Spring

Cast:

Kim Jongin

Oh Sehun

Xi Luhan a.k.a Kim Luhan

Rate: M

Warn:

Yaoi, OOC, Typo's, Gaje, Ide pasaran, dan banyak lagi

.

.

.

Senja hampir tenggelam, tetapi ia masih enggan beranjak. Rambut pirangnya terbias wanra ke-orange-an akibat cahanya senja yang menerpanya. Duduk di sebauh bangku taman, tepat di bawah pohon rindang, matanya menatap kosong hamparan bunga dandelion. Sesekali ia mendesah, hingga sebuah suara yang sangat familiar terdengar.

"Kau belum pulang, hyung!"

Sosok itu menoleh dan menemukan sosok yang ia cintai, seorang pemuda berkulit tan eksotis yang nyatanya masih memakai seragam sekolahnya.

"Jongin-ah!" Serunya, "Aku tak ingin pulang." lirihnya.

"Kau tak boleh seperti itu, hyung. Bukankah kita telah sepakat untuk mengakhiri semuanya."

"Bukan aku! Tapi kau yang mengakhiri hubungan kita," jawabnya ketus.

Sosok itu, yang dipanggil Jongin, menghela nafasnya pelan. "Kita memang harus mengakhiri semua inikan?"

"Menyakiti perasaanku?"

"Luhan hyung mencintaimu, kau tahu bagaimana reaksinya ketika dia tahu appa menjodohkannya denganmu? Ia terlampau bahagia, dan aku tidak ingin menghancurkan kebahagiannya. Aku harap kau dapat membahagiakannya, hyung." ujarnya dengan getir.

"Tapi aku mencintaimu," ia memandang sosok yang ia cintainya, "Dan kau menyakiti perasaanku dengan mengatakan itu semua." Ujarnya semakin memojokkan Jongin.

"Kau harus ingat. Minggu depan kau akan menikah!"

"Ya… tapi bukan denganmu."

Jongin memandang sendu pemuda di sebelahnya, pemuda yang nyatanya sangat ia cintai. Ia tidak tahu akan seperti apa hidupnya bila tanpa sosok itu, namun…

.

"Jongin-ah, hyung bahagia. Akhirnya hyung akan menikah dengan orang yang hyung cintai. Kau tahu dia benar-benar tampan, sayang sekali tadi kau tidak ikut dengan kami."

"Kau tadi sendiri aku masih sekolah hyung, dan aku tidak dapat membolos begitu saja."

"Ya, hyung tahu itu. Dia benar-benar tampan, hyung sungguh mencintainya!"

"Hm... apa kau bahagia hyung?"

"Sangat. Besok aku kenalkan kau dengannya. Kau pasti iri denganku kalau melihatnya."

.

"Jangan menyiksa dirimu seperti itu, Sehun hyung."

.

.

.

Begitu hangat dan rapat. Keduanya tengah beradu di atas ranjang terbalut sprei yang dalam keadaan kusut, yang juga telah basah di berbagai tempat.

"Agh, disana! Lebih cepat…"

Dalam deru nafas yang memburu, terdengar desahan indah yang terlontar dari salah satu bibir di antara dua sosok tersebut. Lenguhan, disertai remasan kuat pada beberapa bagian kain di sekitarnya, apapun itu…

Sedang sosok lain tersenyum puas di antara hisapan kuat di leher lawannya. Ia pun tak henti menggerakkan pinggulnya lebih cepat, berusaha mendorong masuk organ bagian bawah miliknya, untuk memasuki sesuatu, milik pasangannya yang tengah ia kurung, ia penjarakan di bawahnya, yang nyatanya sudah banyak memberikan kenikmatan padanya.

"Sehunhh..." lirihnyapun terdengar, bersamaan dengan Sehun, yang menerima remasan kuat pada rambut dan juga sedikit cakaran pada kulit punggungnya. Namun Sehun tak peduli. Rasa nikmat yang di dapatnya berkali lipat dari rasa sakit akibat cakaran tersebut.

Sehun mengangkat wajahnya, untuk melihat mahluk indah yang tengah ia jamah. Ia dapat melihat, betapa wajah Kim Jongin yang begitu memukau, tengah terengah dengan wajah memerah dan mata terpejam. Membuatnya gemas, dan seketika ia cumbu bibir milik Jongin-nya, setelah sebelumnya ia bisikan kata cinta pada kekasih hatinya tersebut.

Ciuman basah pun berlangsung, hingga menimbulkan bunyi menggairahkan dan juga, jangan tanyakan tentang saliva yang bertumpahan di sudut bibir mereka. Sedang Sehun, masih terlalu fokus menusuk Jongin hingga titik terdalam. Menusuknya dengan cepat dan semakin cepat. Lupakan adegan ciuman, yang berakhir dengan Jongin yang bermain seorang diri, menciumi wajahnya, menjilati sekitar dagu dan juga rahangnya.

Sehun rengkuh tubuh Jongin, hingga ia menggeram dengan wajah tenggelam di antara perpotongan leher Jongin, saat ia telah merasa puas, dan menikmati cairan yang bertumpahan dari tubuhnya itu..

Selesai dalam waktu singkat. Jongin tersenyum di antara peluh di wajahnya. Ia naikkan tangannya, mengusap lembut kepala Sehun yang masih terkulai di atas tubuhnya. "Kau menyukainya?" tanyanya.

Sehun mengangguk singkat, lantas berkata "Selalu," sambil lebih mempererat rengkuhan tangannya, yang melingkar pada pinggang Jongin. Selanjutnya, ia mencoba menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya.

.

.

.

Hingga hari lain pun tiba.

Jongin memandang ragu pintu di depannya. Mengela nafas pelan, menboca untuk menenangkan hati dan pikirannya. Setelah dirasa cukup ia pun segera membuka pintu tersebut. Memasuki ruang ganti yang memang disediakan disana, khusus untuk pengantin, ia melangkah perlahan menghampiri Luhan, kakaknya, yang akan melepaskan masa lajangnya hari itu.

"Hyungi, kenapa masih disini?"

"Oh, Jongin-ah." Luhan berbalik, melihat sang adik yang kini tengah berdiri tepat disampingnya. "Aku takut," adunya, sambil memegang lengannya yang sedikit bergerat, terlampau gugup.

Jongin, dia hanya tersenyum. "Apa yang hyung takutkan, hm?" ujarnya lembut, sebisa mungkin membuat hyung-nya tenang. Meski hatinya tengah sakit, tidak dapat dipungkiri sebenarnya ia tidak rela untuk melepaskan orang yang ia cintai meskipun untuk kakaknya sendiri.

"Kau tahu sendiri, aku sangat gugup. Aku takut membuat kesalahan, seperti menjatuhkan cincin pernikahan kami nanti." Ujarnya gugup.

Jongin lagi-lagi dia hanya tersenyum, ia mengenggam tangan Luhan yang berkeringat. "Semuanya pasti berjalan lancar, hyung. Percayalah,"

"Aku harap juga begitu," cetus Luhan.

.

.

.

Heart beast fast

Colors and prom-misses

How to be brave

How can I love when I'm afraid to fall?

But watching you stad alone

All of my doubt suddenly goes away somehow

One step closer

Lagu itu menggema memenuhi gereja, mengalun dengan indah, mengiringi calon pengantin yang kini tengah berjalan di atas altar. Dengan tangannya yang di apit oleh sang ayah, seulas senyum tidak pernah hilang dari wajahnya semenjak ia memasuki gereja tersebut. Tempat dimana akan berlangsungnya hari sakral itu.

I have died every day waiting you

Darling don't be afraid

I have loved you for a thousand years

I'II love you for a thousand more

Time stands still

Beauty in all she is

I will be brave

I will not let anything take away

What's standing in front of me

Every breath

Every hour has come to this

One step closer

Namun berbeda dengan mempelai pria yang satunya, yang kini tengah berdiri di depan sana, menunggu kedatangannya. Tidak ada senyum disana, dia hanya berdiri tegak, memperhatikan seseorang yang kini tengah duduk dibarisan paling depan bersama sang ibu.

Ya, dia hanya mencintai orang itu, adik dari calon suaminya, yang tengah mengukir senyum, namun itu bukan senyum bahagia, ia tahu benar itu. Dari sorot matanya yang memandangnya sayu.

And all along I believed I would find you

Time has brought your heart to me

I have loved you for a thoused years

I'II loved you for a thousand more

One step closer

One step closer

Sedangkan di lain sisi, Jongin menatap orang yang di cintainya, yang masih saja memasang wajah datarnya. Tidak ada senyum di sana. Meskipun begitu ia terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitam pengantinnya. Di saku dada kanannya terselip setangkai mawar putih. Ia tidak dapat mempertahankan cintanya, yang ia dapat lakukan adalah memandang kosong padanya.

And all along I believed I would find you

Time has brought your heart to me

I have loved you for a thousand years

I'II love you for a thousand more

Langkahnya terhenti tepat di hadapan sosok tampan itu.

"Aku harap kau jaga baik-baik putraku," ujar Tuan Kim dengan senyum lembutnya. Seraya menyerahkan tangan Luhan padanya. Dan pemuda itu, pemuda yang sangat di cintai oleh Luhan, terseyum tipis sebelum kemudian meraih tangan Luhan.

"Pasti."

.

.

.

"Eomma" bisik Jongin pelan.

Nyonya Kim mengalihkan perhatiannya pada putra bungsunya, ia tersenyum, lalu berkata. "Waeyo, kau sakit? Kau terlihat pucat," ujarnya terselip nada khawatir disana, ketika melihat putra bungsunya yang sepertinya tidak baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja," lirihnya, "Boleh aku ke toilet?" Pintanya.

"Tentu. Eomma temani, eoh?" Tawarnya, namun Jongin menggeleng pelan, ia berikan seulas senyum untuk sang ibu. Senyum tulus.

"Aku sudah besar. Aku bisa sendiri!" serunya. Dan nyonya Kim mengagguk, mengijinkan.

Jongin perlahan berjalan menjauh dari gereja tempat dimana acara pernikahan kakaknya juga Sehun, orang yang sangat ia cintai sampai detik ini. Ia tidak sanggup lagi untuk menyaksikan acara selanjutnya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam berharap tidak ada isakan yang keluar dari mulutnya, namun begitu ia menutup matanya, air mata itu mengalir tanpa bisa ia bendung, membasahi pipinya. Dan inilah pertama kalinya Jongin patah hati.

Aku harap kau akan bahagia Sehun hyung...

Di lain sisi, Sehun memperhatiakn kepergian orang yang sangat ia cintai, ingin rasanya ia berteriak, meneriakkan nama orang terkasihnya. Yang nyatanya itu bukanlah orang yang ada di hadapannya sekarang, melainkan orang yang kini tengah meninggalkan keramaian itu sendiri—Kim Jongin.

Apakah ini yang kau inginkan…?

Apakah ini yang kau sebut bahagia? Tapi ini sangat sakit Jongin-ah, aku sakit…

jangan paksa aku untuk melupakanmu, karena aku tak akan pernah bisa… aku hanya mencintaimu… sungguh, hanya kau seorang.

.

.

.

END

Apa ini?

Sumpah aku juga gak tahu ini cerita apa, inilah berkat aku gak bisa tidur... jadi deh cerita aneh seperti ini.

Oya yah...! Maaf ya readers deul aku belum bisa update ff yang udah lama aku anggurin sekarang, coz gak ada pencerahan nih hiks...hiks...

Ada yang nunggu Love is gak?