Early in the morning.

Semburat mentari pagi menembus kaca jendela sebuah kamar, membuat penghuninya tersadar hari sudah pagi.

Yōichi Hiruma alias Si Ganteng alias si penghuni ngulet, duduk, dan menguap lebar.

Ia membuka mata.

"Ukh," rutuk Hiruma pelan sambil memegangi matanya, "kok mataku gatal ya … ."

Hiruma menghampiri kamar mandi dan melihat refleksi dirinya dalam cermin. Di sana terpantul bayangan Hiruma: rambut acak-acakan (kali ini bukan acak-acakan dalam konteks seksi), muka kusut, mata merah dengan iris hijau.

eh tunggu. Did we say 'mata merah dengan iris hijau'?

Hiruma melongo. Kok merah ya? batinnya ragu. Hiruma mengingat-ingat tingkahnya kemarin.

Bangun, mandi, pasang lensa kontak, latihan, sekolah, latihan lagi sampai malam, lalu … ? Lalu apa ya?

… aaah, lalu tertidur sampai pagi.

"Crap. Gue lupa copot lensa kontak sebelum bobo," umpatnya.


AN EYESHIELD 21 FANFICTION
EyeShield 21© Riichiro Inagaki and Yuusuke Murata
Aku, Kamu, dan Lensa Kontak © Just 'Monta –YukiYovi and Meongaum

Idea © Yovi and Neti
Idea © Buku (Kurang) Ajar Koas Racun Jilid II (by KoasRacun)

Cover © Meongaum (cover lengkap di-upload terpisah)

WARNING: possibly OoC and typo(s), semi-CANON.

Sekuel dari Aku, Kamu, dan Kacamata © Meongaum

Let's Start!


Hiruma buru-buru mencuci tangan bersih-bersih dan melepas lensa kontaknya sambil mengaduh kecil. Dalam keadaan penglihatan yang blur, ia mengobrak-abrik tempat P3K dan mencari obat tetes mata.

"Hell! Cuma tinggal sedikit," ujar Hiruma sambil meneteskan cairan itu pada iris hitamnya. "Masih sakiiit … ." gumamnya sok manja sendiri.

Sekarang gimana nih? pikir Hiruma. Ia melirik kotak kacamata yang ada di meja sebelah tempat tidurnya. Kacamata berbingkai hitam tebal yang lensanya cukup besar. Yah, menjurus kacamata alay deh. Hiruma sendiri bahkan ga ngerti kenapa ia bisa membeli kacamata itu waktu ke Swiss dulu*.

Ragu-ragu, Hiruma meraih kotak kacamatanya dan memakai kacamata hitam itu, lalu kembali melihat refleksi dirinya di cermin. Warna kacamata milik Hiruma senada dengan warna irisnya yang asli, tapi masalahnya …

"Demi Neptunus, culun abis… " ratapnya.


[—without megane, everything seems blur—]


Seseorang ber-coat putih berjalan menyusuri halaman sekolah SMA Deimon yang mengarah ke klub american football, diiringi tatapan aneh seluruh penghuni SMA Deimon yang melihatnya.

"Oke sih, hari ini dingin, jadi wajar kalau pake coat. Tapi tudungnya nggak usah dipake juga 'kan? Terus jalannya sok nunduk pula. Alay ih."

Begitulah kira-kira jalan pikiran siswa-siswi SMA Deimon.

Kami sudah melakukan wawancara terhadap beberapa saksi yang dengan sukarela memberikan pendapat. Beberapa memang kami paksa untuk bersuara.

Ada yang mengatakan bahwa sosok ber-coat putih ituadalah teroris yang hendak mengebom SMA Deimon hingga luluh lantak. Saksi lain mengatakan bahwa Si Alay ber-coat putih adalah aktor kenamaan Jepang yang pindah sekolah ke SMA Deimon (ucapan ini diiringi jeritan para maniak aktor ganteng). Saksi ketiga yang kami wawancara berkata bahwa sosok itu adalah shinigami. Loh, bukannya shinigami bajunya hitam, ya? Sang saksi beralasan baju hitam si shinigami luntur semua akibat merek yang murahan, jadi si shinigami terpaksa memakai coat putih demi menjaga penyamarannya. Saksi lain menjawab ngaco, katanya sosok itu merupakan manusia yang bisa berubah jadi titan, makanya dia menyamar demi menutupi jati diri. Ada juga yang bilang dia assassin dari Timur Tengah. Atau malaikat yang muncul dari neraka lapis tujuh.

Pada detik itu, kami menghentikan wawancara dan berkonsultasi dengan psikiater setempat mengenai keempat saksi terakhir tersebut.

Kembali ke awal, sosok ber-coat putih itu berjalan ke klub american football. Ia lalu membuka pintu masuk dengan menggunakan kaki.

BRAK!

Para anggota Deimon Devil Bats serentak menoleh, mengira yang datang adalah kapten mereka.

Eh loh, siapa tuh?

"TERORIIIIIS! RUN FOR YOUR LIFEEE!"

Sosok itu facepalm berat. "INI AKU, BOCAH-BOCAH SIALAN!"

"BOHONG!" jerit Raimon Tarō, sang catcher, dengan dramatis, "KAK HIRUMA GA PAKE KACAMATA CULUN KAYA GITU!"

Dendam karena dikatai culun, Hiruma 'membereskan' Monta.

Anggota Deimon Devil Bats mulai keluar dari tempat persembunyiannya masing-masing.

"Kak Hiruma … kok pake kacamata?"

"Kak Hiruma irisnya kok berkamuflase jadi hitam?"

"Kak Hiruma, matanya merah tuh."

"Hiruma culun ah."

Setelah 'membereskan' Musashi yang merupakan komentator terakhir, Hiruma menjerit frustasi.

"MATA GUE IRITASI GARA-GARA LUPA COPOT LENSA KONTAK SEBELUM BOBO, PUAS?!"

Untuk lebih meyakinkan, Hiruma melepas kacamatanya, menunjuk matanya yang memerah karena iritasi, dan mengacungkan tempat lensa kontak miliknya. Tadi pagi, sebenarnya HIruma sudah akan memakai sunglasses, tapi minus-nya yang cukup besar—kiri-kanan minus 2.50—membatalkan upaya penyelamatan harga diri Hiruma.

Semua mengangguk maklum melihat lensa kontak beiris hijau yang tadi dibuka Kurita.

Anyway, latihan hari itu diwarnai dengan usaha keras untuk tidak tertawa setiap kali melihat Hiruma yang masih bertudung dan mengenakan coat putihnya di pinggir lapangan—terutama melihat kacamata berbingkai hitam tebal yang CULUN itu.


[—because megane's power is too amazing—]


5.30 p.m.

Setelah latihan sore selesai, Hiruma berencana untuk mampir ke apotek dan membeli persediaan obat tetes mata.

Ia sudah selesai mandi dan berganti baju di kamar ketika menyadari handphone-nya yang kesekian bergetar.

"Oh, reminder," gumam Hiruma.

Meeting with Ichiro Takami. 7 p.m. Deimon Train Station.

"What the—" Hiruma melongo karena baru ingat ada janji dengan Takami.

Nggak, nggak dengan mata seperti ini dan kacamata, batin Hiruma. Matanya yang sudah mulai membaik tadi sore malah kembali memerah parah akibat kena shampoo waktu mandi.

Hiruma facepalm, mengutuk kebodohan dirinya sendiri.

"Aku pasti diledek habis-habisan … "


[—because megane can make you different—]


"Crap! Kenapa ga diangkat sih?" gumam Hiruma sambil berjalan cepat menuju apotek. Ia sedang berusaha membatalkan janjinya dengan Takami, tapi yang bersangkutan tidak berhasil ditelepon.

Hiruma—masih dengan coat putih dan bertudung—membenarkan letak kacamatanya yang berbingkai tebal. Berjalan sembari terus mengomel.

"Sial! Si Kacamata itu kenapa sih teleponnya ga diangkat?" gerutu Hiruma sambil menekan-nekan smartphone-nya dengan semangat—eh, emosi.

Kesal tidak ada jawaban dari orang yang diinginkan, Hiruma pasrah, menempatkan smartphone-nya kembali ke dalam saku dan—

Smartphone-nya bergetar.

Hiruma—dengan harapan yang tinggi—melihat layar smartphone-nya lekat. Mencari tahu siapa yang meneleponnya.

[Incoming Call: Ichiro Takami]

Segera Hiruma menjawab panggilan telepon itu—dengan nada yang sedikit bersemangat.

"KACAMATA SIALAN! KENAPA LU GA ANGKAT TELEPON GUE DARITADI?!" teriak Hiruma kencang yang otomatis membuat orang-orang di sekitarnya memberikan pandangan 'ih-apa-tuh' kepada Hiruma.

"Aduh jangan teriak gitu dong, emang ada apaan sih? Misscall nembus 20 gini."

"Sori, hari ini aku ga bisa ketemu. Ada masalah."

"Hah, masalah? Hei, yang jelas dong, ini aku lagi OTW ke sana."

"Udah nggak usah banyak nanya! Hari ini kita batal ketemu, titik!"

Tuuut

Sambungan telepon diputus sepihak oleh Hiruma dengan sengaja. Jika tidak, Si Kacamata itu bakal menghujaninya dengan seribu pertanyaan yang tidak akan ada habisnya sampai besok.

'Tak terasa ternyata dirinya sudah nyaris sampai di sebuah apotek. Dengan cepat Hiruma berlari dan—

BRUK!

"Aduh."

—menabrak seseorang yang paling tidak ingin ia temui saat ini.


[— each type of meganeyou wear is reflection of yourself—]


"Hiru ... ma? Kamu Hiruma 'kan?"

Sesosok lelaki tinggi dengan kacamata frameless menatap Hiruma lekat. Memelototi apa orang di depannya ini benar-benar pesakitan bernama Hiruma.

"Bukan, ini Juleha." Hiruma menjawab asal pertanyaan orang di depannya, berharap ia bisa kabur dari sini—juga berharap ia bisa berganti wujud menjadi Juleha saat itu juga. Tapi apa daya, Takami langsung menarik lengan Hiruma, menatap matanya dekat. Jarak dari lelaki itu dan Hiruma mungkin hanya sekitar tiga sentimeter. WOI, RATING WOI RATING.

"Matamu … " gumam Takami. Perlahan, lelaki itu melepas kacamata yang Hiruma pakai.

"Hiruma, kenapa matamu merah? Iritasi ya?"

"Err, kemasukan debu."

"Bego', ga usah bohong."

Hiruma kehabisan kata-kata. Pengen ngebales, "YA TERUS NGAPAIN NANYA WOI." tapi ga berani. Ya, dia sekarang sudah tertangkap basah oleh Si Kacamata yang harusnya ia temui pukul 7 di Stasiun Kereta Deimon. Kalau bisa, ingin rasanya Hiruma terjun dari gedung tinggi terdekat sekarang juga.

Si Kacamata—Takami—menatap Hiruma dengan tajam.

"Lu ngapain ke sini?" tanya Takami to the point.

"Beli obat tetes mata. Lu ngapain?" tanya Hiruma balik. Nantang.

"Sama."

"TADI KATANYA UDAH OTW KE STASIUN KOK MALAH KE SINI?!"

"Kamu tau gak, kalau mau ke stasiun tuh harus ngelewatin apotek ini. Dari sini lurus, belok kanan, 400 meter dari belokan tadi. Di arah kiri jalan itu ada Stasiun Deimon, Ganteng. Apa alamat jalan segampang ini terlalu susah buat otak kamu yang kapasitasnya cuma 1200 cc?"

Jleb. Hiruma agak tertusuk oleh kalimat terakhir yang diucapkan dengan penuh penghinaan oleh Takami tadi.

Oke, SANGAT TERTUSUK.

"Nah, yang lebih penting, ya," ujar Takami seraya membenarkan posisi kacamatanya. Hiruma was-was untuk konsekuensi yang akan diterimanya sesaat lagi.

"Kamu udah dikasih tau berapa kali sih, sebelum tidur lepas dulu lensa kontaknya. Atau sebelum mandi kek. Gini kan jadinya, untung cuman iritasi doang, kalau sampai berjamur terus buta gimana coba?" omel Takami panjang.

"Tapi 'kan—"

"Gak ada tapi-tapian, Hiruma." Takami melotot tajam ke arah Hiruma. "Ini sudah peringatan kesemilyar satu kalinya. Mulai besok kamu istirahat, jangan pakai lensa kontak selama seminggu. Lu bandel gue gigit."

"Tapi—"

"Dibilangin gak ada tapi—"

"GUE BESOK ADA PERTANDINGAN!"

Teriakan Hiruma sukses membuat Takami membatu sesaat. Beberapa urat sudah muncul di kepala Takami, menandakan stok kesabarannya mulai butuh supply tambahan. Hiruma? Menjulurkan lidah dengan puas dalam hati.

"Ya 'kan kemarin udah aku SMS sama telepon. Kamu sih kemarin latihannya kaya' orang kelewat gila. Psikosis!" Takami memberikan pembelaan.

"Ya tapi gamau tau pokoknya besok Deimon tanding lawan NASA." Hiruma gak mau kalah.

"Penting mana sama kesehatanmu? Kalau lensa kontaknya sampai jamuran gimana? Kamu mau buta? Nggak 'kan?"

"Nggak ada yang lebih penting dari kemenangan," ujar Hiruma tegas.

"HEI!"

"Oke, lebih penting kesehatanku sih. Tapi 'kan besok juga penting! Aku gak bisa diam hanya karena lensa kontak!"

"Setidaknya lebih perhatikan kesehatanmu, Yōichi Hiruma!"

"Setidaknya kau lebih mengerti posisiku, Ichiro Takami!"

"Cobalah menurut sedikit!"

"Coba bayangkan jika kamu di posisiku!"

"Dasar setan!"

"Dasar kacamata sado!"

"Aku begini karena sayang padamu tau!"

"Aku begini karena ingin membuatmu bangga tau!"

"Hah?"

Keduanya terdiam sebentar.

Serius dia sayang padaku? batin Hiruma dalam hati. Ya-ha! Hehehe.

Dia ... ingin membuatku bangga? batin Takami dalam hati. Wow.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Sedetik kemudian, wajah mereka memerah. Hiruma mengambil kacamata miliknya dari tangan Takami dan menutup mukanya dengan tangan, sedangkan Takami masuk ke apotek dan membeli beberapa dus obat tetes mata. Lalu ia beranjak keluar sembari menyeret Hiruma.

"Coffee shop," ujar Takami singkat.


[—megane can twist your personality easily—]


Sekarang Hiruma dan Takami berada di sebuah coffee shop. Coffee shop itu terlihat sepi dan hanya ada beberapa orang yang duduk sendirian di meja besar.

"Hiruma." Takami membuka obat tetes mata yang ia beli. Kemudian menengadahkan kepala Hiruma agar sejajar dengan tatapan Takami sendiri. Takami lalu melepas kacamata culun itu lalu membuka kelopak mata Hiruma. Terakhir, Takami meneteskan cairan obat tetes mata tadi ke mata Hiruma.

"Gimana, udah mendingan sekarang?" tanya Takami kepada Hiruma. Hiruma hanya mengangguk.

"Haduh ni anak satu ya. Selama seminggu ini kamu ganti cairan multi purpose solution-nya gak?" Takami memulai introgasinya.

"Ganti ... sekali."

"Kamu yaaa ... " Takami membenarkan letak kacamatanya. "Kamu tau 'kan kalau cairan multi purpose solution itu harus diganti setiap minimal 4 jam dan maksimal 24 jam? Kalau lebih dari itu akan terjadi kontaminasi kuman. Kalau ada kuman berarti lensa kontak kamu kotor. Kamu juga pasti gak bersihin lensa kontakmu."

"Dibersihin kok! Pake air keran."

"ARGH!" Takami refleks melotot ke arah Hiruma. Sepertinya setan kesayangannya ini harus ia didik ulang tentang bagaimana cara merawat lensa kontak yang baik dan benar.

"Hiruma, kamu tau 'kan air keran itu ada Acanthamoeba yang bisa menyebabkan Acanthamoeba keratitis? Kamu tau 'kan lensa kontak itu harus dibersihkan dengan cairan multi purpose solution? Caranya ditaruh di telapak tangan terus digosok perlahan selama 10 menit pada sisi-sisinya. Terus habis itu dibilas lagi pakai cairan multi purpose solution. Tangan kamu juga harus kering dan higienis sebelum bersihin lensa kontak."

Hiruma menunduk—mandibula ketemu sternum.

"Dan lagi," lanjut Takami, "cairan multi purpose solution itu harus BARU, gak boleh pakai yang bekas walaupun masih kelihatan jernih. Lalu, wadah lensa kontak kamu harus diganti minimal 1 bulan sekali. Dan, seminggu sekali, lensa kontakmu juga harus direndam pakai cairan protein untuk menghilangkan protein yang menempel pada lensa kontak. Mengerti sekarang?"

"Iya Nii-chan," jawab Hiruma sambil mengangguk kecil. Ingin rasanya mendebat Takami dengan kalimat "Hidup gue abis sama ngurusin lensa kontak dong kalau gitu caranya." Sayang, Hiruma memutuskan untuk pasrah setelah diomeli habis-habisan oleh Takami.

"Aku bukan kakakmu," sanggah Takami.

"Tapi kelakuanmu seperti seorang kakak, Kacamata." Hiruma masih memertahankan argumennya. Dan seperti seorang dokter, tambahnya dalam hati.

"Sudah kubilang aku ini—"

"Silakan. Satu espresso macchiato, satu peppermint hot chocolate, satu apple fritter, dan satu cheesecake brownie. Selamat menikmati."

Seorang waiter menaruh pesanan Takami dan Hiruma lalu permisi untuk pergi. Hiruma dan Takami saling menatap satu sama lain.

"Hahaha, karena pesanan kita sudah datang, lebih baik kita makan." Takami tersenyum simpul. Menyeruput espresso macchiato-nya lalu mengambil sepotong kecil cheesecake brownie. "Kalau kamu nggak mau makan nanti kuhabiskan bagianmu. Tenang aja."

"Enak aja, apple fritter-ku nggak akan kuberikan!" tegas Hiruma sembari mengambil apple fritter-nya.

Hiruma dan Takami pun sibuk dengan dirinya masing-masing. Melupakan kejadian hari ini sejenak, lalu menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan.

.

.

THE END
—Pro Deo et Patria—
—Untuk Tuhan dan Tanah Air—

.

.

*untuk lebih paham, baca Aku, Kamu, dan Kacamata by Meongaum

Meong:

Oke ini fic koleb ke-2 bersama Yopi :tebar bunga. Dan temanya tentu saja MEGANE!

Setelah kita dibuat 'sedikit miring' dengan kecoa, kali ini kami balik dengan fic yang gak kalah melenceng dari fic koleb kita sebelumnya.

Akhirnya saya ngeplot TakaHiru lagi wakakak. Thanks buat yopi yang mau koleb sama author miring macam saya dengan pairing kece sejagad menurut saya :heh

Dan... HAHAHA ABANG GANTENG DIMARAHIN SAMA MASKU WAKAKAKAK makanya bang, jangan bandel, kalau dikasih tau masku tuh nurut dong. Dokter dilawan wakakak :dilempar

Akhir kata, adakah secercah review yang akan ada tulis di kolom review?

Yovi:

Nggak mau banyak bacot ah. Neti mengambil semua bacotanku :") #heh

Oke, ini fic terinspirasi dari Aku, Kamu, dan Kacamata by Meongaum alias Neti. Jadi anggep aja ini sekuelnya gitu.

Fic ini kudu masuk rekor MURI, soalnya fic ini selesai dalam waktu kurang dari sehari (minus ngedit segala macem tentunya). 8'D

Last words, any review?


.

.

.

"Ngomong-ngomong Hiruma, tumben kamu beli kacamata berbingkai tebal. Jujur aja, waktu pertama aku liat kamu, kupikir kamu pemuda alay yang kabur karena dikejar gangster anti-alay."

Pernyataan Takami membuat Hiruma refleks memberikan death glare ke arahnya.

"Kacamata itu tadinya kubeli khusus buat menjahilimu tau!—eh ... ups … ."

Hiruma melirik Takami dari balik kacamata berbingkai hitamnya. Senyum Takami terlukis jelas di wajahnya yang putih. Hiruma justru merinding, menurutnya senyuman Takami memiliki makna ambigu. Mampus, batin Hiruma.

"Emm … jangan lupa besok aku ada pertandingan lawan NASA ya."

.

.

.