Skinship di antara namja adalah hal yang wajar dalam budaya korea selatan. Layaknya skinship antara yeoja. Saling merangkul, berpelukan, back hug, menampar bokong, memijat paha, mencium tengkuk, dan skinship lainnya. Jika dilakukan antara dua orang sesama jenis yang sudah akrab bagaikan saudara rasanya wajar, bahkan bisa dibilang mereka menggunakan skinship itu sebagai bahan candaan mereka.

Tapi jika itu sudah menyangkup sebuah ciuman —dalam hal ini yang dimaksud ciuman antara bibir, bukan ciuman di pipi atau yang lainnya... Akan beda cerita namanya... Apalagi jika sebuah perasaan lain yang mampu meningkatkan debaran jantung ditambahkan dalam ciuman antara dua pasang bibir itu...

...namanya bukan lagi sekedar skinship biasa, tapi...

.

.

.

.

"Ssshht! Ini rahasia..." —Chanyeol berbisik dengan suara berat yang terdengar seksi.

.

.

.

.

Tittle: S3

(Sssht! ...it'S Secret)

Author: Sayaka Dini

Disclaimer: This story belong to me, but the character not be my mind.

Main Cast:

Byun Baekhyun

Park Chanyeol

Other Exo

Pairing:

Chanbaek / Baekyeol

Setting:

Semi—AU / Semi—Canon

Boyband—Idol Life

Genre: Romance.

Rated: T.

Warning: Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy.

Please, Don't Like Don't Read.

Note: No bashing, no flame, no copas, no re-publis, no plagiat, yes to like and comment.

Hope You Enjoy It~ ^_^

_o0o_

.

.

.

.

.

.

...

Pintu kulkas itu dibuka. Baekhyun agak membungkuk untuk melihat isinya. "Jongdae-yah!" ia berteriak, sambil mengambil salah satu botol wine yang berderet di sana. "Apa yang ini?" tanyanya, sambil berdiri tegak dan mengacungkan botol itu pada Chen yang duduk di ruang tengah.

Chen sedikit mendongak dari posisinya yang tiduran di atas sofa panjang. "Oh! Yang itu!"

"Ambil berapa?" tanya Baekhyun —masih berdiri di depan kulkas.

Chen menoleh pada Suho yang duduk di lantai. Sang leader bersandar di kaki sofa panjang satunya lagi dimana Luhan dan Kyungsoo duduk bersila di atasnya —mereka berempat nonton drama bersama setelah sesi latihan vocal beberapa menit lalu.

"Joonmyun-hyung," Chen memanggil. "Butuh beberapa botol?"

"Dua saja, jangan sampai terlalu mabuk. Besok kita latihan lagi."

Chen kembali menoleh ke belakang. "Dua Baek!"

"Aku mendengarnya! Tidak usah diulang lagi!"

Chen mencibir, "Aku kan ingin memberitahu. Hargai suaraku dong!"

Baekhyun nyengir sambil memegang dua botol di kedua tangannya, dan mendorong pintu kulkas menggunakan lutut kakinya."Simpan saja suaramu untuk latihan besok!" ia sengaja berbicara keras agar terdengar sampai ruang tengah. "Aku sudah bosan mendengarnya," candanya lagi dengan nada yang pura-pura sarkastik.

"Kau saja yang bosan, tapi penggemarku tidak," balas Chen tak mau kalah.

Baekhyun berjalan menghampiri mereka. "Kau saja yang bosan, tapi penggemarku tidak," Baekhyun meniru ucapan Chen tapi dengan raut wajah berlebihan dan bibir yang sengaja dimaju-majukan —tak lupa dengan suara yang sengaja dicemprengkan meniru suara Chen.

Luhan dan Suho terbahak, Kyungsoo ikut terkekeh sambil menutup mulutnya. Chen pura-pura kesal dengan melempar bantalnya di punggung Baekhyun, tapi ia juga ikut tertawa melihat mimik Baekhyun yang terlalu berlebihan menerutnya.

Baekhyun nyengir bangga melihat teman-temannya —yang sejak tadi memasang wajah menekuk sehabis latihan— kini tertawa. Ia meletakkan dua botol wine di atas meja persegi di tengah-tengah sofa tersebut di antara bungkusan snack dan biskuit. "Ah, aku lupa gelasnya." Baekhyun yang hampir duduk, kembali berdiri tegak dan berputar menuju dapur, meski jelas-jelas tak ada yang menyuruhnya.

Ponsel di sakunya bergetar saat Baekhyun baru mengambil dua gelas di rak peralatan makanan. Ia menggeser sebentar layarnya, lalu menghimpit ponsel itu di antara bahu dan telinganya sementara ia kembali mengambil dua gelas di masing-masing tangannya. Lalu mulai melangkah keluar dapur.

"Oh? Chanyeollie? Kau sudah mau pulang?"

"Ya. Aku dalam perjalanan. Apa kau mau nitip sesuatu?"

Baekhyun mengerling ke atas. Ada sesuatu yang ia inginkan, tapi kemudian ia menggeleng. "Ah, tidak usah. Aku akan minta tolong nuuna style saja untuk membelikannya untukku."

"Wae?" suara Chanyeol di sana terdengar memprotes. "Mumpung aku di luar nih."

"Yach. Kau tidak memperhatikan jam berapa sekarang?"

"Masih jam sembilan malam. Belum terlalu larut kok."

"Justru itu, pabbo. Di luar masih ramai. Sekali kau keluar dari mobil, orang-orang akan menyadarimu. Tinggimu saja hampir menyamai tiang listrik. Bisa-bisa sasaeng akan terus mengikutimu. Kau mau begitu, hah?"

Chanyeol malah terkekeh di ujung sana. "Arraso."

Baekhyun tersenyum. "Kalau gitu cepatlah pulang. Hati-hati di jalan."

"Ya, sampai nanti."

"Aing~"

Baekhyun yang sudah kembali ke ruang tengah, meletakkan gelasnya di atas meja sebelum menyimpan ponselnya di saku celananya.

"Siapa?" tanya Suho penasaran.

"Chanyeol."

"Oh. Dia bentar lagi kembali?"

"Neh," Baekhyun mengangguk, lalu duduk bersila di atas karpet di samping meja persegi. " Dia sedang dalam perjalanan dari rumahnya, mungkin 30 menit lagi sampai di dorm."

"Kenapa gelasnya cuma empat?" tanya Luhan, mengingat mereka sekarang ada lima orang —line vocal

"Aku tidak ikutan minum," timpal Baekhyun. "Aku hanya mengambilnya dari kulkas karena kalian bilang mau mencoba wine mahal yang disimpan Kris-hyung. Mumpung orangnya belum pulang kan?" Baekhyun nyengir jahil.

"Tapi tidak seru kalau kau juga tidak ikutan minum, Baek," celetuk Chen.

"Aku juga tidak ikutan minum lho," tambah Kyungsoo.

"Oh, jadi ini milik Kris." Suho baru sadar. "Apa tidak dimarahi kalau kita menghabiskannya?" —Suho mengambil salah satu botol dan melihat label merek yang menempel di sana.

"Gwencana," Baekhyun mengangguk enteng. "Ku lihat masih ada dua botol lagi di kulkas. Lagipula kalau memang wine-nya sangat mahal, minta Joonmyun hyung saja yang menggantikannya nanti."

Suho mengernyit. "Kenapa bukan kau saja?"

Baekhyun nyengir. "Aku 'kan tidak ikutan minum."

"Yach! Yach! Itu namanya kau mau selamat sendiri!" Chen menudingnya. Baekhyun terkekeh.

"Teman-teman. Aku juga tidak ikutan minum," ulang Kyungsoo —sedikit kesal karena diabaikan.

Luhan di sampingnya terkekeh sambil meraih bahu kecil Kyungsoo. "Wae? Cobalah minum sedikit. Benar kata Jongdae tadi, tidak seru kalau kita berlima tidak minum sama-sama."

"Tapi kalau aku mabuk, biasanya aku bertindak aneh," Baekhyun memperingati.

"Biar pun tidak sedang mabuk, kau biasanya juga bertindak aneh. Kau 'kan memang aneh?" balas Chen, lalu terkekeh bersama Suho.

"Aku sendiri biasanya langsung pingsan," tambah Kyungsoo.

"Kurasa Kyungsoo lebih aneh daripada aku. Mana ada 'orang yang mengaku paling kuat' di Exo, langsung pingsan hanya karena minum wine?"

Semuanya tergelak. Kyungsoo memukul bahu Baekhyun —yang hanya meringis sebentar lalu tertawa bersama yang lain.

Tapi pada akhirnya, karena dorongan Luhan, Suho dan Chen yang mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena mereka berada di dalam dorm, dan tidak ada yang melihat kecuali member mereka sendiri. Malam itu, untuk pertama kalinya, Baekhyun dan Kyungsoo memberanikan diri untuk minum lebih dari tiga cangkir gelas...

Kyungsoo langsung teler dengan mata terpejam di atas sofa. Baekhyun mulai ngelantur —berbicara entah apa. Sesekali ia meraung seperti serigala sambil merangkak ke sana ke mari —mungkin sedang membayangkan tentang koreo dance mereka yang berkonsep serigala. Luhan, Chen, dan Suho yang menertawainya malah membuat Baekhyun—yang mabuk— semakin bersemangat untuk bertindak aneh.

"Joget-joget-joget!"

Sorakan ketiga temannya yang juga setengah mabuk, memprovokasi Baekhyun yang mabuk berat.

"Sexy dance! Sexy Dance!" Chen menunjuk-nunjuk Baekhyun. Kemudian ia tertawa terbahak-bahak saat Baekhyun menggoyangkan pantatnya sambil mengacak rambut dengan gerakan erotis. Luhan dan Suho juga tak berhenti tertawa.

"Perutku sakit." Suho memegang perutnya yang terus bergetar karena tertawa. Ia merebahkan kepalanya di atas meja, perlahan matanya terpejam karena kelelahan.

"Aku pulang~" Seruan lain terdengar dari pintu depan dorm. Chanyeol masuk sambil menenteng tasnya. Keningnya sedikit berkerut mendengar suara tawa di ruang tengah. Ia melangkah masuk lebih dalam. "Apa-apaan ini?" Chanyeol terkejut melihat kekacauan di ruang tengah dorm mereka.

Bau alkohol sedikit menyengat mencemari udara di ruang tengah tersebut. Sampah snack dan remah-remah biskuit berserakan di sekitar meja dan sofa. Kyungsoo terbaring di sofa dengan wajah memerah dan tangan terkulai. Suho tertidur duduk di lantai dengan posisi membungkuk di depan meja. Chen dan Luhan yang duduk bersila di sofa yang sama, sedang bertepuk tangan menyoraki Baekhyun yang terlihat sedang berdiri di depan mereka sambil membuka bajunya.

"Buka! Buka! Buka!"

"Yach! Yach! Yach!" di sisi lain Chanyeol juga berteriak sambil menunjuk Baekhyun. Ia berjalan cepat setelah menjatuhkan tasnya. Chanyeol segera menahan lengan Baekhyun yang sudah mengangkat tangan —nyaris melepaskan kaosnya dari atas kepala. "Yach! Kau mau apa? Kau bisa masuk angin bodoh!"

"Dia mabuk!" Luhan berseru menuding Baekhyun —seperti anak kecil yang melapor pada guru mereka.

"Yeollie!" Baekhyun sendiri langsung memeluk pinggang Chanyeol dengan gerakan linglung —benar-benar terllihat sedang mabuk berat. "Kau kembali~" Baekhyun mengelus dada Chanyeol menggunakan kepalanya, seperti anak kucing yang merajuk pada induknya. Baekhyun terkekeh geli. "Yeollie~~"

Chanyeol tertegun beberapa saat, sebelum akhirnya ia menghela nafas lelah. "Ya ampun."

"Kami pulang~" suara dari pintu depan dorm seperti sebuah penyelamat bagi Chanyeol. Kris berjalan masuk dengan Tao yang mengekor di belakang. Sama seperti Chanyeol, mereka terkejut setelah melihat kondisi ruang tengah dorm mereka.

"Apa-apaan ini?"

"Hyung!" Chanyeol yang masih berdiri —dipeluk erat oleh Baekhyun, memasang wajah memelas pada Kris. "Bantu aku."

.

.

.

.

.

Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Tapi Chanyeol masih belun bisa tidur dengan nyenyak. Sudah berapa kali ia berguling di atas kasurnya. Mencari posisi nyaman, namun tak juga berhasil membuat ia terlelap.

"Haaah..." Chanyeol menghela nafas. Ia menendang selimutnya dan beranjak duduk di atas ranjang. Mungkin segelas air bisa membantunya menenangkan pikiran dan segera tidur. Chanyeol melangkah keluar kamar. Dorm terlihat remang, hanya ada pencahayaan dari lampu kuning-—lampu tidur yang menyala di atas rak di samping tv plasma di ruang tengah, dan cahaya lampu teras balkon yang masuk melalui pintu kaca balkon.

Chanyeol melangkah pelan menuju dapur. Ada cahaya lain yang muncul dari lampu kulkas yang terbuka. Alis Chanyeol tertekuk, melihat sepasang kaki yang terbaring di sela-sela bawah pintu kulkas yang terbuka tersebut. Ia mendekat, dan keningnya semakin berkerut melihat siapa yang duduk di selonjoran di balik pintu kulkas tersebut.

Baekhyun dengan gerakan linglung memegang botol wine, mengangkatnya dan meminumnya langsung dari botol wine tersebut.

"Astaga, Baekhyunnie!"

Chanyeol merampas botol tersebut. Botol yang terbalik teracung ke atas itu, membuat cairan wine berwarna ungu tumpah di bibir Baekhyun, membasahi dagu dan mengalir di lehernya. Chanyeol melotot. Ia meletakkan botol di atas counter dapur dan segera menyambar serbet terdekat. Ia berjongkok di samping Baekhyun.

"Aaing~ berikan padaku~" Baekhyun merengek sambil menggoyangkan kakinya di lantai —persis seperti rengekan anak kecil umur lima tahun—. Nafasnya berbau alkohol. Pipinya merona, terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya.

Chanyeol menghela nafas. "Kau mabuk," gumamnya, dan mulai mengelap bibir, dagu dan leher Baekhyun dari tumpahan wine. "Ku kira tadi kau sudah pingsan, mengapa kau bangun dan malah pergi minum lagi?"

"Hehehe..." Baekhyun tertawa sendiri —entah ia mendengar dengan baik pertanyaan Chanyeol atau tidak. "Aku mau lagi~ Rasanya sangat enak~" tangannya terulur ke atas, ke rak di sisi dalam pintu kulkas yang masih terbuka, hendak mengambil sebotol wine lagi yang masih tersisa di sana.

"Cukup Baek," Chanyeol menahan tangan Baekhyun dengan menggegam pergelangan tangannya. "Kau sudah sangat mabuk."

Bibir tipis Baekhyun mengerucut lucu, cemberut. Ia menoleh, menatap Chanyeol dengan pandangan tak fokusnya. Baekhyun mengerjap. "Siapa kau?"

"Aku ayahmu," Chanyeol nyengir —berusaha bercanda.

Baekhyun langsung menggeleng."Ani~ Suara ayahku tidak sepertimu! Suaramu mirip temanku!" Baekhyun memicingkan mata, mencoba menatap lekat orang yang berjongkok di sampingnya di antara pandangan sayunya. "Emmm... kau mirip Chanyeol."

"Aku memang Chanyeol." (—,—)

"Lihat! Aku benar! Aku menang! Kau memang Park Chanyeol! Yeeey! Berikan aku hadiahnya!"

"Kau pikir kita sedang kuis?" tapi detik kemudian Chanyeol terkekeh melihat tingkah Baekhyun yang bertepuk tangan seperti anak kecil. Mabuk atau tidak, Baekhyun selalu saja bertingkah lucu.

Tangan Baekhyun lalu menangkup pipi Chanyeol, menepuk-nepuknya sebentar lalu mengelusnya. "Park—Chan—Yeol." Ejanya dengan suara yang jelas, sambil mengangguk-nganggukkan kepalanya dengan gerakan sedikit linglung. "Teman terbaikku." Baekhyun tersenyum, menepuk-nepuk pelan pipi Chanyeol.

Chanyeol ikut tersenyum menatapnya.

Lampu dapur itu masih padam dengan ruangan yang terlihat remang. Hanya cahaya dari lampu kulkas yang pintunya masih dibiarkan terbuka, menyinari Baekhyun yang duduk di lantai depan kulkas dengan Chanyeol yang berjongkok di sampingnya. Kepala Baekhyun yang menoleh ke samping, menghadap wajah Chanyeol sambil menangkup pipi pemuda bertelinga besar itu. Sementara sebelah tangan Chanyeol yang memegang serbet, masih bertengger di leher Baekhyun.

"Tapi aku membencimu..." tambah Baekhyun kemudian dengan suara lirih.

Senyuman Chanyeol menghilang.

Baekhyun menatap sayu —padangan khas orang mabuk—. Jemari lentik Baekhyun merambat, menyentuh mata besar Chanyeol —yang otomatis membuat Chanyeol memejamkan mata—, lalu merambat turun pada hidung mancungnya, kemudian permukaan bibir Chanyeol, dan kembali menangkup kedua pipinya.

"Kau tampan..." bisik Baekhyun, nafasnya yang berbau alkohol itu menusuk penciuman Chanyeol. "Juga sangat tinggi..." Baekhyun cemberut. "Aku iri... karena itu aku membencimu..."

Chanyeol membuka matanya. Menatap lurus pupil hitam bening milik Baekhyun.

"Tapi kau sangat baik..." Baekhyun kembali berbicara ngelantur. Tapi Chanyeol tetap diam, tak pernah melepaskan pandangannya dari Baekhyun. "Kau itu... sangaaaaat baik padaku," Baekhyun kembali tersenyum. "Kau mau membantu membawa barang-barangku... kau mau selalu menemaniku... membantuku banyak hal... bercanda bersamaku... tertawa bersamaku... mendengar ceritaku... dan selalu tersenyum padaku... Bahkan saat kita semua merasa lelah..." Baekhyun menarik nafas dulu —yang terasa panas karena efek alkohol—. "...kau masih saja tersenyum seperti orang bodoh... hehehe... bodoh..." Baekhyun terkekeh sebentar —entah apa yang lucu.

Chanyeol yang masih diam, tak menampilkan ekspresi apapun. Masih betah memandang terus wajah Baekhyun yang tampak merona —karena alkohol— di hadapannya.

"Kau tahu yeol...terkadang aku berpikir... kau itu manusia atau bukan?" Baekhyun sedikit memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung yang tampak lucu. "Kau itu seharusnya tidak usah bersikap terlalu baiiiik padaku..." Baekhyun menggelengkan kepalanya. "Aku 'kan jadi tidak bisa membencimu..." ia cemberut.

"Kau tidak harus membenciku, Baek," Chanyeol akhirnya menjawab, dengan suara yang sama lirihnya.

Baekhyun menggeleng —membantah saran Chanyeol. "Tidak bisa... Kalau aku tidak membencimu... aku... aku..." Baekhyun menggantung kalimatnya. Ia terdiam menatap Chanyeol. Tiba-tiba ia tersenyum. Tangannya menangkup pipi Chanyeol lebih erat, seolah sedang menahan wajah Chanyeol.

Chanyeol mulai merasakan firasat aneh. Tapi ia benar-benar tak menyangka, saat melihat Baekhyun memajukan kepalanya dan mencium bibirnya. Mata Chanyeol melebar...

Satu-satu suara di dapur yang didengar Chanyeol hanyalah suara mesin dari lemari pendingin di hadapan mereka yang pintunya masih terbuka. Sementara satu-satunya pencahayaan dari lampu kulkas tersebut terus menyinari sosok keduanya yang masih betah terduduk di lantai.

Bibir Baekhyun bergerak mengemut lembut permukaan bibir Chanyeol. Bau alkohol yang menyengat hidung Chanyeol menjadi salah satu alasan yang membangkitkan suatu gairah lain di dada Chanyeol. Mengabaikan fakta bahwa Baekhyun adalah namja sepertinya, karena jika boleh jujur, pergerakan bibir Baekhyun yang terasa panas di atas permukaan bibir Chanyeol itu benar-benar menggodanya.

"Mmnghh..." Baekhyun mengerang sendiri.

Anggap Chanyeol sudah gila. Karena suara erangan laki-laki barusan telah berhasil membuat tubuhnya merinding. Ia tak bisa menahan diri untuk ikut dalam 'permainan' ini. Bibir Chanyeol mulai bergerak mengikuti instingnya, perlahan ia juga memejamkan mata, ikut memiringkan sedikit kepalanya. Sebelah tangan yang memegang serbet di leher Baekhyun, kini melepaskan kain tersebut, menjatuhkannya, sementara tangannya merambat perlahan menuju belakang tengkuk Baekhyun, menahan kepalanya.

"Eenggh... Mmnnh..."

Entah itu desahan siapa. Yang jelas keduanya benar-benar sudah kehilangan akal. Saling melumat, bercumbu, mengemut bibir satu sama lain. Terlalu larut dalam ciuman panas berbau alkohol yang memabukkan.

Tangan Baekhyun merambat, memeras rambut di belakang Chanyeol. Membiarkan lidah Chanyeol yang tahu-tahu sudah berada di rongga mulutnya, bermain bersama lidahnya sendiri.

"Mmnnh..." desahan menghoda Baekhyun itu benar-benar membuat Chanyeol gila...

Ia tak bisa lagi menarik diri...

.

.

.

.

.

"Pagi!" Chanyeol menguap, berdiri di ambang dapur sambil menggaruk bokongnya yang terasa gatal.

"Pagi!" balas Lay dan Xiumin bergantian.

"P-pagi..." dan disusul dengan suara Baekhyun yang terdengar gugup dan mencicit.

Alis Chanyeol terangkat. Ia mengucek sebentar mata kantuknya untuk melihat kondisi dapur dengan jelas. Xiumin sedang berdiri di depan counter dapur sambil menyeduh kopinya. Lay duduk di samping meja makan dengan kepala yang berbaring di atas meja. Sementara Baekhyun duduk di seberang Lay, kepala Baekhyun sendiri menunduk menatap secangkir teh yang masih menguap di depannya.

Tiba-tiba Baekhyun berdiri. Lay tersentak mendengar derit kursi di depannya. Dengan mata mengantuk andalannya, Lay menatap Baekhyun lalu menatap cangkir teh di atas meja. "Kau mau kemana Baek, teh herbal-mu belum habis."

"Aku..." Baekhyun terlihat sedang mencarii jawaban yang tepat. "Aku ingin ke kamar mandi dulu."

Xiumin berbalik, menatap khawatir dongsaeng-nya. "Kepalamu masih sakit? Masih terasa hangover?"

"Ah, tidak. Sudah lumayan. Aku hanya mau istirahat."

"Tadi kau bilang mau ke kamar mandi. Sekarang kau bilang mau istirahat. Yang benar yang mana?" tanya Lay bingung.

"Maksudku, aku ingin ke kamar mandi dulu, lalu pergi istirahat."

"Ah," Xiumin mengangguk. "Kalau gitu cepatlah istirahat. Manfaatkan waktu. Jam sepuluh nanti kita latihan lagi."

"Neh hyung." Baekhyun berbalik. Berjalan dengan terus menunduk melewati Chanyeol, tanpa menyapa, atau sekedar melirik pemuda tinggi yang masih berdiri di tempatnya itu.

"Hanya perasaanku saja, atau Baekhyun memang terlihat aneh pagi ini?" komentar Lay.

Xiumin menggeleng. "Mungkin itu efek hangover. Ku dengar dari Tao, semalam di antara line vocal, Baekhyun yang paling mabuk."

"Oh jinjja?" Lay menatap cangkir teh di atas meja yang masih tersisa banyak. "Kasihan Baekhyunie, padahal dia yang paling tak tahan alkohol. Kenapa dia yang paling mabuk?"

"Apa orang mabuk biasanya mengingat kejadian saat ia mabuk?" Chanyeol bergabung dengan pembicaraan mereka, sambil mengambil tempat duduk Baekhyun barusan.

"Kenapa bertanya tentang itu?" Lay menatapnya dengan alis terangkat.

"Hanya ingin tahu saja."

"Tergantung sih..." Xiumin meletakkan cangkir kopinya dan ikut duduk bersama mereka. "Ada orang yang bisa mengingatnya. Ada juga yang tidak sama sekali."

"Oh..." Chanyeol menunduk, menatap sisa cangkir teh milik Baekhyun di hadapannya.

Memori kejadian semalam langsung tergiang dipikirannya.

Tanpa sadar Chanyeol menjilat bibir atasnya. Meski sudah enam jam lewat sejak kejadian semalam itu, Chanyeol masih saja bisa merasakan bagaimana bibir Baekhyun yang 'bertarung' di atas permukaan bibirnya. Bahkan suara desahan Baekhyun di dalam dapur itu kembali tergiang di telinganya.

Chanyeol menahan nafas. Lalu menggelengkan kepalanya sendiri. Dia pasti sudah gila...

Ah, tidak...

Sejak semalam, Chanyeol memang sudah gila.

Salahkan Baekhyun yang mabuk dan segala tindakan anehnya...

Juga ciuman panasnya yang memabukkan...

Chanyeol merinding... lagi-lagi bayangan wajah merona Baekhyun yang mabuk menghiasi imajinasinya...

Damn. —ia merutuk dalam hati.

.

.

.

.

.

Bersambung...

.

.

.

.


A/N: Kurasa tipe fanfic ini masih layak dimasukkan di rated T, iya kan?

Maaf kalau pembukaan ceritanya masih terbilang datar, fluff belum muncul sama sekali. Tahu-tahu mereka sudah ciuman, frech kiss pula.. ((—,—)),,,,,,, tapi yah, dari situlah akar ceritanya muncul.

Berhubung ini semi-—AU / semi—canon. Sebisa mungkin aya coba karakter mereka berjalan apa adanya, agak sulit sih... jadi untuk kedepannya, aya tidak bisa menjanjikan kalau karakter mereka suatu saat akan jadi OOC... hadeh, mian...

Sejujurnya, Aya agak tidak percaya diri membawa fanfic dengan settingan boyband seperti ini —berhubung saya baru jadi penggemar Exo saat Exo Showtime lagi buming, jadi pengetahuan tentang exo tidak sedetail pengetahuanku mengenai 2PM...

Tapi yah, saya mau mencobanya... dan saya harap para reader mau membantu...

Silahkan komentarnya di kotak review... mohon sarannya juga kalau diantara reader punya ide yang menarik biar fanfic ini tidak membosankan...

P.S: Untuk BabyMoonLay, Anda berhasil membuat saya terancam, meski kurang percaya diri, dengan nekat saya malah milih membawa plot cerita ini —meski kenyataannya plot A banyak yang minta ((-—,—))

~Sayaka Dini~

[22 Mar 2014]