukannya otakmu lebih Jenius, Shintarou" balas roh bersurai merah itu.

"Tidak seencer otakmu, Akashi"

"Tapi Aku kan sekarang seorang roh yang hilang ingatan, Shintarou" Midorima mulai strees sendiri, memang susah juga berdebat dengan orang yang hilang ingatan, bukan orang lagi sih karena Akashi sudah jadi hantu penasaran.

Midorima menarik napas pasrah, daripada berdebat dan akan membuang banyak waktu lebih baik dia memikirkan teka-teki itu lagi. Mereka kembali diam dan mulai bermain dengan otak mereka sendiri.


.

.


Midorima POV

Entah kenapa, tidak sewaktu hidup, saat sudah jadi yourei aja, Akashi tetaplah orang yang menyebalkan minta ditonjok. Ok berhenti memikirkan bocah merah pembawa gunting itu. Sekarang yang terpenting memikirkan teka-teki itu. Ku ingat-ingat lagi clue dari pertanyaan itu, mungkin ada yang terlewat.

"Eh, tunggu dulu, apa ini ada hubungannya dengan matahari?".

"Apa mungkin ini ada hubungannya dengan keadaan suatu tempat dimana dia berada".

"Kalau iya, tidak mungkin benda itu akan berbeda ukurannya setiap saat padahal sangat mencolok".

Aku ingat perkataan Akashi sebelum kami berdebat tadi. Benar juga. Sinar matahari akan sangat berpengaruh terhadap tempat yang disinarinya. Tapi teka-teki itu bilang 'sangat mencolok'. Apa ada hubungannya dengan bentuk dan keadaan tempat itu, kalau sangat mencolok pasti akan sangat mudah ditemukan orang lain dan menarik perhatian.

Ahh itu dia... Matahari terbit disebelah timur dan tenggelam dibarat dan kalau dilihat dari bayangan memang akan tampak bayangan yang berbeda setiap waktunya dan tempat yang paling mencolok itu...

Ku edarkan pandanganku ke penjuru arah, itu dia...Tokyo Tower. Bangunan yang paling mencolok dibandingkan gedung-gedung sekitarnya. Dan saat matahari terbit, Tokyo Tower adalah bangunan pertama yang terkena pancarannya akan membentuk bayangan. Itu jawabannya.

Ku lihat Akashi yang tampak masih berpikir tapi dengan wajah yang tenang, "Akashi, Aku tahu jawabannya". Pemuda bersurai merah itu terkejut menatapku, lalu tersenyum.

"Aku tahu, kau pasti bisa dengan otak jeniusmu itu, Shintarou. Jadi mereka ada dimana?".

"Mereka ada di Tokyo Tower".


.

.


Akashi/Yourei POV

Seperti yang ku duga, Shintarou memang bisa memecahkan teka-teki itu. Dia anak yang jenius diantara yang lain. Tunggu...yang lain...memangnya Aku punya teman selain Shintarou? Entahlah, nanti kutanyakan saja.

Aku segera mengikutinya yang kembali berlari menuju tempat yang 'mungkin' Reika sedang berada. Dari raut wajah Shintarou sekarang, dia tampak sangat cemas. Aku tahu dia sangat mengkhawatirkan gadis itu tapi sejak kami membaca surat itu wajahnya sangat cemas. Seperti dia akan melihat sesuatu yang mengerikan sebentar lagi.


.

.


Normal POV

Karena orang baru pulang dari kantor, suasana kota Tokyo saat ini sangat padat. Midorima berhenti sesaat karena sudah mencapai batasnya. Jarak antara taman dan Tokyo Tower memang lumayan jauh dan kalau berlari membutuhkan waktu 30 menit. Ini mirip seperti latihan neraka yang diciptakan oleh kapten merahnya sewaktu hidup.

Sedikit lagi, dia memasuki wilayah Tokyo Tower. "Kau baik-baik saja, Shintarou" tanya roh Akashi.

"Tidak apa, ini masih belum seberapa dibandingkan latihan neraka yang kau ciptakan dulu, Akashi" jawab Midorima saat napasnya sudah kembali tenang.

"Memangnya dulu Aku memberikan latihan apa?" tanya yourei bersurai merah itu penasaran.

"Aku tidak ingin membahasnya sekarang, yang penting kita harus kesana sekarang" Midorima menyeberang jalan saat lampu mengisyaratkan pejalan kaki menyeberang. Dia melirik jam tangannya dan waktu yang tersisa hanya 1 jam lagi, syukurlah dia masih sempat.

Memasuki Tokyo Tower, dia berhenti di depan lift. Midorima bingung harus menuju lantai berapa, tidak mungkin dia mencarinya secara acak dan itu akan membuang banyak waktu.

"Kenapa kita tidak coba lantai atas?" tanya Akashi disaat pikiran pemuda hijau itu berkecamuk.

"Memang tidak bisa dipastikan, hanya saja mungkin kalau untuk menyembunyikan seseorang sangat cocok disana" lanjutnya.

Midorima menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan, memang membutuhkan ketenangan dalam hal seperti ini. Dia menurut perkataan Akashi dan menekan tombol paling atas. Memang membutuhkan banyak waktu karena menunggu orang lain yang berhenti dilantai tengah, sedikit berdebat dengan petugas yang melarangnya menuju lantai atas sendirian dan akhirnya Midorima mengalah dan berhenti di 5 lantai sebelum puncak lalu menaiki tangga darurat menuju lantai paling atas.

Memasuki lantai atas, Midorima memperhatikan sekeliling, sepi dan gelap. Hanya ada cahaya penerangan dari luar yang menembus masuk kedalam. Pantas saja petugas tadi melarangnya kesini. Pemuda bersurai hijau lumut itu melangkahkan kakinya menyusuri tempat itu dengan waspada. Tapi rasanya tidak ada hawa keberadaan seseorang disana.

"Sepertinya tidak ada orang lain disini" tiba-tiba wajah Akashi muncul tepat dihadapan Midorima. Tubuh besarnya langsung bergidik dan entah refleks atau apa dia melayangkan pukulan ke wajah mantan kaptennya dan hasilnya...Akashi yang tadinya melayang langsung jatuh tersungkur kebawah. Melihat kejadian beberapa detik yang lalu membuat Midorima cengo, ternyata keinginannya untuk membuat mantan kapten merahnya mati kedua kalinya bisa benar-benar terwujud nantinya.

"Apa-apaan maksudmu memukulku begitu, Shintarou?" tanya roh Akashi yang terlihat tepar ditempat.

"Maaf Aku tidak sengaja" jawab Midorima cepat dan masih terkagum-kagum dengan aksinya barusan.

Pemuda bersurai hijau lumut itu menaikkan kacamatanya seraya berkata, "Itu juga salahmu sendiri yang tiba-tiba muncul didepan mukaku, nodayo". Roh Akashi hanya menggosok pipinya yang malang.

"Lain kali kalau mau muncul beritahu dulu atau muncul saja secara normal dibelakang atau disebelahku, nodayo" lanjut Midorima seraya kembali melangkahkan kakinya. Akashi melayang dan mengikutinya dari samping. Mata pemuda hijau itu bergerak liar mencari sesuatu yang terlihat tidak wajar atau apapun itu.

Midorima POV

"Apa mungkin mereka ada disini?" pikirku seraya meneliti setiap tempat.

"Atau Aku salah menafsirkan teka-teki itu?".

"Tidak ada seorangpun disini" ucap Akashi tiba-tiba. Karena merasa tertarik Aku melirik kearahnya.

"Kenapa kau begitu yakin Akashi?".

"Karena Aku sudah memeriksa tempat ini saat kita sampai dilantai ini. Tadi Aku ingin memberitahumu tapi malah mendapat pukulan maut sebelum bicara" elaknya dengan cemberut.

Aku hanya menghela napas, "Baiklah, tapi apa ada sesuatu yang mencurigakan disekitar sini?".

"Kau akan tahu setelah kita berjalan sedikit lagi" jawabnya. Ok, Aku akan mengikuti keinginannya. Dan memang benar saja, tak jauh dari kami berjalan ada sebuah meja ukuran sedang berada ditengah-tengah dan diatasnya ada sebuah kotak ukuran sedang.

Karena biasanya di tempat umum tidak ada meja yang diletakkan dengan sengaja ditengah jalan, Aku jadi penasaran dengan apa yang ada didalamnya.

"Apa kau yakin mau membukanya?" Aku menengok kesamping dan menemukan wajah pucat Akashi yang tampak serius.

"Kau sudah tahu apa isinya?"

"Tidak tahu" kau sepertinya minta dihajar lagi, Akashi.

"Tapi walaupun seperti itu, kita tetap harus waspada. Siapa tahu ini adalah jebakan" lanjut Akashi. Tapi memang benar sih.

Dengan menguatkan iman—maksudnya meneguhkan hati, ku buka kotak itu perlahan. Bayangan tentang seorang mayat yang diamputasi terlintas dikepalaku. Tidak...tidak...itu tidak mungkin.

Dan setelah kotak itu terbuka hal pertama yang kulihat adalah benda bulat putih yang memiliki gigi, lubang hidung dan rongga mata yang mana tidak ada yang menempel dirongga mata itu. jantungku langsung memompa cepat, badanku bergidik. Aku menjerit pelan dan langsung melempar benda itu entah kemana. Kalian tahu apa itu, yup tengkorak...TENGKORAK..

Ok ini benar-benar tidak lucu dan orang yang melakukan itu sungguh pelawak murahan yang aneh.

"Shintarou, sepertinya ini tengkorak manusia asli" ucap Akashi polos seraya memperhatikan tengkorak itu dengan seksama.

"URUSAIIII NODAYOOOO" tuh kan benar-benar tidak lucu.


.

.


Akashi/Yourei POV

Kalau diperhatikan dari situasinya sekarang, memang tidak lucu kalau benda itu adalah tengkorak asli. Kalau diingat lagi, permainan ini sungguh tidak ada gunanya dan mungkin yang membuat permainan sedang tertawa melihat reaksi Shintarou barusan.

Aku melihat kedalam kotak setelah meletakkan tengkorak itu dibawah meja. Nanti belum apa-apa, Shintarou akan memukulku lagi. Aku mengernyitkan dahi, ternyata didalamnya ada beberapa macam benda, tapi apa-apaan maksud benda itu.

"Shintarou, sepertinya kau harus melihat ini" ucapku.

"T-tidak ada hal yang aneh lagikan" tanyanya takut, sepertinya dia akan trauma berat dengan film horror setelah ini.

"Tidak" jawabku santai. Pemuda itu mendekatiku dan dia melihat apa isi kotak itu, kemudian tanpa disuruh dia mengeluarkan apa aja yang ada didalamnya. Isi kotak itu adalah botol air isotonik yang masih terisi penuh dan masih segel, bunga lily putih yang berada didalam vas bunga, sebuah kunci, alat perekam suara dan ada sepucuk surat disana.

Dengan cepat, Shintarou mengambil alat perekam suara dan menekan tombol play. Tak lama setelah rekaman itu berputar, terdengar suara seseorang disana.

"huaf...ya ampun kalian lama sekali. Aku bosan sekali tahu menunggu kalian. Bisa lebih cepat sedikit atau nyawa gadis ini benar-benar lenyap detik ini juga" ya ampun, orang ini benar-benar tidak main-main, ku lihat wajah Shintarou yang sekarang terlihat murka.

"oh iya...kalau kalian berhasil menemukan rekaman ini berarti kalian berhasil menyelesaikan tantangan yang pertama. S-E-L-A-M-A-T ya...

Apa kalian mencari kami dimana? Hahaha, sayang sekali kami tidak ada disana dan masih ada permainan lain yang harus kalian lewati" orang ini sepertinya sudah tidak waras.

"Oh iya, benda yang ada didalam kotak itu adalah petunjuk permainan berikutnya kecuali minuman isotonik, itu adalah hadiah karena sudah menyelesaikan permainan pertama, Aku tahu kalian pasti lelah...dan apa kalian tahu kalau tengkorak yang ada didalam kotak itu tengkorak asli" sudah kuduga itu tengkorak asli.

"Kufufufufu...dan mungkin kalian tidak percaya kalau Aku memberitahu kalian kalau tengkorak itu adalah milik Akashi Seijuurou" mata kami membulat sempurna mendengar rekaman itu. Apa-apaan itu, jangan bercanda.

"Nah sekarang cepat kemari atau—" alat perekam itu langsung dibanting oleh Shintarou dan langsung hancur. Ekspresinya tampak dingin dan ada perasaan hawa membunuh disana.

"Jangan main-main denganku, Haizaki" ucapnya pelan.

"Tidak akan kubiarkan ada orang lain lagi yang jadi korbanmu dan mati dihadapanku" Shintarou langsung mengambil secarik kertas itu dan membacanya.

"Tempat murka penuh kegelapan, sepi dan dingin, lorong-lorong gelap penuh jejak, sebatang lily putih tempat penyambutan, tak pernah ada yang pulang dan pergi setelahnya.

Aku sudah ada disini, menunggu kalian dan dirimu sendiri Akashi Seijuurou"

Shintarou meremas kertas itu kesal. Menurutku teka-teki ini lebih rumit dibanding sebelumnya. Dia menarik napas panjang untuk menenangkan diri, meraih botol isotonik itu dan meminumnya setengah.

"Akashi kau mau membantuku kan memecahkan teka-teki ini" ujar pemuda hijau lumut itu.

"Mungkin tanpa kubantupun kau akan bisa memecahkannya, Shintarou. Tapi tidak masalah, Aku akan membantumu dan menyelamatkan Reika" jawabku sekenanya. Aku melihat seulas senyum tipis diwajah pemuda itu.

"Tapi ada syaratnya".

.

.


To Be Continued

Mimi: kami mohon maaf atas keterlambatannya karena kami benar-benar buntu ide untuk chapter ini.

Haruki: bukan itu saja, karena kami sibuk dengan urusan masing-masing didunia nyata jadi susah sekali untuk berkomunikasi.

Mimi: terima kasih sudah mau menunggu cukup lama untuk para reader semua. Kami akan berusaha menyelesaikan cerita ini semampu kami walaupun akan sangat telat nantinya.

Midorima: sepertinya mereka tidak ada bedanya seperti chapter kemarin yang kerjaannya minta maaf aja.

Haruki: Midorin jahat banget sih...

Mimi: mungkin tinggal 2 chapter lagi cerita akan tamat ya...

Haruki: sepertinya begitu...

Kise: Mimicchi, Harucchi kenapa hanya ada Midorimacchi, Akashicchi, Zakicchi dan Shikakucchi aja yang ada dichapter ini?

Mimi: maaf ya, Kise-kun nanti kamu muncul lagi kok

Akashi: daripada mendengar mereka ribut-ribut mending kututup saja ya...

Nijimura: wah Akashi, Aku ikutan dong...

Akashi-Nijimura: Minna-san Mind to RnR Please