In Your Arm Tonight
Disclaimer :
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
In Your Arm Tonight © Ryuukaze Hikari & Hyorikazu
Genre(s) :
Hurt/Confort and Romance
Rated :
T
Pair(s) :
Akashi x Kuroko
Chapter 1 : Mistake
Akashi dan Kuroko sudah menikah selama 3 bulan lamanya atas permintaan orangtua mereka. Ketika Kuroko pulang dari supermarket sehabis bekerja menjadi guru TK Teiko, dia pulang melewati taman. Ditaman itulah dia melihat Akashi dan Aomine berciuman ditaman itu.
Disinilah Kuroko mulai kebingungan untuk memutuskan. Apakah Kuroko akan menceraikannya? Ataukah Kuroko akan mempertahankan pertalian suci mereka? Disaat itu, Kuroko bertemu dengan Kagami kembali setelah 12 tahun tidak bertemu.
Yang mana yang akan Kuroko pilih?
Akashi yang merupakan suaminya?
Ataukah..
Kagami yang merupakan cinta pertamanya yang kini kembali hanya untuk dirinya?
.
Pagi-pagi sekali, seperti biasa Akashi sudah memakai kemeja merah marunnya lengkap beserta jas hitam yang terlihat licin dan mengkilat juga dasi hitam polos yang tidak kalah rapihnya. Ia berjalan ke arah dapur untuk sekedar meminum teh hangat dengan asap masih terlihat mengepul yang sudah disiapkan oleh istri -suami- yang juga selalu bangun lebih pagi darinya.
"Seijuurou-kun sudah mau berangkat?" Kuroko Tetsuya- yang kini namanya menjadi Akashi Tetsuya meletakkan sepiring karaage, menu sarapan hari ini ke hadapan 'Seiijurou-kun'nya.
"Tidak Tetsuya, aku ada rapat pagi kali ini," ujarnya datar dan -sedikit- dingin di telinga Tetsuya. Tanpa pikir panjang, direktur muda itu segera beranjak dari duduknya. "Aku berangkat," dan meninggalkan surai biru muda itu tanpa kecupan pagi.
Seperti biasa..
Mereka memang sudah menikah selama 3 bulan lamanya, namun hubungan mereka sama sekali tidak bisa di bilang hubungan pernikahan. Mereka menikah atas dasar permintaan kedua orangtua mereka. Mau tak mau merekapun menyetujuinya.
Helaan nafas berat selalu di keluarkannya setiap pagi. Menu sarapan yang disiapkan berasa sia-sia. Tetsuya memutuskan untuk sarapan seorang diri. Setelah mencuci peralatan makan, Tetsuya menuju kamar mandi lalu bersiap-siap berangkat kerja. Bertemu dengan anak-anak di TK Teiko selalu berhasil membangun moodnya kembali.
.
Begitu Tetsuya menginjakkan kaki di TK Teiko, Anak-anak disana segera menyambut kedatangan Tetsuya dengan wajah ceria. Betapa lucunya mereka. Wajah mereka yang seperti itu mengembalikan mood Tetsuya. Tetsuya mengelus puncak kepala anak-anak itu dengan sanyang dan senyuman manis terbentuk di wajahnya. Dia harus bekerja seperti biasanya.
Tiba-tiba saja salah seorang murid berambut kuning berlari dan menggelayuti kakinya sambil menangis terisak. Tetsuya mengelus perlahan surai itu dan menggendongnya agar lebih tenang. "Kenapa menangis Kise-kun? Apa ada yang memukulmu?"
"Hiks.. Ha-Hanamiya biyang achu chidak-hiks pancas ja-jadi piyot-ssu..hiks.." yang menggendong hanya menatap murid yang bernama Hanamiya itu datar. Tidak ada guratan kekesalan yang terpancar di mata lebarnya. Malah ia tersenyum. Sedikit perselisihan sepele murid-murid kecilnya terkadang membuat perasaan begitu nyaman. "Hanamiya-kun, apa yang ingin Hanamiya-kun lakukan saat besar nanti?"
"Humph!" yang kecil menatap tajam, sedikit terlihat egois memang. Tapi ia melanjutkan, "akhu ingin segayanya!"
"Segalanya?" si kecil Kise kini ikut menatap Hanamiya dengan mata sembab. Tidak mengerti arti dari kata-kata itu.
"Ya! Akhu ingin segayanya!"
"Berarti Hanamiya-kun ingin jadi pilot juga kan?"
Hanamiya kecil itu sedikit tersentak. Benar juga, ia bilang segalanya. Jadi, polisi, pemadam kebakaran, koki, pengusaha, olahragawan, dan pilot juga termasuk kan? Ia cemberut- lama kelamaan menangis juga. Membuat Tetsuya harus mengusap surai hitam itu dan memeluknya juga.
"Hanamiya-kun tidak boleh meremehkan cita-cita orang ya.. entah apapun, yang penting itu adalah pekerjaan mulia."
"Hiks.. hiks iyya.."
"Nah, sekarang Hanamiya-kun minta maaf pada Kise-kun ya," dengan sedikit terisak, bocah kecil berambut gelap mengulurkan tangannya ragu-ragu sambil berkaca-kaca.
"Ma..af.." dan tangan kecil itu disambut oleh tangan lain yang tampak lebih bersemangat.
"Iyya-ssu!" dan cengiran si kuning Kise menjadi awal untuk pelajaran mereka hari ini.
Tetsuya tersenyum senang melihat Kise dan Hanamiya yang merupakan rival berbaikan kembali. Kedua orang itu memang tidak cocok sejak awal mereka bertemu. Kise yang mudah menangis menjadi sasaran empuk bagi Hanamiya yang sangat suka mengganggu orang lain. Selain itu, ada Haizaki Shougo yang se-type dengan Hanamiya, namun ada Nijimura yang mudah menangangi Haizaki.
Hari ini Tetsuya mengajarkan bagaimana membuat Origami kepada anak-anak. Semua membuat lingkaran besar dengan Tetsuya sebagai pusatnya. Origami buatan Tetsuya sangat rapi, anak-anak yang mencoba untuk menirunya malah mendapatkan hasil yang sebaliknya. Apalagi buatan Aomine yang lebih mirip pelintiran daripada sebuah karya origami
"Tetcuya-cencei~ ini buatanku!" Kise yang selesai membuat origaminya segera di berikan kepada Tetsuya
"Bagus. Kise-kun pitar." Puji Tetuya dengan pengelus pelan kepala kuning Kise
Aomine- Aomine Daichi tidak mau kalah. Ia juga menyerahkan plintiran(?) origaminya sambil nyengir lebar. Menampakkan gigi putih yang tampak kontras dengan rambut biru tuanya, apalagi dengan kulit yang tampak kecoklatan karena banyak bermain di bawah sinar matahari. "Punyaku juga cudah celecai! Bagus taan?" ujar bocah itu percaya diri.
"Um.. Aomine-kun membuat apa ini?"
"Utang! Daiichi suka cekali utang~!" Meski sedikit bingung dengan bentuk origami udang yang lebih mirip cacing terlindas itu, Tetsuya akhirnya mengelus surai si bocah, "Aomine-kun juga pintar. Tapi sensei belum pernah melihat udang seperti ini," sedikit bertanya mungkin bisa membuatnya tahu.
"I-itu.. utang Daiichi yang meninggal tellindas cepeda tou-chan.." ia melengkungkan bibirnya ke atas- gestur sedih. Seperti sedikit teringat masa lalu yang hampir membuat hidupnya hancur.
Tetsuya lantas tertawa kecil mendengar perkataan dari Aomine itu. Astaga berbeda sekali dengan sang ayah. Tetsuya mengelus sayang kepala biru tua itu.
"Jangan sedih Aomine-kun. Makan siang nanti sensei akan buatkan Ebi Furai, oke?" hibur Tetsuya
"Um!" Aomine kembali memamerkan deretan gigi putihnya kembali. Udang merupakan hewan sekaligus lauk favorite.
.
SKIP TIME
Jam sudah menunjukan jam 12 siang. Sudah waktunya para anak-anak untuk kembali ke rumah masing-masing. Begitu anak-anak sudah pulang, Tetsuya memutuskan untuk membereskan kelas yang teramat sangat berantakan. Mainan, kertas origami, bungkus makanan ringan dan tetesan warna-warni cat turut menghiasi lantai kelas.
Tetsuya menghela nafas sebentar lalu menggulung lengan kaos yang dia gunakan lalu mulai membersihkan. Mulai dari merapihkan mainan, membuang sampah, menyapu dan mengepel lantai kelasnya adalah kewajibannya.
Setelah hampir setengah jam, Tetsuya selesai membereskan ruang kelas. Ia pergi ke ruang guru -yang ternyata sudah sepi- untuk mengambil tas dan berkas-berkas mengajar. Tidak lupa juga memasukkan origami murid-muridnya ke sebuah kantong kertas berwarna kecoklatan untuk dinilai nanti di rumah.
Pemuda itu berniat untuk mampir sebentar ke supermarket, sekedar membeli bahan makanan untuk dua hari kedepan dan juga membeli novel keluaran terbaru bila ada.
Di rak sayuran, ia memilih-milih kangkung. Kemudian beralih memilih kentang, brokoli, tomat, bawang putih dan bawang merah. "Sepertinya ada yang kurang.. ah, wortel," Tetsuya mendekati rak wortel yang berada paling ujung. Tapi sebelum ia benar-benar sampai, ada dua pemuda yang entah berdebat atau bercanda. Tampaknya ia kenal salah satunya.
"Ne Shin-chan~ malam ini makan sup ya~" pemuda yang lebih pendek memiliki warna surai hitam dengan belah tengahnya. Tampak ceria karena sedari tadi selalu memamerkan deretan gigi putihnya.
"Hm. Terserah kau saja nanodayo," pemuda yang lebih tinggi, berkacamata dan bersurai hijau membenarkan posisi kacamata. Tangan kirinya memegang boneka sapi. Yang ini tampak dingin dan.. sedikit aneh.
"Ah, Shin-chan~" yang dipanggil menoleh. "Shin-chan tahu kenapa daun wortel ini berwarna hijau?"
Diam.
"Tentu saja karena daun wortel berklorofil nanodayo," jawaban yang pantas dari seorang dokter muda ini.
"Bukan~" si surai hitam menyanggah dengan gaya manjanya.
"Hm? Tapi setauku itu nodayo. Apa karena wortel itu berfotosintesis?"
"Shin-chan bilang saja, 'aku tidak tahu, memangnya kenapa?' gitu~" surai hitam sedikit menirukan gaya si surai hijau. Entah apa maunya.
Menghela nafas, si surai hijau akhirnya memilih menuruti, "baiklah aku tidak tahu. Memangnya kenapa nanodayo?"
"Aku suka daun wortel, daun wortel ini hijau karena.. karena selalu mengingatku akan Shin-chan~"
Krik
Dan selanjutnya pemuda itu berteriak manja karena ditinggal oleh si surai hijau.
.
"Ah, anda orangtua Midorima.. Seitarou-san kan?"
"Eh? Akashi-sensei?"
"Doumo." balas Tetsuya dengan sopannya kepada pasangan itu dan tak lupa membungkukan badannya.
"Tetcuya-censei..?" seorang anak berambut hitam dengan belahan pinggir dan bermata hitam memanggil dirinya.
"Doumo, Seitarou-kun." balas Tetsuya dengan menyamakan tinggi badannya dengan Seitarou dan mengelus kepala hitam itu.
Seitarou yang di perlakukan seperti itu hanya bisa menundukan kepalannya menyembunyikan semburat merah yang ada dan memeluk boneka beruang yang di pegangnya
"Kuroko, apa yang kau lakukan disini? Bu-Bukan berarti aku peduli ya!" Tanya pemuda bersurai hijau yang ternyata bernama Midorima Shintarou
"Um.. Tentu saja berbelanja, Midorima-kun." jawab Kuroko yang sedikit terheran-heran dengan pertanyaan Midorima
"Shin-chan, semua orang bila ke supermarket tentu saja berbelanja kan?" kata pemuda disebelahnya -Midorima Kazunari.
Midorima hanya menarikan kacamatanya yang sama sekali tidak melorot. Lalu manik hijau Midorima melihat Tetsuya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sepertinya Midorima menemukan sesuatu yang berbeda dari Tetsuya.
"Ada apa Midorima-kun?" tentu objek yang di perhatikan merasa sedikit bingung ditatap seperti itu.
"Kenapa.. pakaianmu seperti itu Kuroko?"
"Ano.. sekarang namaku Akashi, Midorima-kun,"
"Oh? ya.. Aku lupa. Lalu kenapa pakaianmu aneh seperti itu Akashi..Tetsuya?"
"Bukan aneh Midorima-kun, baju ini adalah seragam. Aku menjadi salah satu guru di TK Teikou, tempat anak Midorima-kun bersekolah," terang pemuda bersurai biru muda itu sedikit panjang.
Yah, patut disadari, Midorima Shintarou terlalu sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit. Jadi yang biasa menjemput Midorima Seitarou -anaknya- adalah si ibu, Midorima Kazunari. Dan karena itu Shintarou tidak tahu kenapa Tetsuya mengenakan seragam berwarna putih dengan aksen biru tua juga apron berwarna biru tua polos -yang lupa belum dilepas-.
"Oh," menaikkan kacamata,
"aku baru tahu kalau kau benar-benar jadi guru TK."
"Hai, begitulah. Ano.. maaf aku tidak bisa berlama-lama," Tetsuya menunduk singkat untuk sekedar pamitan pada sang dokter muda, Shintarou. Kemudian dua orang -Kazunari dan Seitarou- ikut menghampirinya,
"Tetchuya-cencei mau puyang?" si kecil tampak berbinar, enggan berpisah dengan guru kesayangannya. Tetsuya berjongkok, menyamai tinggi anak itu,
"Hai, sensei harus membersihkan rumah dan menyiapkan makanan.. juga menilai origami kalian tadi," pemuda itu mengelus perlahan surai hijau kecil yang menunduk.
"Ha-hai.."
Tetsuya membungkukkan badannya dan mendahului pasangan Midorima itu ke kasir dan segera kembali ke rumah. Sangat ingin dirinya membuatkan sup untuk sang Suami yang pulang kerja. Dia melewati taman kota untuk jalan pintasnya menuju rumahnya. Namun, dia melihat siluet dua orang yang dia kenal.
"Sepertinya aku kenal orang itu.." ada keinginan untuk mendekat karena rasa penasarannya. Namun, kegelisahan juga menahannya agar tidak kesana.
Pada akhirnya dia mendekati kedua siluet itu dan.. barang belanjaannnya jatuh begitu saja. Kedua orang itu.. Aomine dan Akashi! Yang benar saja! Aomine adalah orang yang dulu pernah membuangnya dan Akashi adalah suaminya dan mereka sedang berciuman di taman?!
Perlahan Tetsuya mengambil langkah mundur. Jaraknya tidak memungkinkan bagi kedua orang itu mengetahuinya. Badannya kaku seketika, otaknya berhenti bekerja, hatinya sakit. Dirinya di tampar oleh kenyataan pahit. Sekarang dia tahu kenapa Akashi sering berangkat duluan, pulang setelah dia tertidur dan tidak pernah sarapan. Seharusnya dia mendapatkan ciuman selamat pagi sebelum Akashi berangkat kerja. Dia paham sekarang. Sangat paham..
~ To Be Continue ~
A/N : mind to review? :D