Title : You Wouldn't Answer My Hearts
Author : DandelionLeon
Cast : Byun Baekhyun, Park Chanyeol
Xi Luhan, Oh Sehun, Do Kyungsoo, Kim Jongin(Kai), other cast temukan sendiri.
Rate : T+
Genre : Romance, Drama, School Life.
Pairing : Chanbaek
Other cast : Hunhan, Kaisoo
Disclaimer : Semua cast disini hanya meminjam nama. Isi cerita milik Dandelionleon.
Summary : Chanyeol memaksa Baekhyun menjadi kekasihnya hanya karena sebuah buku harian milik Baekhyun yang berisi tentang dirinya. Dengan niat membuat hati Baekhyun tersiksa saat bersamanya, Chanyeol sengaja bermesraan dengan gadis-gadis disekelilingnya tepat dihadapan Baekhyun. Dan saat Baekhyun telah lelah meminta hubungan itu berakhir, Chanyeol menolaknya mentah-mentah. Sebenarnya apa mau anak itu?
WARNING : Typo. YAOI. BxB. Adegan kekerasan dan adegan dewasa. Tidak untuk ditiru! Dilarang memplagiat hasil karya orang lain!
.
.
Victory High School, adalah sebuah sekolah berbasis Internasional terkenal dengan para muridnya yang berbakat dan jenius dan yang paling menonjol dari sekolah ini adalah kecantikan dan ketampanan siswanya yang dikategorikan ekstrim. Oke, mungkin terlalu melebih-lebihkan, namun itulah kenyataannya. Sekolah ini didirikan 30 tahun yang lalu oleh seorang bangsawan berdarah Inggris dan Korea.
Lucas Park, ia adalah seorang pengusaha ternama di dunia. Sekolah tersebut ia dedikasikan kepada keturunannya kelak. Kini pemilik sekolah tersebut telah berpindah tangan pada anaknya, Nickhun Park. Seorang pengusaha yang memiliki Victory Corporation. Perusahaan tersebut bergerak di segala bidang. Ia menikah dengan seorang wanita cantik berdarah China-Belanda dari negeri tirai bambu, Victoria Song. Mereka memiliki seorang anak yang sangat tampan, perpaduan yang sempurna antara ayah dan ibunya.
Victory High School terletak di daerah pegunungan dengan fasilitas yang kian lengkap, suasana yang asri cocok untuk para siswa belajar dan mengekspresikan diri, begitulah kata Lucas Park. Sekolah itu juga terkenal dengan sebutan 'sekolah dongeng' mengingat para muridnya yang dikatakan hampir sempurna untuk manusia biasa. Bangunan itu mirip seperti bangunan pada era Victoria, juga kekayaan yang mereka miliki membuat siapa saja yang ingin masuk kesekolah ini harus berpikir ratusan kali.
Namun ada juga dari beberapa siswa kurang mampu mendapatkan beasiswa. Tentu saja salah satu syaratnya terpenuhi. Entah dia pintar, tampan atau cantik, maupun berbakat. Tetapi di balik kesempurnaan itu, pastinya sekolah tersebut memiliki kecacatan seperti aksi bullying misalnya. Tak jarang para murid beasiswa akan menjadi bahan bully para anak orang kaya tentunya. Seperti yang sedang terjadi saat ini.
BRRUUKKK…
Seorang lelaki bertubuh kurus terdorong ke sebuah tumpukan kardus yang menjulang tinggi. Ia tersungkur dengan wajah dipenuhi lebam dan darah mengalir disekitar bibirnya. Siswa lelaki itu mendecih pelan, menyeka darah di sudut bibirnya dengan kasar. Ia menatap tajam sekumpulan siswa berandal dihadapannya yang tengah tertawa melihat kondisinya saat ini.
"Hahaha, apa yang kau lihat hah! Dasar orang miskin! " Teriak salah seorang dari mereka dengan name tag 'Bang Yong Guk '. Siswa bertubuh kurus tadi hanya terdiam dan menundukkan kepalanya dalam.
"Hei Yongguk, sudahlah. Ayo kita ke kelas, aku bosan!" Yongguk menatap tajam seseorang di sebelahnya, Himchan-nama temannya itu memutar bola matanya bosan.
"Aku belum puas menghajar anak ini!" Teriak Yongguk membuat dua orang disana menutup kedua telinga mereka.
"Ayolah, dia hampir mati, bodoh! Dan berhenti berteriak di telingaku!" Lelaki bermata sipit bernama Jongup balik membentak Yongguk dengan kasar. Yongguk mencibir dan memeluk seorang lagi yang belum angkat bicara sedari tadi.
"Hey, ayolah! Zelo saja tidak protes ketika aku berteriak, iya kan Zelo?" Lelaki bernama lengkap Choi Zelo itu menatap bingung kearah rekannya yang lain, kini giliran Himchan yang naik darah sendiri.
"Dia memakai earphone, bodoh!" Benar saja, ternyata sedari tadi sebuah earphone putih bertengger manis dikedua telinganya, pantas saja tidak dengar.
"Aish! Sudahlah, ayo kita kembali ke kelas! Aku sudah tidak mood dengan bocah ini! " Yongguk menendang kasar namja imut yang malang itu, di ikuti oleh Himchan dan Jongup. Zelo hanya menatap namja itu dengan tatapan datar miliknya dan berlalu begitu saja.
Siswa yang menjadi bahan bully dengan name tag 'Byun Baekhyun ' itu menangis pelan. Tidak, dia bukannya lemah, Baekhyun hanya sudah lelah menghadapi kejadian seperti ini hampir setiap hari. Rasa sakit dari pukulan siswa-siswa biadab itu benar-benar ingin membuatnya mati. Ibaratnya, belum sembuh memar yang ia dapat hari ini, maka esok hari ia akan mendapatkannya lagi. Mata sipit itu perlahan mengabur dan semua gelap. Baekhyun pingsan di ruang penyimpanan itu. Untung saja dua orang siswa datang ke arahnya. Kedua siswa itu berlari ke arahnya dengan nafas tersenggal-senggal. Mungkin saja mereka ingin melakukan hal yang serupa seperti para berandalan tadi? Tapi sepertinya tidak, kedua siswa itu menatap khawatir ke arah Baekhyun yang kini terkulai lemas.
"Ini pasti perbuatan para berandalan itu lagi. Kyungsoo bantu aku membawa Baekhyun ya?"
Yang bernama Kyungsoo mengangguk mendengar perintah temannya. Dengan raut wajah khawatir ia segera membantu lelaki berambut pirang itu untuk membopong tubuh Baekhyun menuju ruang kesehatan.
Perjalanan menuju ruang kesehatan tak memakan waktu yang lama. Luhan dan Kyungsoo merawat Baekhyun dengan ringisan yang berkali-kali keluar dari bibir mereka. Terang saja, memar dan luka yang Baekhyun dapatkan bukan lah tak berasa sakit. Sebagai sahabat Baekhyun sejak pindah kemari, baik Kyungsoo maupun Luhan-si rambut pirang- merasa bersalah karena tidak bisa banyak membantu sahabat mereka sendiri. Padahal, jika melihat identitas mereka mudah saja untuk membawa temannya itu ke dalam sebuah perlindungan dari hal-hal semacam ini. Tetapi sekali lagi, 'penguasa' disini bukan lah mereka.
Luhan dan Kyungsoo hanya mampu memberi Baekhyun semangat, kendati pun banyak yang menganggap remeh karena Luhan yang notabene nya seorang dewan siswa dan seorang anak dari Xi Zhoumi , CEO salah satu entertainment di China dan Do Kyungsoo anak dari Do Min Jun, seorang Chef ternama di dunia tak mungkin mau berteman tanpa iming-iming. Orang-orang menganggap Baekhyun hanya lah lalat di antara keduanya. Sebagian lagi menyebut Baekhyun sebagai pembantu bagi dua lelaki tadi. Tetapi baik Kyungsoo atau Luhan menampik semua itu. Mereka berteman tak pandang status sosial dan tak mempermasalahkan jika mereka harus berteman dengan Byun Baekhyun yang hanya seorang anak beasiswa dan tak jelas asal usul nya itu.
BRAAAKK…
Pintu ruang kesehatan yang lebih mirip ruang rumah sakit itu terbuka lebar, sesosok jangkung dengan rambut hitam legamnya berdiri dengan angkuh disana, tak lupa seringai tampan tercetak diwajah nya itu. Park Chanyeol, si biang onar, Kingka sekolah yang gemar mencari keributan. Dia adalah anak dari Nickhun Park dan Victoria Song.
"Wah, wah… Lelaki cantik kita sedang berkumpul?" Ucapnya dengan seringai mengejek yang tak lekang dari wajah nya. Luhan memutar bola matanya bosan sedangkan Kyungsoo hanya kembali fokus mengusap wajah Baekhyun.
"Apa yang kau lakukan disini? Mengganggu ketenangan kami saja! Dan mana pengikut-pengikutmu yang bodoh itu?" Tanya Luhan sinis.
Chanyeol mendekat ke arahnya dan menarik dagu Luhan untuk menatap matanya.
"Kenapa kau begitu cuek sayang? Oh ,ayolah… Untuk apa kau mencari mereka padahal aku ada disini, hm?" Luhan menepis kasar tangan Chanyeol dan menatap tajam ke arahnya. Tak lama setelah itu, muncul dua orang lelaki tampan lagi dengan ekspresi menyebalkannya.
"Chanyeol, jangan kau dekati rusa liar itu. Kau mau terkena rabies nya?" Ucap siswa berkulit putih susu itu dengan wajah datar.
"Hahahaha… Hei, Oh Sehun, kau ini bodoh? Mana ada rusa mempunyai rabies." Chanyeol menepuk pundak sahabatnya itu. Sehun memutar matanya bosan, ia segera menepis tangan Chanyeol di pundaknya. Oh, ayolah. Ia hanya bercanda. Dan satu hal lagi, Sehun itu anak jenius dengan IQ diatas rata-rata. Bagaimana bisa Chanyeol menyebutnya bodoh?
Keduanya saling tatap dengan ekspresi masing-masing tanpa menyadari salah satu sahabat mereka sedang asyik menggoda Kyungsoo dengan mencolek pundak lelaki itu, walau tidak di pedulikan sama sekali.
"Sudahlah! Kalian menganggu Baekhyun saja. Apa mau kalian? Bukankah kalian itu orang kaya yang tak mau bergaul dengan kami? Pergi sana dengan gadis-gadis genit peliharaan kalian itu!" Sindir Luhan dengan kasar. Mendengar hal itu Sehun menarik paksa Luhan keluar dari ruang kesehatan. Menimbulkan tanda tanya besar bagi orang-orang dalam ruangan itu, kecuali Baekhyun tentu saja.
Luhan yang bingung berteriak tidak jelas, mencoba meloloskan diri dari genggaman erat Sehun pada pergelangan tangannya.
"Yak! Lepaskan aku idiot!" Namun Sehun tak menggubris perkataan Luhan dengan terus menarik peregelangan tangan Luhan hingga menghilang dari pandangan.
Mengabaikan Luhan dan Sehun, Jongin justru semakin gencar menggoda Kyungsoo yang tampak acuh dengan wajah sedatar tripleksnya sejak tadi.
"Kyungsoo, jika aku sakit apa kau akan merawatku juga seperti ini?" Goda Jongin dengan seringai tampan miliknya. Kyungsoo tak menatapnya, ia masih setia menyeka darah-darah yang ada di sekitar wajah Baekhyun.
"Memangnya kau siapa? Aku harus merawatmu seperti itu? Kau itu orang kaya bukan? Sewa saja perawat sana." Jawab Kyungsoo dengan nada setenang mungkin. Mendengar hal itu Jongin semakin menggoda Kyungsoo, entah ide jahil apa lagi yang ingin ia ucapkan agar Kyungsoo berubah menjadi galak. Jongin memang suka melihat teman satu sekolahnya itu menjadi sosok yang suka marah-marah, hobi yang aneh.
"Ah, tentu saja aku akan menyewa perawat dan itu kau. Aku berpikir bagaimana jika kau memakai pakaian perawat yang seksi dan_"
"Berhentilah berfantasi aneh atau aku akan menancapkan pisau dapurku ke kepalamu! Satu hal lagi, aku tidak tau bahwa cassanova sepertimu itu ternyata seorang, homo?" Ejek Kyungsoo menatap sinis ke arah Jongin.
"Hey kalian berdua! Berhentilah membuat opera sabun sekarang. Kalian menganggapku batu?" Chanyeol melipat kedua tangannya di dada dan menatap tajam ke arah dua makhluk tadi.
"Cih! Baiklah tuan tampan, aku akan menyelesaikan opera sabunku. Ayo Kyungsoo, ikut aku!" Dengan paksa Jongin menarik lengan Kyungsoo keluar dari ruang kesehatan itu. Tadi Sehun, sekarang Jongin. Apa-apaan mereka itu? Sialnya, Chanyeol ditinggalkan begitu saja. Chanyeol mendesah pelan, menatap sosok yang tertidur di depannya saat ini. Ia menatap wajah itu sejenak, seperti mengenalnya namun entah dimana. Lelaki itu segera mengenyahkan pikiran acaknya lalu berniat untuk pergi. Tetapi melihat pergerakan yang di lakukan Baekhyun, ia menghentikan langkahnya sekedar untuk melihat siswa yang tidak dia ketahui namanya itu.
Baekhyun mengerjapkan kedua matanya. Mencoba membiasakan cahaya yang masuk ke matanya. Sakit di tubuh dan wajahnya masih begitu terasa. Mulutnya menganga, hampir saja lalat masuk jika saja Chanyeol tidak menutup mulut itu dengan telapak tangannya yang besar.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Baekhyun bingung. Hey, Chanyeol itu siswa populer dan kaya. Bagaimana saat ini ia bisa berada di ruang kesehatan bersama Baekhyun yang notabene nya adalah seorang siswa miskin yang sering di bully? Oke, mungkin ia bermimpi, atau otaknya sudah bergeser karena benturan yang dibuat Yongguk tadi. Melihat ekspresi Baekhyun yang entah mengapa mirip dengan para penggemar Chanyeol, lelaki itu memutar bola matanya malas.
"Ck! Apa setampan itukah aku hingga kau menganggap ini semua hanya mimpi indahmu di negeri dongeng , tuan Byun?" Baekhyun menutup mulutnya dengan dramatis. Ia menggumamkan kata 'daebakk' berulang kali . Chanyeol menguap lebar dan menatap sinis siswa lelaki dihadapannya.
"Apa kau sudah selesai mengagumiku? Sekarang aku boleh pergi kan? Aku tak ingin berlama-lama dengan orang miskin sepertimu. Kau tahu? Banyak lalat disini karena ada kau, aku pergi."
Bukannya marah atau kesal , Baekhyun menahan lengan Chanyeol agar tidak pergi.
" T-tunggu Chanyeol, terimakasih."
Chanyeol menaikkan sebelah alisnya. Berterima kasih? Untuk apa? Untuk hinaan secara tidak langsung tadi?
"Untuk apa? " Tanya Chanyeol dengan datar.
"Karena kau sudah membantuku. Kau yang membawaku ke sini dan mengobatiku, benar kan?" Ucap Baekhyun pelan sambil menggenggam tangan Chanyeol berani.
Chanyeol tersenyum miring. Ia benar-benar jijik melihat tingkah Baekhyun saat ini. Dengan rona wajah yang tercetak jelas dan pandangan malu-malu yang membuatnya risih tentu saja. Harusnya lelaki tidak bertingkah seperti ini, fikir Chanyeol.
Chanyeol normal. Ia membenci hal-hal yang berbau gay dan perilaku Baekhyun itu mirip dengan para gadis kurang kerjaan yang memujanya seperti dewa. Ternyata semua orang sama saja, fikirnya. Dengan kasar ia menarik paksa tangannya dari genggaman Baekhyun. Baekhyun tentu saja terkejut dan menatap Chanyeol dengan alis bertaut.
"Jangan mimpi Byun Baekhyun. Berterima kasih lah kepada dua temanmu itu. Kau fikir aku mau membantumu? Cih! Kau itu orang miskin, mana mungkin aku mau membantumu. Dan satu hal lagi, anggap saja kali ini kau bermimpi karena bisa berbicara denganku." Chanyeol berjalan meninggalkan Baekhyun yang mematung disana. Berlidah tajam, itu adalah julukan Chanyeol yang lain, kekayaan dan wajah tampan membuatnya merasa semua hal bisa ia lakukan dan katakan sesuka hati tanpa berpikir resiko apa yang akan di dapatkan lawan bicaranya. Untuk Baekhyun, itu terdengar keterlaluan tetapi sesaat kemudian ia kembali tersenyum cerah. Setidaknya ia bisa berbicara dengan Chanyeol saja sudah hal yang mengagumkan untuknya. Kata-kata kasar Chanyeol tadi hanya lah angin lalu baginya.
.
.
Byun Baekhyun, seorang lelaki dengan wajah manis, berpostur tubuh mungil dan senyum yang indah. Ia adalah salah satu murid beasiswa di Victory High School. Jangan kira ia tidak berbakat. Ia mendapat beasiswa disini karena bukan hanya wajahnya yang menarik, tetapi karena suara emasnya serta keahliannya yang sangat mahir dalam bermain piano. Sayangnya, stereotip di antara para siswa disana yang menganggap bahwa siswa yang mendapat beasiswa adalah anak miskin membuatnya mau tak mau mendapat aksi bully. Padahal jika di pikir lagi, Baekhyun tidak pernah bertingkah jahat atau mencari keributan di sini. Mereka hanya berani menilai tanpa mengetahui kebenarannya lebih dulu.
Ayah Baekhyun memang hanya lah seorang pegawai kantoran dengan gaji yang cukup. Tidak hanya itu, mereka juga membuka coffee shop kecil-kecilan. Mungkin jika ia bersekolah di sekolah biasa Baekhyun sudah tergolong keluarga mapan. Tetapi jika di Victory High School, itu tidak ada apa-apanya.
Satu ironi dari dirinya, walau ia sering mendapat bully hanya karena ia siswa beasiswa, Baekhyun justru mengagumi Park Chanyeol. Padahal sumber dari pembagian kasta di sekolahnya secara tidak langsung Chanyeol yang membuat. Ia memang sudah gila karena mengagumi sosok Chanyeol dengan sejuta sifat mengerikannya. Menurutnya Chanyeol itu keren dan tampan, di satu sisi ia iri dengan lelaki itu. tetapi pantaskah seekor burung jelek iri pada keindahan bintang di langit? Jawabannya tentu saja tidak. Walau tidak secara terang-terangan terlihat, Baekhyun mendeklarasikan jika ia adalah penggemar Chanyeol.
Baekhyun bukan penggemar yang rela melakukan aksi teriak-teriak memuja idolanya ketika lewat seperti para gadis-gadis maniak di sekolahnya. Sejujurnya ia hanya kagum, hanya itu, mungkin.
Saat ini, Baekhyun berjalan menuju kelasnya dengan senyum indah miliknya. Tak jarang beberapa siswa menatapnya sinis. Ada pula yang menyapanya dengan baik. Tidak semua siswa-siswi di sana itu berhati iblis omong-omong. Walau kaum baik itu tergolong minoritas di sana.
Baekhyun terus berjalan hingga ia sampai ke kelasnya. Ia mencari dua orang sahabatnya-Kyungsoo dan Luhan. Kemana mereka? fikirnya.
"Hai, Kwangmin. Apa kau melihat Kyungsoo dan Luhan?" Siswa bernama Kwangmin itu menatap Baekhyun datar. Ia menutup buku yang ia baca sedari tadi hingga Baekhyun meneguk ludahnya kasar. Kwangmin itu anak paling pendiam dikelasnya. Baekhyun khawatir akan di acuhkan, atau lebih parah di marahi.
"Mereka tidak ada disini." Ucapnya datar, sangat datar. Baekhyun tersenyum kikuk. Setidaknya anak itu tidak memakinya seperti yang lain. Walau ia sedikit aneh.
"K-kalau begitu, mereka dimana?" Baekhyunn menelan ludahnya lagi saat melihat tatapan tajam teman sekelasnya itu. Sepertinya ia bertanya pada orang yang salah.
"Jika kau mencari Luhan ia sedang bersama Sehun di cafetaria. Dan Kyungsoo , ia bersama Jongin di ruang musik." Oh, berterima kasih lah pada siswa bersurai blonde yang sedang tersenyum itu. Dia Youngmin, kembaran Kwangmin.
Yeah, mereka memiliki sifat yang berbeda. Baekhyun tersenyum seperti orang bodoh. Sepertinya ia sedang beruntung hari ini. Ia berbicara dengan Park Chanyeol si idola sekolah, Kwangmin si pendiam berbicara padanya walau sejenak, dan Jo Youngmin salah satu idola sekolah berbicara dan tersenyum padanya.
"Hey, Byun Baekhyun. Kau masih hidup?" Youngmin melambaikan tangannya di depan wajah Baekhyun.
"Ah, i-iya. Terimakasih, kalau begitu aku permisi dulu. Permisi Jo twins."
"Jo twins?" Ucap kedua anak kembar itu secara bersamaan. Tetapi Baekhyun sudah berlari entah kemana.
.
.
Sehun dan Luhan duduk berhadapan dengan dua mangkuk ramyun di hadapan mereka masing-masing. Jika di anime-anime mungkin saat ini sudah ada sebuah petir di antara mereka. Seluruh siswa Victory High School menatap mereka aneh. Bagaimana tidak ? Dua orang yang saling bermusuhan sejak dulu kini duduk berhadapan? Bahkan beberapa penggemar Sehun dan Luhan ada yang menangis karena menebak bahwa mereka berpacaran. Tetapi sepertinya mereka salah besar, melihat tatapan mereka yang saling mengejek satu sama lain itu rasanya tidak mungkin.
"Dasar rusa rabies! Kenapa kau berdekatan dengan si tiang listrik?"
"Rusa tidak ada yang rabies, cadel! Aku mau berdekatan dengan tiang listrik atau tiang jemuran, apakah itu mengganggumu? Cih!"
"Berhenti memanggilku cadel! Tentu saja menggangguku!" Sungut Sehun dengan wajah memerah. Luhan menyeringai ke arahnya.
"Kau cemburu? Tsk! Apa kau menyukaiku? Dasar gay!"
" Cemburu? Dalam mimpimu! Aku tidak suka kau skinship dengan sahabatku. Bisa-bisa ia tertular virus miskin sepertimu. Satu hal lagi, kau juga gay!" Sehun menatap sengit Luhan.
"Hahaha… Baiklah, aku juga gay. Aku miskin? Hey tuan Oh, bahkan ayahku adalah orang yang berpengaruh dalam dunia industri hiburan saat ini, kau bilang aku miskin?" Hawa di sekitar mereka semakin memanas. Seringai masih tercetak jelas di bibir Sehun. Lelaki dengan wajah tampan itu mengaduk ramyun di hadapannya jengah.
"Jangan lupakan bahwa ayahku adalah orang yang menanam saham terbesar di perusahaanmu tuan Xi. Bahkan aku bisa saja membeli semua perusahaan milik ayahmu."
"Cih! Jangan sombong. Perusahaan ayahmu hanya hebat di Asia saja bukan? Bagaimana dengan Eropa? Bisnis ayahku sudah berkembang sejak lama disana."
Luhan mendadak emosi, ia jadi ikut-ikutan menjadi tukang pamer sekarang.
"Eropa? Aku rasa saat ini sudah, bagaimana dengan Amerika ?" Oke, lupakan dua orang yang saling pamer kekayaan itu.
Baekhyun sedari tadi menatap mereka dengan mulut menganga. Ia menggelengkan kepalanya dengan wajah miris.
"Aku lah yang miskin, kalian benar-benar kaya. Jika menunggu mereka selesai berbicara, aku rasa tidak akan usai." Baekhyun berjalan meninggalkan dua orang yang asik berargumen disana. Dari pada buang-buang waktu, lebih baik mencari Kyungsoo saja, fikirnya.
Kakinya melangkah menuju ruang musik. Bertanya dalam hati mengapa Kyungsoo bisa bersama dengan Jongin? Jangan-jangan Jongin akan berbuat yang 'iya-iya' terhadap sahabatnya itu. Tapi tidak mungkin. Jongin itu bukan gay, hanya senang menggoda Kyungsoo saja tak lebih.
Sampai ia di depan pintu ruangan yang kedap suara itu. Matanya mencari-cari dimana Kyungsoo saat ini. Pandangannya terpaku pada dua orang lelaki yang saling menempelkan bibir satu sama lain, dalam arti kata lain, ciuman. Sialnya mereka mirip dengan Jongin dan Kyungsoo.
WHAT!? Baekhyun menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Rasa syok menghampirinya. Ia seperti di bohongi dengan fakta ini. Setaunya Kyungsoo dan Jongin bermusuhan. Tetapi berciuman begini berarti mereka memiliki hubungan lebih bukan? Baekhyun menunduk, ia merasa masih belum mengenal sahabatnya. Kekehan sarat akan ejekan keluar dari bibirnya. Mengejek dirinya sendiri tepatnya.
'Ini gila!' Baekhyun menggumam pelan dan berlari meninggalkan dua orang disana. Ralat kembali bahwa ini hari keberuntungannya.
Ia berjalan dengan lemas, lebih tepatnya berlari dengan lemas. Jemari lentiknya mengacak rambutnya dengan frustasi.
"Argh! Bagaimana bisa?!" Teriaknya bingung. Mungkin jika ia berada di kerumunan siswa ia akan di cap gila karena berteriak seperti ini. Untung saja keadaan disini sunyi. Baekhyun butuh ketenangan. Ia menyender pada tembok untuk menstabilkan deru napasnya yang tidak beraturan karena lelah berlari. Baru saja ia merasakan tenang, bulu kuduknya meremang saat mendengar sayup-sayup suara perempuan.
'Hmmphh_aaah!'
"S-suara apa itu?" Gumam Baekhyun pelan. Ia menajamkan indera pendengarannya dan mengedarkan pandangannya mencari asal suara. Baekhyun mendekat pada kaca jendela ruangan dihadapannya yang buram.
'Sepertinya dari dalam sini.' Ujarnya dalam hati.
Merasa sulit untuk melihat ke dalam karena kacanya buram, ia mendekat menuju pintu ruangan dance itu. Bukan bermaksud mengintip, hanya saja Baekhyun 'penasaran'.
"Chanyeolhh ahh"
Glekkk … Baekhyun menelan ludahnya kasar. Ia menghela napas berat melihat keadaan di dalam sana.
'Dasar sialan! Anak orang kaya tidak tau diri. Bisa-bisanya mereka melakukan hal-hal amoral di sekolah. Ck, lebih baik aku pergi.'
Baekhyun ingin kabur dari sana. Bisa saja ia memergoki kegiatan tidak bermoral itu, tetapi dirinya enggan memiliki masalah dengan mereka. Singkatnya Baekhyun berpura-pura tidak tahu. Tetapi Sial, saat Baekhyun hendak melangkah pergi, dengan tidak sengaja ia menginjak tali sepatunya yang tak terikat dengan baik, refleks tangannya yang berada digagang pintu membuka pintu ruangan itu.
'Sial!' Batinnya merutuk kecerobohan yang ia lakukan. Ia menangkat wajahnya dan melihat sesuatu yang tak harusnya ia lihat. Seorang gadis tidak berbusana mendesah tak tahu malu dengan lelaki yang bergerak menggeram nikmat diatasnya.
'Sudah ku duga.' Batinnya dalam hati. Kedua anak manusia disana masih belum menyadari akan kehadiran Baekhyun.
"Jika sudah selesai mengintip kau boleh pergi." Ucap suara husky itu.
'Sejak kapan ia menyadari kehadiran ku?' Jantung Baekhyun berdentum keras karena takut. Padahal seharusnya bukan ia yang harus merasakan seperti itu, melainkan orang tidak tahu malu di hadapannya ini.
Si pelaku aksi cabul tadi menatap Baekhyun datar. Menilai Baekhyun yang sedang menunduk dari atas ke bawah. 'Ah, sepertinya dia sudah selesai'. Fikir Baekhyun tidak jelas.
Ia mengangkat wajahnya, bermaksud menyangkal dan menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud mengintip. Tetapi matanya yang sipit itu membulat melihat sosok di depannya, napasnya tercekat dan rasa kecewa itu hadir di hatinya.
"P-Park Chanyeol?" Chanyeol menatap Baekhyun tajam dan beranjak dari gadis murahan tadi. Gadis itu berlari dengan memakai pakaian asal terlebih dahulu. Sebelumnya ia sempat mengumpati Baekhyun tanpa tahu malu. Cih! Dasar tidak tau diri.
"M-maaf, aku mengganggumu. Permisi." Baekhyun menunduk menyembunyikan wajahnya.
"Tunggu dulu!" Chanyeol memegang tangan Baekhyun namun ditepis kasar oleh Baekhyun.
"Jangan sentuh aku!" Teriak Baekhyun tanpa sadar. Ia berlari meninggalkan Chanyeol yang mematung dengan wajah datarnya.
"Dia itu kenapa? Seperti tidak pernah melihat yang seperti itu saja!" Cibir Chanyeol.
Chanyeol menganggap apa yang dia lakukan adalah hal benar dan semua orang akan mentolerir hal tersebut. Tetapi Baekhyun, ia kecewa. Apa yang ia idolakan ternyata hanya sesosok brengsek seperti Chanyeol. Suatu kebodohannya memang karena tertipu oleh paras tanpa tahu kelakukan asli Chanyeol.
TBC
.
.
Berhubung saya lagi bosan, alhasil membaca fanfic lama milik sendiri ternyata seru juga. Saya banyak revisi FF saya ini karena terlalu banyak kalimat rancu dan kurang sempurna menurut saya, juga beberapa dialog saya ubah atau saya tambah. Revisian ini bakal berlanjut ke chapter selanjutnya, tetapi alur cerita masih mirip. Hanya saja mungkin bakal ada penyegaran di tiap ceritanya.
Mohon Reviewnya ya.