Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto

Rated : M

Genre : Romance

Pair : NaruHina

Warning : Typo, Abal, OOC.

Hope You Like It….

Happy Reading….

.

.

.

.

Seorang pria berambut pirang tengah terdiam duduk di depan sebuah cermin di dalam kamarnya. Biru sapphire itu memandangi seorang pria yang tampak rapi dengan setelan jas nya terkesan formal tetapi tetap tampan. Dan pria itu adalah bayangan dirinya sendiri. Hari ini Naruto pria pirang itu akan menemui calon istri yang ditujukan oleh kedua orang tuanya. Naruto menghela nafasnya, ingin sekali ia membantah apa yang di inginkan oleh kedua orang tuanya, namun apa daya ia tak bisa. Meskipun di cap sebagai playboy sekaligus badboy, ia sebenarnya adalah seorang anak laki-laki yang sangat patuh pada orang tuanya.

"Naruto, apa kau sudah siap?" Sebuah suara seorang perempuan menyahut dari luar pintu, membuat Naruto terbangun dari lamunannya. "Ya, Kaa-san aku akan segera keluar." Sahutnya membalas, lalu segera beranjak berdiri dan keluar. "Ya ampun Naruto apa kau tak menggunakan sisirmu?" Kushina menginterupsi Naruto, pasalnya rambut pria itu terlihat berantakan tetapi entah kenapa itu menambah kesan liar pada dirinya. Naruto mengangkat sebelah alisnya "Aku tak butuh sisir, begini pun aku tetap terlihat tampan."

"Jangan sombong Naruto, kau harus berterima kasih pada Tou-san karena ketampananku menular padamu." Kali ini Minato yang terlihat percaya diri. Naruto mendecakkan lidahnya tak peduli, kali ini dia benar-benar tidak mood untuk bercanda. "Kapan kita berangkat? Aku tidak mau membuang waktuku hanya untuk hal yang tidak penting seperti ini!" Lanjut Naruto dingin. Kushina menatap Naruto sendu, tidak tega juga harus melakukan hal macam ini pada anak semata wayangnya. Tapi apa boleh buat, ia harus melakukannya demi kebaikan pria itu sendiri. "Baiklah, kita berangkat sekarang." Minato yang melihat atmosfir yang terlihat semakin menegang buru-buru mengalihkan suasana.

.

Untuk yang kesekian kalinya Naruto mendecakkan lidahnya "Kita harus menunggu sampai berapa lama lagi?" Gertak Naruto mulai tak sabar, pasalnya ia sudah menunggu hampir se jam tetapi belum ada tanda-tanda kedatangan keluarga gadis yang dijodohkan dengannya. "Sebentar lagi pasti mereka datang, sabarlah." Seru Minato. "Sampai berapa lama lagi Tou-san? Mungkin dia berniat membatalkan perjodohan ini itu seb… Aduhhhh." Naruto mengelus kepalanya yang mendapat jitakan manis dari Kushina. "Bisakah kau tenang Naruto, jangan berisik." Seru Kushina dengan senyuman manisnya yang lebih seperti senyuman iblis di mata Naruto. Naruto hanya menganggukkan kepalanya pertanda mengiyakan.

"Kushina-chan, maaf kami terlambat." Suara seseorang menginterupsi tiga orang yang ada di sana. Kushina tersenyum senang orang yang ditunggunya sudah datang "Haruna-chan, ya ampun tak apa yang penting kau sudah datang. Mari duduk." Kushina menarik tangan Haruna untuk duduk. "Selamat malam Minato-san, sudah lama sekali tidak bertemu denganmu." Perempuan bernama Haruna itu tersenyum ramah. "Ah ya. Senang bertemu denganmu kembali Haruna-san." Balas Minato. Kushina melihat sekeliling "Haruna-chan dimana yang lain?" Kushina mengerutkan kening melihatnya datang sendiri. "Mereka akan menyusul, kau tenang saja mereka pasti datang." Sahut Haruna tersenyum menatap Minato dan Kushina, lalu pandangannya beralih menatap Naruto. "Ahh, inikah anakmu Kushina-chan, Naruto Namikaze kah?" Haruna bertanya dengan sedikit semangat. "Ya, dia anakku Naruto. Bagaimana menurutmu?" Balas Kushina tak kalah semangat. "Kau tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan Naruto." Haruna menatap Naruto tersenyum.

"Hmm. Terima kasih." Sahut Naruto datar dan "Aduhhh… Kenapa Kaa-san menginjak kakiku sih?" Naruto bertanya dengan wajah kesal. "Bersikaplah sopan Naruto. Dia ini adalah calon mertua mu." Kushina membalas santai tanpa memperdulikan deathglare mematikan yang Naruto layangkan. Well sepertinya pria pirang itu sudah cukup kesal dengan drama kehidupan yang mengekangnya. Haruna yang melihat kejadian itu tersenyum tipis "Ku lihat dari tingkahmu sepertinya kau terpaksa menyetujui perjodohan ini Naruto. Apa aku benar" Naruto hanya diam menunduk. "Kau harus bertemu dengan putriku terlebih dahulu, setelah itu kau boleh memutuskan untuk meneruskan perjodohan ini atau tidak." Lanjut Haruna. Naruto membulatkan sapphirenya terkejut "Anda serius?" Haruna terkekeh geli "Aku tak pernah seserius ini Naruto, aku tak ingin memaksakan yang bukan keinginanmu".

.

Naruto sedikit menguap merasa bosan mendengar percakapan antar orang tua itu. Kapan sih putri dari wanita di depannya ini datang, ia rasanya ingin cepat-cepat mengatakan tidak untuk menolak perjodohan ini dan segera pulang. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling berharap menemukan gadis itu, walaupun ia tidak mengetahui wajah gadis itu setidaknya ia tahu bahwa gadis itu akan datang bersama suami Haruna yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayahnya. Naruto mengetuk-ngetukkan jemarinya diatas meja. Lalu secara tidak sengaja iris sapphirenya menangkap seorang gadis yang dikenalnya bersama seorang pria paruh baya, sudah seperti ayah dan anak. Dan walaupun jarak mereka masih cukup jauh Naruto masih bisa mengenali gadis itu. Naruto mendesis kecil

"Shion?"

Naruto benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Haruna melambaikan tangannya pada mereka. Tidak salah lagi itu pasti suami Haruna dan juga anaknya, Naruto menggelengkan kepalanya lalu beranjak berdiri. "Maaf Haruna Baa-san sepertinya aku menolak perjodohan ini, sekali lagi saya minta maaf dan permisi." Setelah mengucapkan rentetan kalimat itu Naruto beranjak pergi mengabaikan panggilan Kaa-san dan Tou-san nya. Berlari keluar meninggalkan restoran itu tanpa menoleh kembali.

.

.

.

Hiashi Hyuuga sedikit mendecakkan lidahnya mendengar permintaan putrinya "Kita sudah sangat terlambat". Hiashi bersidekap menatap putrinya.

"Tou-san, ini adalah reaksi alami yang tidak mungkin untuk ditunda, lagipula toilet disini tidak akan mengantri. Percayalah aku akan kembali secepat kilat. Kau bisa kesana duluan aku akan menyusul". Hiashi hanya melihat kepergian putrinya sebentar, lantas melanjutkan kembali langkahnya.

'Brukkkk'

"Ya tuhan, maafkan saya Jii-san. Maafkan saya yang jalan tidak melihat-lihat." Perempuan bermanik violet itu membantu berdiri Hiashi yang terjatuh. "Tidak apa-apa." Hiashi mencoba tersenyum, lantas melihat ke arah istrinya yang melambaikan tangan ke arahnya. Tak lama kemudian "Tou-san ada apa?" Gadis bersurai lavender itu berjalan menghampiri Hiashi, membuat kedua orang itu menoleh ke arahnya. "Tidak apa-apa, gadis ini hanya tidak sengaja menabrak Tou-san." Gadis lavender itu menampakkan raut khawatirnya "Tou-san yakin tak apa? Sini biar Hinata bantu berjalan." Hinata mencoba memapah Hiashi. Shion yang melihat itu mencoba membantu di sisi lainnya "Maafkan saya. Karena saya Jii-san jadi seperti ini." Shion terlihat sekali merasa bersalah. "Tidak apa-apa nak, ini hanya masalah biasa." Seru Hiashi. "Shion, panggil saya Shion".

"Shion pergi saja, saya sudah tidak apa-apa". Seru Hiashi tidak ingin merepotkan. "Tapi…". Hinata melihat Shion yang terlihat ragu "Shion-san, Tou-san tidak apa-apa jadi tak usah khawatir, fisik Tou-san memang lemah tapi tidak terlalu bermasalah." Jelas Hinata tersenyum tipis. "Baiklah, kalau begitu saya permisi."

"Ada apa ini?" Haruna bertanya cemas melihat kedatangan Hinata dan Hiashi yang sedikit terhambat. "Tidak apa-apa, Haruna." Seru Hiashi lalu mencoba mengalihkan pembicaraan "Oh ya, jadi kalau begitu lebih baik kita mulai membahasnya." Hiashi mengerutkan keningnya "Minato-san, Kushina-san dimana anak kalian?" Hiashi makin mengerutkan keningnya melihat semuanya terdiam, Hinata mengangkat sebelah alisnya heran.

.

.

.

'PLAAAKKKK'

Naruto memegang pipi kirinya yang memerah. "Kau benar-benar tidak tahu sopan santun Naruto. Tou-san tidak pernah mengajarimu untuk menjadi anak pembangkang" Minato berteriak marah, Kushina yang disampingnya berusaha mengelus punggungnya bermaksud meredakan amarahnya. "Kau sudah membuat malu keluarga ini, Naruto. Tou-san benar-benar kecewa denganmu".

"Tou-san, aku tidak membuatmu malu. Haruna Jii-san sendiri yang menawarkan pilihan padaku dan tentu seharusnya Tou-san sudah tahu pada apa yang akan ku pilih" Naruto berdesis penuh penekanan. "Kau…" Minato menatap Naruto penuh amarah, tangannya sudah terkepal ingin memukul putra semata wayangnya itu. "Sudahlah Minato, kendalikan emosimu kau akan menyakiti Naruto." Kushina menyahut khawatir. Minato menghela nafasnya berusaha meredakan emosinya "Pergilah dari hadapanku Naruto. Sebelum aku berubah pikiran untuk menghajarmu".

Tanpa satu patah kata pun Naruto meninggalkan ruangan itu melangkah ke luar rumah, dengan pintu yang terbanting dengan keras. Kushina tersentak kaget sedangkan Minato hanya menggelengkan kepalanya. Tak lama kemudian terdengar suara deru mesin mobil yang perlahan menghilang.

.

"Sial!" Pria pirang itu berdesis marah, sesekali ia memukul stir mobilnya. Mobil yang dikendarainya melaju dengan ugal-ugalan, menerobos lampu merah, membuat beberapa pengguna jalan memaki kesal ke arah Naruto. Dan pria itu tidak peduli. Giginya bergemeletuk menahan emosinya, matanya yang saat ini terlihat tajam bagaikan elang terfokus ke depan.

Seorang gadis bersurai lavender sedang menyebrang jalan saat tiba-tiba sebuah Range Rover melaju kencang ke arahnya, lalu berbelok tajam untuk menghindari tabrakan. Namun naas mobil itu sepertinya menabrak kencang sebuah pohon. Hinata terpekik panik gadis lavender yang melihat itu segera berhambur ke arah mobil itu. "Halo, apakah ada seseorang di dalam, tolong jawab apa anda baik-baik saja?" Hinata mengetuk-ngetuk kaca mobil itu dan bertambah panic saat tak mendapatkan jawaban. Hinata mencoba membuka pintu mobil dan terbuka, sepertinya pintunya tidak dikunci sebelumnya. Dan betapa terkejutnya Hinata melihat seseorang yang ada di dalamnya "Astaga, Naruto?" Naruto mengerjap-ngerjapkan matanya setengah sadar menatap Hinata, di pelipisnya mengalir darah segar. Dengan panik Hinata menatap sekeliling yang terlihat sepi "Ya ampun kenapa di saat seperti ini malah sepi". Dengan terpaksa Hinata harus memapah sendiri Naruto yang ukuran tubuhnya lebih besar daripada dirinya. Hinata melingkarkan sebelah tangan Naruto di lehernya lantas menariknya keluar, tangan mungilnya melingkari tubuh Naruto menyanggah tubuh pria itu untuk tetap berdiri. Lalu dengan perlahan berjalan ke bawah pohon dan mendudukkan Naruto menyandar pada pohon itu.

Naruto saat itu sudah sepenuhnya sadar namun tubuhnya masih terasa lemas. Hinata mengambil sebuah sapu tangan dari dalam saku celananya lantas menyeka rambut pirangnya untuk mengusap darah di pelipis pria itu. "Lukanya tidak terlalu parah tapi harus diobati agar tidak infeksi" Gadis lavender itu bergumam mengamati pelipis Naruto. Pria pirang itu menatap wajah gadis lavender itu yang dekat sekali dengannya lantas tersenyum tipis, disaat seperti ini hanya gadis ini yang Naruto butuhkan. "Aku akan pergi untuk mengambil kotak p3k, kau tunggu di sini aku akan segera kembali"

.

Hinata membasahi sebuah kapas dengan alcohol "Bertahanlah, ini akan sedikit sakit" Seru Hinata lantas mulai mengusapnya di sekitar pelipis Naruto untuk membersihkan lukanya. "Aww.. Ini sakit sekali" Ringis Naruto. "Aku kan sudah bilang ini akan sakit" Jelas Hinata menekan-nekan kapasnya pada luka pria itu. "Aww.. Pelanlah sedikit, kau ingin membunuhku secara perlahan?" Naruto mengernyit menahan sakit. "Ya, aku sangat berharap bisa melakukannya" Hinata menyahut cuek masih menekan-nekan luka Naruto. "Kau tidak akan mungkin bisa melakukannya. Kau tak bisa kehilanganku" Naruto menyeringai melihat wajah merengut Hinata. "Kau benar-benar over percaya diri, Naruto".

"Jadi, kenapa bisa kau menabrak pohon hingga seperti ini?" Hinata mengalihkan topic. Naruto tambah menyeringai mendengarnya "Oh, kau khawatir sepertinya" Hinata memberikan obat merah pada pelipis Naruto "Tidak, bodoh. Kau ini sangat jago jika berada di trek tapi menghindari hal kecil saja bisa sampai menabrak pohon".

"Hmm, aku hanya tidak ingin kehilangan duniaku" Hinata yang telah selesai membalut luka Naruto dengan kasa mengernyit tidak mengerti. "Kau adalah duniaku," Naruto terhenti sebentar untuk menatap Hinata yang berjarak dekat didepannya lalu melarikan sebelah telapak tangannya ke pipi gadis lavender itu "Aku tadi hampir saja menabrakmu, lain kali kau harus lebih berhati-hati dijalan. Coba tadi seandainya bukan aku yang akan menabrakmu tapi orang lain mungkin mereka tidak akan berhenti. Nyawaku tidaklah berarti dibanding dirimu" Lanjut Naruto menatap Hinata sendu. Hinata terpaku menatap Naruto lantas tersentak kaget. "Tidak. Kau tidak boleh berpikir seperti itu. Kau pikir itu keren? Kau justru terlihat menakutkan, Naruto" Naruto mengangkat sebelah alisnya heran "Menakutkan bagaimana?" Hinata menghela nafasnya "Aku hanya seperti melihat psikopat yang gila akan obsesinya".

Naruto terkekeh geli mendengar jawaban gadis didepannya "Mungkin kau benar, saat ini aku merasa tergila-gila padamu" Hinata menatap Naruto ngeri "Oke, sekarang kau membuatku takut". Naruto menatap Hinata intens "Kau tahu, saat ini aku sedang terobsesi" pria itu mengelus surai indigo itu lembut, Hinata menatap Naruto sedikit takut. "Obsesi untuk melindungimu" Lanjut pria itu lantas memajukan wajahnya mendekati gadis indigo itu. Hinata terpaku menatap biru sapphire itu lantas memejamkan matanya begitu merasakan hidung mereka mulai bersentuhan. Sedikit lagi bibir keduanya akan menyatu ketika suara klakson mobil mengagetkan mereka berdua yang langsung menjauhkan wajah mereka.

"Oy, Naruto sedang apa kau?" Naruto menoleh melihat Kiba di dalam mobil sedang menyengir kuda ke arahnya, Naruto mendesis geram lagi-lagi orang yang sama yang mengganggu acaranya bersama Hinata. Kiba melngkah turun mendekati dua orang yang duduk dibawah pohon dengan senyum menyebalkan yang terpasang di wajahnya. "Ingatkan aku untuk memberimu pelajaran nanti" tukas Naruto dingin, Kiba hanya meringis ngeri mendengarnya dan menatap Naruto dengan pandangan 'damai'.

"Temanmu sudah datang, jadi aku bisa pergi sekarang." Suara Hinata memecah kegiatan dua orang pria itu yang sedang saling pandang, yang satu dengan tatapan mengancam sedangkan yang satunya seperti memohon ampun. "Kau tak ingin memastikanku untuk sampai pulang dengan selamat? Siapa tahu aku kesakitan kembali dijalan" Rajuk Naruto. "Kau bisa meminta bantuan teman mu untuk itu" Sahut Hinata lantas beranjak pergi. Baru enam langkah Hinata berbalik "Naruto" panggil Hinata wajahnya sedikit memerah, Naruto menatap Hinata menunggu suara gadis itu. "Beristirahatlah." Lanjut gadis lavender itu buru-buru membalikkan badannya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah lalu melanjutkan langkahnya, Naruto terus memandang punggung gadis itu hingga hilang sepenuhnya di tikungan jalan. Lantas pria pirang itu menampilkan senyumannya. Jika saja ada gadis-gadis saat ini mungkin mereka akan berteriak histeris melihat senyuman manis dari seorang Naruto Namikaze.

.

"Sementara ini aku akan tinggal di apartement mu" Kiba menoleh ke arah Naruto "Apa kau sedang ada masalah di rumah?" Sahutnya. Naruto menghela nafasnya "Ya, begitulah. Aku sedang tak ingin ke rumah." Kiba menatap Naruto "Kalau boleh tahu, masalah mu itu apa?". Naruto memandang keluar jendela "aku di jodohkan." Kiba terbelalak kaget "Di jodohkan? Lalu bagaimana?"

"Tentu saja aku menolaknya." Sahut Naruto. "Lalu apa kau sudah tahu dengan siapa kau dijodohkan? Kalau cantik aku benar-benar mengutukmu karena sudah menolaknya". Naruto mendengus mendengarnya "Ini urusanku bukan urusanmu. Dan yang dijodohkan denganku adalah Shion". Kiba memelototkan matanya hingga terlihat akan keluar mendengar penuturan sahabat pirangnya "Kau bilang apa? T-Tidak mungkin". Naruto memandang dengan sebelah alis terangkat melihat ekspresi shock nya "Kenapa? Kau mau mengataiku bodoh? Well, just shut the fuck up!".

"Bukan, bukan itu bodoh" Kiba menukas sewot. Naruto mengernyit heran. "Aku bahkan baru mendapatkan kabar bahwa Shion akan bertunangan dengan Sasuke" Naruto menatap Kiba terkejut "N-Nani?" "Ya, begitulah kenyataannya. Jadi tidak mungkin Shion yang dijodohkan denganmu" Jelas Kiba. "Lalu siapa sebenarnya gadis yang dijodohkan denganku?" Sahutnya frustasi. "Apa saat itu kau sudah bertemu Shion secara langsung?" Kiba bertanya. "Tidak, aku hanya melihatnya dari jauh, lalu aku langsung pergi" Jawab pria pirang itu. "Bodoh! Jangan menolak untuk ku panggil bodoh saat ini, kau baka!" Kiba menjerit menunjuk-nunjuk Naruto lalu tersenyum puas merasa dirinya kali ini menang dari Naruto.

"Aku harus bertanya pada Kaa-san dan Tou-san." Gumam Naruto lalu segera pergi meninggalkan tempat itu.

.

'Ckleekk'

Pintu utama di rumah keluarga Namikaze itu terbuka sedikit kencang membuat kedua orang yang terlihat sedang berbincang tersentak kaget. Kushina terlihat khawatir melihat kondisi putra tunggalnya itu "Naruto, kenapa dengan pelipismu?". Naruto mengabaikan pertanyaan Kushina itu lantas menatap serius keduanya.

"Kaa-san, Tou-san beritahu aku siapa gadis yang berniat kalian jodohkan denganku?"

.

.

.

Gadis lavender itu sedang berada di meja belajarnya mengerjakan beberapa tugas kuliahnya ketika pintu kamarnya terbuka mengalihkan atensinya, lantas menemukan Ibu nya di depan pintu dengan senyuman di wajahnya "Hinata, cepatlah ganti bajumu dengan gaun dan berdandanlah yang cantik". Hinata menatap bingung ibunya "Ada apa, bu? Kenapa aku harus berdandan?". Sang ibu tersenyum "Laki-laki yang akan dijodohkan denganmu itu berubah pikiran. Dia bersedia menikah denganmu" Hinata merasakan dunianya runtuh seketika "A-Apa?".

.

Gadis lavender itu melangkah dengan anggun menuruni tangga, gadis itu terlihat cantik dengan gaun selutut berwarna pink tua, rambutnya dibiarkan digerai alami. Penampilannya berbanding terbalik dengan hatinya yang sendu. Gadis itu memikirkan bagaimana penampilan pria yang akan menjadi suaminya itu, apakah jelek atau tampan, apakah gendut, apakah errgghhh…. Hinata tak sanggup membayangkannya. Hey bagaimanapun itu pemikiran wajar mengingat gadis itu tidak mengetahui bagaimana rupa calon suaminya.

Hinata melihat kedua orang tuanya yang tengah mengobrol dengan calon mertuanya dan calon suaminya yang duduk membelakanginya. Sepertinya pembicaraan yang seru sampai mereka tertawa seperti itu

'deg'

Suara itu seperti Hinata kenal. Hinata diam ditempatnya mencoba mengingat suara siapakah itu yang ia kenal. Namun pemikirannya harus terhenti begitu Sang Ayah menginterupsinya "Itu dia putriku, Hinata". Hinata melihat dua orang bangun dari duduknya lantas menoleh ke arahnya, terlihat seorang wanita berambut merah bersama seorang pria berambut pirang sedikit panjang mengingatkannya pada seseorang. "Oh, ya ampun kau cantik sekali. Ayo kemarilah berkenalanlah dengan calon suamimu". Perempuan berambut merah itu menarik lengan Hinata mengajaknya melangkah mendekat. Hinata melihat seorang pria yang sepertinya lebih muda dari pria satunya dan sepertinya itu adalah calon suaminya.

Hinata merasakan jantungnya berdegup dengan kencang sekaligus terperangah begitu melihat siapa calon suaminya."Halo, sweetheart" Pria itu menyunggingkan seringainya melihat wajah shock gadis lavender itu.

"Na-Naruto?" Hinata merasakan dadanya bergejolak hebat, tidak bisa dipungkiri ada perasaan lega yang merayap di dadanya. Tapi, what the hell apa yang dipikirkannya barusan? Bisa-bisanya ada perasaan seperti itu saat kau tahu kau dijodohkan oleh seorang playboy. Batin gadis itu berdiskusi.

"Kalian sudah saling kenal?" Hiashi menatap keduanya heran. "Begitulah Jii-san" Naruto tersenyum tipis. Kushina langsung berkata heboh "Kyaaa….. Pantas saja saat dirumah kau sampai merengek untuk melanjutkan kembali perjodohan ini. Pasti gadis ini yang diceritakan oleh Kiba yang berhasil merebut hatimu. Waahh… Naru-kun sudah besar" Kushina mencubit-cubit pipi Naruto gemas. "Kaa-san hentikan jangan mempermalukan anakmu sendiri dan a-apa tadi Kaa-san bilang? Kiba menceritakan semuanya pada Kaa-san?" Naruto menepis tangan Kushina, Hinata yang melihat itu mencoba menahan senyumnya. Ternyata sikap coolnya hanyalah kedok untuk menutupi sikap manjanya di rumah.

"Beberapa hari yang lalu Kaa-san menemui Kiba di sebuah café. Dan kami mengobrol, emm lebih tepatnya membicarakanmu" Jelas Kushina dengan tampang berfikir. Naruto mendesis kesal karena ternyata diam-diam Kaa-san nya mencari informasi tentangnya di luar rumah.

"Kushi-chan, sepertinya kita harus membiarkan dua pasangan itu untuk melakukan pendekatan" Minato menginterupsi. Kushina mengangguk senang. "Hinata sebaiknya ajak Naruto ke kamarmu, kalian butuh tempat untuk mengobrol berdua" Seru Hiashi.

Hinata membelalakkan kedua matanya "A-Apa T-Tapi Tou-san…". Hiashi melihat putrinya sedikit panic "Kau tenang saja, Naruto ini lelaki yang baik dan sopan dia tidak akan macam-macam" Kushina berseru menatap Naruto. 'Bagaimana bisa Kaa-san berfikir seperti itu, aku bahkan sudah merencanakan sesuatu untuknya' Batin pria pirang itu tersenyum miring. Hinata benar-benar mengutuk Naruto 'Kau tidak tahu sifat aslinya lainnya' batinnya menjerit. Hinata dengan pasrah mengangguk lalu melangkah ke arah kamarnya di lantai dua di ikuti oleh Naruto. Dan semua orang yang ada di situ tidak menyadari seringai dari pria pirang itu.

.

Hinata duduk di atas kasurnya, lavendernya mengamati pria pirang yang saat ini sedang menjelajahi kamarnya. "Aku menyukai harum kamarmu, sweetheart" Naruto mendesah lirih membuat Hinata sedikit bergidik mendengarnya. Naruto berjalan ke arah meja rias gadis itu, lalu tersenyum tipis mengetahui gadis itu bukanlah tipe wanita yang suka berdandan, terlihat dari alat-alat make up nya yang sederhana. Naruto menatap Hinata dari cermin "Kau kelihatan gugup?" pria itu mengernyit heran. "Kau sudah menolak perjodohan ini, kenapa kau memintanya kembali?" Hinata mencoba mengalihkan pembicaraan. "Kalau dari awal aku tahu gadis itu adalah dirimu tanpa berfikir pun aku akan langsung menyetujuinya" Naruto tersenyum tipis dan membalikkan badannya "Dan aku sangat bahagia mengetahui sekarang kau adalah milikku".

Naruto melangkah mendekati gadis lavender itu. Hinata terpaku menatap pria itu yang entah kenapa terlihat sangat tampan di matanya saat ini. Oh Hinata kau baru menyadarinya, huh.

"Aku berfikir rasanya tuhan memang benar-benar membuat kita berjodoh dan aku sangat bersyukur atas itu, kau tahu. Karena aku mencintaimu, Hinata" Jelas Naruto menatap Hinata sayu lalu mendekatkan wajahnya ke arah Hinata. Gadis itu terperangah kaget atas pernyataan pria pirang itu, mencoba mencari kebohongan di mata sapphirenya tetapi yang ia temukan adalah sebuah ketulusan. "Tak apa, kau tak perlu menjawabnya sekarang karena suatu hari nanti kau yang akan mengatakan 'aku mencintaimu' berulang kali kepadaku" Pria itu meletakkan telunjuknya di bibir Hinata, menyuruhnya untuk diam.

Wajah mereka semakin mendekat, hidung mereka sudah saling bersentuhan "Aku mencintaimu" Bisik pria itu lirih sebelum menyatukan bibirnya pada bibir gadis lavender itu. Memagutnya sangat lembut. Telapak tangannya merayap masuk ke tengkuk gadis itu berusaha memperdalam ciumannya, membuat gadis itu terlena dengan apa yang pria pirang itu perbuat. Mengetahui satu hal yang baru ia ketahui, ternyata Naruto juga seorang good kisser.

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

Hallo sudah saya lanjut nih, maaf lama dan makasih sudah review, maaf belum bisa bales, ini susah banget cari waktu luang buat ngetik.

Mind To Review?