Selamat membaca dan berkomentar!
.

.

.

.

.

.

Chapter 5

Melihat Shiho yang terbangun karena aksinya, Shinichi pun terkejut sehingga membuatnya hampir tidak dapat mengatakan apa-apa. Walaupun begitu, dia tetap berusaha untuk berbicara walaupun harus dengan nada yang terbata-bata

"Shi-Shiho.. A-Aku... I-Ini bukan..."

'Kuso! Kenapa dia harus terbangun disaat seperti ini? Matilah aku.. Apa yang harus kulakukan? Berbicara saja sangat sulit dengan keadaan yang se-canggung ini' Gumam Shinichi kesal

"A-Aku minta maaf. Maafkan aku, Shiho. Sekali lagi, maaf" Ucap Shinichi dengan berani sambil keluar dari kamar Shiho

"Shi.. Shinichi..." Ucap Shiho pelan

.

.

Sejak kejadian kemarin malam, Shinichi tidak pernah menampakkan wajahnya lagi di depan Shiho. Mungkin karena dia takut, kecewa, atau... Karena merasa bersalah?

Berbeda dengan Shiho, Sepertinya Shiho merasa kesepian(?) karena Shinichi tidak pernah kelihatan bahkan walaupun mereka berjumpa, Shinichi tidak pernah melihat ke arahnya. Tidak seperti Shinichi yang biasanya, pikirnya.

Karena kelakuan Shinichi yang aneh itu, Shiho berniat untuk menanyakan apa yang terjadi pada Shinichi dan ada hal yang lain, mungkin? Kita liat saja ya readers XD

.

.

Malam itu, Shiho memutuskan untuk pergi ke kamar Shinichi.

Saat itu tepat jam 12 malam, Shiho masuk ke kamar Shinichi yang ternyata tidak terkunci. Shinichi terbelalak kaget melihat Shiho yang masuk ke dalam kamarnya dengan tubuh yang dibaluti piyama transparan yang membuatnya terlihat sangat sexy

Shiho berjalan menuju Shinichi dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. Dia pun duduk di kursi yang berada tepat di samping tempat tidur Shinichi

"S-Shiho... A-Apa yang kau lakukan disini?" Ucap Shinichi kaget

"Shinichi bodoh!" Ucap Shiho yang hampir menangis

'Dia memanggilku Shinichi?' Gumam Shinichi tak percaya

"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau selalu menghindar dariku Shinichi? Apa karena kejadian kemarin malam?"

"..."

"Kau jahat, Shinichi! Kenapa kau tidak mengatakannya padaku secara langsung? Kenapa kau mengatakannya disaat aku sedang tidur?"

"I-Itu..."

"Kau tau, Shinichi? Saat itu aku belum sepenuhnya tidur. Aku mendengar semua yang kau katakan malam itu. Kenapa kau langsung pergi? Apa kau merasa bersalah karena telah menciumku? Apa menurutmu aku akan marah, begitu?" Ucap Shiho dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya

"..."

"Kau salah, Shinichi. Kelakuanmu yang selalu menghindar itu malah membuatku semakin frustasi. Aku kesepian... Apa kau tidak mengerti itu? Aku... Aku juga menyukaimu, Shinichi... Hiks hiks"

"Shiho..." Ucap Shinichi tak percaya

Mendengar pernyataan dari Shiho, Shinichi langsung manarik Shiho ke dalam pelukannya. Dipeluknya Shiho dengan erat... Sangat erat sehingga memberikan kenyamanan kepada gadis yang dipeluknya itu

"Hei.. Sudah sudah... Kenapa kau terus menagis, Shiho ku? Pangeran Shinichi kan sudah memelukmu.." Ejek Shinichi

"Pangeran? Pangeran apaan? Dasar bodoh" Tukas Shiho sambil mengusap air matanya

"Wah ternyata tuan putri telah selesai dari tangisnya.. Dan sekarang malah ngambek. Tapi walaupun ngambek, tuan putrinya tetep cantik ya" Goda Shinichi

"Huh, Dasar.."

Setelah beberapa menit kemudian, mereka tersadar dengan suasana saat ini. Suasana yang remang-remang dan dingin serta pelukan hangat satu sama lain

"Shiho..." Tanya Shinichi pelan

"Hm?"

"Apa kau juga mencintaiku?"

"Dasar bodoh. Apa perlu bukti untuk menjelaskannya?"

"Ya"

*Deg*

Perkataan Shinichi membuat jantung Shiho seakan berhenti berdetak

"Aku ingin bukti darimu" Bisik Shinichi pelan di telinga Shiho

Shiho yang mendengar bisikan itu langsung menempelkan kedua tangannya di pipi Shinichi ragu-ragu, Lalu mendekatkan wajahnya. Dekat... Sangat dekat... Semakin dekat dan... Akhirnya bibir Shiho berhasil mendarat di bibir Shinichi dan tidak memberikan se-incipun jarak yang akan menghalangi mereka

Setelah beberapa detik kemudian, mereka pun melepaskan ciuman mereka. Ciuman yang singkat, huh?

"Akhirnya ciumanku terbalas juga.." Ucap Shinichi senang

"..."

"Hei hei... Tidak perlu malu begitu, Shiho ku. You're my good kisser kok. Umm tapi sebenarnya ada yang kurang sih" Goda Shinichi dengan gaya yang sok berpikir

"Kurang?" Tanya Shiho dengan wajah memerah

"Ya, kurang agresif dan terlalu singkat. Seharusnya ciumanmu tadi pakai lidah. Kalau yang tadi sih cuma ciuman sekilas..." Ucap Shinichi mengomentari

"Err.. Maksudnya?" Tanya Shiho tidak mengerti

"Sudah kuduga, kau terlalu polos Shiho ku. Nanti kau juga akan tau kok.. Tenang saja" Ucap Shinichi sambil menarik Shiho kembali kedalam pelukannya

Mereka terdiam sesaat sampai akhirnya Shinichi memulai berbicara lagi

"Err Shiho..."

"Hm?"

"Apa yang tadi itu adalah ciuman pertamamu?"

"Umm.. Gimana ya?"

"Jadi kau sudah pernah berciuman sebelumnya? Ugh, kuso." Ucap Shinichi kesal

"Ya begitulah"

"Kalau boleh tau, siapa orang yang beruntung itu?"

"Kau, Shinichi"

"Aku?"

"Ya, begitulah. Siapa lagi yang diam-diam menciumku kemarin malam kalau bukan kau?"

"Ternyata aku orang yang beruntung itu yah? Aku senang sekali"

"Yah, tetapi aku tidak seberuntung Mouri-san yang telah mencuri first kiss mu itu."

"Itu bukan first kiss ku, Shiho!"

"Iya iya, aku hanya bercanda tuan detektif. Tetapi aku heran, kenapa aku bisa jatuh cinta pada detektif bodoh sepertimu ya?" Ejek Shiho

"Hei hei.. Aku juga heran kenapa aku bisa mencintai seorang gadis yang ternyata Tsundere ya? Ternyata dibalik sifatmu yang dingin itu tersimpan sisi yang sangat manis" Goda Shinichi sambil mencubit pipi Shiho

"Hei, ternyata sudah jam 3. Aku ngantuk, besok juga harus sekolah. Aku mau tidur"

"Tidur disini saja ya?"

"Aku tidur di kamarku saja. Kan bahaya kalau aku tidur disini, apalagi di kamar ini ada detektif mesum sepertimu. Oyasumi" Ucap Shiho sambil menutup pintu kamar Shinichi

"Yah, padahal aku ingin bersenang senang malam ini.. Bahkan ciuman selamat malam pun tidak ada? Huft" Ucap Shinichi kecewa

Ternyata saat itu Shiho masih berdiri dibalik pintu kamar Shinichi dan dia telah mendengar semua perkataan Shinichi saat dia keluar dari kamarnya

"Gomen ne, Shinichi.. Aku masih belum siap untuk itu semua" Gumam Shiho merasa bersalah