Heal My wings

(Sequel dari Broken wings)

"Sehun..."

Sehun membalikkan badannya saat mendengar suara Luhan memanggil dirinya. Lorong gelap dibelakangnya terlihat kosong,tidak ada siapapun disana.

"Sehun!"

Suara Luhan terdengar sangat panik,membuat Sehun ikut panik dan berlari ke lorong sepi itu.

"Luhan?" panggilnya.

"Sehun! Tolong Aku! Sehun!"

Suara Luhan terdengar dari pintu disebelah kanan Sehun. Dengan tangan yang gemetar Sehun membuka pintu tersebut dan ketika ia masuk kedalam ruangan yang sangat terang itu tidak ada sosok Luhan yang terlihat,yang ada hanyalah Lang yang sedang menyinggungkan seringaian menyeramkan untuknya.

Tangan Lang bersimbah darah dan sebuah pisau digenggam olehnya.

"Tidak," ucap Sehun gemetar.

"Sehun,"

"Ti-tidak mungkin."

"Sehun!"

"Luhan. Lu-luhan!"

"SEHUN!"

Sehun membuka matanya mendapati Jongin berada diatas tubuhnya dengan senyum jahil yang menghiasi wajahnya.

"Selamat pagi tampan."

"Jongin?"

"Yep aku Jongin," ucap Jongin sambil turun dan duduk disebelah kasur Sehun, "Sayang sekali aku hanya Jongin."

Jongin mengangkat-ngangkat alisnya sambil menatap Sehun jahil.

"Kenapa ekspresimu menyebalkan seperti itu?" tanya Sehun sambil melap keringat di dahinya.

Kenapa ia merasa lelah? Kenapa jantungnya berdegup cepat? Apa ia bermimpi buruk lagi?

"Oh bukan apa-apa. Hanya saja aku menyesal telah mengganggu mimpimu Sehun."

Sehun mengernyitkan dahi, "Aku tidak mengerti."

"Luhan. Luhan. Lu-luhan," desah Jongin mempraktekan suara Sehun saat ia memanggil nama Luhan.

"Hei suaraku tidak menjijikan seperti itu!" protes Sehun sambil melempar bantal kearah Jongin.

"Oh yeah? Kau mendesah seperti itu! Apa kau menikmati mimpi kotormu itu hmm?"

"Fuck you Jongin," desis Sehun sambil keluar dari kamarnya.

Jongin hanya tertawa sambil berteriak, "Sayang sekali sobat kau tidak bisa bersetubuh denganku!"

Sehun mengabaikan Jongin lalu turun ke dapur. Disana terlihat kakaknya Kris sedang membaca koran sambil duduk di salah satu bangku di bar dapur mereka. Di satu sisi Chanyeol sibuk memasak sarapan untuk mereka.

"Oh Hei Sehun! Selamat Pagi!" sapa Chanyeol riang saat ia menyadari keberadaan Sehun.

"Selamat pagi Chanyeol," sapa Sehun lalu ikut duduk disamping kakaknya, "Selamat pagi hyung."

Kris tersenyum sambil menepuk bahu Sehun.

"Kopi?" tawar Chanyeol.

"Ya, thanks Yeol."

Chanyeol tersenyum lalu berbalik untuk menyiapkan kopi untuk Sehun. Sehun tersenyum mendengar Chanyeol bersenandung. Ia sangat senang melihat Chanyeol terlihat riang seperti itu. Pertama kali Kris membawa Chanyeol ke rumah setelah ia keluar dari pusat rehabilitasi, Chanyeol terlihat ketakutan. Badannya sangat kurus tidak terawat. Sehun dan Kris sepakat untuk mengizinkan Chanyeol untuk tinggal dirumah mereka. Karena bagaimanapun juga Chanyeol pernah membantu Sehun untuk keluar dari markas Lang beberapa tahun yang lalu.

Chanyeol mulai terbiasa tinggal bersama mereka setelah beberapa waktu. Badannya yang kurus kembali terisi, wajahnya yang murung kembali rterlihat cerah. Chanyeol menjadi 'ibu rumah tangga' di rumah mereka. Ia menyiapkan sarapan,makan siang,makan malam untuk mereka, Chanyeol yang mengatur kebersihan rumah mereka, Chanyeol yang mencuci pakaian mereka. Walaupun Kris pernah bilang ia tidak perlu melakukan itu semua tapi Chanyeol bersikeras karena ia merasa ia harus membalas budi setelah mereka membiarkan Chanyeol untuk tinggal bersama mereka.

"Ya! Sehun!"

Sehun tersadar dari lamunannya dan menatap Jongin yang tiba-tiba sudah duduk disebelahnya.

"Huh? Apa?"

Jongin memandang Sehun dengan sengit namun kembali membuka mulutnya untuk mengulang perkataannya lagi.

"Apakah kau akan datang ke pernikahan Minah?"

Sehun mengernyit, "Minah menikah?"

Jongin mengangguk dan memberikan Surat undangan itu ketangan Sehun, "Ya dia menikah. Kenapa? Kau Menyesal?"

Sehun mengambil surat undangan itu dan membacanya.

"Tidak. Aku senang minah mendapatkan pasangan yang mencintainya," jawab Sehun sambil tersenyum.

Jongin memutar bola matanya, "Kau terlalu baik man! Harusnya kau membalas dendam dengan menghancurkan pernikahannya karena ia sudah menghancurkan pernikahan kalian dulu!"

Sehun tertawa mendengar perkataan Jongin dan menggeleng, "Tidak Jongin. Hal itu bukan salahnya. Pernikahan kami batal karena salahku."

"Salahmu? Kenapa bisa itu salahmu kalau yang memutuskan untuk melarikan diri adalah dia?"

Sehun tersenyum tipis dan menjawab, "Karena yang mencintai orang lain bukan dia. Tapi aku."

.

Sehari sebelum Sehun menikah dengan Minah, ia mengajak Minah untuk berbicara. Minah harus tahu apa yang terjadi antara dirinya dengan Luhan. Karena mereka akan menikah,membangun keluarga baru dan Sehun tidak mau keluarga mereka didasari dengan kebohongan.

Minah terbelalak setelah Sehun menceritakan semua tentang Luhan. Dari siapa itu Luhan,pertemuan pertama mereka, Perpisahan mereka, dan perasaannya terhadap Luhan.

Ya, Sehun dengan jujur juga mengatakan bahwa ia pernah (dan masih) mencintai Luhan.

"Aku tahu kau terkejut. Maaf. Tapi memang itulah kenyataannya."

"Aku mengatakan hal ini bukan untuk merusak pernikahan kita. Aku hanya ingin jujur kepadamu. Kita akan membina rumah tangga dan aku ingin kita jujur satu sama lain." Lanjut Sehun.

Minah terdiam,nafasnya memburu. Sehun hanya tersenyum, ia mengerti kalau Minah marah dan merasa terkhianati.

"Minah, kalau kau bisa menerima masa laluku kita akan tetap menikah, kau akan berjalan ke pelaminan menemuiku dan aku akan menunggumu. Tapi kalau kau tidak bisa menerimanya,aku mengerti. Kau boleh meninggalkanku berdiri dipelaminan dan pergi. Aku tidak akan marah."

Dan itulah apa yang ia lakukan di pernikahannya dengan Sehun. Minah tidak pernah melangkah menuju pelaminan. Semua orang panik ketika Minah tidak menunjukkan batang hidungnya, dan yang datang hanyalah surat darinya yang mengatakan pernikahan itu batal. Sehun hanya tersenyum. Ia tidak marah seperti Kris, karena ia mengerti alasan Minah meninggalkannya.


"Aku pulang," ucap Sehun sambil masuk ke rumahnya.

"Oh! Sehun kau sudah pulang!"

"Oh! Sehun kau sudah pulang!"

Luhan menyambutku dengan senyum indah yang menghiasi wajahnya. Aku ikut tersenyum dan menarik tubuhnya kedalam pelukanku.

Aku mencium senyuman dibibir itu,dan ia memberontak.

"Berhenti memberontak," ucapku sambil menyesap lehernya yang harum. "Biarkan seperti ini.."

.

.

"Sehun?"

"Uh?Oh? Ya?"

"Kenapa kau melamun didepan pintu? Ayo cepat mandi lalu makan. Jongin dan Kris hyung sebentar lagi pulang," ucap Chanyeol.

"Uh,Baiklah." Sehun lalu pergi kekamarnya. Ia lalu mengisi bath tub kamar mandinya dengan air hangat dan melucuti pakaiannya.

Sehun menghela nafas lega saat tubuhnya yang lelah masuk kedalam air yang hangat.

Uap air hangat memenuhi kamar mandi Sehun. Sehun bersenandung sambil menatap langit-langit. Suasana yang nyaman dikamar mandi membuat mata Sehun terasa berat maka dari itu Sehun memejamkan matanya.

" Sehun…" panggilnya masih memainkan jariku.

"Hmm?" gumamku.

"Aku sudah sering menceritakkan hidupku padamu. Bagaimana kalau sekarang giliranmu?Aku ingin lebih mengenalmu.."

Aku berhenti menciuminya dan memeluk dirinya erat,mengistirahatkan daguku di bahunya.

"Uhm tidak ada yang spesial dari diriku. Aku hanya seorang Polisi berusia 24 tahun yang memiliki wajah tampan…" candaku. Ia berdecak,sebal.

Aku menceritakan semuanya padanya, cerita yang bahkan tidak aku ceritakan pada Jongin. Masa laluku yang kelam, yang meninggalkan bekas luka hingga sekarang.

"Apa ini bekas Luka yang ditinggalkan si pembunuh itu?" tanyanya sambil mengusap lembut tanda bekas luka di tulang pipi kananku.

"Ya," Jawabku.

Ia lalu mencium tanda luka itu.

"Aku sudah mengobatinya. Memang tandanya tidak akan hilang,tapi rasa sedih dan amarah didadamu akan hilang dengan sekejap.." Jelasnya.

Aku tertawa.

Terdengar konyol memang. Tapi aku baru menyadari rasa sedih itu memang hilang. Luka dihatiku disembuhkan olehnya. Oleh keberadaan dirinya.

Aku melihat bekas luka dipipi dan juga dibibir bawahnya. Ia menceritakan alasan kenapa ia mendapatkan luka itu. Dan aku mencium luka-luka itu. Berharap aku bisa mengobatinya seperti ia mengobati lukaku.

"Bekas luka yang kau punya. Aku memang tidak bisa menghilangkannya. Tapi aku Berjanji. Bekas Luka itu akan menjadi bekas luka terakhir yang ada di wajah indahmu.."

.

.

"Sehun!"

Sehun terkejut dan membuka matanya. Pintu kamar mandinya digedor dengan keras,dan suara Kris memanggilnya dengan keras.

Sehun keluar dari bath tub dan melihat kulit jari-jarinya mengkerut.

Sudah berapa lama aku disini? Pikirnya.

Ia lalu memakai handuk jubahnya dan dengan cepat membuka pintu kamar mandi.

"Sehun! Fuck,Sehun! Kenapa kau baru membukanya sekarang?!" tanya Kris kesal.

"Maaf hyung,aku tertidur didalam," jawab Sehun.

Kris menghela nafas frustasi, "Astaga Sehun, Kau tahu seberapa panik diriku? Aku kira kau... Kau-"

Kris tidak melanjutkan kata-katanya tapi Sehun tahu maksud perkataan Kris. Sehun pernah mengurung diri dikamar mandi setelah ia bermimpi buruk tentang Luhan. Sehun hampir mati tenggelam karena ia pingsan didalam dan Kris harus mendobrak pintu kamar mandinya dan menolong Sehun.

"Maaf hyung."

Kris melirik Sehun dan kembali menghela nafas, "Sudahlah. Jongin dan Chanyeol sudah menunggu dibawah. Cepat pakai baju dan ikut kami makan malam."

Sehun mengangguk dan tersenyum tipis. Setelah memakai sweater putih dan sweatpants kepunyaannya Sehun turun menuju meja makan menghampiri Jongin,Kris dan Chanyeol yang sudah duduk disana.

"Hey, maaf membuat kalian menunggu lama."

Chanyeol tersenyum sambil memberikan semangkuk nasi untuknya, "Tidak apa, ayo makan kau pasti lapar karena lelah bekerja."

"Cih bagaimana mungkin ia lelah jika kerjaannya seharian hanya menyortir barang bukti digudang?" ucap Jongin dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Ya! Menyortir barang bukti tidak kalah melelahkan dari menyortir mayat-mayat yang kau temukan di TKP."

"Guys, Bisakah membicarakan ini nanti?" ucap Chanyeol menahan rasa mual yang ia rasakan, "Kita sedang makan!"

Chanyeol memelototi Jongin dan Sehun,dan mereka langsung terdiam.

"Lagipula apa sih alasanmu pindah ke divisi barang-barang hilang itu?" tanya Jongin.

"Aku yang memindahkannya," jawab Kris tenang sambil memakan makanannya.

Jongin mengernyit bingung, "Kenapa hyung?"

"Emosi Sehun sedang tidak stabil. Aku tidak inign kejadian waktu itu terulang lagi."

Sehun ingat kejadian apa yang dibicarakan Kris. Waktu itu divisinya sedang melakukan penyergapan mafia kecil didaerah myeongdong. Misi mereka berjalan dengan lancar, tidak sampai Sehun masuk kesebuah ruangan dan menemukan laki-laki yang ia kira seorang sandera.

Sehun masuk sendirian ke ruang tersebut dan mendapati seorang lelaki muda duduk ketakutan dipojok ruangan.

"Tolong aku.." ucap pemuda itu dengan suara yang gemetar.

"Tolong aku. Tolong aku Sehun.."

Sehun hendak meraih pemuda itu ketika sebuah pisau menghunus perutnya. Pemuda yang meminta tolong padanya menyinggungkan senyum jahat. Untungnya Kris datang sebelum pisau itu menusuk perutnya lebih dalam. Kris menembak kaki pemuda itu lalu segera menghampiri Sehun. Sehun harus dirawat dirumah sakit berhari-hari karena kejadian itu.

Bukan hanya hal itu yang menjadi alasan Kris memindahkan Sehun. Sehun juga pernah hampir membunuh anggota wolf gang yang menjadi satu-satunya sumber informasi yang kepolisian Seoul punya.

Jadi saat Kris memindahkan ia ke divisi lain, Sehun tidak menolak karena ia tahu kesalahan yang ia buat.

"Sehun,"

"Hmm?"

Chanyeol tertawa, "Kapan kau akan berhenti melamun dan memperhatikan perkataan kami?"

"Oh, Maaf."

Chanyeol tersenyum, "Gwenchana Sehun-ah. Jadi pembeli apartemenmu itu meneleponku dan ia bilang ia ada di Seoul sekarang. Ia ingin mengajakmu makan malam."

"Huh? Untuk apa?"

"Ia bilang ia jarang ada di Seoul dan selagi ada kesempatan ia ingin bertemu dengan bekas pemilik apartemennya."

"Entahlah. Aku merasa canggung jika bertemu dengan orang yang tak pernah aku temui sebelumnya."

Padahal alasan Sehun tidak ingin bertemu dengan pemilik baru apartemennya adalah ia tidak ingin menginjakkan kaki diapartemen itu.

Terlalu banyak kenangan indah yang tertinggal disana. Sehun tidak ingin mengingatnya.

"Man, Kau harus bertemu dengannya. Ia sudah susah payah datang Ke Seoul untuk bertemu denganmu. Jangan lewatkan kesempatan itu man. Kau akan menyesalinya."

Sehun akhirnya mengangguk setelah mendengar perkataan Jongin.

Hanya sekali, hanya sekali mengingat kenangan-kenangan itu tidak akan menyakitinya.


"Sehun.. Bangun.."

Kudengar sayup-sayup suara Luhan ditelingaku.

Aku menggumam,membalas panggilannya namun tetap memejamkan mata. Tawa lucunya menggema ditelingaku. Lalu kurasakan tubuhnya naik keatas tubuhku, bibirnya menciumi leherku dan rambut harumnya menggelitik pipiku.

"Opsir Oh,Jika kau tidak bangun juga kau akan terlambat.." bisiknya.

Bibir kecilnya menggigit-gigit kupingku, mengirimkan sengatan-sengatan listrik keseluruh organ tubuhku.

Shit. Dia benar-benar akan menjadi efek buruk untuk diriku.

"Ok,aku bangun!" ucapku malas.

"Selamat pagi Sehun!" serunya riang sambil tersenyum.

Tuhan, Senyum itu..

"Selamat pagi baby.." balasku lalu merengkuh tubuhnya yang berada diatas tubuhku.

Aku menatapnya terus sampai membuatnya salah tingkah. Matanya mengerjap-ngerjap lucu.

"Berhenti menatapku dan cepatlah bangun Sehun." Ucapnya dengan salah tingkah.

Melihatnya yang malu-malu seperti itu membuatku ingin terus menggodanya. Aku terus menggodanya hingga pipinya bersemu merah. Ia begitu menggemaskan.

"Baiklah apa yang kau inginkan untuk sarapan?" tanyanya.

"Kau… Aku menginginkanmu.." ucapku lalu mencium bibirnya lagi.

Aku menginginkanmu untukku sarapan.

Untukku bekerja.

Untukku bahagia.

Untukku hidup.

Sehun membuka matanya pelan dan memandang langit-langit. Kamarnya begitu gelap dan sepi. Ia melirik jam yang menunjukan pukul 2 pagi,memberinya alasan kenapa rumahnya begitu sepi. Sehun tidak bisa tidur. Ia memutuskan untuk pergi ke dapur mengambil minum.

"Oh," gumamnya ketika melihat Kris duduk di bar sambil menyesap wine ditangannya.

"Hey," sapa Kris, "Kemari."

Sehun ikut duduk disebelah Kris dan kris menuangkan wine untuknya.

"Thanks hyung," ucapnya sambil menyesap wine itu.

"Tidak bisa tidur?" tanya Kris pada Sehun.

"Ya."

"Bermimpi buruk lagi?"

Sehun tertawa sekilas, "Tidak, aku bermimpi indah."

Kris mengernyit bingung, "Lalu kenapa kau terbangun?"

"Justru karena aku bermimpi indah. Saat aku bangun dan mimpi itu berakhir, rasanya sangat menyakitkan."

Kris mengangguk mengerti dan kembali meminum wine-nya.

"Kau yakin kau tida-"

"Tidak Hyung. Aku tidak ingin menemuinya." Ucap Sehun sambil mengenggam erat gelas wine ditangannya.

"Kenapa tidak? Kau menyiksa dirimu sendiri Sehun."

"Karena aku takut," jawab Sehun sedih, "Bagaimana kalau ia masih tidak mengingatku?"

"Aku takut hyung."

"Kalau begitu kenapa kau tidak mencoba untuk melupakannya juga?"

"Tidak bisa. Seberapa keraspun aku mencoba melupakannya, ia tetap memenuhi pikiranku Hyung. Aku mencintainya."

"Itu masalahnya," ucap Kris.

"Apa maksudmu Hyung?"

"Ini alasanku kenapa memindahkanmu dari divisiku. Kau bukan Sehun yang dulu. Kau berubah menjadi Sehun yang tidak percaya diri, yang tenggelam dalam rasa bersalah . Apa yang terjadi pada Luhan bukan salahmu. Kau bermimpi buruk karena kau terus dihantui rasa bersalah. Rasa itu mengalahkan rasa cintamu pada Luhan. Kau terlalu takut untuk mencari tahu tentang kondisi Luhan. Kau takut tersakiti. Kalau kau mencintai Luhan kau tidak akan merasa takut seperti ini Sehun-ah. Kau pernah membahayakan nyawamu demi dirinya. Kau tidak takut mati untuk melindunginya. Kenapa sekarang kau takut?"

Kris meninggalkan Sehun sendiri yang terdiam disana. Sehun meresap semua perkataan Kris. Dan Kris benar. Sehun tidak percaya diri, ia merasa bersalah, ia pengecut.

Selama ini Sehun takut Luhan melupakannya,mengganti dirinya dengan orang lain. Sehun merindukan Luhan tapi ia takut Luhan tidak merindukan dirinya.

Sehun tertawa pahit.

Lalu apa yang harus ia lakukan?

Menemui Luhan bukanlah hal yang mudah.

Apakah ia harus melupakan Luhan seutuhnya?


Akhir pekan sudah tiba. Sehun masih memandang bayangannya di cermin. Ia memakai coat berwarna deep blue dengan kemeja hitam pekat didalamnya. Ia memakai celana bahan yang ketat yang menonjolkan kaki panjangnya. Rambutnya yang sudah panjang ditata keatas menggunakan gel beraroma vanila.

Sehun tidak tahu kenapa Jongin bisa mendapatkan gel beraroma seperti itu dan ia juga tidak tahu kenapa Jongin mendandaninya hingga seperti ini. Ia hanya pergi makan malam dengan pembeli apartemennya! Bukan untuk berkencan.

"Hey! Siapa tahu pemilik apartemen barumu itu tampan!" jawab Jongin, "Kau akan berterima kasih padaku nanti. Lihat saja!"

Sehun hanya menghela nafas pasrah ketika sahabatnya itu sibuk memilih sepatu yang akan ia gunakan.

"Ta-da! Bagaimana?"

"Woah Kau tampan Hun!" teriak Yixing yang juga berada dirumah Sehun.

"Thanks?" ucap Sehun kikuk. "Kalau begitu aku pergi dulu."

"Bye Sehun! Aku sudah menyiapkan kondom disaku coat-mu. Yeah untuk jaga-jaga!" teriak Jongin. Sehun memberikan tatapan tajam kepada Jongin namun tetap pergi, membiarkan Jongin selamat kali ini karena ia sudah terlambat.

.

.

.

Sehun menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya,memberanikan diri untuk membunyikan bel pintu apartemen di depannya.

"Siapa?" tanya seorang wanita dari intercom.

"Ah ini aku Oh Sehun, pemilik apartemen yang mempunyai janji makan malam denganmu."

"Oh tuan Sehun? Baiklah sebentar."

Pintu itu dibuka oleh seorang wanita tua. Senyum menghiasi wajahnya.

"Silahkan masuk tuan Oh."

Sehun tersenyum dan mengangguk.

Saat ia melangkah kedalam,Semua kenangan yang ia sudah kubur dalam-dalam kembali muncul, menghantam otaknya hingga ia merasa pusing.

Sehun meneguk salivanya kasar, mengepalkan tangannya erat agar ia tidak jatuh meringkuk dan menangis disana. Kondisi apartemennya masih sama seperti dulu. Tata letak, warna cat, furnitur, tidak berubah sama sekali. Perubahannya hanya apartemennya terlihat lebih bersih dan dingin. Mungkin karena sang pemilik jarang kembali maka apartemen itu terasa hampa.

"Kau bisa melihat-lihat kesekitar apartemen jika kau mau. Sambil menunggu makan malam siap."

Sehun mengangguk kecil dan berjalan dengan pelan, memperhatikan lukisan-lukisan baru yang terpajang disepanjang koridor.

"Pemilik rumah sedang berjalan-berjalan disekitar gedung apartemen. Ia akan kembali sebentar lagi."

Sehun mengangguk mengerti. Ia berjalan hingga sampai di ujung koridor dimana pintu kamar terletak disana. Sehun membukanya pelan. Kamarnya masih sama seperti dulu ,pemilik baru apartemennya benar-benar tidak merubahnya sedikitpun. Mungkin karena ia tidak sempat untuk mengubahnya.

Sehun lalu berdiri didepan cermin besar dikamarnya. Ia tersenyum ketika memori yang ia punya disana terputar kembali diotaknya.

Pagi itu serelah mereka bercinta. Sehun terbangun dan mendapati ia sudah tidur sendirian di sofa.

Sehun memanggil Luhan dan ia menjawabnya dari kamar.

Dengan segera Sehun menghampiri Luhan ke kamar tidur.

Dikamar ini.

Ia tersenyum setelah menemukan Luhan yang sedang bercermin dan menyisir rambut coklat madu'nya yang basah. Dengan perlahan ia berjalan mendekati Luhan lalu memeluk tubuh ramping itu dari belakang.

Ia ingat Luhan menanyakan bagaimana penampilannya dan ia menggoda Luhan hingga Luhan cemberut.

"Aku bohong. Iya,kau mempesona kok.." ucapnya ketika itu sambil menangkup pipi Luhan dengan Kedua tangannya.

Luhan tersenyum. Sehun mencium senyuman itu dan mencium dahi Luhan. Ciuman Sehun turun menuju hidung,bibir lalu leher Luhan. Ia menggigiti leher Luhan ,membuat Luhan melenguh pelan.

"Sehun.."

Tubuh Sehun membeku.

Tidak.

Tidak.

Ia haru berhenti membayangkannya.

Suara Luhan terdengar begitu nyata. Membuat jantung Sehun berdegup cepat.

Ia harus berhenti membayangkan Luhan sebelum dirinya menjadi gila.

"Sehun-ah." Suara itu terasa nyata terdengar oleh Sehun. Betapa Sehun merindukan Suara itu.

Sekali lagi. Pikir Sehun.

Sehun ingin mendengarkannya sekali lagi sebelum ia menghentikan semua khayalan bodoh ini.

Sekali lagi.

"Sehun.."

Sehun tersenyum dan membuka matanya. Ia melihat bayangannya dicermin dan membelalak kaget saat ia melihat ia tidak lagi sendiri. Ada seseorang yang berdiri dibelakangnya.

Seseorang yang ia kenal.

Yang selalu ia pikirkan.

Seseorang yang ia rindukan.

"Luhan," ucap Sehun pelan.

Sehun berbalik.

Ia pasti menghilang seperti biasanya. Sehun sudah terbiasa akan hal ini. Ia selalu melihat bayangan Luhan kapanpun ia merindukan Luhan. Dan saat Sehun akan mendekatinya bayangan itu akan hilang.

Namun saat ia berbalik, bayangan itu tidak hilang. Ia masih berdiri disana, tersenyum menatap Sehun.

"Luhan," panggil Sehun lagi sambil melangkah menghampiri bayangan itu. Bayangan itu tidak bergerak sedikitpun. Ia masih berdiri disana, terkadang tertawa kecil melihat ekspresi Sehun. Bayangan itu terlihat sangat mempesona. Wajahnya yang cantik,bulu mata yang panjang, Rambutnya berwarna coklat keemasan. Bayangan itu memakai sweater biru dan celana khaki berwarna coklat serta kaos kaki bergambar bambi.

Bayangan itu terlihat sangat nyata.

Tidak kalah indah dengan sosok aslinya.

"Luhan," panggil Sehun saat tepat berdiri didepan bayangan itu. Tangan Sehun yang gemetar berusaha menyentuh pipi mulus bayangan itu. Sehun terkesiap ketika tangan dingin bayangan itu mengambil tangannya dan menempelkannya dipipi bayangan itu.

"Ya Sehun. Ini aku," ucap bayangan itu sambil mencium telapak tangan Sehun.

"Luhan."

Air mata Sehun mengalir dan memeluk bayangan itu dengan erat. Tubuh itu terasa nyata didekapan Sehun. Terasa pas didalam pelukannya.

"Apa kau nyata?" tanya Sehun sambil menyesap aroma tubuh Luhan di lehernya.

"Tentu aku nyata," jawab Luhan sambil tertawa.

Sehun menarik diri lalu memperhatikan wajah Luhan. Tangannya menangkup pipi Luhan, menyentuh hidung bangir Luhan, dan menyentuh bibir merah Luhan hingga merosot keleher mulus Luhan.

"Apa kau perlu bukti agar kau yakin aku nyata Sehun-ah?"

Sehun belum menjawab, ia kehabisan kata-kata.

"Bukankah Jongin sudah menyiapkan alatnya untuk kau memeriksa apakah aku nyata atau tidak?" tanya Luhan sambil mengulum senyum jahil diwajah indahnya.

"Ah." Sehun baru sadar sekarang.

Jongin benar, kalau saja Jongin tidak mendandaninya tadi ia pasti akan menyesal.

Sehun akan berterima kasih padanya nanti.


"Ahhh," desah Luhan ketika Sehun mengulum penisnya. Luhan menggigit punggung tangannya agar tidak mendesah lebih keras. Hal ini membuat Sehun berhenti mengulum penisnya dan merangkak diatas Luhan.

"Jangan menghentikan desahanmu baby," ucap Sehun sambil mengambil tangan Luhan dan menggenggamnya, "Bukankah kau ingin aku percaya kau nyata?Aku harus mendengar suaramu agar aku tahu kau nyata."

Luhan menarik wajah Sehun dan mencium bibirnya, "Apa ini saja tidak cukup untuk membuktikan padamu aku ini nyata?"

Sehun mengelus pipi Luhan dan tersenyum, "Tidak. Aku harus merasakan tubuhmu. Aku harus mendengarmu mendesahkan namaku untukku percaya bahwa kau ada disini."

Sehun kembali mencium bibir Luhan dan pindah menciumi lehernya. Ia menggerakkan tubuhnya untuk menggesek penisnya dengan penis Luhan yang dihadiahi desahan keras dari bibir Luhan.

"Please, Sehun. Please." Mohon Luhan. Desperate.

Mendengar Luhan memohon seperti itu membuat Sehun tertawa kecil dan kepercayaan dirinya tumbuh.

Ternyata bukan hanya dirinya yang menunggu saat-saat ini. Bukan hanya dirinya yang putus asa dan menginginkan semua ini.

Sehun mengulum tiga jarinya sambil menatap Luhan. Luhan yang tersengal dibawahnya menarik tangan Sehun dan ganti mengulum jari-jari Sehun.

Sehun memasukkan jari-jari yang sudah dikulumnya (dan dikulum Luhan) kedalam lubang Luhan yang sempit. Luhan menggigit bibir bawahnya menahan sakit. Sudah lama ia tidak melakukan ini,dan melakukannya lagi (apalagi dengan Sehun) membuatnya sangat bergairah.

"Se-sehun,Cukup."

Sehun memaju mundurkan jari-jarinya lebih cepat dilubang Luhan membuat Luhan mendesah lebih keras, "Sehun cukup. Ahh Aku tidak tahan lagi."

Sehun akhirnya mengeluarkan jarinya dari lubang Luhan. Ia lalu mengambil coat-nya yang tergeletak disisi tempat tidur dan mengambil kondom didalam sakunya (Thanks Jongin, Kau memang sahabat terbaik yang Sehun punya).

"Jangan," ucap Luhan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Jangan dipakai. Aku ingin merasakan tubuhmu seutuhnya Sehun. Aku ingin tubuh kita menyatu tanpa dihalangi apapun."

Perkataan Luhan membuat gairah Sehun naik. Ia lalu mengarahkan penisnya kedalam lubang Luhan dan memasukannya perahan.

"Ah!" teriak Luhan menahan perih.

"Maafkan aku sayang, Maaf. Setelah ini kau tidak akan merasakan sakit lagi. Aku berjanji." Ucap Sehun menenangkan Luhan. Ia lalu meraih tangan Luhan dan menautkan jemari mereka dengan erat.

Sehun memaju mundurkan tubuhnya, membuat penisnya keluar masuk dilubang Luhan. Tangannya tidak sekalipun meninggalkan tangan Luhan yang menggenggamnya erat.

"Sehun-ah fa-faster.."

Sehun menurut dan mempercepat pergerakannya. Luhan mendesah lebih keras. Matanya yang indah terpejam merasakan nikmat.

Sehun menciumi dada Luhan dan menjilati Lehernya.

"Kau nyata," ucap Sehun dengan suara berat dan erang-erangan kecil ketika penisnya dihimpit lubang Luhan yang sempit, "Sekarang aku percaya kau nyata."

"Kau nyata dan Kau milikku."

Luhan mencapai klimaksnya, menyemburkan sperma diantara tubuhnya dan tubuh Sehun.

Sehun menghentakkan penisnya dengan cepat dan kuat sebelum akhirnya ia mencapai klimaksnya juga.

"Kau nyata dan kau milikku," ucap Sehun lagi, tubuhnya yang lemas ambruk diatas Luhan.

Luhan terkikik geli, menyisir poni panjang Sehun yang menghalangi wajahnya.

"Kau milikku," Ucap Sehun pelan.

Dan sebelum ia benar-benar jatuh tertidur ia mendengar Luhan mengatakan, "Ya, aku milikmu."


Sehun terbangun dikamar yang tidak asing baginya. Ia beranjak duduk dan melihat sekitar. Pakainnya terletak rapi dikursi dekat rak buku.

Setelah beberapa menit melamun akhirnya Sehun tersadar dengan apa yang terjadi tadi malm.

Ia bercinta dengan Luhan.

Luhan.

Ia ada disini.

Sehun menoleh ke sisi tempat tidur disebelahnya dan tidak mendapati siapapun disana.

Kemana Luhan? Tanyanya dalam hati.

"Lu?" panggilnya dengan suara parau.

Namun tidak ada yang menjawab.

"Luhan?" ia memanggil lebih keras namun tetap tidak ada jawaban.

Rasa takut mulai menghantuinya.

Bagaimana kalau Luhan tidak ada?

Bagaimana kalau itu hanya bayangan Sehun saja?

Bagaimana kalau sebenarnya ia bercinta dengan pemilik apartemen itu dan membayangkan dirinya adalah Luhan?

Sehun membenamkan wajah ditangannya. Dan ia menangis.

Kenapa? Kenapa ia begitu menyedihkan?

Kenapa Luhan membuatnya hancur seperti ini?

Luhan..

Sehun tidak sadar meneriakkan nama Luhan dengan kencang disela isak tangisnya.

Ia tidak sadar meneriakkan nama itu berulang-ulang sambil memukul-mukul dadanya ketika tangan seseorang menarik tangannya dan Sehun berhenti berteriak.

"Sehun-ah hentikan! Aku ada disini!" ucap Luhan dengan khawatir.

"Luhan?" ucap Sehun pelan.

"Ya sayang aku ada disini," ucap Luhan lembut sambil menarik tangan Sehun untuk menyentuh wajahnya, "Kau lihatkan? Aku benar-benar ada disini."

Air mata Sehun menetes lagi dan dengan cepat ia memeluk tubuh Luhan. Ia takut Luhan pergi, ia takut Luhan menghilang seperti bayang-bayang yang selalu datang membayanginya.

"Luhan." Ucap Sehun.

Luhan, Luhan, Luhan.

Entah berapa kali Sehun memanggil nama Luhan dengan bibirnya. Luhan hanya tersenyum dan mengusap punggung Sehun. Menjawab semua panggilan Sehun dengan 'Ya ini aku.' , 'Aku disini.', "'Aku Luhanmu.' .

Perasaan Sehun sudah tenang. Ia berbaring ditempat tidur dengan Luhan yang berada didekapannya. Mereka terdiam lama. Luhan memainkan jemarinya didada Sehun yang telanjang.

"Aku mempunyai banyak pertanyaan," ucap Sehun memecahkan keheningan.

"Aku tahu," ucap Luhan, "Aku akan menjelaskan semuanya."

Luhan beranjak ,menopang tubuhnya dengan satu lengan dan menatap Sehun.

Sehun baru menyadari Luhan memakai kemeja hitam kepunyaannya.

"Ketika di Beijing,aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu hingga aku bingung kenapa aku bisa merindukan seseorang seperti itu. Aku mengingatmu , tapi semua itu terlambat karena kau melepaskanku," ucap Luhan sedih.

Sehun ingat surat yang diberikannya pada Luhan, beserta undangan pernikahannya dengan Minah.

"Maafkan aku," ucap Sehun.

Luhan tersenyum lalu kembali tidur disebelah Sehun,menjadikan lengan Sehun bantalan kepalanya. Sehun menarik tubuh Luhan lebih dekat dengannya dan mencium dahi Luhan.

"Aku hancur dan terpukul. Aku hampir saja terbang ke Korea dan menghancurkan pernikahanmu. Namun itu tidak terjadi karena.. Karena-"

"Karena Pernikahanku sudah hancur tanpa kau melakukan apapun?"

Luhan mengangguk dan menatap Sehun dengan perasaan bersalah.

Sehun tertawa, "Hey tidak apa-apa. Pernikahan itu memang seharusnya tidak terjadi. Aku tidak mencintai Minah. Pernikahan tanpa cinta memang seharusnya tidak terjadi."

"Ah? Tapi bagaimana kau tahu pernikahanku batal?"

"Aku tahu dari Kris."

"Kris hyung?" tanya Sehun, "Kakakku? Bagaimana bisa?Apa kalian saling mengenal? Kenapa? Dari mana kau-"

Perkataan Sehun terhenti karena Luhan mencium bibirnya, "Selama aku di Beijing Kris sering menghubungiku."

"Kenapa?" tanya Sehun. Ia tidak bisa menahan rasa penasarannya dan (sedikit) rasa cemburu yang ia rasakan.

Luhan mengedikkan bahu, "Entahlah, untuk memastikan aku baik-baik saja,kadang menginterogasiku dan membantuku untuk bertemu denganmu secepatnya."

Luhan tersenyum melihat Sehun mengernyitkan dahinya.

"Kris membantuku agar pemerintahan Korea mengurangi waktu deportasiku. Kami mengajukan tuntutan kepengadilan."

"Benarkah? Kenapa Kris hyung tidak mengatakannya padaku?"

"Aku yang menyuruhnya untuk tidak memberitahmu," ucap Luhan, "Kami belum tahu pasti apakah pemerintahan Korea akan menerima tuntutanku. Aku tidak mau membuatmu kecewa lagi."

"Jadi?"

"Jadii,disinilah aku!" ucap Luhan riang sambil duduk dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi, "Akhirnya aku bebas keluar masuk Korea, berkat bantuan Kris dan Jongin!"

Luhan tertawa lalu kembali menghempaskan diri kepelukan Sehun, "Disinilah aku, berbaring dipelukan orang yang kucintai."

Sehun tersenyum sambil mengusap wajah Luhan yang ada didekapannya, "Lalu apa yang kau lakukan selama empat tahun ini?"

"Selama empat tahun ini, aku menghadiri sidang tuntutanku di Beijing . Dan Juga kuliah di bidang hukum!"

"Dibidang hukum?"

Luhan mengangguk antusias, "Ya dibidang hukum! Aku sekarang sedang bekerja di suatu firma hukum sebelum nantinya aku akan menjadi pengacara sungguhan!"

"Kenapa kau mau bekerja dibidang hukum dan jadi pengacara?"

"Karena aku ingin bekerja denganmu," jawab Luhan sambil mengerucutkan bibirnya.

"Awww, Kyeopta!" Sehun mencubit kedua pipi Luhan membuat Luhan meringis kesakitan.

"Ah dan bagaimana caranya kau membeli apartemenku?"

Luhan terkekeh lalu mengusap bibir Sehun, "Apakah aku sudah mengatakan kalau Chanyeol juga tahu rencanaku dan Kris?"

"Huh? Jadi hanya aku yang tidak tahu?!" tanya Sehun tidak percaya, "Jadi selama ini aku dibodoh-bodohi?! Bahkan Jongin? Oh fuck jong-"

"Sehun-ah!" panggil Luhan sambil menangkup wajah Sehun, "Kau tidak dibodoh-bodohi. Mereka menyayangimu, aku menyayangimu. Kami tidak ingin kau terluka."

"Aku tahu," ucap Sehun lagi-lagi mengernyitkan dahinya, "Tapi aku kesal."

"Aww,Bagaimana aku bisa menghapus rasa kesalmu hmm?"

"Cium aku," jawab Sehun. Luhan tertawa namun tetap menarik wajah Sehun dan mencium bibrinya.

"Saranghae Sehun."

Sehun tersenyum lalu mengusap pipi Luhan, "Nado saranghae Luhan."


-3 Tahun kemudian-

"Tidak tuan, klienmu tidak akan bebas. Ia harus dipenjara karena telah merusak properti warga sipil dengan sengaja."

"Baiklah Klienku menerima sanksinya. Tapi dia hanya akan dipenjara selama sebulan."

"6 Bulan."

"1 Bulan."

"6 Bulan."

"Baiklah, 2 Bulan."

"Peraturan tetap peraturan. 6 Bulan!"

"Sehun-ah!"

"Tidak Luhan. Jangan mengeluarkan aegyomu ketika kita sedang bekerja."

Luhan mengerucutkan bibirnya,menatap Sehun dengan sebal, "Kenapa kau begitu keras kepala sih?! Klienku bilang Ia merusak mobil mantan suaminya dibawah kendali alkohol! Dan bukan salahnya kan kalau ia tidak sadar suaminya masih didalam sedang bercumbu dengan kekasihnya!"

Sehun menghela nafas, "Apapun alasannya ia tetap merusak mobil itu dan mengancam nyawa suaminya Luhan."

"Baiklah," ucap Luhan sambil berdiri dari kursi, "Lihat saja opsir Oh. Kami akan menang dipersidangan nanti."

Sehun tersenyum meremehkan, "Kalau kau kalah?"

"Kalau aku kalah," Luhan mendekatkan wajahnya ke wajah Sehun dan berbisik, "Kalau aku kalah kau bisa memborgol tanganku saat kita bercinta.."

Luhan mengedipkan matanya lalu pergi meninggalkan ruangan Sehun. Tidak Lupa menggoyangkan bokongnya sebelum keluar dari ruangan kapten dari kepolisian Seoul tersebut.

Meninggalkan Suaminya duduk disana dengan 'juniornya' yang menonjol dari balik celana.

Oh , Sehun akan memastikan Pengacara Lu Han kalah dalam persidangan ini.

-END-

Ini seriusan END

HAHAHHA

thanks yang udah nunggu sequelnya :3

Maaf kalau tidak memuaskan!

Dan jangan lupa like fanpage fb aku: SeLuminati

paipai!