Disclaimer : Hajime Isayama & his group.

Chapter 3 - The Adventure Begin

.

.

.

.

Empat Hari kemudian, Aku dan Komandan Shardis mendapatkan panggilan dari Kepala Komandan Zacklay. Beliau memberikan kami sebuah kata Selamat, dan mengatakan bahwa proposal kami telah di terima, dan itu artinya kami masih diberikan kesempatan untuk mengadakan penyelidikan keluar dinding.

"Aku befikir kenapa Lobov dapat mengubah pikirannya. Apa kau tahu alasan di balik ini semua, Komandan Shardis? Bukan…. Keith."

Komandan Shardis hanya menjawab dengan 'Tidak Tahu' , semenjak semuanya aku yang mengurus. Aku memperhatikan dengan benar gerak mata Komandan Zacklay. Dia sempat memperhatikanku untuk beberapa saat kemudian melanjutkan penjelasannya.

"Meskipun begitu, pertentangan terhadap Ekspedisi ini tetap akan berlangsung, mengingat masih banyak pendukung Anti-Ekspedisi ini. Kita berhasil memenangkan pertaruhan kali ini, namun aku tidak yakin dengan konflik yang akan terjadi berikutnya. Demi untuk meyakinkan mereka pula, kalian harus mendapatkan hasil bagus yang Maksimal, di Ekspedisi setelah ini. Hanya itu yang bisa kukatakan."

Kemudian aku menanyakan tentang rencana yang telah ku sampaikan padanya beberapa hari lalu, tentang penangkapan tiga orang berandalan yang ahli dalam menggunakan maneuver 3D. Dan ternyata Komandan Zacklay telah memberitahukan soal ini kepada Polisi Militer. Dan mungkin tidak lama lagi mereka akan tertangkap. Tapi, lagi-lagi pandanganku di ragukan oleh Komandan Zacklay. Apakah criminal dari kota bawah tanah benar-benar mampu membantu Ekspedisi kali ini.

Kemudian aku kembali harus meyakinkannya. Aku percaya bahwa kemampuan tiga berandal itu tidak boleh dianggap remeh. Terutama bagi yang terpendek, yang sepertinya adalah ketua dari tiga orang tersebut, walaupun aku hanya melihatnya sekali, aku bisa mengetahui bahwa kemampuannya bisa dikatakan setara dengan veteran pasukan pengintai. Aku mengatakan padanya bahwa aku benar-benar berencana memasukan mereka dalam formasi baru ini. Kalau bisa, mereka sudah bergabung dengan kami, jauh hari sebelum Ekspedisi berikutnya. Dalam artian singkat, secepatnya.

Setelah itu kami kembali ke markas dan mengerjakan tugas-tugas sebagaimana mestinya. Beberapa hari kemudian aku mendapat panggilan dari salah satu Pasukan Polisi Militer yang mengawal penyerahan para tiga berandal itu kepada Pasukan Pengintai. Aku dan Komandan Shardis di panggil sebagai pihak yang bertanggung jawab kepada tiga berandalan ini. Kami pun memasukkan mereka bertiga ke dalam satu ruangan yang sama. Kemudian merencanakan perkenalan mereka kepada anggota lain.

Aku tahu hal ini tidak akan berjalan mulus, mengingat mereka memiliki begitu banyak catatan tindak criminal. Aku memikirkan beberapa kemungkinan akan memberontaknya tiga orang tersebut di dalam ruanganku, dan bagaimana cara untuk menangani hal-hal yang seperti itu.

Keesokan harinya Komandan Shardis mengumpulkan semua anggota Pasukan Pengintai di lapangan depan panggung upacara. Kami berbaris sebagaimana layaknya kepramukaan, aku dan para Kapten berada di depan, dan pasukanku berada di belakang. Rupanya hari itu Komandan mengumumkan 3 anggota baru Pasukan Pengintai. Komandan memberikan wewenang kepada Kapten Fragon, berhubung aku harus berfokus dalam keberhasilan formasi baru ini di ekspedsi berikutnya.

Beberapa hari berlanjut setelah perekenalan itu. Para pasukan berlatih seperti biasa, dan aku tetap di ruanganku, menyempurnakan formasi tersebut, sebelum akhirnya ku serahkan hasil akhirnya pada Komandan Shardis keesokan harinya. Aku memperhatikan beberapa pasukan yang sedang berlatih di lapangan, di depan dimana ruanganku berada, dari jendela. Beberapa diantara mereka adalah 2 dari anggota baru Pasukan Pengintai, Isabel Magnolia dan Farlan Church.

Tampaknya mereka belum menunjukkan adanya perlawanan, dan tampak lebi bersenang-senang di lapangan latihan pasukan pengintai. Ku lihat dari ruanganku, Gadis bernama Isabel itu sedang berlatih Kuda dan memadukannya dengan Maneuver 3D. dan Pria bernama Farlan itu pun memiliki kemampuan fisik dan ketangkasan yang luar biasa. Seperti yang kuperkirakan, kemampuan mereka bisa di bilang memuaskan. Tapi aku juga tidak bisa memberi jaminan, bahwa mereka akan bisa melakukan kemampuan seperti itu, di neraka yang ada di luar sana.

Sepertinya mereka menyadari kehadiranku di balik jendela. Farlan dan salah satu anggota yang tadinya duduk-duduk dan mengobrol kemudian bangkit dan memperhatikan ke arahku, kemudian kembali berlatih. Namun aku menyadari bahwa Farlan memperhatikan tempatku ini berdiri lebih lama dari anggota yang lain, Seperti berusaha mengingat informasi yang baru dia dapat, dan semacamnya.

Aku keluar dari ruanganku untuk mendiskusikan formasi ini dengan Mike, salah satu rekan yang kupercayai. Kebiasaannya mencium baru seseorang yang baru di temuinya dan kemudian memberikan senyuman anehpun masih dilakukannya. Tempo hari, bahkan kepada tiga berandal itu. Namun setelah beberapa tahun berteman bersamanya, aku baru paham itulah kemampuan unik yang dimiliki Mike. Dia pernah menceritakan padaku bahwa dia melakukan itu karena dia dapat mencium aroma-aroma ketidakberesan, atau karakter seseorang. Itulah kenapa dia pernah mengatakan sebuah pendapatnya padaku tentang karir kepemimpinanku. Sering kali, penciumannya itu benar-benar terjadi.

Aku menannyakan padanya soal kemantapan strategi ini, seperti yang kuduga dia akan dapat mencium sesuatu. Dia mencoba memberi suatu saran padaku, dan kami pun berakhir dalam diskusi yang cukup lama, sampai akhirnya waktu menunjukan pukul sore hari. Aku berterimakasih kepadanya kemudian kembali ke ruanganku. Beberapa langkah sebelum aku menemukan koridor menuju ruanganku, aku mendengar suara pintu terbuka dan kemudian tertutup lagi, dan firasatku mengatakan bahwa itu datang dari ruanganku.

Aku berdiri di depan ruanganku dan bersandar di dinding dan menunggu seseorang keluar dari ruanganku. Lebih tepatnya untuk memastikan apakah firasatku benar. Sekitar 10 menit berlalu, tak lama kemudian pintu ruanganku terbuka. Tepat seperti dugaanku, seseorang baru saja memasuki ruanganku. Yah, walaupun itu wajar saja apabila ada bawahan atau pasukan ku yang pergi mencariku, dan aku jarang mengunci ruanganku kecuali saat aku benar-benar meninggalkan markas. Tetapi aku takkan securiga ini apabila Mike tidak memperingatkanku bahwa aku harus segera kembali dan lebih hati-hati dalam meninggalkan kamarku.

Aku mendapati orang yang baru saja memasuki ruanganku adalah Farlan. Dia terlihat terkejut melihatku bersandar menghadap pintu ruanganku, seperti nya dia menyangka bahwa aku sudah menunggu sedari tadi. Kemudian dia menatapku dengan sedikit bingung dan memberikan sikap hormat yang masih belum begitu sempurna.

"S-selamat sore, Kapten Erwin!"

Aku berdiri dari sandaraanku dan maju beberapa langkah mendekatinya.

"Selamat sore. Farlan ya... Apakah kau mencariku?"

"E—i—iya…. Aku sedang mencari anda. Maaf telah masuk ruangan anda tanpa ijin. Aku telah mengetuk pintu beberapa kali namun tidak mendapat jawaban, jadi… aku langsung masuk saja.." Dia menjelaskannya sambil berusaha memikirkan alasan.

"Mencariku di dalam selama 10 menit?"

"Y-Yah… aku… aku sempat melamun di dalam… aku tidak sadar bahwa… aku berdiam di ruangan orang, bahkan tanpa ijin. Aku benar-benar minta maaf, Kapten Erwin." Dia mengatakan itu semua sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Memasuki ruangan seorang Squad Leader tanpa ijin, bahkan kau bukan merupakan pasukan yang kubawahi, itu hal yang salah, Farlan. Kau harus menyelesaikan masalah ini denganku sekarang."

Kemudian aku membawanya kembali masuk ke ruanganku, dapat aku lihat ekspresi kekesalan dan penyesalan di wajahnya, namun ini salah satu hal yang sudah kuduga. Orang baru seperti mereka telah terbiasa menyelinap masuk, dan melakukan hal-hal sesuka mereka. Aku mengerti benar apa yang mereka butuhkan.

.

Sebuah Kedisilipinan.

.

.

.

.

Aku menyuruhnya duduk di kursi meja kerja ku, kulihat dia hanya pasrah dan melakukan hal yang kusuruh. Kemudian aku berdiri di hadapannya dan mulai menginterogasinya.

"Farlan. Apa yang kau lamunkan di ruanganku?"

"Ehm….. Perubahan hidup….?"

"Perubahan hidup? Apakah ada perubahan yang kau rasakan?"

"Tentu saja! Perbedaan antara tinggal di Kota Bawah Tanah dengan hidup sebagai Prajurit."

"bisa mendapatkan makan gratis tiap pagi, siang,dan malam?"

"M-Mungkin itu termasuk…"

"Karena kau sekarang adalah seorang prajurit, aku akan memberitahumu sesuatu. Prajurit itu, berani mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka perbuat. Bicara tentang pertanggung jawaban tentang apa yang telah kau lakukan beberapa menit yang lalu, kau akan mendapatkan dua pilihan. Manakah yang akan kau pilih? Menceritakan dengan sebenarnya apa tujuanmu masuk ke ruanganku tanpa ijin, atau menceritakan secara detail tentang masal lalumu, teman-temanmu, dan juga Levi, ketua kalian?"

Aku berakhir dengan dua pertanyaan tersebut. Aku tidak masalah pilihan manapun yang akan dia pilih, karena keduanya akan berguna bagiku. Namun selesai dia menjelaskan, aku masih belum selesai. Beberapa hal yang kulakukan setelah ini akan memberikan beberapa pelajaran yang akan sangat berguna baginya.

Dia kemudian memilih bercerita secara detail tentang masa lalunya, teman-temannya, dan ketuanya. Aku menyimpulkan bahwa dia akan menjadi bawahan yang setia, aku yakin dia memasuki kamarku dengan rencana dan maksud tertentu, namun dia tidak ingin membeberkannya dan memilih membocorkan identitasnya.

Aku mendengarkan apa yang dia ceritakan secara seksama, sembari mengingat benar-benar poin-poin penting yang kudapat dari interogasi ini. Bukan hanya sifatnya, tapi juga kedua orang lainnya. Seperti perkiraanku, yang menjadi orang yang patut diawasi adalah yang bernama Levi.

Sekitar 1 jam berlalu, akhirnya Farlan menyelesaikan ceritanya. Dan aku menyadari hari sudah hampir malam. Namun sesuai yang kubilang, aku belum selesai sampai disana. Aku sedikit memberikan kekerasan padanya, dan memberikan beberapa nasihat sembari menciptakan lebam di tubuhnya. Aku mengancamnya apabila dia berani mengulangi kesalahan yang sama, aku tidak akan segan untuk melakukan hal yang lebih dari ini.

Kemudian dia kuperbolehkan keluar dari ruanganku setelah mendapatkan oleh-oleh beberapa lebam dan luka akibat pukulan dan tendanganku. Bagiku, itu adalah peringatan pertama untuknya, dan juga pelajaran kedisiplinan bab 1 bagi orang-orang dengan cara pikir seperti mereka. Akupun membersihkan ruanganku kemudan merangkum hal-hal yang kudapat. Lalu kulaporkan kepada Komandan Shardis sebagai data informasi anggota baru.

Komandan sedikit terkejut ketika mengetahui aku melakukan kekerasan tanpa seijinnya. Tapi aku meyakinkannya bahwa tak ada seorangpun yang tau dan tentu saja aku tidak hanya memberi hukuman berupa kekerasan mentah-mentah. Aku juga melatih mental dan cara berpikirnya, dan dengan itu Komandanpun menerima data-data itu kemudian mempersilahkanku pergi sembari mengingatkan Ekspedisi akan dilaksanakan dua hari lagi. Aku kembali ke ruanganku dan beristirahat.

.

.

.

.

-Farlan POV-

.

Sial, hari ini benar-benar hari yang sial. Semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Bahkan kacau, walaupun aku berhasil mendapatkan beberapa data tentang dirinya. Tapi ini serasa bayaran yang mahal. Aku kembali ke barak tempat tidur laki-laki. Lagi-lagi aku harus memikirkan alasan untuk anggota pasukan lain yang pasti akan menanyaiku. Apalagi Levi…

Aku tiba di barak dan membuka pintunya. Aku berharap semuanya tidak akan menyadari ada yang salah denganku. Aku masuk dan segera berjalan cepat menuju ranjangku. Tidak mungkin semua mata tak tertuju padaku, manakala aku masih lengkap dengan seragamku, sedangkan yang lain telah bersiap untuk beristirahat. Dan Tentu saja, Levi juga menyadarinya.

"Farlan, apa yang terjadi dengamu."

Kulihat Levi menanyaiku. Aah… ini mimpi buruk, benar-benar mimpi buruk. Aku pun menghela nafas dan menatapnya, dengan senyum yang kubuat-buat.

"Huh… aku terjatuh dari tebing dengan bodohnya ketika mencoba naik ke atas, aku pikir melihat bintang dari sana akan lebih baik, tapi aku tidak menyadari bahwa ada retakan tanah disana. tapi… untunglah aku memiliki nyawa lebih dari satu. Aha.. ahahaha…."

Aku pun tertawa dengan tawa yang kupaksa. Namun seperti yang telah kukira sebelumnya, Levi bukanlah orang yang mudah kubodohi.

"Kau masih belum puas dengan pemandanga bagus diatas markas ini? Kalau kau tidak mau mengatakan yang sebenarnya, aku akan melayangkan tinjuku tepat di wajahmu."

"Baiklah, baiklah. Aku tertangkap basah sedang menyelinap masuk ruangan Kapten Erwin…" kataku dan mulai naik ke atas ranjangnya dan memelankan suaraku agar tidak terdengar oleh anggota yang lain.

"Kau memasuki ruangannya?"

"Yah, walapun akhirnya harus kubayar mahal, tapi aku berhasil mendapatkan informasi tentangnya. Mungkin akan membantu kita."

"Kenapa kau bergerak sendiri?"

"Levi, tolong jangan permasalahkan ini. Aku baik-baik saja. Yang penting kita dapatkan informasinya. Tolong, percayalah padaku."

Akupun mulai menceritakan informasi yang kutahu, padanya. Meskipun pada akhirnya itu tidak membantu kami terlalu banyak. Mungkin mengetahui tentang Erwin melalui teman dekatnya akan jauh lebih membantu.

.

- End of Farlan's POV –

.

.

.

.

Keesokan harinya, Komandan Shardis mengumpulkan para Squad Leader untuk membahas tentang Ekspedisi yang akan dilaksanakan besok. Dan tugas kami adalah memberikan briefing kepada anggota kami tentang strategi Ekspedisi kali ini. Yah, kuharap 3 anggota baru tersebut bisa kembali dengan selamat dari perkenalannya dengan dunia luar untuk pertama kalinya.

Keesokan Paginya kami telah bersiap dengan kuda-kuda kami, dan berjalan menuju batas terluar dari dinding pelindung umat manusia. Kami keluar melalui Shiganshina. Seperti biasanya, sekumpulan warga memadati pinggiran jalan sebelum kami melaksanakan Ekspedisi. aku dapat mendengar percakapan kecil oleh 3 pasukan baru tersebut, yang kebetulan berbaris tak jauh dariku.

"Isabel, apa kau sudah siap?" Tanya salah seorang pasukan padanya.

"Tentu saja! Aku tidak pernah sama sekali keluar dinding sebelumnya, tapi aku bukan penakut yang akan gemetaran sekalipun di depanku terdapat raksasa!" ucapnya sambil menjulurkan lidahnya. Kemudian di balas tawaan kecil dan nasihat dari rekan yang mengajaknya bicara barusan.

Dapat kuperhatikan ekspresi pasukan lainnya yang menunjukkan keraguan, tentu saja aku sangat tahu apa yang mereka rasakan, perasaan yang benar-benar tidak mengenakkan namun harus tetap berfikir positif. Dimana otak kita akan selalu berpikir, entah kami akan pulang hidup-hidup atau ini akan menjadi Ekspedisi Terakhir. Namun di sela-sela itu, terdapat cahaya dukungan yang kembali menaikkan semangatku, untuk meraih masa depan yang lebih baik, dan mewujudkan tujuanku. Ketika aku melihat di balik kerumunan orang dengan wajah meremehkan.

Sungguh itu mengingatkanku pada masa laluku, saat aku juga pernah menjadi mereka. Masa kecil dengan pandangan berbinar melihat keberangkatan para pahlawan. Saat aku kehilangan orang yang ku sayangi, saat pada akhirnya aku harus memilih jalan hidupku, menetapkan tujuanku. dan saat dimana aku harus mewujudkannya... Sekarang!

.

.

.

.

.

.

The Adventure Begin

.

.

.

.

Well, Akhirnya sempet juga update setelah kalap namatin pokemon wkwkwk

Eqa Skylight: waah entahlah saya juga asal ngetik, ikutin terus yaa :D

Review ^^

3 Maret 2015 -Updated for reasons-

SnK Lover: Begitu Ve-san ngomong soal Levi yang ketemu LevyMcGarden nya Fairy Tail, entah kenapa saya langsung ikutan ngebayangin hahaha XD, Begitu ya, saya akan coba tambahkan percakapannya di Chapter 4 nanti! Thanks sudah mampir baca fic ini plus review! *thumbs up*

Yah, walaupun saya bilang soal Chapter 4, tapi dengan berat hati... saya belum tahu kapan Chapter 4 ini akan berlanjut. Saya masih di terpa dengan bergitu banyak Ujian-Ujian sekolah dan persiapan melanjutkan kemana *malah curhat*. Saya dengan sedalam-dalamnya minta maaf telah menelantarkan fic ini tanpa ada kelanjutan. Tapi, saya masih punya niatan untuk menyelesaikan fic ini. Yah... setelah satu fic lainnya yang masih dalam proses selesai. Mohon dimaklumiiiiiii *bow*