Wait For You
Chapter 22
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Comfort and Hurt/Romance
Pairing : SasuSaku
Chapter 22 : It's Over
Warning: Seluruh karakter ini milik Masashi Kishimoto, sedangkan ide ceita ini seratus persen milik saya. Typo(s), alurnya ngalur-ngidul, dan kejelekan lainnya.
Happy Reading!^^
Angin malam bertiup pelan seakan tugas utamanya malam ini adalah membelai helaian rambut Sakura yang lembut. Sepertinya Sakura sedang menikmati hembusan angin dan posisinya saat ini. Baru pertama kali inilah ia menyandarkan kepalanya di pundak seorang laki-laki kecuali Sasori. Rasanya dia nyaman sekali. Tak jauh berbeda dengan Sakura, Sasuke pun merasa begitu. Baginya ini adalah momen terbaik, karena gadis di sampingnya nampak sangat merasa aman di dekatnya. Merupakan memori indah jika ia mempunyai kesempatan untuk mengulangi hal ini di kemudian hari.
Sepertinya malam ini Tuhan benar-benar menciptakan momen indah hanya untuknya dan Sakura. Latar mereka sangat bagus, kan? Di salah satu hotel yang sangat mahal dan terkenal mereka sedang berdiri di balkonnya yang super mewah untuk menatap langit yang menyiapkan dirinya bagaikan panggung suatu drama. Warna langitnya senada dengan rambutnya ditemani dengan bulan sabit yang memancarkan sinarnya yang tak terlalu terang yang juga disertai bintang-bintang yang menyebar ke seluruh hamparan langit dan ditambah dengan awan kelabu. Andaikan ada sebuket bunga, kemungkinan malam ini akan benar-benar menjadi lebih berharga.
Tetapi itu tak masalah lagi, sejarah perjalanan cinta mereka akan menuai hasil pada malam hari ini juga. Hanya dengan beberapa menit yang dapat dihitung, mereka akan menyematkan cincin di jari manis masing-masing pertanda mereka akan terikat dalam suatu hubungan yang bersifat mengikat. Tak lama lagi, dapat dihitung dengan jari, kok. Sasuke tersenyum tipis memikirkan semuanya. Ia torehkan pandangannya ke samping, ternyata gadis di sebelahnya tengah memejamkan mata menikmati angin malam, atau benar-benar tidur karena tergoda akan belaian lembut angin? Yang mana pun faktanya, ia tak mau memikirkannya lama-lama. Ia malah senang melihat wajah damai si nona cerdas nan arogan di sampingnya ini. Ia teliti garis muka Sakura dan fokusnya berhenti pada bibir Sakura. Ingin rasanya ia mencicipi bibir merah Sakura yang dipoles liptint. Namun ia harus menahan nafsunya, ia tak mau merusak Sakura secara tak langsung.
Sasuke melihat jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sekarang sudah pukul sembilan malam. Yang ia tahu, acara pertunangan itu dimulai jam sembilan. Tetapi, apakah ia tega membangunkan perempuan di sebelahnya ini?
Derap langkah kaki yang berjalan mendekat berdengung di telingnya, entah bagaimana indra pendengarannya bisa menjadi lebih tajam dari yang sebelumnya. Karena itu dia membalik badannya. Ternyata Naruto, sahabatnya yang paling mengerti dirinya dan yang paling bodoh, tepatnya ceroboh. Dan juga pemalas.
"Acaranya sudah mau mulai," Naruto datang mendekat memberitahu, Sasuke membalasanya dengan gumaman pendek.
"Sakura... "
"Pergilah, kami akan menyusul," potong Sasuke dengan cepat. Naruto hanya mengangguk sekilas, kemudian ia pun pergi.
Bodoh juga dia. Kenapa ia menyuruh Naruto untuk pergi? Seharusnya dia minta saran dulu bagaimana cara untuk membangunkan Sakura yang tertidur? Tetapi, apa masalahnya? Bangunkan saja dengan cara yang biasa. Bisikkan namanya agar dia mau bangun dengan sedikit guncangan pelan di bahunya. Baiklah, kita coba.
"Sakura, bangunlah," bisik Sasuke pelan. Dia pun mengguncang pundak Sakura dengan pelan dan hati-hati. Sakura menggerakkan kepalanya pertanda terganggu. Namun, setelah itu ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Sakura pun menyingkirkan kepalanya dari pundak Sasuke dan berdiri sendiri.
"A-acaranya sudah mau mulai, ya?" tanya Sakura dengan mata yang setengah terbuka, Sasuke pun mengangguk.
Ia menggengam tangan Sakura sedangkan Sakura hanya ikut saja saat Sasuke menuntunnya untuk jalan. Entah kemana ia tak peduli, ketika melihat benda di depannya saja seperti ada kabut. Sasuke berjalan lurus menuju sudut ruangan ini lalu berbelok ke kanan. Di sana ada petunjuk bahwa letak toilet ada ketika mereka menyusuri belokan itu. Benar saja, tak lama berjalan, sudah ada dua pintu yang bersebelahan bertuliskan "Men" dan "Ladies" . Sakura kembali memejamkan matanya dengan kepala tertunduk.
"Sakura," Sasuke menegakkan kepala Sakura dan mata Sakura itu kembali berkedip-kedip.
"Aku mengantuk sekali," kata Sakura dengan menundukkan kepalanya kembali.
"Sebaiknya kau ke toilet untuk membasuh wajahmu," Sasuke membukakan pintunya lalu mendorong Sakura untuk masuk. Sakura yang didorong dengan terpaksa pun akhirnya masuk.
Sakura berjalan sempoyongan menuju wastafel di depannya. Ia meraba-raba dimana wastafel itu. Setelah itu ia memutar kerannya sehingga air mengucur. Lalu ia membasuh wajahnya yang seperti orang mati. Sesudah ia cuci muka, mukanya terlihat lebih segar. Dan ia pun tersadar. Segera ia rapikan penampilannya yang jauh dari kata rapi. Setelah semuanya selesai, ia pun keluar.
"Sudah, ayo. Kita sudah terlambat!" seru Sakura dengan menarik tangan Sasuke. Sakura pun berlari karena ia sudah tahu bahwa mereka sudah terlambat untuk acara pertunangan mereka.
"Ya, kita sambut pasangan serasi kita yaitu... Sasuke dan Sakura!" ujar sang pembawa acara yang disertai dengan tepuk tangan yang meriah oleh para hadirin.
Bersamaan dengan itu, Sasuke dan Sakura telah masuk ke dalam ruangan itu dengan nafas yang ngos-ngosan. Mereka berdua pun maju ke depan untuk naik ke panggung. Di panggung itu sudah ada Ibu mereka masing-masing. Sasuke berdiri di samping Ibunya, begitu juga dengan Sakura. Mikoto pun mendekatkan dirinya pada Sasuke. "Kau hampir terlambat anakku," bisik Mikoto tepat di telinga Sasuke dengan pelan. Sedangkan Mebuki hanya bisa geleng-geleng tak percaya menatap Sakura.
Begitu selesai dengan acara kode-kodean para Ibu, kedua perempuan berumur itu bergerak mendekat ke samping kiri Sasuke dan Sakura yang sekarang sudah berhadapan. Kemudian mereka berdua membuka kotak beludru tempat cincin pertunangan kedua anak mereka. Cincin itu sederhana, sama dengan cincin yang biasa dipakai. Berbentuk lingkaran dan terbuat dari emas putih, tetapi ada sebuah ukiran di dalam cincin itu. Ukiran itu membentuk sebuah tulisan. Kedua tulisan di cincin itu berbeda, yang satu Uchiha dan yang satu lagi Haruno. Tanpa banyak pemikiran lagi, Sasuke mengambil cincin itu dari kotaknya dan memakaikannya pada jari manis Sakura. Begitu juga sebaliknya. Sasuke memakai cincin bertuliskan Haruno dan Sakura memakai yang bertuliskan Uchiha. Senyum penuh arti mereka tampilkan saat itu juga.
"Mudah-mudahan kita dapat terus bersama," bisik Sasuke yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Sakura.
"Kita beri tepuk tangan untuk mereka!" seru si pembawa acara yang langsung bertepuk tangan dan diikuti oleh tepuk tangan yang meriah dari pada undangan yang hadir. Fugaku dan Kizaki bertepuk tangan dengan wajah penuh kebanggaan.
"Selanjutnya kita dengarkan lagu yang akan dibawakan oleh Team 7. Ini adalah penampilan khusus untuk pasangan kita sekaligus sebuah hiburan untuk tamu-tamu kami yang sudah berkenan hadir di acara ini. Kita sambut saja... Team 7!" Sasuke dan Sakura serta para Ibu pun turun dari panggung, dan anggota Team 7 selain Sasuke maju ke panggung. Anehnya mereka masih berjalan menuju dimana peralatan alat musik berada. Kali ini, tampilan mereka bukan seperti boy band, tetapi seperti band.
Sepertinya dengan diadakannya pertunangan, hubungan mereka semakin baik saja. Sudah seminggu penuh mereka lewati, tetapi tidak ada pertengkaran atau selisih paham di antara mereka berdua. Hubungan mereka begitu tenang bagaikan air yang ada di telaga. Namun, dibalik hal itu ada sesuatu yang kurang. Mereka jadi kurang komunikasi dan jarang bertemu. Sekarang Sakura sedang gencar-gencarnya belajar karena ujian harian sedang marak diselenggarakan. Sedangkan Sasuke dan teman-temannya mempunyai jadwal yang lebih padat daripada sebelumnya. Sasuke jarang mengajaknya untuk bertemu dan berbicara secara empat mata, padahal dia tidak ada job untuk iklan ataupun yang lain. Tetapi, teman-temannya yang lain masih bertemu dengannya. Seperti Gaara yang kemarin bertemu dan mengajaknya mengobrol tentang Karin di kafe dekat sekolahnya. Lamanya mereka mengobrol tak dapat dikatakan cepat, mereka menghabiskan satu setengah jam kemarin. Saat ia bertanya tentang jadwal Sasuke, ia bertanya jadwalnya hanya manggung saja. Itu yang membuat Sakura menaruh perasaan curiga pada Sasuke. Kembalinya Sasuke ke rumahnya sendiri membuat Sakura menjadi bertambah susah untuk mencari tahu tentang kesibukan Sasuke saat ini.
Sakura membuang semua pikiran buruknya tentang Sasuke. Ia percaya pada Sasuke. Sasuke tak mungkin berbuat macam-macam di belakangnya. Sasuke adalah orang yang dapat ia percayai. Sasuke tak mungkin berselingkuh darinya. Sakura yang tadinya sedang duduk di bangku taman pun beranjak dari sana untuk kembali ke kelas karena waktu istirahat akan segera berakhir. Tak sengaja, ia melihat Sasuke yang ternyata sedang duduk di sisi taman yang lain. Dia tidak sendiri melainkan ditemani dengan Shion. Shion adalah seorang gadis kelas yang sangat pintar. Rambutnya panjang dan pirang, menurutnya itu bagus. Dan, Sakura merasa bahwa wajah Shion lebih cantik daripada dirinya ditambah dengan badannya yang lebih ramping. Saat itu juga ia merasa cemburu. Kenapa Sasuke lebih senang dekat dengan Shion? Ino juga mengatakan bahwa akhir-akhir ini ia sering melihat Sasuke berduaan dengan Shion.
Ada masalah apa? Kenapa dia tidak diberitahu? Apakah selama ini ia melakukan kesalahan sehingga Sasuke lebih memilih dekat dengan Shion? Sakura kembali membuang pikirannya yang merupakan prasangka buruk pada Sasuke. Mungkin saja mereka berdua ada masalah yang belum diselesaikan sehingga mereka harus membicarkannya berdua karena urusan mereka tak dapat diketahui oleh orang lain, termasuk dirinya sendiri. Tak tahan dengan segala pemikirannya yang sudah terlampau jauh ditambah dengan rasa cemburu yang membakar hatinya, ia pun pergi dari situ.
Selesai melewati beberapa anak tangga, ia masuk ke kelasnya. Sampai di sana, ia duduk dengan wajah datar tanpa ekspresi. Karin yang tadinya sedang bergosip dengan teman yang ada di depannya, kini beralih pikirannya. Temannya yang cukup perhatian itu pun menghentikan tawanya dan mengajak gadis yang ada di belakangnya untuk bicara. Karin pun langsung menoleh pada Sakura. Karin mencolek pipi Sakura, tetapi Sakura tak merespon. Karin mengulanginya sampai beberapa kali barulah Sakura menunjukkan respon. Wajahnya memerah menahan amarah dengan pandangan mata yang sinis. Begitu Karin ingin melayangkan tangannya untuk mencolek pipinya, Sakura mencengahnya.
"Stop it idiot!" ketusnya dengan menghempaskan tangan Karin begitu saja. Karin pun tertawa pelan.
"Kau kenapa?"
Sakura tak menjawabnya. Pokoknya hari ini ia mau mogok bicara! Terserah dengan yang lainnya, ia tak akan bicara. Tak mendapat jawaban, Karin pun melanjutkan aksinya. Tetapi Sakura masih berkutat dengan kertas yang sedang ia pakai untuk menulis sesuatu. Setelah itu, ia beranjak dari bangkunya dengan meninggalkan kertas yang dibantingnya. Karin pun membaca isi kertas itu.
Katakan aku ada di ruang UKS!
Karin terkikik membaca isinya. Pastilah adiknya ini mau bolos, mungkin karena dia sudah terlampau kesal karena diganggu olehnya. Ya sudahlah, sebagai kakak yang baik, dia iyakan saja permintaan adiknya. Hitung-hitung menolong orang sekali-sekali.
Sakura berjalan sendirian dengan beban pikirannya. Rencananya ia mau menenangakan diri dulu. Masalah belajar bukanlah suatu masalah baginya. Dia dapat belajar sendiri atau meminta Sasori untuk membimbingnya. Untuk memberhasilkan rencananya, ia mau pergi ke taman alam. Tempat dimana selembar kenangan indah terukir untuk pertama kalinya. Tetapi, tempat itu sangatlah jauh dari sini, dia tak mungkin mau berjalan kaki. Mau naik taxi? Mari kita cek uang dulu. Sakura merogoh sakunya, tak ada selembar kertas pun di dalamnya. Hanya ada ponselnya. Benar. Bagaimana mau ada uang? Semua uangnya ada di dalam dompet dan dompetnya ada di dalam tas. Jadi mau bagaimana lagi? Dengan sangat terpaksa, kita harus jalan kaki.
Dengan kepala tertunduk serta langkah kaki yang diseret secara paksa, Sakura mulai melangkah. Dia sama sekali tak punya semangat, seperti orang yang tidak makan. Sambil berjalan, dia juga berpikir tentang perubahan sikap Sasuke padanya. Sekedar tahu saja, selesai acara pertunangan waktu itu, Sasuke mengantarnya pulang dengan sejuta kalimat manis. Dan hari itu juga, Sasuke langsung mengadakan chat rutin di media sosial. Tetapi, setelah empat hari terlewati, semuanya berubah. Dia seperti acuh. Sakura tak mengerti apa penyebabnya. Dia sama sekali tak menyangka bahwa hubungannya akan seperti ini dengan Sasuke. Dia... menyesal. Andai waktu dapat diputar kembali, ia tak mau mengenal orang yang namanya Sasuke. Dia tak mau menjadi pacarnya, dia mau menolak comblangan yang datang padanya. Tetapi, apa mau dikata, semuanya terlambat. Penyesalan selalu datang pada saat terakhir. Di awal yang seperti ini saja, dia yakin bahwa hubungannya dengan Sasuke tak mungkin bertahan lama. Percuma mereka terikat dalam sebuah pertunangan jika berakhir seperti ini. Apakah memang seperti itu semua laki-laki di dunia ini? Berpura-pura seperti bintang yang menawarkan cahanya? Saat kita telah dekat dengan cahayanya, dia pergi menjauh membuat kita terjatuh. Apakah memang seperti itu? Jika itu benar, dia sungguh menyesal dan membenci laki-laki.
TINNN!
Suara klakson motor membuatnya mengangkat kepalanya. Ingin ia lempar pengendara motor itu dengan batu besar di dekatnya karena dia sudah berani menggaggu ketenangan hidupnya. Namun, niatnya tersebut gagal ketika ia melihat siapa sang pengendara.
Sasuke. Rasa muak karena kecemburuannya naik ke ubun-ubun. Sakura sama sekali tak mau melihat wajah Sasuke lagi. Dia sudah benci! Dia sudah muak! Karena itu, Sakura memilih untuk berlari menghindari kontak mata dengan laki-laki itu. Mengetahui Sasuke mengejarnya, Sakura menambah laju larinya. Tetapi semuanya harus berakhir karena kakinya tak sengaja menabrak batu yang ada di depannya sehingga ia jatuh terduduk dan lututnya berdarah. Darah segar mengalir dari lututnya dan ia merasa perih sekali sampai-sampai ia meringis menahan sakit. "Batu sialan!" batin Sakura kesal. Sasuke meninggalkan motornya dan duduk berhadapan dengan Sakura. Ia segera memeriksa lutut Sakura, tetapi Sakura menghempaskan tangan Sasuke dengan tenaganya yang tak pula kuat.
"Jangan sentuh aku!" seru Sakura. Ups! Sepertinya acara mogok bicaranya gagal. Buktinya sekarang ia berteriak pada Sasuke dengan keras. Tetapi, tak masalah. Sakura akan memulai mogok bicaranya setelah ia sampai di rumah saja.
"Kau ini kenapa? Lututmu berdarah, biarkan aku mengobatinya," Sasuke membuka tasnya dan mengambil plaster dan obat merah. Dan ia kembali memegang lutut Sakura karena ia mau menuangkan obat merah, tetapi Sakura kembali menolak.
"Jangan sentuh aku!" ulangnya. Sasuke meletakkan semuanya di pinggir jalan kemudian ia menatap Sakura.
"Ada apa denganmu?" tanya Sasuke. Sakura melengos.
"Tidak usah bertanya!" jawabnya dengan ketus. Sasuke menampilkan ekspresi bingungnya. Sakura semakin muak melihat wajah Sasuke yang seakan tak tahu ada apa di antara mereka.
"Jangan begitu. Ceritakan saja apa salahku," balasnya. Sakura kembali menatap Sasuke dengan mulut terbuka. Tetapi beberapa detik kemudian ia kembali menutup mulutnya.
"Pikirkan apa salahmu!" cetus Sakura.
"Aku tak punya salah," jawabnya cepat dengan harapan bahwa Sakura akan langsung memberitahu apa salahnya. Memangnya dia berbuat apa? Sepengetahuannya, dia tidak berbuat apa-apa.
Kepalanya ia tundukkan dalam-dalam. Hati Sakura berdenyut sakit mendengar jawaban Sasuke yang sangat santai dan seolah tak mau berpikir. Apakah dia tidak penting lagi? Tidakkah dia sadar kalau kedekatannya dengan Shion telah tersebar di seluruh penjuru sekolah? Tidakkah dia tahu kalau perasaan Sakura benar-benar sakit ketika mendengar berbagai opini jahat yang melukai hati dari teman-temannya? Tidakkah dia tahu? Setitik air mata jatuh membasahi pipinya. Sasuke bertambah bingung ketika ia melihat rok Sakura dijatuhi oleh setetes air yang jatuh dari atas. Air itu bukan hujan, tetapi air mata gadisnya. Sebenarnya apa salahnya?
"Ka-kau kenapa?" tanya Sasuke ragu-ragu. Isakan tangis mulai terdengar jelas di gendang telinga masing-masing.
"Aku tak punya salah? Kau kenapa? Hanya itukah yang mau kau bicarakan? Tak sadarkah kau, apa salahmu? Kau tidak tahu?" Pertanyaan bertubi-tubi dengan suara yang sangat sedih dilayangkan Sakura seakan dipergunakan untuk mengejek Sasuke. Ia mengangkat kepalanya. Di pipinya terpancar jelas air mata yang terus-menerus turun membasahi roknya. Sasuke mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata itu, tetapi Sakura malah menampar tangan Sasuke. Sasuke sedikit cemas dengan situasi ini. Ia mendapat feeling yang tidak enak.
"Kau mau tahu apa salahmu? Salahmu adalah kau telah melukai hatiku! Kau hancurkan perasaanku! Apa maksudmu, bedebah?! Kenapa kau tidak pernah mau bertemu denganku! Kau tidak mau bicara padaku! Kau setan! Kau tidak sadar, juga?! Aku tidak ingat?! Akan kuberitahu semuanya! Salahmu? Kenapa kau dekat-dekat dengan Shion?! Kenapa kau berdua-duaan dengannya?! Kenapa bisa ada gossip bahwa kau pacaran dengan Shion?! Kau tega! Aku benci padamu! Kau gila! Aku muak melihatmu! Kau! Kau! Dasar penjilat! Kenapa kau kembali padaku, hah?! Kenapa?! Karena kau sudah dicampakkan Shion?! Dasar setan! Kau setan! Aku membencimu! Aku tak mau melihatmu! Kau jahat! Kau iblis! Setan! Jahat! Penghuni neraka! Aku membencimu! Sangat membencimu! AKU MEMBENCIMU!" teriak Sakura seperti orang gila yang melarikan diri dari rumah sakit jiwa. Sasuke hanya bisa membatu di tempat. Dia tidak menyangka bahwa kedekatannya dengan Shion beberapa hari ini yang statusnya tetap hanya sebatas teman membuat Sakura segila ini.
Sasuke sangat shock melihat Sakura yang terlihat seperti orang yang sangat frustasi. Sasuke tak dapat berbuat apa-apa, dia hanya bisa diam terpaku. Sasuke mendekat kepada Sakura untuk memberi penjelasan agar semua masalah di antara mereka selesai. Tetapi Sakura malah pergi menjauh dari Sasuke dengan mundur ke belakang dengan berteriak-teriak menyuruh Sasuke untuk tidak mendekat padanya. Setelah ia menjauh dari Sasuke ia berusaha untuk lari ke seberang jalan yang luas itu. Tanpa ia sadari ada mobil truk yang sedang melaju kencang ke arahnya. Sasuke melihatnya, ia tak bergerak dari tempatnya. Ia menyaksikannya. Semuanya. Saat dimana Sakura tertabrak oleh truk besar itu. Dan Sakura tergeletak dengan tubuh yang penuh darah dan truk itu lewat begitu saja. Sasuke tetap di tempat, ia tak bergeming sama sekali. Tubuhnya seakan tersihir, tak dapat bergerak kemana-mana seakan dipaku. Namun, ia berusaha untuk bergerak menghampiri Sakura. Lututnya gemetaran dengan air mata yang berlinangan.
Sasuke berhenti di seberang jalan. Dia berlutut dekat Sakura yang terbaring lemah. Darah mengucur dari pelipis dan hidungnya, tak mau berhenti. Sasuke meneteskan air matanya. Sungguh, baru kali ini ia merasa kehilangan. Hatinya berdenyut perih. Ia pandang mata Sakura yang membuka sayu. Sasuke memindahkan kepala Sakura dari aspal itu menjadi ke pahanya.
"Ma-maaf.. " Sasuke mengucapkannya dengan getir. Sakura tersenyum sinis.
"A-aku mem.. ben.. ci.. mu.. " balas Sakura dengan susah payah. Sasuke tak memperdulikan perkataan Sakura, ia menggendong Sakura lalu berlari untuk pergi ke rumah sakit. Sakura merasa sedikit lebih mendingan ketika ia berada di gendongan Sasuke. Sedangkan laki-laki itu sedang berusha mati-matian melawan ketakutannya akan kehilangan Sakura dan fokus untuk mencari klinik terdekat.
Begitu melihat rumah sakit, Sasuke langsung lari untuk masuk ke dalam sana. Dia berteriak-teriak memanggil para perawat agar Sakura dapat segera ditangani. "Suster! Tolong tangani dia! Suster! Suster!" teriaknya dengan panik. Saat itu juga, tiga suster langsung memindahkan Sakura ke ranjang dorong. Sasuke mengikutinya sampai ke ruang ICU. Salah satu suster tetap tinggal menahan Sasuke untuk masuk. Dia menyuruh Sasuke untuk membayar biaya administrasinya. Setelah menyelesaikan masalah pembayaran, Sasuke menelepon semua kerabat Sakura.
Sasuke tak dapat berdiri, ia jatuh terduduk seakan ia tak punya tulang lagi. Badannya begitu lemas tak bertenaga. Kepalanya tertunduk. Mengingat semua kejadian mengenaskan tadi, air matanya turun kembali. Rasa penyesalan yang teramat besar meresap masuk ke dalam raganya. Dia merasa sungguh menyesal. Ingin dia berteriak sepuasnya untuk menghilangkan semua beban hatinya, tetapi mulutnya seperti dikunci.
Dia sungguh menyesal. Kenapa dia harus berdekatan dengan Shion? Kenapa dia harus minta tolong pada Shion? Kenapa dia bodoh sekali? Kini, semua rencananya gagal sudah. Padahal nanti malam adalah puncak dari segala rencana. Ya, hari ini adalah hari dimana mereka pertama kali memulai suatu hubungan. Dia dekat dengan Shion karena ia meminta Shion untuk membantunya memberi kejutan yang bagus. Dia datang pada Shion untuk menanyakan semua hal yang romantis dan membuat hati wanita senang karena pacar Shion sangatlah pintar membuat gadis meluber. Dia sengaja tak menghubungi Sakura supaya Sakura terkejut dan menyatakan rasa rindunya lebih dulu. Itu merupakan ide Shion. Tetapi, tak ada gunanya lagi. Orang yang dicintainya sudah membencinya. Ia hanya bisa berdoa meminta kemurahan Yang Maha Kuasa untuk menyelamatkan gadisnya dari maut supaya dia dapat mengganti kesalahannya dengan perbuatan yang lebih indah.
Tak berapa lama kemudian, teman-temannya Sakura dan Sasuke serta orang tua mereka. Mereka semua menunggu di ruang tunggu. Sasori datang dengan wajah menahan amarah. Ia mengajak Sasuke untuk bicara berdua saja. Dia mencengram kerah Sasuke dan menuntunnya, sedangkan Sasuke ikut saja seperti kerbau yang ditusuk hidungnya. Tetapi secara diam-diam Itachi mengikuti mereka. Ia takut sesuatu yang tak diinginkan akan terjadi jika ia tidak ikut.
Sasori berhenti di ruang tunggu yang cukup sepi. Dia pun mendorong Sasuke sampai ia terhempas ke dinding dan menimbulkan suara yang cukup keras. Sasuke meringis, tetapi ia tidak sedikit melawan. Dia seperti orang yang tak ada tenaganya, sangat lemas. Sasori melayangkan kepalan tangannya pada pipi Sasuke, tetapi Sasuke hanya diam saja.
"Kau apakan adikku, hah?!" teriaknya dengan dada yang naik-turun berulang kali. Sasuke hanya diam, dia tak menjawab.
"Kenapa kau biarkan dia masuk ke ruangan jahanam itu, hah?!" serunya lagi sembari mencengkram kerah seragam Sasuke. Lagi-lagi dia tak menjawab. Sasori menggeram kesal. Kemudian ia layangkan lagi satu tinju lagi.
"Bicara bedebah! Kau tidak bisu!" teriak Sasori dengan keras, tetapi Sasuke tetap membisu. Tak tahan melihat adiknya tersiksa, ia pun keluar dari tempat persembunyiannya. Kemudian ia menghalau Sasori untuk memukul adiknya.
"Hentikan Sasori! Kekerasan tak akan mengubah keadaan!" kata Itachi. Sasori memasang tampang tak setuju.
"Mudah sekali kau bicara. Kau bisa bicara begitu karena adikmu tidak berada di dalam ruang sialan itu!" teriak Sasori dengan kasar. Itachi hanya menghela nafasnya.
"Kau tidak tahu kronologi ceritanya. Jadi, ini semua bukanlah salah Sasuke. Kita tak punya bukti apapun," balas Itachi yang kepalanya masih dingin.
"Baiklah. Kita tunggu ada bukti. Kalau misalkan ini memang salah adikmu, jangan salahkan aku bila dia berada di ruang yang sama," ancam Sasori dengan sorot mata tajam lalu ia berlalu dari situ. Itachi pun membantu Sasuke berdiri.
"Ini bukan salahmu. Tenang saja," Itachi menepuk-nepuk pundak Sasuke dengan pelan, tetapi orang itu tak menunjukkan respon. Sasuke melepaskan tangan Itachi dengan pelan dari pundaknya.
"Kenapa kau menghentikan dia?" tanya Sasuke dengan suara pelan. Itachi hanya menatap adiknya yang seperti orang mati yang dibangkitkan tetapi segan untuk hidup.
"Kau bicara apa? Memangnya kau mau dipukulinya sampai mati?" balas Itachi. Sasuke menangguk.
"Aku memang mau mati. Untuk apa aku hidup kalau Sakura tak ada?" Sasuke menjawab dengan raut muka suram. Itachi tersenyum pahit. Dia pun meneggakkan kepala adiknya.
"Dengarkan aku. Di dalam sana, dia sedang berjuang mati-matian melawan maut untuk bertemu denganmu. Jadi, daripada kau bermuram seperti ini, lebih baik kau berdoa untuknya supaya dia selamat," Sasuke menggeleng.
"Kau salah. Sakura membenciku. Dia tak mau bertemu denganku," Itachi menghembuskan nafas panjang.
"Jangan sok tahu. Ayo, kembali ke sana," Itachi menarik tangan Sasuke. Sasuke hanya ikut saja.
Di ruang tunggu ICU, para orang tua tengah menangis berharap Sakura dapat tertolong dan berkumpul dengan mereka lagi. Sedangkan para teman-teman sedang berdoa agar Sasuke terselamatkan. Karin menangis sampai ia pingsan. Sasuke tambah bersalah melihat teman-temannya yang ada di sini. Rasa bersalahnya makin menyeruak masuk. Sasori langsung menggendong Karin menuju ruang IGD. Ketika melihatnya, Sasori menatap tajam padanya. Sasuke hanya bisa berdiri dengan kepala yang tertunduk. Tak lama dari itu, pintu ICU terbuka. Mereka semua langsung mendekat kepada sang dokter. Sedangkan Sasuke tetap di tempatnya.
"Bagaimana keadaannya sekarang, dokter? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Sasori dengan nada panik.
"Dia cukup baik untuk sekarang. Benturan di kepalanya cukup keras, tetapi saat ini dia sadar. Jika kalian ingin masuk, masuklah bergantian," jawab sang dokter. Sasuke pun memberanikan diri untuk menjadi pembesuk pertama. Sedangkan dokter dengan kedua orang tua dari pihak masing-masing berjalan ke arah lain.
Sakura terbaring dengan baju rumah sakit yang melekat di badannya. Ia mengenakan selimut dan beberapa peralatan medis yang masih menempel di beberapa bagian tubuhnya. Pandangan Sakura tertuju pada jendela rumah sakit. Sasuke pun menghampirinya dan duduk di hadapannya. Bukannya melengos, Sakura tetap memandang jendela. Dia membuka mulutnya seperti sedang bicara dengan volume berbisik. Sasuke juga ikut memandangi jendela, tetapi tidak ada apa-apa di sana. Tidak ada seorang pun atau sesosok bayangan. Setelah Sasuke menyudahi acara melihat jendela, tahu-tahu Sakura sudah memandanginya. Itu membuat Sasuke terkejut sekaligus malu.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Sakura dengan nada datarnya.
"Aku di sini karena, aku mau... "
"Waktumu hanya tiga ratus enam puluh detik," potong Sakura. Sasuke mengangguk.
"Aku ke sini untuk menjelaskan semuanya agar tidak ada kesalahpahaman di antara kita," ucap Sasuke sebagai kata pembuka.
"Sebelumnya aku mau mengucapkan sesuatu. Happy Monthsary!" seru Sasuke dengan wajah gembira tetapi Sakura tetap tak berekspresi. Sasuke pun tersenyum pahit.
"Baiklah. Sebenarnya, aku dekat dengan Shion karena aku mau membuat pesta kejutan untukmu. Aku hanya minta bantuan Shion, dan kebetulan Shion mau membantuku. Aku memilih Shion karena dialah yang mempunyai hubungan yang paling lama di sekolah kita. Aku hanya minta berbagai tips agar hubungan kita juga bisa seperti itu. Dan, malam ini semuanya sudah siap. Semuanya kusiapkan di taman alam lagi. Tetapi, itu semua tidak berguna lagi, kan? Aku permisi dulu. Semoga kau lekas sembuh," Sasuke berdiri lalu berjalan keluar. Sedangkan Sakura merasa menyesal. Kenapa dia terlalu pencemburu? Kenapa dia tega untuk mengeluarkan kata benci pada Sasuke? Kenapa dia tidak pikir panjang? Sudah pasti Sasori akan menyalahkan Sasuke. Dan semua kelakuannya membuat semuanya berantakan. Kini salah paham kembali meruntuhkan hubungan mereka.
"Jangan pergi!" seru Sakura dengan cukup keras. Sasuke yang ada di ambang pintu ruang ICU pun berhenti dan berbalik. Dia kembali menghampiri Sakura.
"Ada apa? Kau mau menamparku dulu?" tanya Sasuke dengan pelan. Sakura menggeleng. Ada air mata yang mengalir turun.
"Aku memaafkanmu," Sakura memeluk erat Sasuke yang duduk di hadapannya. Isak tangis menggema di telinga Sasuke, ia pun balas memeluk Sakura.
"Ta-tapi aku harus minta maaf padamu," ucapnya. Sasuke mengerutkan keningnya.
"Di sini aku yang bersalah. Kau tidak perlu minta maaf," balas Sasuke dengan menepuk-nepuk punggung Sakura.
"Aku sudah membuat perjanjian dengan malaikat maut. Aku hanya diberi waktu setengah jam," bisik Sakura.
"Apa maksudmu?" tanya Sasuke tak mengerti. Sakura melepaskan semua alat medis yang masih melekat di badannya. Lalu dia menyingkap selimutnya dan berdiri tegak dengan gagah.
"Bawa aku ke taman alam. Aku mau melihat kejutan yang kau buat," Sakura tersenyum tipis dengan menggandeng lengan Sasuke.
"Ta-tapi kau... "
"Jangan buang waktu. Ayo," potong Sakura dengan menuntun jalan.
Sementara itu, Sasuke hanya mengikuti Sakura dan berpikir atas semua yang dikatakan Sakura tadi. Melihat Sakura keluar dari ruangannya, semuanya kaget dan menatap tak percaya. Dokter yang baru muncul langsung membulatkan matanya. Perawat yang mendampingi dokter berlari menghampiri Sakura untuk mencengahnya, tetapi Sakura berlari dengan kencang seakan dia tidak mengalami kecelakaan bersama Sasuke.
Kini Sasuke sudah tidak mementingkan pikiran yang berselewengan di kepalanya. Yang ada dipikirannya sekarang adalah mengikuti kemauan Sakura. Gantian Sasuke yang menuntun jalan mereka. Sampai di lapangan parkir pun, Sasori dan Itachi masih bersih keras mengejar. Sayangnya, Sasuke dan Sakura sudah berada di dalam mobil yang melaju kencang. Tak dapat mengejar lagi, Sasori dan Itachi berhenti dengan nafas yang pendek.
"Berhenti setan!" teriak Sasori dengan wajah memerah menahan marah. Sakura yang ada di dalam mobil anya bisa tertawa ria saja sedangkan Sasuke ikut senang melihat Sakura tertawa.
Setelah agak jauh dari rumah sakit itu, Sakura mengembalikan pandangannya menjadi ke depan. Sasuke fokus menyetir dan berusaha secepatnya untuk sampai ke taman alam. Semua keberuntungan, jalanan sepi sehingga Sasuke bisa menginjak penuh pedal gas. Tak lama kemudian, mereka pun sampai. Sasuke memarkirkan mobilnya di tempat yang sama. Kemudian ia turun duluan dan membukakan pintu untuk Sakura. Dengan senyum Sakura keluar dari mobil dan menerima tangan Sasuke yang terulur padanya.
Mereka berdua turun bersama-sama. Setelah sampai di bawah, Sasuke kembali ke tempat dimana terdapat sungai jernih yang tinggi airnya hanya semata kaki. Sama seperti terakhir kali, di sana terdapat meja dan kursi. Bedanya hanya ada satu meja dan satu kursi.
"Silahkan duduk, nona," ujar Sasuke dengan nada seorang pelayan restoran. Sakura pun duduk dengan anggun. Sasuke melepaskan tangan Sakura dan berlalu.
Ia kembali datang dengan pakaian ala pramusaji. Dengan kemeja putih dengan lengan baju yang ia gulung sampai batas lengannya. Dipadukan dengan celana denim yang bersih. Dan di sana terlihat dengan rapi dasi kupu-kupu hitam sebagai pelengkap. Tak lupa celemek hitam yang diikatkan di pinggangnya. Sasuke datang membawa nampan untuk membawa sepotong red velvet dan hot chocolate. Kemudian ia menyusun bawaannya itu di atas meja. Sakura tersenyum manis.
"Ini hidangan terbaik kami. Silahkan dinikmati, nona," kata Sasuke dengan wajah datar. Sakura mengangguk. Dia mengangkat sedikit dagunya lalu melipat kedua tangannnya dan kaki kanannya ia buat menimpa kaki kirinya.
"Terima kasih," balas Sakura dengan bertahan pada posisinya. Sasuke mengangguk. Setelah itu, Sakura mencicipi kue yang menggoda itu. Sementara itu, Sasuke menunduk untuk mengambil sesuatu yang ada di bawah. Sekarang ia memegang gitar yang ia dapat dari bawah meja. Laki-laki itu pun mulai memetiknya membuat sebuah harmoni yang memanjakan telinga.
"And darling, I will loving you till we're seventy
And baby, my heart could still fall as hard at twenty three
And I'm thinking 'bout,
How people fall in love in mysterious ways
Maybe just the touch of a hand
I fall in love with you every single day
And I just wanna tell you, I am
So baby now,
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
Baby, we found love right where we are,"
Sasuke menarik suaranya. Begitu lagunya selesai, maka selesai pula acara makan Sakura. Senyum simpul terpatri di wajah cantiknya. Sasuke pun menundukkan badannya memberi hormat pertanda pertunjukkannya sudah selesai. Sakura bertepuk tangan.
"Maaf, nona. Ini belum selesai," ujar Sasuke. Ia kembali mengulurkan tangannya ke bawah untuk mengambil sesuatu yang lain. Ternyata yang ada di bawah adalah sebuket bunga mawar yang berukuran jumbo dan sebuah boneka beruang berwarna ungu yang besar sekali.
"Dan ini titipan dari tuan Sasuke," Sasuke pun memberikan itu semua pada Sakura. Sakura tersenyum lebar. Dia menerima semuanya sambil tertawa. Tetapi ada juga air mata yang turun. Sakura memeluk Sasuke dengan erat.
"Terima kasih," bisik Sakura bahagia. Dia bukan menangis karena bersedih tetapi karena ia kelewat bahagia. Ini adalah hadiah terbaik baginya.
"Lebih baik kita jangan di sini. Di sini cukup dingin,"
Sesudah ia memberikan jaket pada Sakura, mereka berjalan ke rerumputan segar. Di sana, Sasuke kembali bersandar ke batang pohon nan kokoh. Dan Sakura di sebelahnya dengan kepalanya yang ia sandarkan ke dada Sasuke. Sasuke dan Sakura memandang lurus ke depan. Hening melingkupi mereka berdua.
"Maafkan aku," ucap Sakura dengan suara parau.
"Jangan katakan maaf lagi. Aku yang bersalah," balas Sasuke.
"Aku tidak bisa menemanimu sampai tujuh puluh tahun. Waktuku sebentar lagi. Tak lama lagi. Kau dapat menghitungnya,"
"Kau bicara apa sih? Jangan menakut... "
"Aku sudah membuat perjanjian dengan sang malaikat kematian. Harusnya aku sudah meninggal tiga puluh menit yang lalu. Seharusnya, aku tak selamat dari keadaan mengenaskan itu. Entah karena apa, malaikat itu mengasihaniku. Dia memberiku waktu sebentar lagi. Saat kau masuk ke ruangan, aku sedang berbicara padanya. Waktuku sebentar lagi, aku minta maaf," potong Sakura yang diselai isak tangisnya. Air matanya sudah kembali turun.
"Aku akan selalu menjagamu. Bahkan menunggumu," kata Sasuke dengan tegas dan pandangan mata yang menunjukkan bahwa dia sangat yakin dengan keputusannya.
"Tidak usah menungguku. Itu hanya membuatmu lelah. Lagipula percuma, kau tidak bisa melawan takdir," balas Sakura.
Sasuke memeluk Sakura karena ia merasa tidak enak. Dia memeluknya seakan wanita itu benar-benar tidak akan muncul lagi di kehidupannya. Benar-benar akan hilang tak berbekas. Sakura hanya bisa menghela nafasnya. Perpisahan yang sudah ia ketahui. Menyedihkan sekali hidupnya. Sudah mendapatkan cintanya tetapi harus berpisah karena maut.
"Aku harap kau bisa menerima perpisahan kita. Sebenarnya, aku berat melakukan ini. Aku berpikir kita tidak akan berpisah. Tetapi, semuanya nyata. Kenyataannya, aku harus pergi meninggalkanmu. Sekali lagi terima kasih untuk kejutanmu ini. Sangat menakjubkan. Terima kasih untuk makanannya. Terima kasih untuk lagunya. Terima kasih bunganya. Terima kasih untuk boneka yang lucu ini. Terima kasih untuk drama yang sudah kau buat untukku. Pokoknya atas semuanya, terima kasih. Hanya itu yang bisa aku ucapkan. Aku minta maaf sekali. Maafkan aku karena sudah sering sekali mengecewakanmu. Maaf karena keegoisanku. Maaf untuk pikiranku yang salah. Maaf atas sikap burukku untukmu. Maafkan aku karena sudah salah paham padamu. Aku minta maaf. Ketahuilah, aku mencintaimu. Selalu dan selamanya. Jangan lupa untuk menjalani kehidupanmu seperti biasanya,"
Sasuke diam mematung mendengar semua pernyataan sekaligus pesan singkat Sakura. Ia termenung untuk memikirkan semuanya. Ia sibuk menyalahkan diri atas kurangnya waku kebersamaan yang ia lalui dengan Sakura. Ia menyesal telah membuat banyak pemikiran yang mempersulit hubungan mereka untuk langgeng. Dalam masalah apapun, bukan hanya Sakura yang salah. Ia pun juga salah.
"Andaikan waktuku bisa diperpanjang, it will be perfect. No matter what I have to do, I will do it. But, it's very impossible," lanjut Sakura. Sasuke menggeram mendengar itu. Sakura tertawa pelan mengingat semua kenangannya. Dari awal dia menjalani masa pendekatan sampai masa dimana mereka berdua pacaran bahkan sampai menjadi tunangan.
"Aku mengantuk. Bangunkan aku jika kau melihat matahari terbit. Selamat malam,"
Sakura mengecup pipi Sasuke. Kemudian ia merasakan helaan nafas yang tadinya dirasa oleh kulit lehernya sudah tidak ada. Denyut jantung yang ia rasa berdetak begitu pelan, kini sudah hilang. Tangan yang ia pegang mulai dingin sama seperti udara sekarang. Denyut nadinya juga tidak terdengar lagi. Dia benar-benar pergi. Penjelasannya bukan sekedar omong kosong belaka, tetapi betul-betul kenyataan. Sakura sudah meninggalkannya. Ia melepaskan pelukannya. Mata itu sudah tertutup dan tak mungkin lagi akan terbuka. Bibir merah itu sudah mulai memutih bahkan mungkin akan membiru jika lebih lama. Tak ada gunanya lagi jika ia membawanya ke rumah sakit. Nyawanya sudah melayang naik ke taman yang lain. Taman yang lebih indah, yaitu taman surgawi.
"Aku juga mencintaimu. Selalu dan selamanya. I will wait for you till the end," Sasuke mencium lembut kening Sakura yang sudah dingin. Sekali lagi, ia memeluknya untuk terakhir kalinya. Dengan rentetan cairan asin yang bening yang tak mau berhenti untuk turun. Dengan iba yang meresap ke dalam kalbu. Serta duka yang teramat dalam. Juga rasa tak rela akan kehilangan sesuatu yang berharga. Ini semua bukanlah akhir. Ini semua adalah awal. Awal dimana ia harus menjaga perasaannya agar tak ada wanita lain yang membuka pintu hatinya. Awal dimana ia harus membuka lembaran baru tanpa Sakura. Ini bukanlah akhir. Tetap saja. Baginya ini adalah suatu awal baru.
The End!
Maaf kalau lagi-lagi saya lama update. Maaf juga kalau endingnya tak sesuai dengan harapan kalian. Maaf juga karena mungkin alur di chapter ini kecepetan. Karena saya pikir, saya nggak punya ide lagi buat ngelanjutin ini. Terus chapternya udah kepanjangan. Jadi kurang enak menurut saya. Waktu itu target saja ini bakal end pas di 20, eh nyatanya lebih. Tidak mau meleset dan ceritanya nambah gaje, mendingan saya endingin sekarang aja. Sebenernya, cerita ini mau dibuat happy ending, cuman entah kenapa saya lebih suka sad ending. Karena pesan moral di sini, cinta tak memiliki atau time is price. Berikut akan saya balas review terakhir yang akan saya balas.
Guest : Maksih ya. Tapi maaf sebelumnya, sejauh ini fandom saya itu Naruto. Dan tokoh favorit saya itu SasuSaku. Mungkin dikemudian hari akan saya lakukan. Btw, makasih ya^^
Axwdgs : Iya, Temujin itu orang ketiga. Cuman dia nggak salah kok, yang salah pemikiran Sasuke aja. Iya, ini udah update ya. Malah udah tamat wkwkwk. Makasih sudah mau mampir^^
Hanazono Yuri : Ini udah dilanjutin ya. Malah udah sampe ending nih, Makasih lohh karena kamu setia mereview #alaymodeon^^
Suket alang-alang : Holaaaaa! Iya dong, nggak pernah bohong kok. Saya kan anak baik #yakin? Iya dong, di sini kan ceritanya mereka adalah pasangan yang cukup unik. Bertengkar, damai, bertengkar lagi, damai lagi, tapi ga putus hehehe. Nggak tau tu, tergantung Gaaranya mau nggak sama Karin? Nggak Temujin kan sama kayak saya, dia anak baik. Anak baik tidak boleh menganggu adik kesayangannya. Nggak murni saudara sih, cuman kayak kakak-adek angkat gitu. Saya baru update karena, kemarin itu ruwet banget mau ngetik. Semua sodara saya dateng semua. Pada kepo gitu, terus ada anak kecil gitu. Jadi tugas saya adalah menjadi asisten rumah tangga dan baby sitter. Terus pas udah jadi ketikannya, taunya kuota modem abis. Apes bangetlah, jadi susah saya. Maaf deh, pastinya jadi nunggu lama. Btw, maafkan karena saya jadinya curcol. Makasih buat reviewnya dan kepedulian kamu wkwkkw #elehhh^^
Maaf kalau masih ada typo. Soalnya takut nggak sempet. Waktu buat ujian sudah begitu mendekat. Mungkin setelah ujian saya akan post new story, tapi kemungkinannya masih belom bisa dibilang pasti. Tapi ya udahlah, jangan dipikirin dulu. Sekarang saatnya acara mengucapkan terima kasih kepada readers tercinta^^
Okay, thanks a lot for you guys! You are my big inspiration! So amazing and wonderful!^^ #sok inggris
Black Rose Girl, Chi-chan Uchiharuno, Febri Feven, Fuchida Arisa-Chan, Hayashi Hana-Chan, Hinata Hyuuga8, IndahP, Iqma96, Isa Orange Lover, Kikyu RKY, Kim Yui Rie, Kumada Chiyu, NamikazeMiNaru, NekoChann122, Nonachi Shiki, RovieUS, Ryuhara Shanci, Sannchan, SantieStelia, Sky Of Tears, Uchizuma Angel, Uzumaki Shizuka, Audritbth, Azizaanr, Blackwing123, Hanazono Yuri, Heni Lusiana39, Ikalutfi97, Mantika Mochi, Maya Clark 3914, Mira Cahya1, Nabila Nurmalasari, Prince Cherry 750, Rival 0577, Yaahaa, Yuni Suryani16, Yuura Brena, Arisa Sakakibara, AyamPink, Esther Indriana, Fitri-Chan, Jeremy Liaz Toner, Nikkersow, Sindi Kucing Pink, Yuki Hatori, Yumi Azura Kireina Ayna, Mega Naxxxtridaya, Uchiha Nifya, Suket alang-alang, Guest, Axwdgs, BallinKris, Zeedezly Clalucindtha, Zhao Mei Mei, Pitpit pappap, Rainy de, pappap, Rainy de, YOG, Aidilla Azzahra, Yosa Guntari, Silent Reader, Ss, Hanna Hoshiko, Kushimina, Kin, Angela Marta37, Misaki Kamikaze, Hikari, Mayenshi, Legolas, Aluka Uchiha, Marukocan, Uchiha Sakura, dan Eysha Cherry Blassom.
Semuanya terima kasih sudah membantu, memberi semangat, dan berpartisipasi dengan cara memberi review, memfavorit, dan memfollow. Semua kritik dan sarannya benar-benar sangat menolong. Jika chapter terakhir ini juga kurang baik, saya mohon maaf. Sampai jumpa di cerita berikutnya, ya! Goodbye!^^
