"arrggghhhh….. aku benar-benar tidak menyangka akan merasakan perasaan seperti ini" surai pirangnya berantakan lantaran menjadi sasaran tangannya akibat ke frustasian yang sedang di hadapinya. Sedangkan kedua pria lain yang berada di ruangan itu menatapnya tidak percaya.

"aku tidak mempercayai ini, apa kau yakin kau benar-benar jatuh cinta pada nya, Naruto?" Salah satu pria yang memiliki tanda garis merah di kedua pipinya bertanya dengan nada tidak percaya tetapi terselip nada meremehkan. Sedangkan pria satunya berambut merah dan memiliki tato di dahinya yang memang lebih pendiam dari mereka bertiga memilih untuk menyimak saja percakapan antara dua sahabatnya itu.

"Kau tahu aku belum pernah seperti ini Kiba, aku juga tak tahu mengapa dan tak tahu sejak kapan" lenguh pria bermarga Namikaze tersebut, dengan wajah frustasi tetapi tidak mengurangi ketampanan pria Namikaze tersebut.

Merespon perkataan pria pirang itu pria yang bernama Kiba hanya memberikan tatapan ketidak percayaannya. Pasalnya Naruto adalah playboy kelas kakap yang memiliki sederet mantan yang bisa dibilang luar biasa, semuanya berasal dari kalangan populer. Mulai dari Shizune yang bertubuh sexy, Shion yang memiliki paras cantik oh dan jangan lupa kaki mulus jenjangnya serta Karin yang merupakan salah satu model di Victoria Secret yang merupakan outlet penjualan celana dalam ternama dan lain-lainnya. Kenapa mereka semua mau dengan Naruto? Tentu saja karena ia memiliki paras dan ketampanan yang luar biasa, mata biru sapphire yang tajam dan menawan, bentuk rahang yang terpahat sempurna, tubuh kekar, senyum menawan, tak heran sehingga ia mendapat julukan Buaya Bertampang Pangeran. Tetapi tentu saja Naruto memacari mereka tanpa ada rasa cinta. Naruto bersikap cool tetapi juga genit jika dihadapkan dengan wanita yang cantik dan sexy. Sedangkan Kiba juga terkenal playboy tetapi diantara mereka tetap saja Naruto yang paling tampan.

"mengingat bagaimana selera wanitamu juga para mantan-mantanmu... kukira kau akan jatuh hati pada wanita yang setidaknya sedikit memenuhi kriteriamu. Tetapi ternyata malah dia yang berhasil menarik perhatianmu. Kau melihat darimananya sih? Dia hanya mahasiswi biasa tidak populer, dan pastinya tidak memiliki tubuh yang indah seperti mantan-mantanmu, bukan?" Kiba berceloteh ria tentang Hinata Hyuuga mahasiswi jurusan kesenian dikampus mereka kemudian memasang seringai diakhirnya. Sedangkan Naruto sepertinya masih sibuk menenangkan perasaannya yang masih terasa berdebar-debar.

"Oh ya, dan lagi bagaimana dengan Shion, sepertinya ia masih mengharapkanmu untuk balikan lagi dengannya? Kalau kau tidak mau buatku saja ya. Hffttt seandainya aku mewarisi sedikit saja ketampananmu itu pasti aku sudah mengajak Shion atau Karin berkencan kalau bisa menikah." Lagi-lagi Kiba berceloteh ria, membuat Naruto mengeluarkan seringai nya.

"Kalau kau mau ambil saja. Mungkin dia memang tidak seperti mantan-mantanku sebelumnya tetapi dia tidak kalah cantik, dia memiliki wajah yang manis dan kulit seputih porselen. Dan lagi kalau kau perhatikan lekuk tubuhnya dia sebenarnya seksi." Naruto menerawang lalu menyeringai. Kiba tertawa geli dengan tingkah sahabatnya itu dan Gaara masih dalam mode menyimak.

"hahaha kau ini mau dihadapkan dengan wanita mana saja tetap mesum. Lalu kalau begitu tunggu apalagi? Kau tidak berniat mendekatinya lalu merebut hatinya?"

"Tentu saja aku akan mendekatinya dan memastikan dia menjadi milikku." Seringai dan binar semangat tampak di wajah Naruto. Ya, kali ini Naruto benar-benar sudah jatuh hati pada sesosok wanita bernama Hinata.

Hinata Hyuuga sedang membereskan alat tulisnya, mata pelajaran terakhir yang harus ia hadiri hari ini sudah selesai. Hari ini cukup melelahkan pikir si gadis lavender itu. Tak berapa lama tampak gadis berambut pink menghampiri gadis lavender tersebut.

"Hinata, boleh aku meminjam buku tentang sejarah music milikmu? Aku sangat membutuhkannya"

"emm tentu, ini. Pasti untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Kurenai-sensei itu?"

"ah terima kasih Hinata, ya kau benar untuk mengerjakan tugas itu, menyebalkan sekali kenapa di dunia ini harus ada pelajaran sejarah. Itulah yang menyebabkan manusia tidak bisa move on!" gerutu Sakura. Hinata terkekeh geli mendengarnya.

"eh iya kau mau pulang bersama denganku, Hinata?"

"ah tidak Sakura kau duluan saja, aku seperti biasa naik bus saja, lagipula kita tak searah aku tak mau merepotkanmu" Hinata tersenyum menolak dengan halus

"kau ini selalu saja sungkan denganku" Sakura berkacak pinggang.

"oh Sakura, kau tahu kan aku bagaimana"

"ya baiklah. Kalau begitu aku duluan ya." Hinata hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Setelah Sakura pergi Hinata kembali memasukkan bukunya yang masih ada di meja ke dalam tas nya. Kelas sudah sepi, mungkinkah obrolan singkatnya dengan Sakura memakan waktu yang tidak sedikit. Tidak berapa lama seorang pria memasuki kelas itu.

"hai.." suara baritone yang sedikit serak terdengar oleh Hinata. Ia mendongakkan kepalanya lalu terkejut mendapati seseorang yang kini berada dihadapannya. Tubuh tegap jangkung, rambut pirang model spike, garis rahang yang kokoh dan mata sapphire yang menatapnya intens. Hinata sempat menahan nafas melihatnya. Naruto Namikaze si pria playboy yang digosipkan sangat tampan itu berdiri dihadapannya. Hinata adalah salah satu dari secuil gadis yang tidak terlalu memperdulikan hal-hal seperti yang gadis-gadis lain lakukan hingga memuja pria di depannya kini.

"h-hai.. engg siapa ya?" Tentu saja pertanyaan tadi hanya basa-basi yang diucapkan oleh Hinata, padahal dirinya tahu siapa pria di hadapannya ini. Naruto menahan senyumnya melihat tingkah Hinata yang menurutnya lucu itu.

"Aku Naruto Namikaze. Kau pasti tahu siapa aku, bukan begitu?" Naruto menampilkan senyum miringnya, sedangkan Hinata berusaha menormalkan degup jantungnya saat melihat ketampanan Naruto secara langsung. Karena pasalnya Hinata memang tidak pernah berhadapan langsung dengan pria ini.

"ah i-iya. Namikaze-san mencari siapa?"

"Kau" Hinata tergelak kaget.

"e,eh?, ada apa mencariku?" Hinata bertanya dengan wajah polosnya. Membuat Naruto gemas. Naruto memperhatikan wajah Hinata dengan intens, mulai dari matanya yang indah berwarna lavender, hidungnya yang mancung terpahat sempurna disana serta bibir pinky mungilnya membuat Naruto terpesona menatap Hinata sebelum akhirnya menjawab pertanyaannya.

"Mau mengajak pulang bareng" seru Naruto dengan senyum tipisnya mencoba mengeluarkan sisi coolnya.

"ehh ti,tidak usah, aku akan pulang naik bus. Terima kasih atas ajakannya." Hinata langsung beranjak dari sana melewati tubuh tegap Naruto, Tubuhnya kalau dibandingkan dengan Naruto memang mungil, tingginya saja hanya sebatas bahu Naruto.

Melihat Hinata yang pergi setelah menolak ajakannya, Naruto mendesis "Sial" tetapi kemudian menyeringai. "Tidak semudah itu bisa lepas dariku"

Lalu Naruto mengejar Hinata yang belum begitu jauh darinya. Naruto menahan lengan Hinata untuk menghentikan langkah gadis itu.

"daripada naik bus lebih baik pulang denganku saja ya" dan tanpa menunggu jawaban sang gadis Naruto menggenggam erat tangan Hinata dan membawanya ke parkiran. Sedangkan Hinata bingung, ya bingung. Sebab pertemuan pertamanya dengan Naruto, pria ini langsung mengajaknya pulang bareng. Padahal kan mereka tidak akrab sebelumnya, bertemu saja baru kali ini.

Mengabaikan tatapan tajam para gadis karena ia berjalan disamping pangeran mereka dengan tangan di genggam erat, Hinata menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Hinata tidak terbiasa menjadi pusat perhatian.

Tiba di parkiran, Naruto menuju tempat Range Rover nya terparkir kemudian membuka pintu penumpang sebelah kemudi dan menyuruh Hinata masuk, sebelum ia memasuki kursi kemudi. Lalu segera menjalankan Range Rover nya.

Suasana benar-benar canggung di dalam mobil. Hinata meremas-remas jari tangannya karena gugup sesekali ia melirik Naruto yang arah pandangannya focus ke jalan. Kesunyian terus menemani mereka sampai kemudian Range Rover yang Naruto kendarai berhenti di sebuah restoran yang cukup terkenal di daerah itu.

"emm.. kenapa kita berhenti disini?" Hinata mencoba bertanya kepada Naruto yang malah membawanya ke sebuah restoran bukan ke rumahnya.

"aku lapar, tak apa kan temani aku makan sebentar. Ayo turun"

Hinata mencoba menghela nafas. Demi apa, mimpi apa dia semalam bisa terjebak oleh playboy seperti Naruto. Dan lagi, ada angin apa Naruto tiba-tiba mendekatinya. Walaupun Naruto tampan tetapi bagi Hinata tetap saja dia playboy yang harus di waspadai.

Naruto dan Hinata berjalan memasuki restoran, lalu mencari dan duduk di tempat yang kosong. Hinata terbelalak melihat isi restoran tersebut. Pelanggannya kebanyakan anak muda serta para pelayan yang semuanya perempuan memakai pakaian yang menurut Hinata kurang bahan, tanktop merah tanpa tali juga rok rempel putih mini. Naruto memanggil salah satu pelayan yang juga mengenakan pakaian kurang bahan tersebut yang mengekspos paha mulusnya dan sedikit belahan dada,

"mau pesan apa tuan?"

"ramen seperti biasa, kau mau pesan apa Hinata?"

"engg samakan saja"

"baiklah ramen dua, untuk gadis ini yang biasa saja dan punyaku kau pasti tahu seleraku kan?" seru Naruto. Hinata menduga bahwa Naruto pasti sering kesini, mungkin saja.

"baik. Silakan menunggu sebentar." Ucap pelayan itu dan mengedipkan matanya pada Naruto, kemudian berlalu meninggalkan meja yang ditempati mereka berdua. Sekilas Hinata melihat arah pandangan Naruto yang mengerling nakal ke sepasang paha milik pelayan tadi. Hinata hanya memutar matanya jengah.

Naruto mengembalikan atensinya pada Hinata. Ia memandangi wajah Hinata dan tak henti-hentinya memuji wajah bak malaikat tersebut, lalu ia memandang kearah bibir mungil Hinata. Hinata merasa risih diperhatikan sebegitu intensnya oleh pria pirang itu.

"kau sungguh menawan, apalagi bibirmu. Boleh kutahu sudah berapa kali bibir itu di kecup?"

Hinata terkaget mendengar pertanyaan Naruto yang menurutnya sudah menjurus ke arah vulgar itu.

"apa maksudmu menanyakan hal seperti itu? Hinata bertanya sedikit emosi.

"tidak hanya bertanya. Bibir seindah itu tidak mungkin kan belum pernah di kecup?"

Hinata benar-benar merasa dilecehkan oleh Naruto. Sebenarnya apa maunya pria ini sih? Hinata mungkin memang sudah beranjak dewasa tetapi untuk hal-hal seperti itu ia belum pernah melakukannya. Kali ini Hinata tidak bisa diam saja.

"sebenarnya apa maumu? Kau tiba-tiba mendatangiku dan sok akrab denganku seolah-olah kita ini teman padahal bertemu saja baru kali ini. Pasti ada sesuatu yang kau rencanakan, bukan?"

"ada apa denganmu, Apa pertanyaanku menyinggungmu?" Naruto heran melihat Hinata yang tiba-tiba seperti itu. Apa salahnya? Dia hanya menanyakan hal yang menyangkut miliknya. Oh ralat maksudnya yang akan segera menjadi miliknya.

"perkataan tak pantas seperti itu kau sebut pertanyaan? Oh apakah kau berniat menjadikanku mangsamu yang selanjutnya? Jika iya menjauh dariku bastard!" Hinata lalu berlari sekencangnya keluar dari restoran tersebut. Oh lebih baik dari awal ia pulang sendiri, menaiki bus lebih baik dari pada harus bersama playboy pervert seperti Naruto.

"Hinata, hei maafkan aku, aku tidak bermaksud bertanya seperti itu, hei"

Naruto yang tadinya mengejar Hinata berhenti lantaran kehilangan jejak. Naruto menggeram kesal. "ahh sial! Kesempatan pertama harus terbuang sia-sia"

"baru kali ini ada seorang gadis yang justru berlari kabur saat ku ajak makan bersama." Naruto bergumam menatap langit, dan memegang dada sebelah kirinya merasakan detak jantungnya yang berdebar-debar. "dia gadis pertama yang berhasil menguasai jantung ini" Naruto tersenyum tipis.

Ckiiiittttttttttt….

Sebuah mobil yang dikendarai pria berambut raven mengerem mendadak hampir menabrak seorang gadis. Pria raven itu keluar dari mobilnya untuk memastikan kondisi seseorang yang hampir saja ditabraknya itu.

"Hinata? Kau tak apa?" Pria raven itu terlihat khawatir pada sosok gadis lavender itu.

"aku baik-baik saja, Sasuke." Pria itu menghembuskan nafas lega mengetahui gadis ini baik-baik saja.

"sedang apa kau disini? Bukannya di daerah ini tidak ada halte bus?" Sasuke mengernyit heran.

"emm itu tadi aku bersama dengan teman, tapi dia ada urusan mendadak, jadi, emm disinilah aku." Hinata tersenyum kikuk

"Kalau begitu naiklah, kuantarkan kau pulang." Hinata tersenyum senang. "terima kasih Sasuke."

To Be Continue