Halooooooo lyra hadir lagi dengan fandom yang sama tapi kali ini DRAMIONE….
Yey… akhirnya bis publis juga buat pairing ini,,
Makasih banget buat beta reader lyra yaitu Diloxy…
Makasih juga buat andita,,
Oke dari pada kebanyakan ngomong kita langsung aja masuk ke story…
Cerita ini lyra persembahkan untuk dua teman lyra Diloxy dan Andita, aku harap kalian suka,,
YOUR MY WAY
Disclaimer | semua tokoh Harry Potter hanya milik Momy J.K Rowling, dan Your My Way sendiri milik author yang masih amatir ini.
Harry Potter
Warning ; sangat Ooc, Au, dan banyak keanehan yang di buat oleh author, dan semua kekurangan hanya milik author.
Happy Reading
Chapter 1 : Meet.
Hermione Jane Granger gadis biasa yang sedang kuliah di Hogward University in Lodon tingkat 6, awalnya dia hanya gadis biasa yang menjalani hidupnya dengan biasa dan tenang hingga suatu kejadian menimpanya, kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Sejak saat itu dia tahu hidunya akan berubah. Sejak orang tuanya meninggal Hermione mulai sibuk mencari pekerjaan freeline yang bisa di sesuaikan dengan jadwal kuliahnya. Karena dia sadar tak mungkin selamanya dia hanya mengandalkan uang peninggalan dari orang tuanya.
Siang itu hermione sedang sibuk membuka-buka kolom lowongan pekerjaan di koran, ia sedang duduk di taman kampus yang memang saat itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang sedang duduk disana.
"Hei Mione." sapa Ginny.
"Hai." kata Hermione tak mengalihkan pandangannya dari kolom lowongan pekerjaan di depanya.
"Masih belum menemukan pekerjaan yang pas?" tanya Ginny.
"Hn..." Hermione hanya bergumam.
"Apa pendapatanmu sebagai asisten dosen Mr Snape dan Miss Mcgonagall masih belum cukup?" kata Ginny lagi, Hermione hanya menggeleng.
"Lalu apa sudah ada rencana hari ini mau kemana?" tanya Ginny.
"Belum." kata Hermione menghela napas.
"Jika kau mau, kau bisa bekerja di tempat sahabatku di sebuah café." kata Harry.
"Benarkah?" kata Hermione akhirnya memalingkan wajahnya dari kolom lowongan pekerjaan kemudian menatap Harry.
"Ya tentu kebetulan dia sedang mencari karyawan, memang bukan café yang besar tapi lumayan kan untuk batu loncatan sementara." kata Harry. Hermione mengangguk semangat.
"Oke pulang kampus akan kuajak kau bertemu dengannya." kata Harry.
"Oh thanks Harry." kata Hermoine tersenyum.
"Kau ikut hunn?" tanya Harry pada Ginny.
"No Thanks, aku malas bertemu orang itu." kata Ginny mencibir.
"Hei, dia sahabatku dear." kata Harry.
"Yah,,sahabat yang menyebalkan." kata Ginny lagi.
"come on darl" kata Harry menghela napas
"Teserah kau saja dear." kata Ginny mendengus.
"Dan Kau Mione,,Kalau bisa, kau harus menjauhi atasan mu kelak, karena dia seorang playboy tulen dan sangat menyebalkan. Ahh.. satu lagi, tolong jaga Harry untukku Mione." kata Ginny kesal kemudian berlalu pergi.
"Ada apa dengannya Harry? dia terlihat sangat tidak suka pada temanmu." kata Hermione binggung.
"Yah dulu dia pernah mengajakku bermain-main dengan wanita lain dengan dalih berlibur dan Ginny mengetahuinya sesaat setelah Dia memangil para gadis ke villa miliknya, dan kau tau apa yang terjadi?" tanya Harry. Hermione hanya menggeleng.
Flasback on
Saat itu Harry dan Draco sedang duduk bersantai di sebua kafe.
"Mate apa kau ada rencana long week end ini?" tanyanya.
"Belum ada." kata Harry.
"Bagaimana kalau kau ke villaku, dan kita akan bersenang-senang." Katanya.
"Maksudmu?" tanya Harry bingung.
"Kita menginap di villa milik keluargaku kita akan bersenang -senang disana, kebetulan aku baru saja mendapatkan beberapa nomor ponsel gadis cantik di bar semalam." katanya.
"Bisa di coba, tapi bagaimana dengan Ginny? Kau tau betapa mengerikanya dia bila sedang marah." kata Harry bergidik.
"ayolah mate, hanya sekali ini, aku juga akan mengajak Theo dan Blaise ikut bersama kita." katanya meyakinkan.
"Baiklah" kata Harry agak ragu.
Akhirnya hari yang di nanti tiba, pagi yang cerah mereka berangkat menuju villa, lokasinya lumayan jauh dari hirukpikuk kota besar, villa itu terletak di atas bukit di sebuah desa terpencil yang sangat asri dan indah. Memakan waktu hampir setengah hari untuk bisa sampai di villa tersebut, sesampainya disana mereka sudah disambut oleh si pemilik villa yang memang datang sehari sebelumnya. Rencananya malam ini mereka akan mengadakan pesta bersama gadis gadis yang telah di undang oleh si pemiik villa.
Entah mengapa sesaat setelah para gadis itu datang Ginny datang dengan wajah yang sangat kesal dan siap meledak kapan saja saat meliat ada gadis di villa itu. Dan di mulailah pertempuran di villa mewah itu, bukan pertempuran si sebenarnya lebih tepatnya Ginny yang mengamuk dengan melepar dan mengancur kan barang-barang di dalam villa itu yang mengakibatkan kerusakan parah atau bisa di bilang hancur total karena amukannya.
Flasback off
Harry hanya tersenyum kecut bila mengingat kejadian itu, dia tidak pernah menyangka Ginny bisa sehebat itu bila sedang emosi.
"Harry.." Hermione memangil Harry dan menyadarkannya dari lamunan.
"Ahh ya, villa kediaman keluarganya yang super mewah itu hancur tak berbentuk." kata Harry menghela napas.
"Dalam artian yang harfiah?" tanya Hermione bingung.
"Tidak sepenuhnya hanya saja Ginny mengamuk dengan melempar semua barang-barang yag ada di dalam villa mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar dan sukses membuat para gadis lari ketakutan dan memecahkan seluruh jendela di villa itu, dan butuh waktu 2 jam untuk aku dan teman-temanku menenangkan Ginny yang mengamuk." kata Harry lesu.
"Dan apa yang kau dapat Harry?" tanya Hermione terkekeh.
"Satu yang aku dapat, JANGAN BUAT GINEVRA MOLLY WEASLEY marah" kata Harry ironis. Hermione yang mendengar hal itu hanya terkekeh melihat wajah Harry yang seperti itu suatu hiburan tersendiri untuknya.
"Baiklah Harry kutunggu kau di depan gerbang saat jam kampus selesai." kata Hermione santai.
"Ok" kata Harry singkat.
Waktu terasa sangat cepat dan tak terasa jam pulang kampus sudah tiba sore yang cukup cerah saat itu Harry dan Hermione bergegas menuju café yang di maksud Harry, Harry memacu mobilnya dengan kecepatan sedang di jalan yang sangat lengang sore itu. Hermione sama sekali tidak tahu siapa yang akan dia temui nantinya.
Di Café
"Café DH?" Hermione membatin karna nama café itu tidak umum.
"Ada apa Mione?" tanya Harry.
"Tidak."kata Hermione singkat.
Suasana cafe saat itu lumayan ramai, ada beberapa pengujung yang sedang bercengkrama dengan teman atau keluarganya ada pula yang sedang duduk sendiri sambil membaca buku, cafe ini memang bisa dibilang saat nyaman untuk anak muda duduk dan bersantai dan untuk keluarga bercengkrama. Suasana cafe yang soft dan hangat membuat para pengujung merasa nyaman seperti di rumah sendiri dan betah berlama-lama di kafe ini walau hanya sekedar melepas penat karena sibuknya aktivitas seharian penuh.
Harry menghampiri salahsatu pelayan dan memintanya memanggilkan pemilik café tersebut, sang pelayan mempersilahkan Harry dan Hermione duduk sementara sang pelayan memanggil sipemilik Café tersebut. Tak menunggu lama sang pemilik pun datang.
"Hai Mate." sapa sang Pemilik.
"Hai…" yang disapa berdiri dan menoleh.
"Ada apa ? Tumben sekali ? Apa Ginny tidak akan mengamuk bila kau datang mengunjungiku heh?" katanya beruntun.
"Wooo wooo wooo calm down mate, seperti bukan kau saja bertanya sebanyak itu." kata Harry terkekeh.
"Well, ayo duduk." kata orang itu.
Rambutnya pirang platina yang sangat ia kenal, kulitnya yang pucat, wajahnya yang angkuh terukir sempurna, dan iris kelabu itu, iris yang selalu bisa menenangkan Hermione dulu jika dia sedang kalut ataupun panik karena sesuatu. Hermione yang merasa mengenali sipemilik Café hanya diam terpaku tak bisa berkata apapun, dia orang yang telah tiba-tiba menghilang saat mereka lulus SMA dan dia orang yang sempat membuat Hermione frustasi dan hampir gila karna kehilangan orang tersebut dan mengakibatkan dia harus menunda rencananya untuk meneruskan study ketingkat Universitas selama setahun, dan dia orang yang telah Hermione lupakan sejak tahun yang lalu kini tersenyum bersama sahabatnya Harry potter bahkan Harry berkata mereka bersahabat. Yah Draco Lucius Malfoy mantan kekasihnya yang dengan kejam telah meninggalkannya tanpa penjelasan bahkan satu katapun tidak.
Iris kelabu bertemu hazel, terasa ada sesuatu yang membuat Draco sesak seketika, sesak karena sesuatu yang ia lakukan di masa lalunya, kesalahan yang pernah ia lakukan, ahh bukan hanya kesalahan, tapi kesalahan yang sangat amat besar, dan ia tidak pernah berharap untuk dapat bertemu lagi dengan seseorang di masa lalunya itu tapi sekarang, saat ini, detik ini juga orang yang tidak ingin ia temui berada di depannya, menatapnya dengan tatapan tajam walau masih ada segores sendu dalam tatapannya.
"Gra..Granger?" kata Draco kaget.
"Kalian telah saling kenal?" tanya Harry tampak senang.
"Yah" kata Draco enggan, Hermione hanya terdiam matanya tetap terpaku kepada Draco sambil terus menahan airmatanya agar tidak jatuh, walau dia berkata dia telah bisa melupakannya tapi dalam hati yang paling dalam dia masih sangat mencintai orang itu. Memang terdengar bodoh tapi itulah kenyataannya. Kenyataan yang harus ia kubur dalam-dalam agar tetap bisa melanjutkan hidup dan lepas dari keterpurukan masalalu yang menyakitkan.
"Mate sebenarnya aku kesini untuk menanyakan apakah masih ada lowongan untuk freeline di café ini karna Hermione membutuhkannya." kata Harry.
"Mengapa kau membutuhkan pekerjaan itu Granger?" kata Draco santai.
"Untuk menyambung hidup." Kata Hermione berusaha santai.
"Bukankah kedua orang tuamu bekerja sebagai dokter?" tanya Draco
"Mereka sudah meninggal." Jawab Hermione.
Cetarrrrr...
Bagai ada petir yang menyambar di dalam kepala Draco saat mendengar jawaban Hermione, dia benar-benar tidak menyanggka kalau saat ini dia sebatang kara, dan bakan rela bekerja sambil kuliah untuk menyambung hidup. Tapi bagaimana bisa kedua orangtuanya meninggal? apa penyebab meninggalnya orangtuanya ? dan kapan orang tanya meninggal? Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang di pikiran Draco, tapi ia berusaha untuk menyembunyikan keterkejutannya dan kembali menjadi seorang Malfoy.
"Baiklah Granger, bekerjalah mulai besok. " kata Draco.
"Bagus, bagaimana Mione, kau mau?" tanya Harry.
"Hah..baiklah." katanya. Walau Hermione enggan tapi dia juga membutuhkan pekerjaan ini dan mau tidak mau dia harus menerimanya toh memang Hermione sudah tidak terlalu respon dengan lubuk hatinya yang ada di pikirannya saat ini adalah cepat menyelesaikan studynya bahkan jika ada kelas akselerasi dia akan mengambil jalur itu, cepat bekerja sebagai dokter dan mulai berkarir hanya itu targetnya untuk sekarang ini. Dan ini adalah salah satu cara atau bisa disebut juga batu loncatan dan dia tidak boleh menyia-nyiakannya.
"Jam berapa kau pulang kuliah Granger?" tanya Draco.
"Umumnya jam 3." kata Hermione berusaha tidak gugup.
"Baiklah mulai besok kau bisa mulai bekerja dari jam 4 sampai café tutup jam 11 malam, dan kau akan libur pada hari sabtu." kata Draco.
"Baik, terimakasih." Kata Hermione berusaha tersenyum.
"Harry kita bisa pulang sekarang?" tanya Hermione yang terlihat sangat lelah dengan semua keterkejutan dan tekanan dalam batinnya.
"Yah tentu, thanks Mate, kami pulang dulu." kata Harry.
"Sampai jumpa besok Granger." Kata Draco tersenyum.
Hermione terbelalak melihat senyuman itu lagi, senyuman yang sangat ia rindukan, senyuman yang selalu menemaninya dulu, senyuman yang selalu membuat hatinya menghangatkannya walau hanya dengan melihatnya dulu, tapi tidak saat ini Hatinya terasa sangat sakit ketika melihat senyuman itu lagi. Senyuman itu sekarang seperti sembilu yang menyayat hatinya, mengingatkan akan kenangan yang suda lama ia lupakan, senyuman yang mengingatkannya akan gelapnya masalalu yang ia lalui dan betapa sulitnya ia bangkit dari keterpurukan.
"Yah sampai jumpa." kata Hermione kaku.
Di perjalanan menuju rumah Hermione hanya diam dan kesunyianlah yang telah berganti malam, matahari telah kembali keperaduannya dan di gantikan oleh bulan sang dewi malam yang bersianar cukup indah malam sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri tentang semua hal.
"Emm well, bagaimana kau bisa mengenal Draco? tanya Harry memecah keheningan. Hermione hanya terdiam dan tetap asik dengan lamunannya.
"Mione.." Harry memegang tangan Hermione dan memecah lamunan Hermione.
"Maaf..?" kata Hermione tersentak.
"Bagaimana kau bisa mengenal Draco?" kata Harry lagi.
"Ah, dia teman SMAku." kata Hermione.
"Ohh" kata Harry singkat. Setelah percakapan itu hanya kesunyian yang menguasai di antara mereka, mereka sibuk dengan pikiran dalam benak masing-masing hingga akhirnya mobil yang di kendarai Harry berhenti di sebuah perumahan biasa tempat Hermione tinggal.
"Thanks untuk hari ini Harry, dan thanks untuk bantuan yang kau berikan." kata Hermione tersenyum, Harry hanya mengangguk dan melambaikan tangan tanda dia berpamitan
Hermione masuk kedalam rumah dengan langkah gontai, kepalanya sangat pusing dan berat. Dengan perlahan ia masuk kedalam kamar dan merebahkan dirinya di kasur, banyak pertanya-pertanyan dan penyataan-pernyataan tentang Draco, seperti mengapa Draco bisa mengenal Harry? dan apa yang terjadi dalam kurun waktu 3-4 tahun ini pada Draco?tentunya masih banyak lagi dan semua itu terngiang-ngiang dalam benaknya, hingga rasa lelah membawanya kedalam buaian mimpi malam ini.
Pagi hari Hermione terbangun dengan kepala yang terasa berdenyut kencang, dia berusaha bangkin dan berjalan gontai menuju dapur untuk mencari kotak P3K miliknya, mengambil beberapa butir aspirin dan membuat secangkir teh herbal. Dia duduk di meja makan sambil menyesap teh herbalnya dan mulai mengingat pertemuannya dengan Draco kemarin. Setelah denyut di kepanya berkurang ia mulai bersiap untuk pergi ke kampus.
Cuaca pagi ini sangat cerah matahari bersinar hangat, Hermione mulai menyusuri jalan jalan di komplek perumahan menuju halte bus terdekat dan menunggu bus yang akan membawanya ke kampus. Tak lama buspun datang, suasana di dalam bus sangat ramai yah mengingat sekarang masih terhitung hari kerja normal. Hermione memilih kursi belakang dekat jendela, dan mulai menikmati semilir angin dari jendela.
Di kampus
Hermione sedang jalan menuju kelas, saat Ginny datang dan menghapirinya.
"Hei Mione, bagaimana kemarin?" tanya Ginny.
"Biasa saja." kata Hermione santai.
"Hemm, aku sarankan kau berhati-hati dengannya Mione," kata Ginny serius.
"Tenanglah Gin, aku lebih mengenal dia dari siapapun." kata Hermione.
"Apa maksudmu?" kata Ginny binggung.
"Dia adalah temanku saat SMA Gin." kata Hermione menjelaskan.
"Oh…" kata Ginny mengangguk.
"Ginn bagaimana Harry bisa mengenal Malfoy?" kata Hermione.
"Emm yang aku tau mereka bertemu di Australia karena suatu hal, dan sejak saat itu dia akrab dengannya." kata Ginny.
"Australia? Kapan tepatnya itu?" kata Hermione lagi.
"emm kalau tidak salah sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu." kata Ginny mengingat-ingat.
"Dan kapan dia kembali kesini?" tanya Hermione.
"Mereka hanya setahun di Australia, ada apasih kau penasaran sekali?" kata Ginny.
"Hanya mencoba menganalisa calon atasanku Gin." kata Hermione berbohong.
"Bukannkah kau bilang dia teman SMAmu mengapa kau ingin menganalisanya lagi? Atau jangan-jangan kau tertarik dengan Malfoy ferret itu. " kata Ginny curiga.
"Ohh… tenanglah Gin aku akan mendengarkan semua nasehatmu, and aku juga tahu tentang kejadian di villa beberapa tahun yang lalu." kata Hermione berkelit.
"Oh.. pasti Harry menceritakannya padamu." Kata Ginny kesal bila mengingat hal itu. Hermione hanya terkikik melihat kelakuan Ginny.
"Well Gin, aku pergi dulu ada kelas Profesor Snape habis ini, kau tau kan seperti apa Dia" kata Hermione. Ginny hanya terkekeh mendengar perkataan Hermione.
Selama pelajaran berlangsung Hermione sulit berkonsetrasi terlalu bayak yang ia pikirkan, terlalu banyak pertanyaan yang ia ingin tanya kan kepada Draco." Apainiakuharus fokus, come on mione you can do it" Hermione membatin.
TBC….
Pojok Author…..
Akhirnya chapter ini sampai disini,
Makasih yang udah bersedia baca, dan harap tinggalkan jejak kalian di kolom review, karena REVIEW KALIAN MEMOTIVASI LYRA hehehehe
Happy Lucky
Lyra
