Ehm... Halo... Author kembali dengan lanjutan fic ini...

Sebenernya dilanjutin sekarang karena ada permintaan khusus dari seseorang (abaikan)

Maafkan atas keterlambatannya, karena author juga manusia yang punya urusan (?)

Okedeh, selamat membaca^^


.

.

.

Aomine benar-benar terpukul akibat tewasnya Sakurai dan Momoi pada peristiwa mengerikan tadi. Sakurai sudah menjadi sahabat karibnya sejak ia SMA, sedangkan Momoi sudah seperti keluarganya sendiri sejak SMP.

Kedatangan mereka ke kota Cancun adalah untuk melakukan penelitian terhadap peradaban suku Maya yang pernah ada di dataran Mexico itu. Tetapi tak di sangka keadaan berubah menjadi peristiwa tragis yang menimbulkan korban.

Kagami dan teman-temannya masih mencoba mengingatkan Aomine tentang teror kematian itu. Namun sepertinya ia masih belum mempercayai tentang hal itu. Ia menganggap kejadian yang menimpa kedua temannya itu hanyalah sebuah kecelakaan biasa yang bisa menimpa siapa saja.

Saat itu Aomine yang masih shock, merapikan barang-barangnya. Ia hendak meninggalkan kota Cancun dan kembali ke Jepang. Setelah selesai merapikan barang-barangnya, ia menuju ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah itu, ia pun berganti pakaian. Saat mengganti pakaian, terlihat di pundaknya yang sebelah kiri terdapat sebuah tato. Sebuah tato bertuliskan angka tiga belas yang ia buat ketika lulus SMA.
.

.

Di lobby hotel, tampak Kagami, Kuroko, Izuki, Kiyoshi dan Midorima yang kini sudah mempercayai teror kematian itu, menunggu Aomine dengan perasaan khawatir. Kagami yakin kalau giliran berikutnya adalah Aomine. Jadi mereka harus tetap waspada jikalau terjadi sesuatu terhadap Aomine.

"Aku sungguh tidak percaya hal ini benar-benar ada nanodayo," ujar Midorima.

"Awalnya kami semua juga tidak mempercayainya, tapi kenyataan sudah membuktikannya kepada kita" sahut Kagami.

"Apa kau yakin Aomine adalah yang berikutnya?" tanya Midorima.

"Ya, aku yakin dia adalah yang berikutnya." jawab Kagami.

"Mungkin sebaiknya kita menuju ke kamarnya," usul Kuroko.

"Kuroko benar. Aku takut terjadi sesuatu di dalam kamarnya." lanjut Izuki.

"Kalian benar juga. Lebih baik aku saja yang melihat ke kamarnya nanodayo." ujar Midorima sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Kalian tahu… hari ini bertepatan dengan tanggal tiga belas, itu angka sial bukan?" celetuk Kiyoshi.

"Apa? Tanggal tiga belas?" Midorima sedikit kaget.

"Lihat itu." ujar Kiyoshi, menunjuk pada sebuah kalender yang tergantung di dinding.

Wajah Midorima terlihat tegang setelah mendengar perkataan Kiyoshi. Ia tidak menyadari kalau hari itu ternyata adalah tanggal tiga belas.

"Midorima-kun, ada apa?" tanya Kuroko.

"Kagami, kau benar….ini memang giliran Aomine." ucap Midorima dengan wajah penuh kekhawatiran. Tanpa pikir panjang, Ia langsung berlari menuju ke elevator untuk mendatangi kamar Aomine.

"Midorima tunggu! Kami ikut denganmu!" ujar Kagami.

Kagami bersama ketiga temannya mengejar Midorima ke elevator untuk mendatangi Aomine di kamarnya.

"Beritahu kami, petunjuk apa yang kamu dapat?" tanya Kagami penasaran.

"Sakurai pernah memberitahuku sebuah tato yang ada di pundak Aomine nanodayo. Dan kalian tahu gambar tato itu?"

"Gambar apa?" tanya Kuroko.

"Angka tiga belas." jawab Midorima.

"Ini memang sebuah petunjuk. Jadi kita harus segera memperingatkan Aomine" kata Kagami.

Elevator berhenti tepat di lantai di mana kamar Aomine berada. Saat mereka berlima keluar dari dalam elevator, ternyata Aomine sudah keluar dari kamarnya dengan membawa tas yang berisi barang-barang perlengkapannya dan turun melalui tangga darurat. Ia tidak memilih turun dengan elevator, karena masih trauma mengenai kejadian yang menimpa kedua temannya tadi sore.

"Aomine… Ini kami." panggil Kagami dari luar kamar Aomine, namun tidak ada jawaban.

"Lihat, nomor kamarnya 130." ujar Izuki.

Melihat angka itu, Midorima langsung membuka paksa pintu kamar itu yang ternyata tidak dikunci. Namun mereka sama sekali tidak menemukan Aomine di dalam kamarnya. Izuki dan Kuroko memeriksa ke dalam kamar mandi, namun mereka juga tidak menemukannya.

"Di mana dia?" Midorima semakin khawatir.

Mereka keluar kamar lagi sambil melihat-lihat ke sekitar lorong hotel tersebut. Lalu, seorang pelayan yang bertugas membersihkan kamar kebetulan lewat di lorong tersebut.

"Maaf, apa anda mengetahui tamu yang menginap di kamar nomor 130 ini?" tanya Kagami.

"Mmm... kalau tidak salah, tadi ada pemuda tinggi berambut biru yang keluar dari kamar ini dengan membawa tas. Oh ya, aku melihatnya turun melalui tangga darurat." jawab pelayan tersebut.

"Terima kasih." sahut Kagami.

"Sekarang apa yang kita lakukan?" tanya Midorima.

"Mengapa kau tidak menghubunginya melalui telepon? kau bisa tanya di mana dia berada saat ini." kata Kiyoshi.

"Oh, bodohnya aku! Mengapa tidak daritadi." Ujar Midorima.

Ketika Midorima hendak menghubungi Aomine, tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke telepon genggam milik Midorima. Ia pun membaca pesan tersebut yang ternyata dari Aomine.

"Pesan dari Aomine." kata Midorima.

"Apa katanya?" tanya Kuroko.

"Ia sudah check out dari hotel ini, saat ini sedang menuju ke bandara. Ia berencana untuk kembali ke Jepang, malam ini juga." jelas Midorima setelah membaca pesan tersebut.

"Kita harus mengejarnya, dan kau harus terus mencoba menghubunginya." kata Kagami.

Mereka berlima meninggalkan hotel untuk mengejar Aomine dan berharap kalau dia belum jauh. Mereka menggunakan mobil sewaan milik Kagami untuk mengejar Aomine ke bandara.

Sementara itu, Midorima terus mencoba menghubungi Aomine. Namun Aomine tidak mengindahkan panggilan telepon tersebut. Tapi karena Midorima yang tak henti-henti mencoba meneleponnya membuatnya penasaran, akhirnya Aomine menjawab telepon tersebut.

Saat itu Aomine sedang berada di dalam sebuah taksi yang tengah berhenti di sebuah pos pengisian bahan bakar. Kebetulan, pada pintu taksi yang sedang dinaiki Aomine terdapat tulisan angka tiga belas. 0013 tepatnya.

"Halo, ini aku Midorima." Ujar Midorima lewat telepon.

"Ada apa? kau sudah menerima pesan ku, kan?" tanya Aomine.

"Aku sudah menerima pesanmu nanodayo, tapi kau harus memberitahuku posisimu saat ini," pinta Midorima.

"Baiklah…baiklah….aku masih berada di sebuah pom bensin, sekitar 10 km dari hotel. Taksi-ku sedang mengisi bahan bakar." jawab Aomine.

Di saat Midorima sedang berbicara dengan Aomine dari teleponnya, Kagami yang sedang menyetir mobil, selama sesaat melihat sebuah bayangan api terlihat di kaca spionnya, namun ketika ia mencoba untuk memastikannya lagi, bayangan itu sudah menghilang.

"Aomine sedang berada di sebuah pom bensin, sekitar 10 km dari hotel." ujar Midorima kepada Kagami.

"Apa?!" Kagami melajukan mobilnya lebih kencang, sehingga teman-temannya pun keheranan.

"Ada apa?" tanya Izuki.

"Api akan membunuh Aomine, aku baru saja melihat petunjuknya." ujar Kagami.

"Lebih cepat lagi, kita harus cepat sampai disana." seru Midorima yang semakin khawatir.

"Meskipun begitu, kau juga harus hati-hati membawa mobil ini." ucap Kuroko yang tampak ketakutan karena Kagami mengendarai mobil itu dengan ngebut.

.

.

.

Aomine keluar dari minimarket yang berada di dekat pom bensin. Sementara itu sang supir baru saja selesai mengisi bahan bakar, karena sebelumnya ia harus mengantri dengan kendaraan lainnya.

"Tuan, ayo kita berangkat." ucap sang supir yang sedang menutup tangki bahan bakar taksinya.

Sang supir tidak tahu kalau penutup tangki bahan bakar itu masih longgar. Tapi ia masuk ke dalam taksi, dan taksi itu pun berjalan meninggalkan pom bensin. Saat meninggalkan pom bensin ,taksi tersebut melewati jalan yang berbatu, sehingga timbul goncangan akibat jalan berbatu tersebut. Karena goncangan itu, penutup tangki bahan bakar pun lepas dan terjatuh. Kini tangki bahan bakar taxi itu terbuka. Cairan bahan bakar pun mulai keluar dan menetes dari lubang tangki bahan bakar itu. Cairan bahan bakar itu menetes mengikuti kemana arah taksi tersebut berjalan.

Tidak berapa lama setelah taksi yang ditumpangi oleh Aomine meninggalkan pom bensin, mobil Kagami pun tiba di tepat itu.

"Aku tidak melihat taksi ada di sini." kata Kiyoshi.

"Kalau begitu taksinya sudah berangkat dan tidak terjadi apa-apa di sini nanodayo." ucap Midorima.

"Kita kejar lagi, mungkin belum terlalu jauh." kata Kagami.

Kagami sekali lagi melajukan mobilnya dengan cepat. Sampai akhirnya terlihat sebuah taksi yang berada lumayan jauh di depan mobilnya.

"Lihat! Itu pasti taksi yang ditumpangi oleh Aomine-kun." ucap Kuroko.

"Midorima, coba kau hubungi Aomine, dan suruh taksinya untuk berhenti" ujar Kagami.

Midorima menghubungi Aomine lagi. Dari dalam taksi, suara nada dering terdengar oleh Aomine. Saat ia hendak menjawab panggilan telepon tersebut, tiba-tiba ban depan mobil taksi yang iya tumpangi pecah. Taksi itu pun jadi kehilangan kendali, dan hampir menabrak sebuah mobil yang datang dari arah berlawanan. Sang supir taksi mencoba mengendalikan mobilnya sampai akhirnya menabrak sebuah tiang listrik yang berada di depan sebuah toko DVD.

Sang supir taksi segera keluar dari mobilnya untuk menyelamatkan diri, namun karena panik ia lupa di dalam taksinya ada seorang penumpang.

Aomine mengalami pusing karena kepalanya terantuk saat taksi itu menabrak tiang listrik tadi.

Keadaan itu mengakibatkan mobil-mobil yang sedang berlaju di jalan itu jadi saling menabrak. Meskipun kecelakaan beruntun tersebut cukup ringan, tapi tetap menimbulkan kemacetan, sehingga mobil Kagami yang berada di belakang jadi ikut terjebak macet.

"Oh tidak, kita harus menyelamatkan Aomine nanodayo." kata Midorima.

"Kalian bertiga di sini saja." ucap Kagami kepada Kuroko, Izuki dan Kiyoshi.

Midorima dan Kagami keluar dari mobilnya yang terjebak macet. Mereka berlari menuju taksi yang ditumpangi oleh Aomine.

"AOMINE…KELUAR DARI SANA!" teriak Kagami yang sambil berlari.

Aomine yang masih merasa pusing, mencoba untuk keluar dari taksi itu, namun pintu taksi itu tidak bisa dibuka. Ia terus mecoba membukanya dengan paksa. Tiba-tiba radio yang ada di taksi itu berbunyi dan melantunkan sebuah lagu berjudul "13" yang dinyanyikan oleh kelompok musik "Bad Luck 13 Riot Extravaganza" pada gelombang saluran 130, di mana lampu indikator angka nol nya padam, sehingga hanya meninggalkan angka tiga belas saja.

Flames of hell surround me, blood is dripping down my face,
The realife psychopaths, bad luck will destroy this place

Sementara itu di dinding toko dvd, terpasang sebuah poster film "Ocean's Thirteen" yang sudah robek, dan hanya meninggalkan tulisan "Thirteen" saja.

"Siapa saja…tolong aku…" gumam Aomine yang masih mencoba membuka pintu taksinya.

Karena tidak terbuka juga, Aomine kemudian mencoba keluar dari pintu depan.

Ketika Kagami dan Midorima hampir mendekati taksi yang ditumpangi Aomine, tiba-tiba salah satu kabel listrik yang melintang di jalan itu, terputus dan jatuh tepat di hadapan Kagami dan Midorima. Seolah-olah menghalangi mereka untuk menyelamatkan Aomine.

Dari kabel listrik itu muncul percikan api. Api pun langsung menjalar dengan cepat melalui bensin yang bocor dari tangki bahan bakar taksi tersebut.

"Aomine…menyingkir dari sana!" Teriak Kagami.

Aomine berhasil keluar dari pintu depan, namun baru saja ia keluar dari taksi itu, api sudah menghampiri taksi tersebut dan meledak, membunuh Aomine saat itu juga.

"Oh, tuhan…" gumam Midorima saat menyaksikan adegan kematian Aomine.

Bersambung (lagi) ...


Reviewnya dong reviewnyaaa, dan makasih buat yang udah baca^^