I don't own the characters. Copyright: Mangaka Eyeshield 21

Original artwork of cover book is not mine. Just modified it.

DiyaRi De present -YOU AND I

Chapter 1

Udara dingin di jalan yang ditapaki Mamori membuatnya menggigil dan menurunkan topi rajutnya sampai menutupi telinga. Wajahnya sudah merah dan dia berlari kecil memasuki kafe. Kafe yang lumayan sepi hanya dengan empat pengunjung di dalamnya. Mamori langsung mengambil bangku kosong di pojok belakang yang bisa melihat ke seisi kafe dan juga di samping jendela yang bisa melihat salju yang turun di luar.

Mamori melihat ke jam dinding di kafe. Sudah jam setengah tujuh malam dan dia akan bertemu seseorang disini jam tujuh nanti. Seseorang yang hampir dua bulan ini tidak dia temui.

Mamori melihat empat pengunjung lainnya yang ternyata adalah pasangan. Yang satu menempati meja yang sederet dengannya di pojok yang lain, yang satu lagi di sofa di area bebas merokok. Kafe ini memang di desain untuk sepasang kekasih yang ingin bersantai dan mengobrol. Mereka yang datang juga kebanyakan berpasangan. Orang yang tidak punya kekasih jarang sekali mau kesini. Berbeda dengan Mamori, dia bahkan tidak tahu kalau kafe ini adalah kafe sepeti itu. Dari dulu dia menyukai tempat ini, nyaman, minuman dan kuenya pun enak, dan Mamori dengan percaya dirinya suka berkunjung dan berlama-lama disini.

Tapi sekarang bukan itu tujuan Momori. Dia juga tidak sendiri lagi, tentunya dia sudah punya kekasih. Kekasih yang, Mamori anggap sebagai kekasih, tapi dia tidak tahu seberapa penting dirinya bagi kekasihnya itu. Dia orang yang dingin dan tidak berterus terang. Saat memulai untuk menjalani hubungan yang lebih serius pun, dia hanya mengatakan kalau Mamori harus terus berada disisinya, harus terus menunggunya. Ya, memang egois. Tapi Mamori mencintai lelaki itu.

Mamori melihat ke dua pasangan di dalam kafe. Melihat mereka yang dengan mesranya mengobrol, bertatapan mata, saling mengungkapkan cinta mereka. Bukannya Mamori ingin seperti itu, tapi setidaknya dia ingin kekasihnya memperlakukannya layaknya kekasih. Menelepon setiap hari walau tidak bertemu, mengirim pesan selamat malam atau selamat pagi, atau menyempatkan bertemu walaupun Mamori tahu jadwal dia sangat padat. Tapi Mamori mengerti, dia tidak akan memaksa kekasihnya yang sekarang menjadi Quarterback andalan di Klub American Football Jepang sejak satu setengah tahun lalu. Enam bulan sebelum itulah hubungan mereka yang tadinya bersahabat berubah menjadi lebih dekat. Karena itu, karena kekasihnya meminta dia untuk selalu bersamanya. Jadi bisa dibilang, hubungan mereka sudah berumur dua tahun.

Pintu kafe terbuka dan Mamori melihat lelaki tinggi dengan rambut pirang yang jatuh menutupi sebagian dahinya. Mamori tahu, sejak tiga tahun lalu, dia memang tidak pernah menjabrikan rambutnya ke atas kalau tidak sedang berada di atas lapangan.

Mamori tersenyum, tetapi tidak kekasihnya. "Kenapa kita bertemu disini, Youichi?" tanya Mamori.

Hiruma menarik bangku di sebelah Mamori. "Besok kamu kerja, heh?"

Mamori menggeleng, "Kamu lupa besok hari Jum'at, TK-ku libur."

"Menginaplah di tempatku."

Mamori terdiam memandangi Hiruma, "Bisa tidak kamu sedikit berbasa-basi atau bersikap romantis?" protesnya, "Lihat pasangan itu." Hiruma lalu mengikuti arah pandang Mamori, "Mereka terlihat mesra, orang-orang yang tidak kenal mereka bahkan bisa melihat mereka pacaran. Tapi melihat kamu seperti ini, pelayan-pelayan itu berpikir aku sedang diancam atau semacamnya."

Hiruma memamerkan gigi dengan senyumnya yang khas, "Kamu mau aku membuatnya lebih dramatis lagi?" tanyanya merangkul pundak Mamori, lalu perlahan memasukan tangannya ke sweater yang dipakai Mamori.

"Youichi!" jeritnya pelan di dekat telinga Hiruma lalu memukul tangannya. "Jangan sembarangan. Kamu kira ini apartemenmu!?"

"Kenapa, bodoh? Biar sekalian mereka yang melihat menganggap aku sedang melecehkanmu atau semacamnya 'kan?"

Mamori melotot, "Mereka akan mengira kita pasangan mesum."

"Nah, itu mereka tahu kalau kita ini pasangan. Kamu sendiri yang sengaja memilih bertemu di tempat sialan ini." jawab Hiruma, "Jadi, kamu masih mau aku melakukan sesuatu yang sama seperti lelaki sialan itu yang tersenyum sambil mengatakan rayuan gombalnya? Kalau iya, kamu pasti akan merinding sampai mati. Itu bukan aku, bodoh."

Mamori menghela napas, "Baiklah, aku kalah. Lalu, kenapa aku harus menginap di tempatmu?"

"Kita sudah lama tidak bertemu."

"Terus kenapa di apartemenmu?"

"Memangnya kenapa, heh?"

"Aku tidak mau. Kamarmu pasti berantakan karena kamu jarang pulang."

Hiruma tersenyum, "Tidak mungkin. Aku tahu pasti ada seseorang yang kurang kerjaan yang akan membersihkan kamarku dua hari sekali."

Mamori membuang mukanya ke jendela, pura-pura tidak mendengar Hiruma.

"Ayo." ajak Hiruma memengang tangan Mamori untuk berdiri. Dia lalu meminum habis sisa cafelatte yang dipesan Mamori tadi dan meletakkan uang untuk membayar kopi itu di atas meja sehingga tidak ada alasan bagi Mamori unruk berlama-lama disini.

Mamori menggerutu dan membiarkan dirinya digandeng keluar bersama Hiruma.

.

.

Hiruma membuka pintu apartemen yang sudah dua bulan tidak dia tempati ini. Seperti dugaannya, apartemennya tetap bersih dan terlihat sama bersihnya dari saat dia meninggalkannya. Hiruma menutup pintu di belakang lalu menguncinya. Dia mengganti sepatu dengan sandal rumah, begitu pun dengan Mamori.

Mamori masuk ke dalam dan meletakkan tas yang dibawanya ke atas meja di samping televisi.

"Kamu belum kembali kesini dulu saat dari asrama atletmu?" tanya Mamori, menoleh menghadap Hiruma.

"Aku baru selesai latihan jam lima tadi, dan langsung menemuimu."

"Apa kamu merindukanku?" uji Mamori sambil tersenyum manis.

Hiruma menatap lama wajah Mamori, "Kalau aku bilang aku merindukanmu, apa aku boleh melanjutkannya?"

"Melanjutkan apa?" tanya Mamori bingung, lalu langsung mengerti saat melihat tatapan serius Hiruma. Tatapan serius sekaligus jahilnya. "Tidak boleh. Aku capek dan kamu membuatku kesal tadi."

Hiruma berjalan ke arah Mamori, sehingga membuat Mamori jalan mundur ke belakang dan kakinya membentur ke pegangan sofa. Mamori terduduk disana dan Hiruma menahan punggungnya agar dia tidak terjatuh.

"Kau berani menolakku, heh?"

"Tentu saja. Kamu tidak bisa macam-macam tanpa izinku." balas Mamori.

Dia mendorong Hiruma ke belakang lalu masuk ke kamar dan mengambil baju gantinya dari lemari. Hiruma mengikutinya di belakang dan terus melihat Mamori.

"Minggir. Aku mau mandi." perintahnya.

Hiruma mencibir lalu duduk di sofa. Dia melepaskan jaket dan merebahkan tubuhnya disana. Hari ini dia juga sangat lelah sehabis latihan tadi. Setiap hari memang selalu melelahkan seperti ini, tapi setidaknya bertemu dengan Mamori bisa mengurangi rasa lelahnya. Hiruma memejamkan mata sebentar dan langsung tertidur lima menit kemudian.

.

.

Hiruma memang selalu langsung tertidur apabila dia sangat kelelahan. Sekarang pun dia ketiduran. Hiruma perlahan-lahan membuka matanya menyesuaikan lampu ruangan yang tepat berada di atasnya. Hiruma mendapati penglihatannya dan melihat ke sekitar, dia ada di apartemennya, bukan di asrama atlet. Hiruma duduk dan mengusap matanya lalu mengacak-acak rambutnya merasa pusing karena tertidur disini. Badannya pun terasa pegal akibat latihan dan sekarang ketiduran disini.

Hiruma melihat ke tas di samping televisi, tas Mamori. Pikirannya pun sudah berkumpul dan ingat kalau Mamori ada di apartemennya. Hiruma melihat ke jam di atas tv. Dia ingat mereka sampai apartemen tadi jam setengah sembilan, dan ternyata dia ketiduran di sofa hampir tiga jam.

Hiruma bangkit lalu membuka pintu kamarnya yang gelap. Dia melihat Mamori tidur disana dengan selimut hangatnya. Hiruma menghela napas. Dia ingat percakapan mereka tadi. Mamori sendiri yang ingin Hiruma bertindak layaknya seorang kekasih. Tapi sekarang, tindakan Mamori bertolak belakang dengan ucapannya. Ya, bagaimana bisa dia tidur sendirian seperti ini dan membiarkan Hiruma ketiduran di sofa. Mamori bahkan tidak membangunkannya untuk pindah ke dalam saja. Hiruma memang tidak pernah mengerti pikiran dan perasaan perempuan.

Hiruma lalu masuk ke dalam dan menutup pintu di belakangnya. Dia menuju lemari dan mengganti celana jins-nya dengan celana pendek yang nyaman untuk tidur. Hiruma memandang ke ranjang lagi dan melihat Mamori yang tertidur pulas. Dia lalu mengacak-acak rambutnya lagi, lalu berjalan ke samping ranjang. Dia menyingkap selimutnya lalu duduk disana dan merasakan Mamori yang bergerak di sebelahnya.

"Oh," sahut Mamori dengan matanya yang disipitkan melihat samar-samar ke Hiruma, "Kamu dari mana?"

Saking sebalnya, Hiruma tidak menjawab dan langsung membaringkan tubuhnya di ranjang membelakangi Mamori.

"Kenapa? Kamu marah?" tanya Mamori.

Dan Hiruma tetap tidak menjawab. Beberapa saat kemudian dia merasakan tangan Mamori diselipkan di bawah lengannya dan dia memeluk Hiruma dari belakang. Hiruma lalu memutar tubuhnya, dan sekarang mendapati kepala Mamori yang menempel di atas dadanya.

"Jangan dekat-dekat, bodoh." katanya dan sama sekali tidak berusaha mengusir tangan Mamori yang melingkar di pinggangnya. "Kau mau membuatku tidak bisa tidur ya?"

Mamori semakin mendekatkan tubuhnya ke Hiruma dan melingkarkan kaki layaknya guling di tubuh Hiruma. "Dingin sekali, kau tahu." jawabnya, sudah memejamkan matanya lagi.

Hiruma menghela napas dan melihat selimut Mamori di pinggangnya, "Bodoh, naikkan selimutmu." balas Hiruma lalu menarik selimut mereka sampai menutupi pundak Mamori dan dia meletakkan tangan mengusap-usap punggung Mamori agar dia merasa Hangat.

Dengan matanya yang masih terpejam, Mamori tersenyum dan mengeratkan pelukannya. Sudah lama sekali dia tidak tidur sambil memeluk Hiruma seperti ini. Kekasihnya yang sama sekali tidak romantis kalau dihadapan orang-orang, tetapi menjadi orang yang paling hangat dan penuh kasih sayang kalau mereka hanya berdua seperti ini.

"Aku merindukanmu, Youichi." bisik Mamori.

"Aku tahu, bodoh."

"Kamu bahkan tidak langsung memelukku saat pertama kita bertemu tadi."

Hiruma melirik ke bawah memandang Mamori, "Itukah alasanmu heh, kenapa sekarang menempel padaku seperti ini?"

Mamori menggeleng, "Aku memang ingin tidur sambil memelukmu, agar kamu tidak bisa langsung pergi besok paginya." jawab Mamori, "Kamu akan kembali ke asrama lagi 'kan?"

"Ya, besok sore aku harus kembali lagi."

"Karena itu, biarkan aku tidur seperti ini."

Hiruma menghela napas dan memeluk Mamori lebih erat, "Baiklah, sekarang kita tidur saja." katanya, memutar tubuhnya ke samping sambil terus mendekap tubuh Mamori lalu mencium keningnya, "Selamat Malam." bisiknya di telinga Mamori.

"Malam, Youichi."

Catatan Kecil:

Hai! DiyaRi De disini lagi dengan cerita ke empat di fic HiruMamo ini. Well, chap ini baru pembukaannya saja. Disini, walaupun rating-nya T, tapi Hiruma dan Mamori dicerita ini memang sudah pacaran, jadi mereka memang sudah serius dan lebih, yah, tahulah... hehe, jadi saya bingung mau kasih rate T atau M, walaupun pasti tidak akan ada adegan begituannya.

Nah, karena ini baru pembukaan awal cerita, jangan berpikir cerita ini akan berat atau pasti hubungan mereka akan ada masalah atau pasti ada orang ketiga, atau semacam itu. Duh, cerita ini akan saya buat tidak sejelimet itu, mungkin. Hehe...

Oh ya, cerita ini juga terinspirasi dari lagunya One Direction yang judulnya YOU AND I. Tapi saya tidak akan menyelipkan lirik lagunya seperti di cerita MOMENTS itu.

Kali ini saya tidak akan cepat update seperti biasanya, jadi dimohon bersabar membaca kelanjutan chapter berikutnya.

Okey guys, Keep Calm and Wait the Next Chapter!

So please Read and Review ^o^

Salam: De