Halo semua, saya anak baru di Fandom ini, mohon bimbingannya!
Disclaimer: saya hanya meminjam karakter dari Masashi Kishimoto, Ichiei Ishibum, TYPE-MOON.
Hanya saja, Alur dan Plot tetap buatan saya.
Warning: AU, Multiple-Fandom, ada semacam unsur religius yang saya masukan dan saya gabung dengan Mitologi Yunani. Tolong anggap ini hanya sebagai fiksi belaka dan tidak ada keseriusan didalamnya, dan saya tidak akan menistakan agama manapun disini.
Prolog
Void. Sunyi, hampa, kegelapan. Mungkin itulah sedikit gambaran alam semesta dahulu kala. Sebuah dimensi kosong menjemukan yang keberadaannya tidak diperlukan. Setiap sesuatu yang ada akan tertelan dalam kegelapan menuju ketiadaan yang membuat sesuatu tersebut tidak berarti. Kondisi yang menyedihkan membuat setiap insan akan menjauhinya.
Kondisi itu terus berlangsung hingga suatu saat, dua makhluk itu muncul. Dua makhluk yang tidak diketahui darimana asalnya, tanpa wujud yang jelas dan berupa segumpal cahaya membawa sinarnya menerangi seluruh alam semesta. Mereka adalah makhluk yang memiliki pengaruh besar atas terciptanya alam semesta. Dua makhluk yang berperan atas terciptanya kehidupan dan juga suatu makhluk yang hakiki diantara para makhluk ciptaannya
Duo itu kini dikenal sebagai pencipta, the creator. Yang satu bernama Chaos dan yang satu lebih dikenal sebagai tuhan dari alkitab.
Mereka bekerja sama menata dan membangun alam semesta menjadi suatu yang berisi dan memiliki nilai keindahan. Hanya saja, mereka tahu jika keindahan itu tidak akan berfungsi jika tidak ada unsur kehidupan. Maka dari itu, mereka sepakat membuat satu tempat yang menampung segala hal hidup dan berjiwa diantara jajaran keindahan di seluruh jagat raya. Dan, tempat itu sekarang dikenal sebagai nama bumi.
Pada awalnya, tidak ada masalah dalam penciptaan bumi. Bentuk, Struktur dan Rupa sudah sesuai dengan apa yang mereka rencanakan. Akan tetapi, mereka lupa jika mereka tidak mungkin bisa mengatur bumi beserta isinya secara langsung. Jikapun mereka mampu, maka bumi akan hancur seketika karena ia tidak kuat menahan pengaruh dari kedua penciptanya.
Maka dari itu, Chaos menciptakan keempat makhluk pertama yang mendiami bumi. Mereka adalah Tartarus, Erebus, Nyx dan Gaia. Masing-masing dari mereka bekerja sama mengatur dan menjaga bumi sesuai perintah dari pencipta mereka. Tartarus menjaga bumi dari dalam, Erebus dan Nyx menjaga dari luar bumi, mengatur kegelapan dan malam dan Gaia menjaga dan merawat bumi secara keseluruhan dalam maupun luar.
Hanya saja, menjaga bumi bukan perkara mudah. Mengatur, menggerak dan melindungi adalah tiga tugas berbeda yang harus di emban oleh Gaia seorang. Ketidaksanggupannya menghadapi semua itu berbuah menjadi sebuah keluhan dan permohonan yang di dengar oleh penciptanya. Karena itulah, Uranus sang langit terlahir dari Gaia.
Dalam mandatnya, Uranus saling bahu membahu bersama sang ibu menjaga bumi dari langit. Menguatkan perisai pelindung dari serangan-serangan makhluk-makhluk yang tanpa sengaja tertarik akan keberadaan sang pertiwi.
Kondisi tersebut berlangsung selama beribu-ribu tahun lamanya hingga suatu saat kembang hati sang langit mulai mekar. Rasa kasih sayang yang ia pancarkan pada sang ibu berubah menjadi kelopak cinta yang menggelora. Sebuah cinta yang seharusnya terlarang karena sarat akan hubungan sedarah.
Namun, Uranus bukanlah makhluk yang bisa memendam perasaannya terlalu lama. Ia tidak kuasa menahan hawa nafsu yang siap meledak kapan saja, hingga suatu malam ia berani mendatangi sang bunda. Ia datang tanpa diundang lalu menyergapnya, dan terjadilah hubungan yang tak seharusnya dilakukan.
Chaos tahu apa yang ciptaannya lakukan, dan ia berkata, "Aku biarkan engkau berbuat apa yang kau mau, namun ingatlah! Bencana akan mendatangimu ketika kau melakukan gerakan yang salah!"
Sebagai dewa yang berada dilangit membuat ia merasa terhina. Uranus tidak takut akan apa akan ancaman penciptanya. Rasa arogan dan amarah yang mendominasi membuat dirinya berada dipuncak. Merasa dirinya yang paling berkuasa di dunia dan berhak melakukan apa yang dia inginkan.
Akibat dari rasa arogansinya, setiap malam dia selalu menemui Gaia dan kembali melakukan perbuatannya lagi dan lagi. Hingga pada akhirnya, hubungan kedua menghasilkan buah dari tindakan mereka, para Titan.
Uranus sangat bangga akan anak-anaknya. Mereka mewarisi kemampuannya sebagai pengatur dunia. Akibatnya, rasa arogansinya kembali muncul. Kembali ia menemui Gaia untuk membuat keturunan yang sama seperti kedua belas anaknya. Hanya saja, keinginan tetaplah keinginan. Apa yang mereka hasilkan setelah itu tidaklah sama seperti produk sebelumnya.
Raksasa. Mereka memiliki tubuh sangat besar ketimbang ke-12 kakaknya tetapi tidak memiliki satupun kekuatan yang mampu mengendalikan bumi. Hal ini membuat sang langit gusar. Ia tidak terima dan menganggap raksasa adalah produk gagal dan kembali melakukan hubungan. Sayangnya, hasilnya tetap sama. Gaia tetap melahirkan para raksasa yang jumlahnya sudah ribuan. Diantara mereka terdapat dua raksasa dengan bentuk cacat, mereka adalah Hekantonkheires—si raksasa bertangan 301 dan Cyclops—raksasa bermata satu.
Mengetahui produk yang kian kemari kian cacat, sang langit murka. Ketidaksukaannya terhadap para raksasa berimbas dengan memenjarakan Cyclops di dalam lubang Tartarus, tempat dimana sang Cyclops mendapat siksaan yang amat pedih oleh Tartarus sendiri.
Tidak ada seorang ibupun di dunia ini yang tega melihat anaknya diperlakukan tidak pantas dan hal itu berlaku untuk Gaia. Ia merasa sakit atas apa yang Uranus lakukan kepada anak bungsu mereka. Dia tidak terima, benar-benar tidak terima akan hal ini. Maka dari itu, dia membuat sayembara kepada anak-anaknya untuk membunuh ayahnya.
"Barang siapa yang bisa membunuhnya—Uranus—maka dia akan memimpin dunia ini!"
Janji yang di ucapkan ibu mereka tentu saja sangat menggoda, akan tetapi jika dilihat akal sehat, siapa di dunia ini yang berani membunuh ayahnya sendiri? Ditambah lagi, ayahnya adalah sang penguasa bumi. Hal itu menyebabkan para Titan ataupun Raksasa berpikir dua kali.
Cronos anak yang paling ambisius dari seluruh saudaranya dan salah satu dari Titan yang menonjol kemampuannya menyanggupi sayembara sang ibu.
Maka dari itu, disusunlah rencana untuk menghabisi keberadaan Uranus.
Suatu malam, Uranus kembali mendatangi Gaia untuk melepas hasrat. Seperti biasanya, Gaia menerima ajakan itu. Cronos—yang tanpa sepengetahuan Uranus—muncul secara tiba-tiba dari balik tirai, menerjang ayahnya hingga terjatuh terlentang. Berbekal sabit hitam pemberian sang ibu, Cronos menghabisi nyawa ayahnya dengan memotong kemaluan ayahnya. Cairan darah berwarna putih mengucur deras dari sana disertai rasa sakit yang amat menyakitkan bagi sang langit.
Perlahan, tubuh Uranus mulai bercahaya. Retakan cahaya bermunculan dari kemaluannya, menyebar kesepenjuru tubuhnya. Beberapa detik setelah itu, cahaya besar menyinari ruangan itu. Detik berikutnya, Uranus lenyap. Hanya ada debu-debu cahaya yang berterbangan ke sepenjuru ruangan.
Berkat kejadian itu, Cronos diangkat menjadi penguasa bumi. Dibawah pemerintahannya bumi berada di masa keemasan dimana para Titan dan Raksasa ikut ambil bagian dalam memerintah. Cronos, juga seorang makhluk yang bisa merasakan gelora asmara dan ia jatuh cinta pada saudarinya, Rhea.
Tepat di depan sang bunda, mereka mengucapkan sumpah setia untuk bersatu selamanya. Gaia merestui hubungan mereka berdua dan berdua kepada penciptanya agar mereka diliputi kebahagiaan dan tidak mengikuti jejak kesalahannya dimasa lalu.
Kebahagiaan yang menggelora dan rasa senang yang amat sangat membawa pemerintahan Cronos semakin cemerlang. Bumi benar-benar hidup pada saat itu. Kedamaian dirasakan bagi setiap makhluk yang tinggal disana dan semua berjalan sesuai struktur yang sudah ditetapkan.
Hingga suatu saat, sikap Cronos mulai berubah. Kebijaksanaannya berubah menjadi arogansi dan egoistis. Dia tidak bisa menerima jika dirinya salah dan menghukum siapa saja yang berani melawan perkataannya. Walaupun begitu, pemerintahan Cronos tetap tidak mengalami perubahan, tetap berada pada jalur keemasan.
Sang penciptanya, Chaos tahu jika ini terus berlajut, maka bumi akan berada dalam bahaya dan ia tidak bisa membiarkannya. Karena itu ia berkata, "Wahai makhluk penuh rasa kekurangan, kau akan mengalami apa yang engkau lakukan kepada pendahulumu dan tiada kuasa bagimu untuk menghindar dari takdir yang sudah ditetapkan."
Berbeda dengan Uranus, Cronos begitu takut dengan perkataan Chaos—karena terbukti benar akan kata-katanya—yang begitu menusuk. Dalam rasa ketakutan yang amat sangat, ia berupaya menghindari takdir yang pernah menimpa ayahnya dan kali ini justru akan menimpa dirinya sendiri.
Setiap kali Rhea melahirkan anak, Cronos langsung menelan mereka hidup-hidup. Hal itu terus berlangsung hingga Rhea yang tidak tahan akan tindakan—dan perubahan—yang terjadi pada Cronos. Maka dari itu, dia menitipkan anak terakhirnya Zeus pada ibundanya untuk dirawat dan dibesarkan. Rhea menukar Zeus dengan batu dan menyerahkannya pada Cronos, alih-alih mengeceknya terlebih dahulu, Cronos langsung menelan batu itu begitu saja.
Zeus dibesarkan oleh Gaia di pulau Kreta hingga ia cukup dewasa menghadapi ayahnya. Ia menemui ibunya untuk melepas rasa rindu dan meminta restu untuk membalas dendam kepada sang ayah. Rhea setuju dan memberinya sebuah obat yang akan membuat Cronos memuntahkan saudara-saudarinya.
Berpura-pura sebagai pelayan, Zeus membawakan makanan yang sudah dicampur oleh obat itu. Tanpa rasa curiga, Kronos memakan makanan tersebut. Disaat berikutnya Kronos merasa perutnya bergejolak dan ia memuntahkan segala isi perutnya beserta para Saudara-Saudari Zeus yang kini sudah berubah menjadi sosok dewasa.
Setelah kejadian itu, Zeus dan Saudara-saudarinya melepaskan Cyclops dari Tartarus dan terciptalah perang pertama di bumi. Perang yang disebut-sebut perang terbesar dan terhebat sepanjang masa. The Titanomachy.
Akibat perang itu, bumi yang awalnya tempat yang damai dan tentram berubah menjadi Tartarus kedua. Semua keindahannya dirusak oleh dua kelompok yang saling merebut kekuasaan.
Perang itu juga merubah struktur bumi yang seharusnya bersatu berubah dan terpisah menjadi tujuh benua dan tujuh samudra. Sungguh perang yang sangat mengerikan.
Cronos merasa akan menang dalam perang ini karena melihat pasukannya yang berjumlah sangat banyak ketimbang anak-anaknya ditambah pasukan beserta dirinya adalah makhluk Immortal.
Tapi, dia lupa akan satu hal fatal. Anak-anaknya berada dalam berkat dan rahmat penciptannya, ditambah dengan perkataan Chaos yang bisa dipastikan kebenarannya, semestinya dia kini sudah berada di jurang kekalahan.
Dan benar saja, anak-anaknya mampu membantai semua pasukannya ayahnya. Akhirnya mereka berenam berhasil berhadapan dengan Cronos. Dalam pertarungan itu, kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah. Keenam saudara itu bersatu hingga kekuatan mereka dapat menyamai kekuatan sang ayah. Pada akhirnya, Cronos tidak berdaya melawan anak-anaknya dan tubuhnya dipotong hingga serpihan terkecil oleh Zeus. Bersama pasukannya, Kronos dilempar ke dalam Tartarus dan disegel di dalamnya selamanya. Akibat perang ini, anak-anak Rhea mengambil alih posisi pemerintahan dan mereka kini dikenal sebagai para Olympians.
Chaos, yang melihat semua itu merasa gagal karena tidak bisa menciptakan makhluk yang mampu mengemban amanah untuk menjaga bumi sehingga ia menyerahkannya urusan ini pada tuhan dari alkitab.
Tuhan menjawab permintaan dari Chaos. Hal pertama yang dia buat adalah para makhluk yang akan mengikuti setiap perintahnya tanpa ada satupun yang akan membantah perintahnya. Mereka itu adalah yang kini dikenal sebagai Malaikat.
Para Malaikat diperintahkan oleh sang Tuhan untuk merapihkan kembali dunia yang sudah porak poranda karena perang bodoh yang merusak segala keindahan yang telah ia dan Chaos bangun. Ketika semua sudah baik seperti sediakala. Tuhan menciptakan kembali makhluk yang tidak memiliki kekuatan layaknya pendahulu mereka namun memiliki kecerdasan yang cukup membuat mereka untuk bertahan hidup dan berkembang.
Makhluk ini tuhan turunkan ke bumi untuk mengurus dan memanfaatkan segala yang sudah disediakan oleh tuhan mereka. Pada awalnya, semua baik-baik saja, mereka berkembang sesuai dengan jalan pikir mereka dalam mengelola bumi. Hingga suatu saat hal yang tidak di inginkan itu terjadi.
Walaupun makhluk ini tidak memiliki kekuatan seperti para makhluk ciptaan Chaos, tetapi kecerdasaan mereka mampu membuat senjata yang daya penghancurnya setara dengan para pendahulunya. Akibat rasa rakus dan tidak bersyukur, mereka bertempur satu sama lain, menciptakan banyak korban diantara mereka yang seharusnya tidak perlu untuk dilakukan.
Tuhan marah melihat semua itu dan mengirim pasukannya yang dipimpin salah satu dari Malaikat tertinggi, Azazel. Dalam waktu kurang dari satu hari, para malaikat berhasil menumpas habis makhluk-makhluk perusak bumi dan mereka kembali kehadapan tuhan mereka tanpa kekurangan satu makhluk pun.
Walau begitu, tuhan kembali memberitahu para malaikatnya akan rencanya untuk membuat kembali makhluk bernama manusia yang akan memimpin dimuka bumi. Para malaikat terkejut mendengarnya, salah satu diantara mereka berkata, " Wahai tuhanku, mengapa engkau ingin menciptakan makhluk yang akan membawa celaka sebagai pemimpin bumi dan bukannya kami?"
Dan tuhan mereka menjawab, "Dan apa yang menjadi dasar dari kata-katamu Lucifer?"
Lucifer menjawab, "Karena kami tidaklah pernah membawa kehancuran dan malapetaka. Kamilah juga yang selalu menuruti setiap perintahmu."
Mendengar perkataan tersebut dari salah satu makhluknya, tuhan menjadi murka. "Sesungguhnya sifat arogan yang muncul di dalam dirimulah yang membuat engkau celaka. Keluarlah dari sini! Sesungguhnya, tempat ini terlalu suci bagi hatimu yang kotor!"
Setelah itu, Lucifer menjadi makhluk terbuang. Sayapnya berubah dari sayap malaikat berbulu putih menjadi bagai kelelawar hitam yang tebang di malam hari. Rasa sakit yang amat sangat membuatnya menjadi dendam kepada tuhan dan Adam hingga pada suatu hari ia menyusup ke dalam taman eden dan menjerumuskan Adam dan Eva untuk memakan buah terlarang.
Tidak hanya itu, Lucifer juga menghasut para Malaikat untuk menyalurkan rasa birahi mereka yang selama ini terpendam sehingga mereka ikut terusir dari surga dan berubah nama dari Malaikat menjadi Malaikat jatuh. Hal inilah yang menyebabkan Malaikat jatuh maupun para keturunan Lucifer yang disebut Iblis selalu berselisih satu sama lain meski mereka adalah makhluk buangan dari surga.
Kondisi perang dingin itu terus berlangsung hingga perang yang tidak diinginkan terjadi. Perang tiga fraksi antara Tuhan, Malaikat jatuh dan Iblis bertempur satu sama lain atas nama kekuasaan dan dendam. Perang itu begitu banyak memakan jiwa dari ketiga fraksi tersebut.
Namun, bagaimana juga, pasukan dari ketiga fraksi itu kini telah menipis. Sulit bagi mereka untuk tetap melanjutkan perang. Lucifer tidak terima hal itu. Ia bersama ketiga anaknya, Beelzebub, Leviathan dan Asmodeus mencoba membuka pintu Tartarus dengan segel terlarang. Segel 666.
Para Olympians maupun fraksi Tuhan tahu akan hal ini. Mereka mengirim Hades dan salah satu utusan tuhan yang pernah mengorbankan nyawanya untuk menghapus dosa setiap manusia untuk mencegah rencana itu.
Namun semuanya terlambat. Pintu Tartarus telah terbuka, dan makhluk-makhluk abadi yang sudah tersegel kembali keluar ke atas bumi. Sebelum hal yang lebih buruk terjadi, sang utusan Tuhan menggunakan seluruh kekuatannya dan membuat segel baru dengan pengorbanan nyawanya sendiri sebagai medium pengunci.
Disaat yang bersamaan, Hades yang murka atas perbuatan para Iblis yang menurutnya sudah keterlaluan segera menghabis para pemimpin Iblis termasuk The Four Great Satan. Setelah kejadian itu, perang pun usai. Ketiga fraksi mengibarkan bendera putih tanda mereka menyerah dan menghentikan perang ini.
Walau begitu, hasil dari perang ini membuat beberapa monster yang sudah tersegel di Tartarus kembali muncul dan berkeliaran di bumi. Keberadaan mereka bisa mengancam para Manusia maupun para Gaian yang tinggal di permukaan bumi. Dan, hal yang paling mengkhawatirkan dari kejadian ini adalah adanya kemungkinan para monster-monster itu mengumpulkan kekuatan untuk menolong para kerabatnya yang masih tertinggal di dalam Tartarus—termasuk para Titan dan Cronos.
Karena itu, para Erenian—dibawah kepemimpinan Hades—kini tidak hanya mengumpulkan dan menggiring jiwa menuju Erebus. Mereka kini juga harus bertempur melawan Monster-monster, melindung para Gaian dan juga Manusia dari ancaman para Siluman maupun monster.
Update: Mengingat unsur cerita saya terlalu sensitif, dan sudah ada yang memberikan kata-kata yang kurang menyenangkan. Saya putuskan untuk merubah struktur kalimat sehingga hanya menyisahkan satu agama saja.
Cerita diatas hanya sekedar prolog, tolong jangan di Report Abuse dulu karena karakter-karakter akan saya masukan di Chap depan.
oh, iya untuk cerita saya yang lainnya akan saya usahakan update secepatnya.
jika ada kritik dan saran tolong di tulis di Review ya