Author : Lee Shita a.k.a Park Shita
Tittle : Can I..?
Rating : T
Pairing : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Xi Luhan, Wu Yifan, Oh Sehun and others.
Hai..hai.. chingu? Gimana kabar kalian? Aku harap kalian dalam keadaan sehat sehingga bisa membaca ff gaje ku ini dengan nyaman, tanpa ada suara batuk, perut mules, idung meler, atau kepala pusing. Aku Cuma berharap kalian baca ff ku ini dengan wajah senyum-senyum, hehehhe..
Aku harap kalian suka, apapun pendapat kalian akan aku jadikan masukan kok, ingat review ya.. Makasi.
...
...
...
"Lihatlah ke depan, jangan pernah menoleh kebelakang saat kau berjalan"
Banyak opini mengatakan hal seperti itu saat kita menjalin suatu hubungan yang baru. Aku tidak menyalahkan konsep itu tapi tak juga membenarkannya.
Jika kau hanya melihat ke depan tanpa menoleh kebelakang, kau tak akan pernah bisa belajar dari kesalahan. Yang aku maksud adalah, jika kau hanya melihat masa depan tanpa melihat masa lalu, kau tak akan pernah bisa belajar dari kesalahan-kesalahanmu di masa lalu, masa lalu itu bagaikan cermin untuk kita, kita perlu cermin bukan untuk melihat bagaimana rupa kita, sekarang, yang lalu dan yang akan datang.
Tapi aku tak juga menyalahkannya, karena jika kita melangkah atau ingin berjalan kemasa depan, namun masih terbayang masa lalu, langkah kita pasti akan terhambat. Dan disini, aku berada. Diantara masa depan dan masa laluku.
.
.
.
Aku berlari dengan kencang dan sesekali melihat jam tanganku.
"Sial!" gerutuku dalam hati, aku terlambat lagi dan aku tak yakin songsaengnim akan memberikan toleransi. Ini sudah toleransi ketigaku, aku rasa kali ini aku akan dihukum. Saat aku lihat pintu kelasku tertutup, aku menghembuskan nafas kecewa.
GREEEKK..
Semua mata tertuju padaku, dan aku? Aku hanya bisa menundukan kepala, mencoba berakting untuk mendapat simpati.
"Kali ini apa lagi?" terdengar suara songsaengnim yang membuatku bergidik.
"Jeongseonghamnida Kim songsaengnim, pagi ini aku ketinggalan bus." Ucapku.
"Karena? Karena kau bangun kesiangan?" nada songsaengnim terdengar kesal.
"mm.. a-ani."
"Lalu?"
"Pagi...pagi ini, a-aku.."
Greekk..
Pintu kelas terbuka, dan kami semua menoleh. Betapa terkejutnya kami melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu kelas, dengan keadaan mengenaskan. Baju kotor dan sobek, rambut acak-acakan, dahi berisi plester, aku berani menebak dia baru saja mengalami kecelakaan.
"Aigoo! Park Chanyeol-ah, kenapa denganmu? Kenapa kau berantakan begitu?" tanya Kim songsaengnim, sedangkan aku benar-benar terkejut melihatnya seperti itu.
"Baekhyun terlambat karena membantuku saat tadi aku nyaris tertabrak." Ucapnya, dan sontak membuat kami semua termasuk aku terkejut. Bagaimana tidak,tadi malam aku sibuk menonton film kesukaanku makanya aku bangun kesiangan dan terlambat, bukan karena membantunya. Oh aku tahu, aku rasa dia sedang menolongku sekarang.
"Benar begitu?" tanya Kim songsaengnim dengan nada seolah tak percaya. Aku menganggukan kepalaku dengan cepat.
"Baiklah, kau sebaiknya kau antarkan Chanyeol mengobati lukanya, dan kau belikan dia seragam yang baru."
"Ne." Sahutku dengan cepat. Aku berjalan mendahului Chanyeol dan dia berjalan dibelakangku. Aku terus menundukan kepalaku, aku bahkan tak sanggup berjalan disampingnya. Kalian tahu kenapa? Yuph, karena aku menyukainya semenjak kami duduk di kelas X dan itu sudah berlangsung dua tahun yang lalu.
" Aku rasa Lee songsaengnim sedang pergi, makanya ruang kesehatan sepi." Ucapku sambil berjalan masuk ke dalam ruang kesehatan, aku menoleh padanya dan kudapati dia sedang membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
"Hei!" panggilku. Dia melirikku dari sudut matanya.
"Begitukah caramu berterima kasih pada orang yang telah menyelamatkanmu dari hukuman?" ucapnya dan aku memutar bola mataku malas.
"Baiklah,baiklah! Kalau begitu katakan kenapa kau melakukan hal itu?"
"Hhm.. aku hanya melindungi diriku agar tak dihukum, aku lelah." Ucapnya lalu menutup matanya
"Heuh, menjadikan orang lain sebagai tameng." Gerutuku kecil.
"Kau mau kemana?" tanyanya saat melihatku berjalan ke arah pintu.
"Ke kelas." Sahutku sekenanya.
"Lalu bagaimana denganku?"
"Kau kan lelah, sebaiknya kau tidur saja."
"Ck! Jika kau ke kelas, aku tak ada alasan untuk diam disini. Kau tunggu aku disini, sampai aku bangun."
"Mwo?" pekikku.
"Ne. Hanya sebentar. Aku belum tidur sejak kemarin." Ucapnya lagi.
"Heuh dasar, tiang listrik."
"Diam kau pendek."
"Aku tak pendek, aku ini imut." Ucapku sambil berkacak pinggang. Hal yang paling aku hindari di dunia ini adalah kata "pendek" entah mengapa aku sangat sensitif dengan kata itu, padahal aku itu tak pendek, aku itu imut! Ingat! Aku i-m-u-t.
"Tch! Terserah."sahutnya acuh.
Begitulah kami, ibarat air dan minyak. Tak akan pernah akur, dimana pun kami berada saat kami berdua akan selalu seperti itu. Tapi perasaan benci itu berubah menjadi cinta, diam-diam aku menyukainya…,LAGI.
Kalian mengerti maksud kata lagi ? Kami dulu pernah berpacaran, dan karena ketidak cocokan kami, kami berpisah untuk yang kesekian kalinya. Aku fikir kami akan berbalikan kembali, namun sampai sekarang ia tak pernah menyatakan perasaannya lagi, dan YEHET !selamat untukku, karena aku masih menyukainya sampai sekarang dan tak bisa merupakan perasaanku, tapi aku menutupi perasaan itu, aku tak ingin orang lain mengetahuinya,biarlah ini menjadi rahasia, mungkin sampai kelulusan, karena setelah kelulusan aku akan mengutarakan perasaanku….,LAGI. Aku rasa itu lebih baik, tapi terkadang apa yang kita rencanakan berbeda dengan kenyataan.
…
…
…
07.02.2004
Hari ini bertepatan dengan kelulusan kami. Setelah upacara kelulusan kami mengadakan acara foto-foto bersama, sejak acara dimulai mataku tak luput darinya. Seperti sekarang ini, aku sedang memperhatikan dirinya yang sedang berfoto bersama teman-temannya.
"Baekhyun-ah, kemari!" aku mendengar panggilan yang berasal dari Kai -teman Chanyeol- yang kini sedang berfoto bersama Chanyeol dan beberapa teman lainnya. Aku berlari kesana dan mengambil posisi disamping Chanyeol.
KLIK
"Wah, bagus sekali. Kalau sudah dicetak berikan padaku satu." Ucapku, dan Kyungsoo ( si fotografer ) tersenyum.
" Baekhyun-ah!" panggil Chanyeol, aku tahu itu suaranya walaupun aku sedang melihat ke sisi yang berbeda.
"Ne?"
" Ayo ikut bergabung dengan kami."
"Hah? bergabung dalam apa?"
"Yak! Kami akan makan-makan, Chanyeol yang mentraktir." Ucap Kai sambil merangkulku. Aku hanya bisa mengangguk, mungkin setelah ini aku bisa menyatakan perasaanku.
Kami bersulang, dan tertawa bersama. Tenang, kami hanya minum orange juice bukan minuman beralkohol. Aku terus memperhatikannya yang tertawa bahagia, dan setelah hari semakin larut kami memilih untuk pulang. Aku rasa ini adalah kesempatanku, untuk menyatakan perasaan padanya.
"Chanyeol, kau antar Baekhyun! Aku dan Kyungsoo pulang bersama, karena rumah kalian berlawanan arah dengan kami." Ucap Kai. Dan kemudian kami berpisah di persimpangan jalan. Ada aura canggung saat kami berjalan berdua. Sudah lama kami tak berjalan berdua seperti ini, jadi jangan salahkan aura canggung yang tiba-tiba mendera kami.
"hhmm/hhmm.." kami berdua saling toleh.
"Kau lebih dulu!"
"Ani kau lebih dulu." Ucapnya padaku.
"Chanyeol-ah, gomawo. Karena selama tiga tahun ini kau sudah membuat hari-hariku berwarna,aku.."
"Aku tahu. Aku juga mengucapkan terima kasih padamu. Kau adalah kekasih pertamaku, dan juga cinta pertamaku." Ucapnya yang membuatku semakin merona, aku yakin setelah ini dia akan menyatakan perasaannya lagi.
" Dan kau juga orang pertama yang akan aku beritahu."
"Apa?" tanyaku.
"hhmm.. oh iya, kau akan kemana setelah ini?" tanyanya.
"Tentu saja pulang."
"Ani, maksudku. Kau akan melanjutkan ke universitas, atau bekerja?"
"Aku rasa ke universitas. Kau tahu kan aku lulus tes masuk universitas, aku ingin mengejar cita-citaku menjadi seorang guru." Ucapku senang.
"Baguslah! Kau harus semangat ne!" ucapnya sambil menepuk kedua pundaku dan menatapku.
"N-ne." Sahutku gugup.
"Chanyeol ada yang_" ucapanku terputus saat ia mendekapku.
"Jangan katakan apapun!" ucapnya dan aku hanya balas memeluknya.
"Aku berharap ini bukan yang terakhir."bisiknya dengan suara yang kecil, aku nyaris tak mendengar dengan jelas.
"Mwo? kenapa?"
"Ani." Ucapnya lalu melepaskan pelukan kami.
" Kau harus mengejar cita-citamu, dan aku harap kau bisa menjadi guru yang …" ucapannya tertahan, ada yang mengganjal di dalam hatinya, aku tahu itu.
"… aku tak bisa mengejar cita-citaku menjadi seorang pemain basket." Ucapnya dengan nada suara merendah dan wajahnya kini menampakan raut bersedih.
"Wae? Bukankah itu impianmu sejak kecil?"
"Ne. Tapi appa memintaku meneruskan usaha keluarga kami, dan untuk itu aku..aku.." Aku terdiam menunggu kelanjutan dari perkataannya, sungguh aku tak bisa menerka apa kalimat selanjutnya.
"Aku harus belajar keluar negri dan mendapatkan gelarku disana." ucapnya dengan wajah tertunduk.
"Dimana?"
"Amerika."
"Be-berapa lama?" aku menahan air mataku yang nyaris menganak sungai.
"Entahlah. Mungkin 4 sampai 5 tahun." Ucapnya lagi masih tak mau menatapku.
"Lalu? Lalu kenapa kau bersedih?" tanyaku.
"Aku tak bisa meninggalkan semuanya, termasuk dirimu." Kini ia menatapku dalam, dapat aku lihat ada rasa tak rela pada sorot matanya.
"Tenang!" ucapku sambil menepuk pundaknya, dan berusaha tersenyum tegar.
" Empat atau lima tahun bukan waktu yang lama bukan? Apa yang kau takuti Park Chanyeol? Setahuku tak ada yang membuat seorang Park Chanyeol takut."
"Ada." Ucapnya.
"Apa?"
"Aku takut kehilanganmu, aku takut berpisah denganmu."
"Ck! Cengeng! Baiklah kalau begitu, kita buat perjanjian. Lima tahun lagi, saat kau sudah kembali ke Seoul kita bertemu di sekolah kita. Dan sampai saat itu tiba, aku akan selalu disini dan tetap mencintaimu."
"Apa aku bisa memegang ucapan seorang Byun Baekhyun?"
"Ne. Kau bisa, tapi hanya 5 tahun. Kalau lebih dari itu, aku tak bisa mentolerir. Untuk itu kau harus belajar yang giat disana, agar kau bisa lulus sesuai waktu yang ditentukan."
"Baiklah. Aku berjanji 5 tahun." Sahutnya lalu tersenyum ke arahku, dan aku pun membalas senyuman manis itu.
….
….
….
Itu sebuah janji yang kami ikrarkan. Lima tahun! Benar! lima tahun. Tapi sayang semua tak sesuai dengan yang kami harapkan. Lidah tidak bertulang, aku rasa pribahasa itu pantas. Setiap jarum jam berdetak, aku bisa merasakannya. Ini sungguh sulit bagiku,aku bisa menunggu namun tidak dengan usiaku. Waktu tetap berjalan, dan betapa terkejutnya aku saat aku menyadari aku bukan bocah berusia 18 tahun lagi, lima tahun telah berlalu dan lihat! Dia sama sekali tak muncul.
Omong kosong dengan janji itu, siapa yang peduli dengan janji yang sama sekali tak berharga. Dan waktu tetap berlalu, lalu aku putuskan untuk bangun dari mimpi ini, mimpi yang mengharapkan kedatangannya, dan saat aku terbangun dari mimpi ini aku telah mendapati semuanya berubah, terutama usiaku dan juga kehidupanku. Aku bukan lagi Byun Baekhyun bocah 18 tahun yang bodoh dan naif, aku adalah Byun Baekhyun namja berusia 27 tahun yang memiliki kehidupanku sendiri dan aku ucapkan 'Welcome to my New World'
.
.
.
Seoul.2013
Aku duduk di depan kelas, memperhatikan satu per satu siswa-siswaku yang masih sibuk berkutit dengan kertas dan pena mereka. Aku bisa merasakan bagaimana jantung mereka berdetak hebat setiap kali membaca kalimat-kalimat yang ada pada selembar kertas itu. Bagaimana pun aku pernah merasakannya dulu, dan kini giliranku berada di depan kelas menyaksikan mereka mengerjakan soal tes harian yang memang rutin aku adakan setiap minggunya.
Sesekali aku menoleh ke luar jendela melihat burung-burung yang sedang bertengger di sebuah pohon yang cukup tua. Entah mengapa aku tersenyum hanya dengan menyaksikan itu. Biasanya 9 tahun yang lalu akan ada Kim songsaengnim yang memergokiku dan memarahiku bila aku melakukan hal yang sama.
"Baekhyun songsaengnim!" panggilan itu membuatku menoleh ke arah suara. Aku tersenyum ke sosok itu, sosok yang masih setia mengabdi untuk sekolah ini.
"Kim songsaengnim? Ada apa?"
"Bisa bicara sebentar?" ucapnya dan aku segera berjalan ke arahnya, namun aku menghentikan langkahku.
"Aku hanya keluar sebentar, tapi aku masih bisa mengawasi kalian! Jangan ada yang berani menyontek, atau kalian tahu hukumannya." Ancamku dan mereka mengangguk mengerti.
"Ada apa Kim songsaengnim?" tanyaku.
"Begini, besok akan ada beberapa narasumber yang akan memberikan seminar pada sekolah kita, jadi aku harap besok kau kosongkan semua pelajaran."
"Hah? seminar apa? Kenapa tiba-tiba?"
"Entahlah! Tapi Kepala sekolah memberitahuku seperti itu. Katanya seminar ini dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sekolah kita, dan untuk membuat minat belajar siswa bertambah." Tuturnya.
"Benarkah? Kenapa Kepala Sekolah tak ada memberi tahuku? Baiklah! Kalau begitu aku yang bicara padanya!"
"Mwo? ani..ani... nanti beliau fikir aku salah menyampaikan pesan padamu."
"Ck! Tenang saja Kim songsaengnim." Ucapku pada namja bermata kucing itu yang dari dulu sampai sekarang tetap terlihat cantik dan menawan.
"Terserahlah, lagipula mana bisa dia marah padamu." Ucapnya lalu segera pergi meninggalkanku.
TBC
Ayo..ayo bagaimana?
Suka tidak?
Tidak suka ya?
Ya sudah…
Tapi tetep review ya..
Mohon maaf kalau ada typo, gomawo..