Pagi hari yang cerah di sebuah panti asuhan yang bernama Rainbow, hiduplah enam orang anak dengan warna rambut yang warna warni bagaikan pelangi. Sang empunya, Aida Riko dan Momoi Satsuki menampung mereka karena tidak tahan melihat wajah polos nan lugu dari ke enam bocah yang tanpa sengaja mereka temukan di bawah jembatan. Setidaknya itu bisa dijadikan alasan, awal terbentuknya panti asuhan ini.

Di suatu kamar yang tidak kecil dan juga tidak besar, enam orang anak masih tertidur dengan pulasnya. Oh sepertinya anak dengan surai hijau sudah terlebih dulu bangun. Dengan mata yang masih buram, dia melangkahkan kakinya menuju meja yang tidak jauh dari dirinya untuk mengambil kacamatanya.

Anak kecil yang mengenakan piyama bermotif katak hijau itu menatap teman-temannya datar. Rambut hijaunya yang berantakan dia biarkan. Sekarang waktunya untuk membangunkan teman-temannya.

"Midolima-kun, lambut kamu belantakan."

Butuh beberapa detik bagi bocah bernama Midorima untuk menyadari keberadaan bocah berambut biru muda itu.

.

.

.

.

.

"Kuloko! sejak kapan kamu disitu?!" Teriak Midorima kaget.

Dan berkat teriakan dari Midorima tadi, empat orang bocah yang masih tertidur akhirnya terbangun.


Together

All character Kuroko no Basuke punya Fujimaki Tadatoshi

Warning

OOC, Chibi!GoM, Chibi!Kagami, typo dan lain sebagainya


Chapter 1 -Teman baru itu, Kagami?-

BRAAAKK!

Pintu satu-satunya yang ada di kamar tersebut, dibanting tiba-tiba oleh seorang gadis bersurai pink, membuat anak pelangi yang masih setengah sadar kaget.

"Dimana penjahatnya?! Dimana dia? Sini biar aku hajar karena membuat kalian takut." Teriaknya berapi-api.

SIIIINNGGG~

Suasana menjadi hening seketika.

"Loh?"

.

.

.

.

.

"Huweeeee! Huweeee!" dan tangisan dari bocah bersurai kuning membuat keadaan kembali normal.

"Ahh Kise-kun, nani nani? Kenapa kau menangis?" Gadis yang bernama Momoi Satsuki, alias si empunya panti asuhan mendekati Kise yang sedang menangis.

"Huweeee! Huweee!" Dan tanpa Momoi sadari, langkahnya yang semakin dekat ke Kise, semakin membuat bocah bertampang manis itu menangis.

"Sepeltinya, Kak Momoi membuat Kise-kun menangis." Ucap Kuroko datar.

Dan dengan berakhirnya ucapan Kuroko, keempat bocah yang tersisa menatap horror Momoi meminta pertanggung jawaban.

"Hayoloh, Satsuki nangisin Kise." Goda bocah bersurai biru gelap, Aomine Daiki.

"Minta maaflah ke Kisechin." Tambah bocah bersurai ungu, Murasakibara Atsushi. Tubuhnya lebih tinggi dari semua anak disitu.

"Minta maaflah atau sesuatu yang buluk akan teljadi padamu." Ucap, salah maksudnya, perintah bocah bersurai merah terang, Akashi Seijuuro.

Momoi hanya diam tidak berkutik. Keringatnya mengalir deras dari pelipisnya. Jujur, perkataan terakhir dari Akashi membuatnya merinding. Bukan salahnya juga yang tiba-tiba berlari menuju kamar para malaikatnya setelah mendengar teriakan Midorima. Tapi kalau dipikir-pikir, dia cukup bersalah juga si.

"Nee, Kise-kun maafkan aku ya, telah membuat mu takut." Peluk Momoi sembari mengelus surai pirangnya Kise.

"Hiks, Kise juga mau minta maaf udah bikin Momoicchi khawatil ssu." Gumam Kise pelan.

Momoi tersenyum lembut, sebelum meninggalkan keenam anak itu dan bergegas menyiapkan makanan.

"Mandilah, aku akan siapkan makanan dulu."

Seketika itu juga, mereka memikirkan satu kalimat yang sama. 'Kami akan mati.'


Sekarang mereka berenam berkumpul di satu meja yang sama, untuk sarapan pagi. Satu harapan mereka pagi ini, semoga sarapan yang diberikan Momoi bukan sesuatu yang aneh lagi.

"Nah, silahkan menikmati sarapan kalian." Momoi tersenyum bangga melihat wajah-wajah bocah polos ini. Mata mereka berbinar seperti menemukan sesuatu. 'Akhirnya aku berhasil membuat sarapan yang normal.' Inner Momoi terharu.

Sebenarnya sarapan yang disiapkan bukan sesuatu yang mewah layaknya bangsawan yang ada di cerita-cerita seperti itu, hanya enam gelas susu putih dan nasi goreng dengan telur mata sapi yang di goreng setengah mateng. Tapi itu cukup membuat bocah polos nan lugu ini, berdecak kagum. Mereka tidak menemukan lagi telur yang gosong ataupun nasi yang rasanya seperti obat. Tunggu yang terakhir itu buatan Aida Riko, pemilik panti asuhan yang lainnya. Berbicara tentang Riko, gadis itu belum keliatan juga. Dimana dia?

"Nee, Kak Momoichi? Kok aku enggak liat Kak Liko ya?" Tanya Kise.

"Oh Riko ya? Dia lagi ke pasar beli bahan buat makan kita dan cemilan yang selalu habis tiba-tiba." Momoi tersenyum jahil memandang Murasakibara.

"Aku enggak memakannya kok, cuma menyicipinya sedikit." Sanggah Murasakibara.

"Iya, aku tau itu. Habiskan makanan kalian, aku ingin bersih-bersih dulu." Ucap Momoi sebelum pergi meninggalkan mereka.

Mereka makan dengan lahap, jarang-jarang pengasuh mereka masak makanan yang enak. Mungkin besok mereka tidak makan seperti ini lagi.

SROOOT

Keheningan di meja makan terpecahkan dengan suara yang di timbulkan Kise dari ingusnya. Awalnya mereka tidak mempedulikannya, tapi lama-kelamaan perasaan tidak enak mengganggu sarapan mereka.

"Lyota, elaplah ingusmu itu. Jangan belsikap sepelti anak kecil." Ucap Akashi tenang.

"Loh? Kita kan emang masih kecil Akashi." Sahut Aomine bingung.

"Daiki, jangan membuat olang dewasa belpikil kalau kita enggak bisa apa-apa. Setidaknya tunjukan sikap yang membuat olang dewasa beltekuk lutut di hadapan kita." Tegas Akashi.

Midorima diam memproses kata-kata Akashi barusan. Kuroko tetap berwajah datar menikmati sarapannya, begitu juga Murasakibara. Kise mencoba berfikir keras maksud dari kata-kata Akashi. Dan Aomine diam membatu.

Akashi kecilnya udah nyinggung masalah bertekuk lutut, bagaiman jika dia sudah dewasa? Mungkin dia akan menjadi pemimpin yang_ silahkan bayangkan sendiri.

"Aku sudah mengelap ingusnya ssu~ Kalian tidak akan kebelisikan lagi." Sahut Kise tiba-tiba. Dan keheningan kembali mengisi sampai mereka selesai sarapan.


Biasanya kalau sudah selesei sarapan, mereka akan bermain -entah itu apa-. Akashi yang memang dasarnya sudah 'agak' dewasa pemikirannya, menghabiskan waktunya untuk membaca buku. Sedangkan yang lainnya?

"Eh? Kok cemilan yang di kulkas abis ya?" tanya Murasakibara bingung.

"Kemalin malam kamu balu aja ngabisin satu-satunya cemilan yang ada di kulkas, nanodayo." Jawab Midorima yang lagi sibuk nyari saluran favoritenya di radio.

"Midolimacchi lagi ngapain ssu?" Kise yang penasaran menghampiri Midorima.

"Aku lagi nyali salulan yang biasa nyialin Oha-asa, nanodayo."

"Oha-asa?" pikir Kise bingung.

"Itu lamalan yang seling di dengelin sama dia, Kise. Isinya tentang kebeluntungan lah, benda yang halus dipelsiapkan supaya beluntung atau nasib sial kita." Jelas Aomine yang lagi tiduran santai.

"Wuahh, Aominecchi tau banyak ya ssu~" kagum Kise.

"Soalnya diam-diam Aomine-kun suka ngikut dengelin Oha-asa juga, kalau Midolima-kun menyetelnya." Sahut Kuroko tiba-tiba dengan muka datarnya.

"Aku bukan penggila lamalan kayak dia, Kuloko! Lagipula, jangan menyebal tuduhan yang tidak benal." Bantah Aomine cepat.

"Itu kenyataannya, Aomine-kun."

"Kuloko!"Aomine memegang kepala Kuroko gemas. Andai Kuroko bukan temannya pasti dia sudah menjitaknya dari tadi.

"Daiki, suala mu itu sangat belisik." Akashi yang teganggu tiba-tiba bersuara, dengan suara cadelnya.

Nah loh, Aomine nyari gara-gara lagi sama Akashi kan.

"Itu bukan salah ku, tapi Kuloko yang membuatku ma_"

"Sekali lagi kau meninggikan suala mu. Aku tidak tau mimpi buluk apa yang menghampilimu nanti malam, Daiki."

GLUP

Tuh kan, Aomine langsung kicep. Walaupun mereka seumuran, tapi perkataan Akashi selalu membuat Aomine diam tidak berkutik.

Saluran yang dicari-cari Midorima akhirnya ketemu juga, ramalan Oha-asa.

[Siang semua! Kali ini Oha-asa akan memberitahukan keberuntungan kalian semua. Umm, kita mulai dari Virgo yang keberuntungannya berada paling bawah hari ini. Hati-hati dengan ucapanmu! Jangan mencoba membantah orang yang menasihatimu, kalau tidak ingin celaka.]

"Vilgo itu kalau engga salah, bintangnya Aominecchi kan?" Kise menatap Aomine, meminta jawaban. Tapi orang yang ditanya sedang terpuruk menerima nasib.

[Tapi, seseorang yang tidak disangka akan datang ke kehidupanmu. Walaupun orang itu menyebalkan, tapi dapat membuat harimu selanjutnya berwarna.]

Secercah harapan muncul kembali di diri Aomine. Setidaknya hal itu bisa membuatnya tenang. Tunggu! Sejak kapan dia percaya ramalan?

[Dan bagi Aquarius, hari ini kamu akan bertemu dengan seseorang! Baik-baiklah dengan orang itu.]

Kuroko menggangguk mengerti.

[Sagittarius, hati-hatilah! Akan muncul orang yang bisa membuatmu sakit kepala karena tingkahnya. Tapi, bukan berarti kau harus menjauhinya. Berbaik hatilah dengannya. Oke!]

Akashi mendengus pelan sekaligus tertarik. Orang yang bisa membuatnya kesal?

[Selamat buat Gemini! Kamu akan mendapatkan teman baru! Kamu pasti tidak akan bosan dengannya.]

Kise tersenyum gembira, membayangkan ramalannya.

[Mungkin Libra tidak akan kelaparan lagi mulai sekarang. Yaa, walaupun tidak 100% benar si. Jika sudah bertemu dengannya, mungkin kau akan mengerti.]

Murasakibara bingung dengan ramalannya.

[Untuk Cancer, berbaik hatilah kepada semuanya. Jangan bermuka datar saja. Mungkin itu dapat membuat sifatmu terlihat lebih baik.]

Midorima bingung. Seharusnya ramalan itu lebih tepat untuk Kuroko.

Satu hal aneh yang terjadi di panti asuhan sekarang adalah sejak kapan bocah pelangi ini jadi sangat tertarik dan percaya dengan ramalan? Satu hal lagi, hampir dari ramalan mereka tentang 'seseorang'.

.

.

.

.

.

"Aku pulang! Momoi dimana kau?" teriak Riko yang baru tiba dari pasar.

"Tunggu sebentar, aku akan kesitu, Riko." Sahut Momoi.

"Oh ya, anak-anak! aku membawakan 'sesuatu' nih." Lanjutnya.

Sapaan dari Riko membuat keenam bocah pelangi menoleh bingung. Apakah tadi Riko bilang sesuatu? Pasti itu hadiah atau semacamnya. Tanpa ba-bi-bu lagi, mereka langsung ke depan ruangan mengahampiri Riko.

"Kak Liko, kakak bawa hadiah buat ka_."

Ucapan Kise terputus setelah melihat seorang anak seumurannya berada di belakang tubuh Riko.

"Oh Riko! Selamat datang." Sapa Momoi. Bola matanya menangkap sesuatu di belakang Riko. "Riko? Anak siapa itu? Sejak kapan kau punya anak?!" teriak Momoi histeris, yang dengan terpaksa harus dibekap oleh Riko.

"Ssssttt! Diamlah Momoi, dia bukan anakku! Aku menemukannya saat tadi pergi ke pasar." Jelas Riko.

Keenam anak pelangi itu menatap seseorang bersurai merah gelap penasaran.

"Dia siapa kak?"tanya Kise penasaran.

"Oh ya anak-anak, sepertinya kalian akan mendapatan teman baru. Nah Kagami, perkenalkan dirimu." Ucap Riko lembut.

Anak kecil dengan surai merah gelap yang ada di belakang Riko, maju kedepan dengan malu-malu. Bola matanya sesekali melirik keenam pelangi itu.

"Taiga, namaku Kagami Taiga." Ucapnya singkat.

'Manisnya.'

Entah Midorima tadi lupa mematikan radionya atau Aomine yang salah dengar, sebuah lagu yang cukup dia hapal ketika masih di jalanan terdengar jelas di telinganya.

Pandangan pertama awal aku berjumpa…

Dan seiring lagu itu terdengar, Aomine tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Kagami. Jujur, Aomine tidak tau kenapa. Tapi dia merasa orang ini berbeda. Walaupun sesekali dia ingin tertawa karena melihat alisnya yang bercabang itu.

Dan Kagami menyadari kalau dirinya diperhatikan.

"Apa liat-liat?" tanya Kagami.

"Enggak kok. Itu alis kamu kok bisa belcabang gitu? jadi keliatan lucu." Jelas Aomine yang langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Kagami menatap sinis Aomine. Satu hal yang dia tau, orang ini menyebalkan.

"Ini sudah ada dali lahil tau! Trus kenapa kulit kamu item kayak gitu?" balas Kagami tidak mau kalah.

"Ini juga bawaan dali lahil!" jawab Aomine kesal.

Riko yang melihat pertengkaran kecil itu langsung memutusnya dengan perkenalan diri.

"Sudah-sudah, coba kalian perkenalkan diri kalian masing-masing pada Kagami."

"Aku! Bial aku duluan. Namaku Kise Lyota, salam kenal Kagamicchi." Kise memeluk Kagami sebentar.

'Kagamicchi?'

"Namaku, Kuloko Tetsuya." Kuroko membungkukan badannya.

"Midolima Shintalou, nanodayo." Ucap Midorima sembari membetulkan kacamatanya.

"Mulasakibala Atshushi, salam kenal."

"Namaku Akashi Seijuulo." Akashi memandang Kagami dengan tatapan menyelidik, membuat Kagami merinding.

Kagami kini mengalihkan pandangannya ke Aomine.

"Daiki, Aomine Daiki namaku."

"Aku Momoi Satsuki pemilik panti asuhan ini bersama Riko." Sapa Momoi.

"Nah, mulai saat ini Kagami akan tinggal bersama kalian. Baik-baik dengannya ya!" Seru Riko semangat.

Dengan berakhirnya ucapan Riko, keluarga ini bertambah satu.

Chapter satu selesei.


Author notes : Sebenernya ini ide udah lama, tapi tiba-tiba kepikiran lagi pas ngerjain TO. Jujur sekarang Leavi lagi dalam keadaan bosan belajar /plak

Makanya ini malah ngetik ff.

Ini cuma fanfic tentang kehidupan sehari-hari aja, bukan lanjutan. Tapi kalau ada yang ingin lanjut, bisa kok. Leavi juga akan update kalau emang ingin.

Akhir kata, Review? :D