Luck (versi Indonesia)

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Luck (c) yuugiri

Translated by Star Azura


pas ngebaca Arrangement (Indonesian version) di fic-nya el Cierto-san, penasaran mau baca lanjutannya, jadi buka langsung english version-nya di fic-nya yuugiri-san...kayaknya seru.. jadi deh keterusan baca sampai nemu fic dengan judul Luck..

yups.. teringin ngikuti jejak el Cierto-san buat nerjemahin dan ngeramaikan fic dengan main chara Ino.. curcol deh di FB.. dan disaranin buat ngubungi langsung yang punya fic.. syukur diizinin..

jadi deh fic terjemahan ini...

gomene.. kalau bahasanya jadi agak aneh karena kemampuan nerjemahin yang dibawah rata-rata..

but I hope, you happy to read..

just like.. I'm happy to translated..

enjoy it..!


Dia berterimakasih pada Haruno Sakura yang telah mengabaikan kesehatannya pada saat pertemuan tahunan, dimana Lima Kage dari lima negara besar akan berkumpul di Negara Besi. Pertemuan tersebut adalah semacam tindak lanjut dari perjanjian damai yang telah mereka tandatangani ketika mengakhiri perang. Dan karena Sakura memilih hari ini dari semua hari yang ada untuk demam, jadilah Yamanaka Ino yang ada di baris kedua sebagai medic nin harus mengambil alih tugas unutk mengawal Uzumaki Naruto bersama dengan Nara Shikamaru. Bukan berarti Ino merasa keberatan ketika dia harus mendapati tugas mendadak ini. Bahkan, dia cukup bersemangat. Karena ini adalah pertama kalinya dia di Negara Besi, apalagi setelah mendengar budaya dan iklim yang sama sekali berbeda dari Desanya, dia lebih dari bersedia untuk mengambil tawaran ini. memastikan Naruto duduk di kursinya bersama dengan Kage lain, lalu dia akan melihat-lihat setelah semua tugas selesai dilakukan. bahkan Ino sudah membuat jadwal untuk kunjungan, dan telah menyiapkan bajunya untuk perjalanan.

Sayangnya, ia tidak menuliskan bagian di mana salju akan turun hingga dia harus berlindung di dalam sebuah gua di pegunungan untuk menghindari longsoran salju, besama tidak lain tidak bukan, seorang Kazekage , Sabaku no Gaara. Mereka bilang kalau mereka beruntungan karena telah mempersiapan diri untuk kemungkinan ini. Itu artinya Ino benar-benar sangat tidak beruntung. Dia sangat tidak siap untuk ini. Dan saat ia menoleh -tanpa bisa melihat apapun- didalam kegelapan dan mendengar seseorang bernapas tidak jauh darinya, dia hanya bisa menelan ludah dan menunggu matanya untuk menyesuaikan.

Ini murni kebetulan ketika rombongan mereka bertemu Gaara di kaki kaki gunung Three Wolves bersama Temari dan Kankurou, dan secara alami mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama-sama melewati angin dan salju menuju Negara Besi. Sayangnya Tak satupun dari mereka yang berfikir bahwa ini akan terjadi sehingga mereka melakukan perjalanan dengan santai. Naruto dan Gaara telah menikmati percakapan ringan tentang perdagangan antara Suna dan Konoha, sementara Temari dan Shikamaru tengah berdebat dalam sebuah pertempuran kata yang membahas pemikiran bahwa Ino bisa menjadi menawan dan menganggu pada saat yang sama.

Dan tentu saja, tinggallah Kankurou yang secara otomatis mendekati Ino. Walau tampaknya pria itu kurang puas ketika mendapati Ino bukannya Sakura? Meskipun demikian, sang pengendali boneka tidak berlama-lama kecewa dan dalam waktu singkat telah mengobrol dengan Ino seperti yang selalu dilakukannya ketika Ino diajak oleh Shikamaru untuk berkunjung ke Suna dengan ' tujuan politik dan diplomatik ' , yang jika diterjemahkan, berarti 'kencan dengan Temari!' .

Sebenarnya para Samurai telah memperingatkan mereka untuk berhati-hati dalam perjalanan ketika mereka melalui pegunungan. Karena perubahan iklim yang terjadi setelah perang, longsor sering terjadi di Three Wolves. Dan mungkin itu benar-benar sebuah keberuntungan yang buruk bahwa salah satu aturan yang dibuat saat perjanjian perdamaian adalah bahwa semua ninja tidak diperbolehkan untuk menggunakan jutsu apapun dalam wilayah disekitar gunung pada hari Pertemuan Kage. Ini adalah aturan yang disepakati oleh ke-lima negara, dengan pemikiran bahwa itu adalah cara terbaik untuk membangun perdamaian dan kepercayaan antara desa, bahkan jika itu hanya untuk hari ini. Mereka bahkan dibatasi hanya boleh membawa satu senjata per orang. Ino sendiri membawa sebuah kunai yang ia percaya sebagai senjatanya. Sialnya, sebuah kunai tidak akan mampu menggali jalan keluar dari kuburan salju mereka.

Ketika longsoran salju datang dalam satu gemuruh, gelombang putih menerjang ke-enam orang di kelompok mereka, menghantam seluruh penjuru dan semakin mendekat ketempat mereka, tak tahu apa yang harus dilakukan merekapun menyebar seperti lalat. Hal terakhir yang Ino ingat sebelum dia ditelan dalam lautan salju yang membekukan, sebuah tangan kasar meraih kerah bajunya, rambut merah menyala dan satu karakter kanji bertuliskan 'Ai' di dahi. Dan kemudian semuanya menjadi teramat dingin, sanagt gelap, dan sungguh pengap.

Dan ketika dia membuka matanya dalam kegelapan sebuah gua di gunung, ia mendapati dirinya basah, menggigil dan tergeletak di atas sesuatu yang sama-sama basah dan menggigil, namun keras dan lembut pada saat yang sama. Wajahnya dibenamkan dalam kehangatan yang nyaman dengan aroma seperti perpaduan kebijaksanaan dan pasir. Butuh waktu beberapa detik bagi Ino untuk menyadari bahwa Kazekage-lah yang telah menyelamatkannya dari kedinginan dan kematian. Perlu waktu lebih lama untuk menyadari bahwa dia telah menimpa sang Kazekage yang kini berada dibawahnya, menahan seluruh berat tubuhnya. Ino meminta maaf dengan sungguh-sungguh pada sang kazekage dan pada saat yang sama Ia juga berterima kasih karena telah menyelamatkan dirinya. Pria itu duduk - hanya tuhan yang tau apa yang dilakukan dalam kondisi gelap - dan bertanya pada Ino apakah dia baik-baik saja. Ino menjawab 'ya', dan itu adalah kata-kata terakhir mereka selama sepuluh menit mereka berada di gua itu.

Itulah mengapa Ino praktis melompat ketika sang kazekage berbicara lagi.

"Apa kau punya obor?" Ino mengarahkan matanya ke asal suara. Dia nyaris tidak bisa melihat bayangan apapun walau samar dalam kegelapan.

"Saya sudah mencoba menyalakan salah satunya tadi. Tapi semuanya basah akibat salju, Kazekage-sama."

"Hn," jawabnya, lebih seperti gumaman.

Ino memasukkan tangannya yang gemetaran ke dalam tas kulitnya yang menyimpan kebutuhannya dan mulai mengambil benda secara acak karena dia tidak bisa melihat. Ino kedinginan dan segala sesuatu yang dia punya telah basah atau terbungkus dalam lapisan tipis salju dan es. Dia harus melakukan sesuatu. Dia tahu dia seharusnya membawa kotak yang berisi bahan mudah terbakar miliknya. Membawanya pada kenyataan bahwa Ia hanya memikirkan kalau misi ini hanya akan seperti semacam kesempatan untuk pergi berbelanja di negara asing. Tapi sekali lagi, bukankah harusnya ini hanya tindak lanjut sebuah perjanjian damai . Dia tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi.. Ini bukan seolah-olah longsoran merupakan ancaman bagi perdamaian atau apa pun ...

Ino terkejut ketika sesuatu yang menyilaukan masuk kedalam sudut matanya, dan dia tersentak saat melihat Gaara dengan tangan kirinya yang berada beberapa inci dari wajahnya dengan ... sesuatu - yang berputar begitu cepat memancarkan cahaya menakutkan, jika tidak samar, kuning bersinar cukup terang untuk melihat wajah satu sama lain. Apakah itu ... pasir? Tentu saja. Gesekan itu mungkin dapat menghasilkan cahaya. Gaara, yang Ino anggap selalu tampak tenang setiap saat , tampak sedikit emosional dalam bayangan yang terpantul oleh pasir berputar-putar itu.

Ino mengerutkan kening. "Dengan segala hormat, Kazekage-sama, tetapi perjanjian antar negara-negara menyebutkan bahwa kita tidak seharusnya menggunakan jutsu di Three Wolves hari ini." Gerakan itu begitu kecil tapi Ino tidak melewatkan penyempitan mata Gaara.

"Ini akan menjadi rahasia kita, maka..," ujarnya datar, Gaara mengangkat sumber cahaya mereka ketika ia berpaling dari Ino untuk memeriksa lingkungan mereka. Cahaya itu terlalu lemah untuk melihat lebih jauh lagi "Kita sendirian di sini." Ino tampak membelalakkan mata pada dinding salju yang menggantikan lubang gua.

"Yang lain ...?"

"Mereka mungkin berlindung di suatu tempat," jawab Gaara datar, ia mendekati sudut dinding untuk meletakkan pasir bersinarnya. Dan kemudian dia mulai melepas pakaiannya. Tangan Ino langsung menutup di atas matanya.

"Kazekage-sama!" jeritnya. "Ap-ap-apa yang Anda la-lakukan?"

"Mencoba untuk bertahan hidup."

Ino - sialan, bagian feminin dirinya mendorong untuk menonton seorang pria hot tanpa busana tepat di depannya -sama sekali tak membantu malah membuatnya mengintip diantara jari-jarinya dengan gugup. Gaara hanya memakai celana pendek hitam polos dan sekarang mencoba untuk mengatur tumpukan pakaiannya dengan rapi di lantai gua. Ino menelan ludah dan mencoba dengan keras - namun gagal - dalam menjaga matanya sendiri. Gaara adalah satu pemandangan menarik untuk dilihat. Untuk seseorang yang tidak tampak terlalu cenderung melakukan pekerjaan fisik, mengingat bahwa pasir-nya melakukan hampir segala sesuatu untuknya, ia tampak ... sangat pas. Yah-bagian tubuhnya kencang, hanya - lengan dan kaki yang benar-benar berotot. Dia pucat, dan Ino tahu itu tidak ada hubungannya dengan dingin, dan kecuali untuk garis tan samar di sekitar leher dan pergelangan tangan di mana pakaiannya selalu menutupi dia, dia seperti porselen.

Gaara selesai dengan pekerjaannya menyebarkan pakaiannya, dan ia mengalihkan perhatian pada Ino , mengucapkan satu kata yang hampir membuast Ino terjungkal, "Lepas bajumu" titah Gaara

Lengan Ino langsung mengelilingi tubuhnya sendiri ,"Err ..."

Gaara mengerjap dalam cahaya redup, berhenti sejenak, kemudian setelah beberapa saat ia mengangguk. Dan hal berikutnya Ino tahu mereka sekali lagi jatuh ke dalam kegelapan karena sumber cahaya mereka memudar menjadi butiran pasir berkilauan. Ino menggigit bibirnya dan meraba jaket Flack nya, berat dengan salju yang telah meresap ke dalam pakaian dan meleleh dengan panas tubuhnya.

Gaara benar. Dia harus melepas pakaiannya yang basah sebelum ia mati kedinginan. Dan Tuhan melarang mereka mati di tanah asing. Itu akan menyebabkan perang internasional.

Ino mengerang. Ayahnya akan membunuhnya jika dia meninggal dengan cara seperti ini ...

Dia bersyukur karena Gaara cukup gentleman dengan memadamkan cahaya untuknya, tapi mendapati bokong dalam keadaan telanjang di sebuah gua yang dingin, dalam gelap, masih bukan prestasi yang mudah, bahkan untuk seorang ninja sekalipun, hingga dia hampir tidak bisa merasakan jari-jarinya. Butuh beberapa saat, tapi ia berhasil melepas lapisan basah pakaian dari tubuhnya dan sembarangan membuangnya di suatu tempat di sebelah kirinya. Ketika dia akhirnya hanya mengenakan celana dalamnya, dia merasa kikuk mengambil pakaian dan mencoba sebisa mungkin menyebarnya seperti yang dilakukan Gaara. Ino tersentak saat ia merasakan sesuatu yang kasar merayap diatas tangannya.

"Jangan takut. Itu hanya pasirku," terdengar suara Gaara dari suatu tempat disebelah kirinya.

Ino melepas pegangannya dari pakaiannya saat ia merasa pakaiannya ditarik keluar dari genggamannya, pasir mengambil alih pekerjaan untuknya. Ino memeluk dirinya sendiri, dan mengusap-usap bahunya cepat, mencoba untuk mendapatkan kembali kehangatan tubuhnya.

"Jauhi salju itu. Disini hangat. Kemarilah ," terdengar suara Gaara lagi, yang menggema di dinding gua.

Ino menggerak-gerakkan lututnya, baru menyadari kalau semua pakaiannya diambil oleh pasir Gaara. "Kemana? Saya tidak bisa melihat ..."

"Ikuti suaraku. Aku di sini." Ino menggerakkan dirinya dilantai dan menaikkan kakinya dengan kikuk, merasakan kakinya gemetaran karena dingin, dan dia maju selangkah. Kakinya seperti tersangkut sesuatu - mungkin tasnya - dan ia berteriak ketika dia kehilangan keseimbangan. Dia merasakan sesuatu meraih sikunya, dan dia bersandar dengan perasaan lega.

"Apa kau baik-baik saja?" Ino tanpa sadar mengambil napas dalam-dalam ketika dia menyadari itu tidak lain adalah Gaara yang telah membantunya mendapatkan kembali keseimbangannya. Memegangnya dengan erat, dan Ino tiba-tiba merasa sadar diri. "Ya, terima kasih, Kazekage-sama." Ino mendengar Gaara bergeser dalam gelap, dan hal berikutnya yang terjadi Gaara memeluk Ino dan menahannya. Tangannya mencengkram siku Ino dan menariknya, melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Ino yang tanpa busana dan menyandarkannya ketubuhnya sendiri yang juga setengah telanjang.

"Apa -!" Ino mencoba untuk protes, tapi terlalu terkejut untuk melepaskan dirinya ketika Gaara menariknya ke posisi duduk di lantai gua yang dingin. seketika, udara dingin menerjang tubuhnya yang telanjang, lalu tak lama kemudian ia sedang diselimuti oleh sesuatu yang berisik namun hangat di sekelilingnya. Spertinya itu pasir Gaara, merayap di bawahnya, membentuk semacam hamparan pasir untuk melindungi bagian bawah dan kakinya dari lantai gua yang sedingin es. Pasir melingkupi bahunya yang terbuka, punggung, leher, dan untuk sesaat Ino benar-benar lupa kalau lengan Gaara masih berada disekitar pinggangnya, dan bahwa satu sisi tubuh telanjangnya ditekan sejajar terhadap miliknya. Ketika pasir akhirnya berhenti bergerak, pada saat itulah membuat Ino tiba-tiba menyadari tubuh yang ditekan terhadap dirinya.

Gaara bernapas dengan teratur melalui hidungnya, dan Ino bisa merasakan hembusan napas ditelinga kanannya. Sebenarnya, ini bukanlah hal baru. Berbagi panas tubuh adalah salah satu hal sangat dasar yang mereka pelajari di kelas pelatihan bertahan hidup. Tentunya, Ino tidak - dan memang tidak seharusnya - mempedulikan ketika dia harus berbagi panas tubuhnya dengan tubuh sang Kazekage, meskipun mereka tidak pernah mengenal secara pribadi. Tapi sekali lagi, situasi hidup dan mati seperti ini tidak pernah peduli apakah kau terjebak dengan kenalan pribadimu di sebuah gua atau tidak, hampir siap untuk mati kedinginan. Bagaimanapun Ino adalah seorang ninja. Begitu pula sang Kazekage, Ia juga seorang ninja.

Seperti, salah satu ninja termuda Suna telah menjadi Kage dari negara Pasir, tetapi tubuh hangat tetaplah tubuh hangat. Dan Ino harus bersyukur untuk mantel pasir ini, kan?

Benarkan?

*#LUCK#*

Lalu apa?

Ino menelan ludah, memikirkan sesuatu yang bijaksana untuk dikatakan pada saat seperti ini. "Pasir Anda sangat berguna, Kazekage-sama."

Tanggapan Gaara cepat. "Aku tidak memilik banyak pasir kering yang dapat digunakan dalam labuku, dan aku tidak bisa membuat tempat yang lebih luas di sini. Itu terlalu basah."

"Apakah Anda memiliki pasir yang cukup untuk meledakkan salju dan membuat lubang agar kita keluar?"

"Maksudmu cukup untuk memulai longsoran lain jika kita lakukan? Ya, itu cukup."

Ino mengangkat alis coklatnya pada wajah Gaara yang tak terlihat itu. Sarkasme adalah bentuk terendah dari humor, dan dia tidak benar-benar tahu kalau Kazekage memiliki rasa humor untuk memulai. Ino menurunkan dagunya di atas sedikit pasir di lehernya dan terkejut ketika pasir-pasir itu bergeser patuh untuk mengakomodasi bentuk wajahnya dengan sempurna. "Apa yang harus kita lakukan, Kazekage-sama?"

"Kita akan menunggu sampai pakaian kita kering, setelah itu kita bergerak." Ino mengangguk. Menyetujui dengan gerakan kepala. Ino mengangkat wajahnya dan melihat ke kanannya ke tempat dia bisa merasakan udara bergerak, mengabaikan sejenak bahwa Gaara masih bernapas melawan sisi wajahnya.

"Dilihat dari draft, mungkin ada jalan keluar lain. Gua ini harusnya memanjang lebih jauh di dalam gunung." Dia merasa Gaara mengangguk, dan dia bisa merasakan hidung Gaara bergesekan dengan pipinya.

"Kau benar. Meskipun kalau dilihat dari gema suara kita, itu pasti terowongan yang panjang. Aku menggunakan sedikit pasir di labuku untuk menyerap kelembaban dari pakaian kita dan obor-mu. Itu butuh sedkit waktu . Lalu kita bisa bergerak dan menemukan orang lain. " Ino mengangguk lagi, dan Ia mengalihkan kepalanya dari Gaara.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Naruto dan yang lainnya, Ino yakin, aman seperti mereka sekarang, dan dia bisa bertaruh bahwa mereka sedang mencari mereka saat ini. Tentu saja,walaupun tak dapat digunakan di medan baru baginya, tapi dia tetap memiliki kepala yang berakal untuk mengerti apa yang Gaara katakan. Tak Ada apa-apa untuk -

"Apa yang -!" Ino tersentak, tiba-tiba melompat dari tempatnya, dan dia tidak dikelilingi oleh pasir Gaara, dia berusaha menyingkir dari Gaara sejauh yang dia bisa.

"Kenapa ?" Tanya Gaara, tiba-tiba memasang kewaspadaan.

Ino merasa wajahnya terbakar, cukup untuk menghangatkan seluruh tubuhnya. "Maafkan saya yang lancang bertanya, Kazekage-sama. Tapi apakah Anda baru membelai bokong saya?"

Gaara mengeluarkan suara tercekik dalam gelap, dan ia bisa tersedak ludahnya sendiri. Namun demikian, dia menjawab dengan suara tenang, "Tidak."

Ino langsung merasa malu. Dia baru saja menuduh orang paling kuat di Suna telah melakukan pelecehan seksual terhadapnya. "Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Anda ... Maksud saya ... Saya bersumpah, sesuatu hanya ... hanya ... Gah!"

"Apa?" Tanya Gaara lagi, kali ini sangat berhati-hati.

"Itu lagi!"

Gaara terdiam beberapa saat, kemudian berkata, "Apakah kau ingin mengatakan bahwa aku mesum , Yamanaka-san?"

Ino itu tersinggung. "Saya tidak menuduh Anda!" serunya, kemudian diikuti penghormatan, "Kazekage-sama."

Ino tidak menuduh Gaara, tapi dia secara tidak sadar menutupkan kedua lengannya di dadanya protektif.

"itu pasti pasir-ku." Ino menatap ke arah dari mana suaranya datang, dan ia senang saat itu begitu gelap, karena dia tidak bisa membayangkan kalau ada orang yang melihat langsung wajahnya dengan sesuatu yang masih meraba-raba bokongnya.

"Pasir Anda, Kazekage-sama? Tolong beritahu untuk berhenti."

"Tentu saja," ucap Gaara, dan pada saat itu juga tekanan terhadap pipi bokong di kanan-kirinya berhenti dan Ino menghela napas lega.

"Aku minta maaf. Terkadang ia bergerak sendiri"

Ino merasa rahangnya jatuh dan dia tiba-tiba merasa sangat, sangat tidak aman berada dalam selimut pasir, bahkan jika itu mungkin satu-satunya hal yang bisa menjaganya agar tidak membeku sampai mati saat ini. Ino membiarkan wajahnya menunduk memandang pasir yang melingkupi lututnya, mencoba untuk mengabaikannya saat pasir-pasir itu mulai menyembul di sisi pinggangnya. Untungnya Ino bukanlah seorang yang peng-geli, dan itu mungkin satu-satunya hal yang dia syukuri hari itu. Ino mencoba untuk mengabaikan napas Gaara yang melawan sisi wajahnya, dan berpura-pura ini tidak terjadi padanya.

*#To Be Continued...#*


Yupss...itu dia ch 1...

gimana-gimana?

ehm... so please review...

kalau mau baca aslinya.. nih ada link-nya s/7869501/1/Luck

thanks...

by : Star Azura