Disclaimer: Fairy Tail (c) Hiro Mashima. No profit taken.
Saya tdjinta banget sama tokoh satu ini duh *q* SI GANTENG TERKEDJE! /pengsan
background music: One More Time-Tree Bicycle. Semoga menambah efek suasana :3 Enjoy!


Hundred Night

.

Malam itu, Hibiki mengambil segelas kopi untuk dirinya. Melewati ruang bersama utama Blue Pegasus, melempar kerlingan khas pada mage perempuan. Dengan elegan mengabaikan ejekan dari salah satu penyihir lelaki tentang ketidakbiasaannya memilih kopi, pemuda dengan sihir archive itu menaiki tangga ke lantai berikutnya. Menanggapi setiap sapaan yang ditujukan padanya, dia terus berjalan santai ke tangga berikut dan berikutnya. Satu tujuan: balkon paling atas—atau bisa disebut atap.

Tapak sepatunya berirama teratur. Secangkir kopi di genggaman, masih utuh dan meriak kecil seiring langkah. Senyuman tipis menghias raut tampannya kala dia sampai di sana—balkon. Hibiki mendorong pintu berukir lambang Blue Pegasus di depannya, pintu penghubung ke area yang dia tuju. Angin malam menyambut seketika, memainkan helai rambut kecoklatan Hibiki lembut. Ujung jas yang melapisi atasannya melambai perlahan seiring langkah Hibiki ke tepi balkon.

Dia berdiri di situ, mengisi kekosongan dalam balkon berarsitektur minimalis dengan langit malam mengatapi. Melipat tangan di dada, Hibiki mengamati aktivitas kota yang masih meriah. Menghela napas, Hibiki mengangkat cangkir di tangan kanannya mendekati bibir, menyesap cairan pekat nan pahit itu di lidahnya. Merasakan bagaimana cairan itu mengalir menuruni kerongkongan, memberi sejumput perasaan tersendiri pada sang penyihir archive. Dia terkekeh kecil, mendecap lagi rasa kompleks kopi di cangkir putih itu. Perasaan tenang dan damai menelusup ke batin Hibiki, membawa seulas kurva tipis di rautnya—menambah pesona yang dia miliki sebagai laki-laki.

Beralih dari aktivitas kota yang masih bergerak—ditandai dengan sinar-sinar lampu berpendar melukis kegelapan malam—, Hibiki menengadah. Membawa bentang langit kelam dalam sepasang iris hitamnya. Kekelaman tirai malam itu disamarkan oleh kehadiran bulan dan tebaran bintang. Kerjap cahaya bersahutan mengisi celah dingin langit, dan lengkap sudah malam yang tenang itu.

Malam yang indah bagi Hibiki itu sederhana; naungan langit, ketenangan, dan secangkir kopi.


Nggak tau deh, yang kebayang cuma Hibiki (ganteng!) yang lagi nyantai di balkon malam hari. Ini narsis sih, tapi saya suka kalimat terakhir (penutup)nya wkwkwk #ditabok