Sore hari di panti asuhan Rainbow.

"Riko! Aku titip anak-anak ya. Jaga mereka baik-baik. Malam ini aku ada urusan, jadi tidak bisa menemanimu menjaga mereka." Teriak Momoi.

Momoi sudah siap-siap di depan pintu sembari memasang high heelsnya. Pakaiannya rapi, rambutnya pun dikuncir atas.

"TUNGGU MOMOI!" Riko langsung berlari menghampiri Momoi dengan kecepatan penuh. "Mau kemana kau, hah?" tanyanya.

"Eh? Itu? Aku…mmm…mau ke-kencan dengan Imayoshi. Hehe…" ucapnya polos.

BLETAAKK!

Tiba-tiba saja Riko memukul Momoi dengan kipas besarnya yang entah dari mana.

"Heehhh? Kenapa aku dipukul?" Momoi mengembungkan pipinya. "Ah! Aku tau, kau pasti cemburu padaku kan Riko, karena malam minggu seperti ini aku kencan sedangkan kau tidak?" Ledeknya.

"Bukan begitu, bodoh! Kenapa kau tidak bilang hari ini mau kencan?" Maki Riko kesal.

"Lah? Kok aku harus bilang sama kamu si?" Momoi melipat kedua tangannya bingung.

BLETAAKK!

"Ahhhh sakit Riko. Kenapa aku dipukul lagi si?" Momoi mengelus palanya yang habis dicium sama kipas besarnya Riko.

"Biarin aja, supaya kamu cepet sadar! Yaiya dong harus bilang. Kalau kita berdua kencan, terus siapa yang akan jagain mereka?" tanya Riko.

Momoi berpikir sebentar. 'Berdua? Kencan? Aku dan Riko?' Tiba-tiba saja Momoi mundur menjauhi Riko hingga membentur pintu. Sepertinya dia sudah salah mengerti maksud Riko.

"Eh, kenapa mundur gitu?" tanya Riko bingung.

"Ri-Riko, kamu waraskan? Kamu tidak sakit kan?" Riko menganggukan palanya. "Lalu, kenapa kau mengajak ku kencan? Aku kan sudah punya Imayoshi. Lagipula, kalau kamu sampai merasa kesepian gitu, nggak usah minta kencan diam-diam gitu ke aku." Teriak Momoi histeris.

"SIAPA YANG KESEPIAANNN, NJIIIR?!" Maki Riko kesal. "Siapa juga yang mau kencan sama cewek kayak kamu! Jangan kepedean deh! Aku marah karena malam ini aku juga ada acara sama Hyuuga." Jelas Riko emosi.

"Eh?" Momoi kicep. "Riko kencan sama Hyuuga?"

"I-iya, kenapa emangnya? Gezz, kalau tau begini seharusnya aku ganti hari aja kencannya." Rutuknya.

"Loh, kok gitu?" tanya Momoi polos.

BLETAAKKK!

"Kamu bodoh atau gimana si?! Kalau kita berdua sama-sama kencan dengan KEKASIH kita..." Riko sengaja menekankan kata kekasih agar Momoi tidak salah paham lagi. "…Siapa yang bakal ngejagain anak-anak asuh kita pada malam hari?"

3 detik

5 detik

8 detik

"EEEEEEHHHH? Kenapa kamu enggak ngasih tau aku?" Momoi berteriak histeris (lagi).

Riko dengan berat hati menghela napasnya. Dia tidak menyangka, untuk kencan dengan kekasihnya begitu berat cobaannya. Padahal mereka berdua baru saja baikan.

"Bagaimana kalau kamu batalin aja kencannya sama Hyuuga, Riko?" tanya Momoi tanpa rasa bersalah.

Riko langsung memegang pundak Momoi dengan kedua tangannya, sebelum menggoncang-goncang kan tubuh gadis pink itu kencang. "Apa?! Batalin kencan? Kamu kira semudah itu hah?! Seharusnya tuh kamu yang batalin kencannya sama si kacamata itu. Kan jarang-jarang Hyuuga ngajak aku kencan."

'Riko lupa ya? Kan Hyuuga juga berkacamata.'

.

.

.

.

.

Di tempat lain.

Baik Hyuuga dan Imayoshi, mereka berdua tiba-tiba saja bersin bersamaan di waktu yang bersamaan pula.

"Huachinn! Entah kenapa tubuhku menggigil. / Apa aku terkena flu?"

.

.

.

.

.

Kembali ke panti asuhan.

"Hah, aku tidak punya ide lain lagi. Apa mereka akan baik-baik saja kalau kita tinggal ya?" gumam Riko.

"Mau gimana lagi. Kita berdua sama-sama tidak bisa membatalkan kencan kita. Tapi aku takut terjadi apa-apa sama mereka." Sahut Momoi sedih.

Dan keduanya pun menghela napas.

Tanpa mereka sadari, bocah-bocah pelangi, sedari tadi bersembunyi memperhatikan mereka.

"Eh, Kak Liko dan Kak Momoi mau pelgi ssu." Bisik Kise.

"Tapi…(Kraus)…gala-gala kita…(Kraus)…meleka bingung mau pelgi apa enggak." Sahut Murasakibara yang lagi makan snacknya.

"Kita nggak boleh buat meleka khawatil. Kita kan udah gede, ditinggal sama olang dewasa nggak apa-apa dong." Tambah Aomine.

"Tumben kamu pintel, Daiki." Akashi memuji Aomine. Tapi Aomine tidak bangga sama sekali dipuji Akashi. "Benel kata Daiki, kita nggak boleh buat Liko dan Momoi khawatil. Ada saatnya meleka beldua halus senang-senang dan nikmati masa muda meleka."

Mereka semua mengangguk setuju. Lagipula mereka bertujuh ingin merasakan tinggal sendiri di rumah. Merekapun keluar dari persembunyian dan berbicara pada Riko dan Momoi.

"Eh, kenapa kalian semua ada disini?" tanya Momoi kaget.

"Umm, Kak Liko sama Kak Momoi kalau mau pelgi kencan, pelgi aja ssu. Kami enggak apa-apa kok ditinggal." Sahut Kise.

Riko dan Momoi bersemu merah mendengar perkataan Kise. "Eh, kalian nggak apa-apa emang?"

"Kami sudah besal, jadi kami nggak apa-apa. Lagipula kami tidak sendili. Kami beltujuh. Jadi aman." Yakin Akashi.

Awalnya Riko dan Momoi ragu. Tapi melihat keyakinan di mata mereka, keduanya memutuskan untuk meninggalkan mereka sebentar.

"Baiklah, kalian hati-hatilah. Kami tidak akan pergi lama kok." Sahut keduanya sebelum meninggalkan panti tersebut.

Dan bocah-bocah pelangi pun mulai merasakan pengalaman barunya.


Together

All character Kuroko no Basuke punya Fujimaki Tadatoshi

Warning

OOC, Chibi!GoM, Chibi!Kagami, typo dan lain sebagainya


Chapter 5 -Sendirian? Mati lampu?-

Sudah tiga jam sejak keberangkatan Riko dan Momoi pergi kencan. Dan selama itu juga keadaan di panti masih normal dan aman terkendali. Untung saja Riko dan Momoi sudah menyiapkan snack di kulkas dan makanan di dapur, jadi para bocah kelaparan ini tidak akan mengamuk dengan mengacak-ngacak panti.

"Udah jam sembilan malam ssu. Kok Kak Liko dan Momoi belum pulang ya?" tanya Kise.

"Ketika dewasa nanti, Kise-kun pasti akan mengelti kok." Sahut Kuroko datar.

"Aku jadi nggak sabal pengen cepet dewasa ssu! Kayaknya asik banget." Tiba-tiba saja ada sinar menyilaukan di sekililing Kise yang membuat Kagami dan Aomine menutup matanya.

'Gila! Silau banget!'

"Kalau aku pengennya kecil telus, supaya bisa makan snack sepuasnya." Ucap Murasakibara yang lagi-lagi ngemilin snacknya.

"Dalipada ngomongin hal yang nggak pasti. Lebih baik kita jalanin yang ada aja, nodayo. Kita syukuli yang udah dibelikan Tuhan sama kita." Sahut Midorima.

Semua anak pelangi, kecuali Akashi, menatap Midorima dengan kagum. 'Ini dia yang dinamakan dewasa! Telnyata Midolima / cchi / kun / chin sudah dewasa!'

Akashi hanya menatap teman-temannya datar. 'Meleka tellalu polos. Atau aku yang tellalu kedewasaan?'

"Bosen nih, enaknya ngapain ya?" ucap Kagami tiba-tiba.

"Main lumah-lumahan aja ssu!"

"Kagachin mau snack?"

"Belantem yoo!" dan itu Aomine yang berbicara.

"Dengelin Oha-Asa, nodayo."

"Bagaimana kalau kita nonton tv saja?" Dari semua jawaban, punya Kuroko lah yang paling wajar dan aman.

"Ide bagus, Tetsu." Akashi mengelus kepala temannya bangga.

Seketika itu juga bocah pelangi kembali membatu menatap pemandangan yang ada di hadapan mereka itu. Sejak kapan Akashi bisa sebaik itu?! Dan kenapa Kuroko bisa setenang itu dielus kepalanya? Pasti titan-titan yang sering mereka tonton di tv itu sudah habis dibantai!

'Kulokocchi, menghindallah!' Kise mengulurkan tangannya dramatis seperti sinetron yang sering tayang di tv itu.

'Kuroko! Besok pokoknya kamu halus kelamas!' Kagami menjambak surai merah gelapnya frustasi.

'Tetsu, jampe-jampe apa yang kamu gunakan? Kok Akashi bisa baik gitu?' Aomine mengira-ngira mantra apa yang digunakan Kuroko.

"Lyouta, Taiga, Daiki? Walaupun aku nggak bisa baca pikillan, tapi aku tau loh apa yang kalian pikilkan." Akashi tersenyum menatap mereka bertiga.

KRETEEKK

HUSSSSHHH

Hembusan angin dingin tiba-tiba menerpa tubuh mereka. Padahal pintu dan jendela sudah mereka kunci. Darimana datangnya angin ini?!

"Akashi-kun, kalau kamu telusin nanti meleka bisa masuk angin loh. Sebaiknya kita nyalian tv. Setau ku malam ini di stasiun tv ***** banyak film bagus."

Akashi mengangguk mengerti. Diapun menghentikan senyumannya dan seketika itu juga angin dingin pun berhenti. Dengan santai dia menyalakan tv dan mencari channel yang disebutin Kuroko, tanpa mempedulikan tiga bocah yang tergeletak begitu saja.

.

.

.

.

.

Mereka bertujuh berkumpul di ruang tengah, duduk santai dengan beberapa snack yang tergeletak begitu saja (sebagian besar dimakan Mukkun) menikamati tayangan yang sedang mereka tonton.

"Ini film apaan?" tanya Aomine.

"Aku tidak tau, Aomine-kun. Sepeltinya kita ketinggalan awal celitanya." Balas Kuroko.

Awalnya mereka tenang-tenang saja. Tapi semakin lama film ini semakin aneh. Dilihat dari sudut manapun, film ini tidak ada lucu-lucunya. Yang ada bikin suasana tiba-tiba merinding. Bercerita tentang keluarga yang baru saja pindah rumah, yang ternyata rumah itu angker. Dulunya sering terjadi pembunuhan di rumah tersebut.

Tapi karena para bocah pelangi itu tidak menonton dari awal, makannya mereka tidak sadar kalau film yang mereka tonton itu film horror.

"Ku-Kulokocchi, kok lumah itu selem ya? Kenapa lampunya le-ledup gitu?" tanya Kise ragu-ragu. Dia masih belum sadar kalau itu film horror.

"Tentu saja kalna meleka belum bayal listlik, Kise." Sahut Aomine tiba-tiba kesal karena suasana yang tiba-tiba berubah hening.

"Bukan Aomine-kun. Tapi kalna lampu itu sedang dimainkan oleh sesuatu." jawab Kuroko.

Heniiiiiinnnnngggg.

"S-s-sesuatu apa Kuloko? K-kalau lampu ledup gitu kan pasti gala-gala mau mati lampu. I-iyakan Aomine?" ucap Kagami mulai menyadari sesuatu.

"B-betul kata Kagami. Ka-kamu ini gimana si Tetsu. Ha…ha…ha…" tawa Aominepun mulai hambar, dia merasakan firasat buruk.

"Aku tidak belbohong Aomine-kun, Kagami-kun. Kalau kalian nggak pelcaya coba kalian liat luangan yang gelap itu."

Aomine dan Kagami memperhatikan dengan seksama sampai-sampai mereka mendekati layar tv itu, untuk melihat dengan jelas apa yang ada di ruangan gelap tersebut. Kise yang penasaranpun ikut-ikutan gabung di depan layar tv.

Pemuda yang hanya memegang senter sebagai penerangan tambahan berjalan pelan menyusuri koridor. Rumah itu berantakan, dinding yang sudah retak, lantai yang berdecit dan lampu yang terkadang mati tiba-tiba. Dengan berhati-hati pemuda itu mulai memasuki ruangan yang gelap itu. Dan saat pemuda itu mengarahkan senternya ke dalam ruangan itu…

.

.

.

.

.

.

.

.

"KYAAAAAAAAAAAA!"

"AAAGGGGHHHHHHHH!"

"UWAAAAAAAAAAA!"

Sebuah penampakan muncul dengan wajah yang menyeramkan. Darah menghiasi wajahnya dengan mulut yang menganga. Sebelah wajahnya hancur, sehingga kita bisa melihat daging yang berwarna merah itu. Bayangkanalah sendiri bagaimanan wajah si penampak itu tiba-tiba muncul di hadapanmu. Tidak jauh, tapi hanya berjarak beberapa senti dari kalian. Itulah yang Kise, Aomine dan Kagami rasakan.

Pemandangan yang tak akan mereka lupakan seumur hidup mereka. Salahkan diri mereka sendiri kenapa menontonnya terlalu dekat. Dan untungnya karena itu, Midorima, Murasakibara, Kuroko dan Akashi tidak melihat penampakan itu dengan jelas.

"APAAAANN ITUU!" Teriak Kagami panik sembari menutup wajahnya.

"NJIIIIILLLLLL (baca:njir)!" Sahut Aomine yang tanpa sadar memukul tv itu kaget. Darimana Aomine belajar kata seperti itu? Salahkan Riko yang tadi teriak dan kata seperti itu di dengar oleh Aomine.

Bagaimana keadaan Kise? Saat ini Midorima sedang mengkipas-kipas Kise supaya cepat sadar. Tidak lupa dia memberikan minyak angin di pelipis Kise.

"Maaf Aomine-kun, Kagami-kun, aku lupa membelitau kalian kalau hali ini jadwalnya adalah film hollol." Ucap Kuroko datar tanpa rasa bersalah.

"HAH?! SEHALUSNYA KAMU BILANG DALI TADI T….eh?"

Aomine dan Kagami saling bertatapan sesaat. "Film hollol?"

3 detik

.

.

.

5 detik

.

.

.

.

.

"Lemotnya (baca:remot) manaaaa?! Lemottt!" Aomine langsung mencari remot yang tiba-tiba saja menghilang itu.

"Ahhh! Kuloko cepat matiin itu tv! Mumpung belum muncul lagi itunya!" sahut Kagami.

"Aku tidak tau dimana lemotnya Kagami-kun."

Aomine dan Kagami dengan tergesa-gesa mencari kesana-kemari namun tidak ditemukan remot tersebut.

"Ah! Kise kamu udah sadal?" tanya Midorima.

Untung Kise sudah sadar dari pingsannya. Midorima pikir, temannya itu sudah meninggal.

"Aku abis mimpi buluk Midolimacchi." Gumamnya.

Kembali ke duo penakut hantu. Mereka masih mencari tanpa mengenal lelah. Dan bodohnya mereka tidak menyadari kalau ada tombol power di tv tersebut. Tentunya yang menyadari hal itu hanya Akashi dan Kuroko.

"Kalian benal-benal takut hantu ya?" tanya Akashi. Aomine dan Kagami mengangguk cepat. "Kalna hali ini aku baik hati, mau aku kasih tau cala matiin tv nya?"

Aomine dan Kagami mengangguk cepat (lagi). Masa bodo kalau Akashi itu menyeramkan, yang penting mereka tidak melihat penampakan itu lagi di tv.

"Tekan saja tombol yang ada di pojok kanan bawah itu."

Aomine langsung mengikuti perintah Akashi dan foila! Tv itu mati, tapi…

DUMMPPP

Kenapa semuanya jadi gelap?

"Sepeltinya mati lampu." Sahut Kuroko tiba-tiba.

Hening.

Hanya suara jangkrik yang terdengar.

Belum ada yang memulai pembicaraan.

Hening kembali.

Tidak ada yang melakukan pergerakan.

Hanya deru napas mereka yang mengisi kekosongan di ruangan gelap itu.

"A-Aomine, kamu d-dimana?" tanya Kagami memulai. Sumpah saat ini jantungnya berdetak cepat banget. Setelah melihat penampakan gitu di tv, kenapa tiba-tiba lampu di panti mati. Sial banget!

"A-aku di samping kamu. J-jangan kemana-mana aku bakal nyampelin kamu," dengan susah payah Aomine melangkahkan kakinya perlahan.

"Mi-Midolomacchi? A-a-a-aku ta-takut s-s-s-s-s-ssu." Ucap Kise gagap.

"Paling cuma sebental matinya, nodayo." Balas Midorima, walaupun berbicara seperti itu sebenarnya Midorima juga ketakutan. Buktinya dia menggenggam baju Kise kuat.

"Yah, kok lampunya mati. Aku jadi nggak bisa ngambil snack lagi." Ucap Murasakibara santai.

"Ka-Kagami, aku udah megang baju kamu. Kok baju kamu basah ya?" tanya Aomine heran. Ruangannya gelap, jadi Aomine tidak tau itu Kagami beneran atau bukan.

"Kamu udah ada di samping aku? Kok aku nggak ngelasain ada kamu?"

Heningg

Kalau Kagami bilang dia nggak ngelasin Aomine di sampingnya, terus yang Aomine pegang ini baju siapa?

"Ja-jangan becanda kamu, nggak lucu tau. Telus siapa yang ada di samping aku dong?" tanya Aomine.

Tiba-tiba saja wajah penampakan yang ada di tv tadi terlintas di pikirannya.

'Ini nggak mungkin kan?' dengan perlahan Aomine melepaskan pegannya ke baju tersebut. 'Tenang Aomine, tadi itu pasti serbet meja. Iya pasti serbet meja yang ketumpahan …ha…ha'

"Apa kalian melasakan sesuatu?" tiba-tiba Akashi berbicara.

ANJIIRR! Jantung Aomine langsung berdetak kenceng banget. Ngapain si Akashi tiba-tiba ngomong begituan, bikin suasana makin dingin aja.

"Tiba-tiba aku melasakan ada sesuatu yang hadil." Lanjutnya.

"Akashi-kun juga melasakannya?" tanya Kuroko datar walaupun tidak kelihatan karena gelap.

Kenapa Kuroko ikut-ikutan juga?!

"Ya, ketika lampu mati, sesuatu itu tiba-tiba datang belkunjung. Aku jadi penasalan kenapa dia kesini." Gumamnya.

"Ah, aku pelnah dengel Akashi-kun. Kan kalau lampu mati, sesuatu yang nggak keliatan itu pasti akan muncul."

Sumpah tuh dua bocah enak banget ngomonginnya. Mereka berdua tidak sadar kalau sudah membuat empat orang temannya hampir pingsan atau kejang-kejang karena ketakutan.

Dengan refleks, para bocah pelangi lainnya langsung beringsut mendekati Kuroko dan Akashi. Mereka langsung berkumpul di satu tempat.

"S-sebaikanya kita sa-saling be-ber-dekatan s-s-ssu" ucap Kise. Andai mereka bisa melihat wajahnya mereka pasti akan tertawa.

"Benal ka-kata Kise. A-aku setuju." Ucap Kagami ikut-ikutan.

"Tidak buluk juga, nodayo." Midorima ikut-ikutan berkumpul.

Tidak lama setelah mereka berkumpul, lampu pun menyala dengan terangnya. Mereka saling menatap satu sama lain. Lega karena cobaan yang berat ini baru saja mereka lewatkan.

"Akhilnya selesai juga, nodayo."

"Aku ingin mati."

"Y-yang ku pegang tadi a-apa?"

Baru lega dari perasaan mencekam tadi. Sebuah suara kembali mengagetkan mereka.

TOK TOK TOK

"HYAAAAAAA!"

"HANTUUUUUUU!"

BUGH!

Riko dan Momoi masuk ke dalam ruangan memasang wajah bingung. Kenapa anak-anak asuhnya pada tiduran di lantai dengan posisi yang aneh seperti itu? Biarlah, yang penting mereka semua baik-baik saja.

Aomine, Kagami, Kise dan Midorima sudah jelas pingsan karena ketakutan. Yang lainnya? Akashi pingsan karena tidak sengaja terkenal tinju Aomine. Kuroko dan Murasakibara hanya ikut-ikutan pingsan. Jika nanti Akashi bangun, tolong ingatkan Aomine untuk segera menyelamatkan diri.

Oya, Riko dan Momoi punya kunci cadangan. Jadi mereka bisa masuk ke dalam.

Dan cerita ini berakhir dengan gajenya.

Chapter lima selesai~


Balasan Riview

Eqa Skylight : Jangan diculik, nanti ceritanya nggak lanjut XD hehehe… Ini dia chapter limanya, terima kasih :)

KUROUJI : Iya, bener banget.. Sudah lanjut, terima kasih :)

AoKagaKuroLover : Oke Mefya-san, rencana Leavi juga gitu si, tapi gtw juga gimana nantinya..hehe Siip, terima kasih :)

Seidocamui : Iyaa :D terima kasih :)

Lawliet Vert : Iyaa, Leavi juga ngerasa ada yang kurang kok. Bagaimana dengan chapter ini? terima kasih :)

Kurohime : update lama ya? Itu karena Leavi belum dapet ide..hehe iya, ini sudah lanjut. Terima kasih :)

Dan terima kasih yang udah follow, fav, riview dan silent rider yang udah baca, maaf kalau chapter ini kepanjangan atau garing atau lain sebagainya.

Akhir kata, riview?