Konnichiwa, minna-san!﹏

Kembali lagi dengan Hazu...

maaf sudah hiatus selama 2 tahun. Hazu kehilangan ide, semangat dan kurangnya waktu untuk dapat melanjutkan cerita ini. Setelah iseng buka2 FF dengan adanya rintangan (pemblokiran web FF), Hazu kembali termotivasi untuk melanjutkan.

Semua berkat kalian yang telah setia membaca dan me-review cerita ini.. padahal sudah 2 tahun, lho! terharu (p′︵‵。) *lap air mata, lap ingus*#PLAK.

Oke, tanpa basa-basi lebih lanjut, mari kita mulai

A/N: Gaya menulis Hazu sedikit berubah. Sudah lama gak buat. Gomen

Fanfiction

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Uchiha Hazuna

{Jika ada kemiripan dengan unsur cerita, A/N atau apapun itu, Hazu minta maaf. Ini sebenarnya ide Hazu sendiri dan gak bermaksud menyontek milik senpai-senpai sekalian*bungkukin badan}

Warning: OOC, AU, Typo(s), gaje, abal, EYD yang acak-acakan, de el el...]


にいい ちゃん,... わたしをみて!

(Nii-chan,... Watashiwomite!)

"Kak,... Lihatlah aku!"


Chapter 6 : Prepare

"I-ini..."

Sakura terbelalak dengan pemandangan di depan matanya. Sebuah bangunan bercat putih dan keemasan dengan aksen Eropa.

Sasori menatap Sakura diiring senyum simpulnya. Ia mengelus pucuk kepala Sakura seraya berucap, "Ayo, masuk."

Sakura masih dibawah bayang-bayang rasa bingung. Beribu pertanyaan melayang dalam pikirannya.

"Ini di mana? Kenapa Sasori-senpai membawaku kemari?"

"A... Anoo, Senpai. Kenapa kau membawaku ke sini? Eng..." Sakura menatap iris hazel Sasori malu-malu. Sasori hanya membalas dengan senyuman dan menggandeng tangan Sakura dalam bisu. Menuntunnya untuk memasuki bangunan tersebut.

"Selamat datang, tuan Sasori."

Sakura kembali terbelalak dengan deretan orang berseragam yang membukuk seraya berucap menyambut.

"A... Ada apa ini, Sasori-senpai?"

Sasori tidak menjawab. Menoleh pun tidak. Ia justru memanggil seorang nona berseragam tersebut.

"Tolong pilihkan baju yang terbaik untuknya," Perintahnya seraya menunjuk gadis bersurai pink di sebelahnya, Sakura.

"Hai. Dress atau kimono?"

"Kimono. Yang... pst.. pst..." Sasori berbisik pelan pada nona tersebut.

Nona itu pun mengangguk paham, "Hai, wakarimashita."

"Senpai...," Sakura berucap lirih dan menarik-narik pelan jaket Sasori, membuat si empunya menoleh.

"Nani, Sakura?"

Sakura menggembungkan pipinya kesal.

"Aku sudah berkali-kali bertanya. Ini di mana? Kita mau apa? Terus baju-"

"Sst.." Sasori memotong ucapan Sakura dengan menempelkan jari telunjuk kanannya tepat pada bibir Sakura.

Mendapat perlakuan demikian, Sakura mendadak blushing. Ia memalingkan wajah dan kembali menggembungkan pipinya.

"Sasori-senpai jahat."

Sasori tersenyum tipis.

"Iya, aku jahat," Ujarnya mengiyakan ucapan Sakura. Ia mencubit pipi sakura yang kemerahan itu.

"Pipimu kayak tomat."

"I.. Ittai, Senpai! Tolong lepaskaaaann..."

Sakura semakin memerah. Degup jantungnya semakin tak karuan.

"Kau benar-benar jahat, Senpaaaii!" Sakura memukul-mukul pelan lengan Sasori. Sasori pun mengaduh.

"I.. Ittai, tenagamu kuat sekali."

Sakura berhenti dan mendengus pelan. "Huh. Biarin. Senpai nyebelin"

"Aku memang nyebelin." Sasori menjulurkan lidah dan mengacak-acak pucuk kepala Sakura.

"Sen-"

Tuan Sasori. Kimononya sudah saya pilihkan. Silahkan pilih yang cocok menurut Anda."

Tanpa basa basi, Sasori melangkah ke arah sumber suara tersebut, tak lupa menggandeng Sakura.

"Sakura, kau ingin kimono yang mana?"

Sasori menawarkan seraya tersenyum tipis.

"A... Anoo... Aku bingung, Senpai." Sakura menatap jejeran kimono berwarna ragam.

Sasori berpikir sejenak. Matanya tertuju pada kimono berwarna hitam bermotif sakura berkelap-kelip serta obi yang berwarna pink senada dengan rambut Sakura.

"Aku pikir ini cocok denganmu. Bagaimana, Sakura?" Sasori menunjuk kimono yang menarik perhatiannya.

"Hum.. Aku tergantung Senpai saja," Ujar Sakura yang bingung.

"Baiklah." Sasori meminta para nona untuk membungkuskan kimono yang dipilihnya. Tanpa sepengetahuan Sakura, Sasori menambahkan sesuatu.

"Ini, Tuan Sasori. Terima kasih. Datanglah lagi lain waktu. Begitupula anda, Nona manis,"

Sasori mengangguk dan berpamitan. Sakura ikut tersenyum.

"Aku antar sampai ke rumahmu, ya? Di mana rumahmu?"

"Di jalan Iori, Senpai."

"Baiklah, ayo naik." Sasori menepuk-nepuk jok motor belakang. Mengisyaratkan Sakura untuk duduk.

Sakura segera naik dan motorpun melaju.


"Sudah sampai." Sasori memberhentikan motornya tepat di depan rumah beraksen Jepang kental dengan pohon sakura tepat di halamannya.

Sakura segera turun.

"Arigatou, Sasori-senpai," Sakura menyunggingkan senyum termanisnya. Sasori memalingkan wajahnya.

"Doita." Balasnya pelan tanpa menoleh.

"Baiklah, aku masuk yah. Hati-hati di jalan," Pesan Sakura yang dibalas anggukan singkat oleh Sasori.

"Oh iya, ada 2 bungkusan. Kamu buka bungkusan pink saja, ya. Bungkusan merah kamu simpan, ya. Ingat, hanya boleh membuka bungkusan pink!"

Setah berpesan demikian, Sasori melajukan motornya. Sakura hanya terdiam menatap punggung besar Senpai -yang disukainya- yang menghilang di balik liku jalan.

"Arigatou, Sasori-senpai. Aku semakin menyukaimu..."

SASORI'S POV

"Aw.. Shit! Ini gila! Kenapa dia harus tersenyum begitu sih?! Kan aku jadi susah... Sakura..."

Kembali terbesit dalam benakku ketika ia tersenyum. Wajahnya yang memancarkan kebahagiaan itu...

... Sangat manis.

Sepertinya... Aku...

... Memang menyukainya.

Aku suka padamu, Sakura...


"Saki... Akhirnyaaa~"

Sakura mengernyit heran atas ucapan sahabatnya, Ino yang terkesan mendadak.

"Akhirnya apa, Ino?"

Ino menepuk kepala Sakura dengan selembar kertas yang dipegangnya.

"Kau pikun ya?"

"Inooo... Aku tidak pikun. Justru kalau kau pukul kepalaku begitu, nanti aku jadi pikun!" Seru Sakura. Ino hanya menyengir.

"Habisnya... Oh iya, katanya hari ini sekolah dipulangkan cepat dan para siswa harus kumpul kembali di sekolah sore hari dengan berbusanakan kimono karena tema acara tahun ini adalah "Traditional Japanese."" Cerocos Ino tanpa jeda.

Sakura tampak asyik sendiri. Ia tak menyimak omongan Ino. Ia sibuk menatap

kelopak bunga yang melambai seolah menyapa. Ia tersenyum.

"Hei Saki. Kau melamunkan apa, hah?! Aku ngomong kok gak didengerin." Ino mencubit pipi Sakura. Sakura tersadar dari lamunannya.

"Eh... Hehehehe.."

"Pulang sekolah ini, bawalah pakaianmu ke rumahku. Nanti aku bantu...-"

"-...Kupastikan orang yang kau lamunkan itu akan terpesona... Huahahahaha," Gelak ino sembari berlari kecil menjauhi Sakura.

Seperti prediksi Ino, Sakura langshng berblushing dan mencoba memukul. Lantaran target tidak ada, ia pun mengejar.

"INOOOOOOO...!"


"Ino... Aku datang."

Sakura menjinjing tas miliknya. Peluh membasahi wajahnya yang kemerahan.

"Selamat datang. Ayo ke kamarku. Eh, kamu mandi dulu!" Ino menuntun Sakura menuju kamar mandi tepat di kamarnya.

"Ini handuk, itu sabun, sabun cuci muka, bla.. bla.. bla..."

"... cepat ya."

Sakura mengangguk dan segera masuk me kamar mandi.

"Saki, duduk sini."

Ino sudah bersikap layaknya seorang penata rias asli. Dengan cekatan ia memulas wajah Sakura dengan bedak tipis, memakaikan eyeliner, eyeshadow, blush on pada pipi, serta tak lupa pulasan lipstick berwarna muda dengan lapisan lipgloss pada bibir mungil sahabatnya itu.

"Tadaa... jadi. Sekarang giliran rambutmu."

Kembali dengan gesit Ino menata surai pink Sakura. Ia tata sebagus mungkin.

"Sekarang kenakanlah kimonomu."

Ino berganti meriasi dirinya.

"Saki... Cantik sekaliii~" Ino terkagum-kagum melihat penampilan Sakura. Ia terlihat sangat puas akan hasil karyanya.

"A.. Arigatou, Ino."

Sakura menatapi cermin yang memantulkan bayang paras dirinya. Sedikit tak mempercayai apa yang ia lihat, ia bergumam pelan.

"Ini.. aku?"

"Sedikit sulit kupercaya..."


"Saki, aku ada urusan. Sepertinya cukup makan waktu. Kau berkelilinglah. Nanti kuhubungi lagi. Gomenne~" Ino berpamitan seraya mulai melangkah meninggalkan Sakura.

"Daijobu, Ino." Sakura tersenyum. Ia tak merasa terlalu masalah. Dia cukup paham bahwa sahabatnya itu memang tergolong cukup sibuk. Sibuk dengan kelompok dari kegiatan khusus entah apa itu.

SAKURA'S POV

Hm... sekarang aku sendirian di tengah riuh acara festival matsuri di sekolahku ini. Jejeran stand dengan lampu-lampu menggantung berkerlip bak bintang. Sungguh indah.

Ngomong-ngomong, Sasori-senpai di mana, ya? Aku belum melihatnya...

Padahal...

Padahal...

Aku ingin menunjukkan diriku ini di depan Senpai...

Aduh.. apa-apaan sih pikiranku ini?! Memalukan...

"Kacau.. haduh. Pikiranku. Lebih baik aku me-refresh kembali otakku yang sudah berlikir macam-macam..."


Sakura melangkah memasuki gedung sekolahnya. Menapaki tangga satu per satu hingga tangga terakhir yang menyuguhkan pemandangan di balik pintu semi-besi.

"Fua... pemandangan di atap sekolah memang top!" Ia sesapi udara segar sedalam-dalamnya.

Ketika melihat-lihat sekitar, mencari jikalau ada orang lain selain dirinya, ia menemukan siluet gelap karena cahaya yang cukup minim.

"Siapa?"

Sosok itu mendekati Sakura. Semakin dekat dan semakin dekat. Sakura terkejut.

"Ka.. Kau..."

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

.

.

.

Hai, Minna...Bagaimana? Alurnya kelambatan ya? Kurang enak dibaca? Maaf... Hazu baru bisa buat segini dulu. Tugas numpuk pul puk puk... (っ̩̩T.T)っTolong kritik dan sarannya pairing? Lihat nanti :p

Sekali lagi, terima kasih atas dukungan dari kalian semua. Tanpa kalian, Hazu tidak dapat melanjutkan ini..

Terima kasih yaa:)

Ini edit bold/italicnya agak error. Soalnya buat di HP kedepannya Hazu berusaha akan lebih baik lagi *Bungkukin badan*

Salam hangaaattttt

Hazu