Hallo... :3 Rei dateng bawa epep gajeh bin ngambang lagi nih

Ga tau kenapa tiba-tiba Rei ngidam (?) buat bikin ni epep

.

warn! Yaoi, MPREG, BDSM (kaga yakin), Ga ada happy ending, ga ada Bahagia sama Romancenya, Ga sesuai EYD, Ancur bin ngambang dah pokonya

.

Dislike, don't read! simple? Okk

.

Typo(s) merupakan hal yang manusiawi :3

.

~~~ooOoo~~~

Kyungsoo menangkup wajahnya dengan kedua tangan mungilnya. Bahu mungil itu bergetar hebat, menandakan jika dia sedang menangis. Kyungsoo berusaha untuk kembali memejamkan kedua matanya, namja mungil itu mengabaikan rasa dingin yang begitu menusuknya hingga ketulang. Kyungsoo tidak peduli jika nantinya dia akan sakit, bahkan kematian rasanya lebih menyenangkan dari pada menjalani hidupnya yang menyedihkan.

"A-Appa… Hiks… Mianhae…" lirih Kyungsoo.

~~~ooOoo~~~

Chappie 2

~~~ooOoo~~~

Tes.

Liquid bening itu lagi-lagi menetes, membentuk sebuah anak sungai yang mengalir bebas di pipi tirusnya. Dan namja itu, sepertinya tidak berniat sama sekali untuk menghapus liquid bening yang kini mengalir semakin deras, membentuk anak sungai di pipi chubbynya. Matanya menatap lurus kearah jendela besar yang ada dihadapannya dengan tatapan kosong, pemandangan indah yang berada di balik jendela yang ada di hadapannya seolah mengejeknya. Ya, mungkin pemandangan langit malam kota Seoul akan terasa indah jika kau menikmatinya bersama orang yang kau cintai, duduk berdua di temani secangkir teh dan beberapa cemilan. Bukankah itu terdengar romantis?

IN YOUR DREAM!

Ya, itu hanya ada dalam mimpi, khayalan tingkat tinggi untuk seseorang yang bahkan sudah tidak memiliki hak atas dirinya. Tubuhnya, bahkan mungkin atas nyawanya sendiripun ia sudah tidak berhak. Boneka. Ya, ia tidak lebih dari sebuah boneka sekarang, bahkan boneka sekalipun masih jauh lebih beruntung darinya.

Lihatlah keadaannya sekarang, tubuh polos tanpa ada sehelai benangpun yang menutupinya, bercak darah yang mengering di bagian bawah tubuhnya. Dan jangan lupakan juga suhu ruangan yang terlampau dingin, menusuknya hingga ketulang. Tapi namja itu sama sekali tidak peduli. Dalam benaknya, kematian mungkin lebih baik dari pada hidup seperti ini.

KRIEETTT

"Maaf Tuan, Tuan muda Kim menunggu anda di meja makan." Seorang gadis yang -mungkin seusianya- berpakaian maid menundukkan kepalanya di depan pintu. Malu.

Seolah tuli, namja itu sama sekali tidak peduli dengan suara pintu yang terbuka. Ia lebih tertarik dengan kebebasan yang ditawarkan jendela kaca di hadapannya, mengabaikan ajakan makan malam 'Tuannya'.

"T-tuan." Sapa gadis itu sekali lagi.

"Bilang pada Tuanmu aku tidak lapar," ujar namja itu dingin. Ia menarik selimut yang sedari tadi menganggur, menutupi seluruh tubuhnya hingga ke kepala.

Gadis itu memandang sendu sosok yang berada di balik selimut putih itu. Ia tahu, bahkan sangat tahu apa yang sebenarnya terjadi pada pemuda itu, ingin sekali ia menolongnya, membawanya lari menuju kebebasan yang namja itu inginkan, tapi ia tidak bisa berbuat banyak untuk menolong namja itu. Menolong berarti mati. Itulah yang dikatakan majikannya pada seluruh maid yang ada di mansion ini kala majikannya membawa tubuh namja mungil itu kemarin malam.

~~~ooOoo~~~

Gadis tadi berjalan takut-takut mendekati seorang namja yang sedang menyuapkan potongan daging ke dalam mulutnya, sungguh dari jarak sejauh ini pun gadis itu dapat merasakan aura membunuh dari namja itu.

"Mana Kyungsoo?" tanya namja itu tanpa mengalihkan perhatiannya pada makanan yang ada di hadapannya.

Gadis itu menelan ludahnya susah payah.

"M-maaf T-Tuan, tapi Tuan Kyungsoo menolak untuk—"

BRAKK

Gadis itu menundukkan kepalanya takut saat mendengar gebrakan meja yang cukup keras, bahkan ia belum menyelesaikan perkataannya.

"Sedang apa dia sekarang?" desisnya tajam.

"T-tidur Tuan." Jawab gadis itu masih dengan menundukkan kepala.

Namja itu mengepalkan tangannya kuat, membuat garpu yang ada dalam genggamannya bengkok seketika. Sungguh, ia paling benci jika ada orang yang berani membantah perkataannya.

"Antarkan semua makanan ini ke kamar." Perintahnya mutlak.

"Baik Tuan." Ucapnya sambil membungkuk dalam.

Namja itu beranjak meninggalkan ruang makan, berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, ah lebih tapat kamar orang yang berani mengabaikan perintahnya. Kemewahan dan kekayaan harta yang dimiliki orang tua Jongin -namja itu-, membuatnya tumbuh menjadi sosok angkuh yang ingin. Semua perkataannya adalah mutlak, tidak ada yang berani untuk membantah apalagi mengabaikannya. Tidak, bahkan kedua orang tuanya pun memilih untuk mengalah daripada harus berdebat dengan putra semata wayang mereka.

Salah didikan? Ya, sebut saja seperti itu. Karena Jongin tumbuh dalam asuhan seorang ahjumma yang memang sengaja di pekerjakan untuk mengurus Jongin, kedua orang tuanya terlalu sibuk untuk bekerja. Berangkat pagi, pulang tengah malam. Bahkan tak jarang Jongin kecil ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya keluar negri, apalagi jika bukan urusan bisnis. Begitupun sekarang, dalam Mansion mewah itu dia hanya tinggal sendiri, karena para maid dan pekerja lainnya akan pulang jika tugas mereka selesai. Orang tua Jongin? Ah, bahkan Jongin sendiri lupa jika ia masih memiliki orang tua atau tidak.

CKLEKK

Jongin membuka pintu kamar dan mendapati Kyungsoo tengah terbaring di atas kasur. Entah Kyungsoo sudah tidur atau belum, dia tidak peduli. Beberapa maid datang untuk mengantarkan makanan ke kamar itu, Jongin masih berdiri di ambang pintu, namja tan itu sama sekali tidak berniat untuk mendekat, ia membiarkan para maid itu menata makanan diatas meja yang biasa Jongin pakai untuk bekerja. Setelah selesai menata makanan itu diatas meja, mereka pamit undur diri.

"Kalian boleh pulang!" perintah Jongin sebelum ia kembali menutup pintu.

"Kau, berani mengabaikan perintahku?" Jongin berjalan mendekati Kyungsoo yang tetap bergeming.

Srett

Jongin menarik kasar selimut yang menutupi tubuh Kyungsoo, memperlihatkan Kyungsoo yang sedang meringkuk tanpa ada sehelai benangpun yang menutupinya. Ia juga bisa melihat dengan jelas darah yang mengering disela paha namja bermata bulat itu. Ah, rupanya namja mungil itu sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari tempatnya.

Seringaian tercetak jelas di wajah tampannya saat sebuah ide mengerikan melintas di otek jeniusnya. Bukankah tadi namja mungil itu mengabaikan perintahnya untuk makan malam bersama di bawah membuat mood makannya hilang seketika itu? Dan juga dengan jawaban bisu yang ia dapatkan saat ia berusaha mengajak namja mungil itu berkomunikasi. Hukuman. Ya, mungkin kata itulah yang pas -menurut Jongin- untuk membuat namja itu jera.

Tidak ada yang boleh mengabaikan perkataan seorang Kim Jongin.

Jongin mengambil kotak yang tadi pagi dia tidak jadi dia gunakan, mengabaikan makanan yang ada di atas meja. Toh selera makannya sudah menghilang akibat penolakan Kyungsoo tadi, dan itu jusrtu membuat Kyungsoo-lah yang menjadi menu makan malam Jongin. Kyungsoo masih pada posisi semula -membelakangi Jongin-, namja mungil itu sama sekali tidak peduli dengan suhu kamar yang kembali menusuknya hingga ketulang. Karena ia yakin jika sebentar lagi tubuh dan hatinya akan mendapatkan lebih.

"Punishment time, baby~~" desah Jongin di telinga Kyungsoo.

Beberapa detik lidah panas Jongin bermain di telinga Kyungsoo, menjilat dan melumatnya dengan sedikit lembut. Jongin menjauhkan wajahnya, namja tan itu menatap Kyungsoo yang sedang memejamkan mata dengan tangan yang mencengkram kuat seprei. Dia tahu, namja bermata bulat itu tidak tidur.

Tangan Jongin terulur untuk mengambil kotak kayu yang tadi ia bawa, ia memilih beberapa 'mainan' yang mungkin akan ia gunakan untuk bermain dengan Kyungsoo kali ini. Ia menyerigai saat melihat kearah Kyungsoo yang masih terbaring.

SRETTT

Namja itu membalik kasar tubuh Kyungsoo, mencengram kuat dagu namja mungil itu, memaksanya untuk menatap Jongin. Perlahan Kyungsoo membuka matanya, dan hal pertama yang dia lihat adalah serigaian Jongin.

"Apa maumu?" desis Kyungsoo tajam.

Sungguh, Kyungsoo merasa muak dengan serigaian di wajah tampan itu. T-tunggu, tampan? Apa sebenarnya yang kau pikirkan Do Kyungsoo? Disaat seperti ini kau masih sempat mengagumi namja yang jelas-jelas telah menghancurkan hidupmu? Ah, kau benar-benar sudah gila Kyungsoo.

"Kau…" desis Jongin, mata elangnya menghunus tajam kearah doe eyes Kyungsoo. "…mati secara perlahan."

Jongin menjauhkan wajahnya, dia dapat melihat dengan jelas wajah Kyungsoo yang terkejut sekaligus bingung. Jelas saja Kyungsoo merasa bingung, dia belum pernah bertemu dengan namja ini sebelumnya, tapi mengapa mata elang namja itu sarat akan kebencian yang mendalam terhadapnya? Apa salahnya?

"Apa aku memiliki masalah denganmu sebelumnya?" tanya Kyungsoo heran.

"Sangat, bahkan sampai kapanpun masalahmu denganku tidak akan pernah selesai sebelum kau mati!" balas Jongin dengan tatapan dingin yang begitu menusuk.

"Cih, kau bagitu menginginkan kematianku. Mengapa kau tidak membunuhku saja?"

Jongin tertawa miring saat mendengar pertanyaan Kyungsoo. Pertanyaan yang bagus. Pikir Jongin.

"Tidak semudah itu Tuan Do Kyungsoo yang terhormat, kau juga harus merasakan sakit yang kurasakan!" jawab Jongin dengan penekanan di setiap kalimatnya,

BUGHHH

Habis sudah kesabaran Kyungsoo. Namja mungil itu memukul rahang Jongin dengan keras, membuat tubuh Jongin terpental ke lantai. Kyungsoo mengepalkan kedua tangannya, nafasnya memburu menandakan bahwa ia sedang dalam keadaan benar-benar emosi.

Jongin mengusap sudut bibirnya dengan ibu jari, ia tersenyum saat melihat setitik cairan merah menempel di ujung jarinya. Pukulan Kyungsoo berhasil membuat sudut bibirnya robek, dan mengeluarkan sedikit darah. Ah, Jongin melupakan satu fakta bahwa Kyungsoo merupakan 'mantan' berandalan, dan tentu saja namja mungil itu menguasai beberapa teknik bela diri.

Tak mau mengambil resiko lebih, Jongin beranjak dari kamar itu. Meninggalkan Kyungsoo yang masih mengepalkan tangannya kuat.

"Aku tidak selemah yang kau fikirkan Kim Jongin."

~~~ooOoo~~~

"Berikan aku obat itu secepatnya!" perintah Jongin pada seseorang di ujung line sana.

"Tapi untuk apa obat seperti itu? Kau akan menngunakannya pada siapa?"

"Kau tidak usah banyak bertanya, turuti saja dan segera antarkan obat itu padaku. 15 menit kau harus sampai di sini!"

"MWO? Ta—"

KLIK

Jongin memutus sambungan telpon itu secara sepihak. Ia sedang tidak ingin mendengarkan ocehan panjang sepupunya itu.

Ya, Jongin baru saja menelpon Baekhyun. Memintanya untuk membeli beberapa obat perangsang. Kalian jangan bertanya untuk apa Jongin membeli barang seperti itu, tentu saja untuk Kyungsoo. Walaupun Kyungsoo memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil darinya, tapi tenaga yang dimiliki namja mungil itu cukup besar. Dan Jongin tidak mau buang-buang tenaga hanya untuk 'menjinakkan' Kyungsoo.

~~~ooOoo~~~

Seorang namja kecil berjalan sambil menggerutu begitu dia keluar dari apotek. Sedikit menghentakkan kakinya mendekati mobil sport silver yang terparkir tak jauh dari apotek itu. Namja itu menutup kasar pintu mobilnya begitu ia berada di dalam, membuat seseorang yang berada di kursi kemudi terkejut kerenanya.

"Kau kenapa Baekkie?" tanya namja tinggi yang berada di balik kemudi.

"Aku sedang kesal Yeol. Dasar yeoja-yeoja mesum!" dengus Baekhyun sambil melipat tangannya di dada.

"Memangnya apa yang kau beli sehingga kau mengatai mereka mesum? Hmm." tanya Chanyeol, tangan namja tinggi itu mengusap pucuk kepala Baekhyun lembut, berusaha menenangkan kekasihnya itu.

"Aku hanya membeli obat Yeol." Jawab Baekhyun. Ya, dia memang hanya membeli obat… pesanan Jongin.

Chanyeol menyerit heran. Obat?

"Obat apa?" tanya Chanyeol penasaran.

"Entahlah aku hanya membelikan obat yang dikatakan Jongin." jawab Baekhyun bohong.

Namja bereyeliner itu tidak mungkin mengatakan jika obat yang ia beli adalah obat perangsang. Malu, tentu saja Baekhyun malu. Siapa yang tidak malu membeli obat-obatan seperti itu? Chanyeol mengangkat bahunya acuh, namja tinggi itu menyalakan mesin mobil, menjalankannya dengan kecepatan sedang membelah jalan Seoul yang tidak terlalu padat.

~~~ooOoo~~~

Baekhyun menekan bel dengan tidak sabaran, namja bereyeliner benar-benar tidak bisa mentolelir sepupunnya yang sering kali bertingkah seenaknya.

"Chagi, berhentilah menekan-nekan bel itu." ucap Chanyeol.

"Aniya! Biar saja, aku ingin anak kurang ajar itu cepat keluar Yeol." Tolak Baekhyun sambil terus menekan bel mansion mewah itu tanpa henti.

CKLEKK

"Kau berisik, bodoh!" ucap seseorang begitu pintu itu terbuka.

"Ya! Benar-benar kurang ajar kau." Semprot Baekhyun sambil mengacungkan jarinya kedepan wajah Jongin.

"Kau yang tidak sopan Baek!" jawab Jongin tanpa ekspresi.

"Ya! Aku lebih tua darimu bodoh, sopanlah sedikit pada Hyungmu ini! Ini bukan dikantor Kkamjong!" teriak Baekhyun tidak terima.

Ok, mungkin hanya Baekhyun disini yang berani berbicara seperti itu pada seorang Kim Jongin. Namja bermarga Byun itu adalah pengecualian, namja mungil itu sudah Jongin anggap seperti Hyungnya sendiri. Walaupun terkadang tingkah dan perilaku Jongin yang sering kelewatan membuat Baekhyun berteriak-teriak tidak jelas, ya sekarang ini contohnya.

"Bukankah jika di kantorpun kau sering berteriak seperti itu padaku?"sanggah Jongin tak mau kalah.

"Bocah kurang ajar ka—"

"Sstt… chagia, sebaiknya kita pulang ne. Kau terlihat lelah." Potong Chanyeol sebelum amarah kekasih mungilnya ini semakin meledak.

"Benar apa yang dikatakan Chanyeol-sshi. Sebaiknya kau pulang dan istirahatkan mulutmu yang cerewet itu untuk besok, Byunbaek." Timpal Jongin.

"YA!" jerit Baekhyun -lagi-.

"K-kalau begitu kami permisi Tuan Jongin."

Chanyeol menarik tangan Baekhyun menuju pintu keluar, mood kekasihnya memang sedang buruk sejak pagi tadi. Siapa lagi penyebabnya jika bukan Kim Jongin yang seenaknya menunda rapat?

"Mengapa kau menyeretku keluar? Aku belum selesai bicara Yeol!" protes Baekhyun.

"Sssttt…" Chanyeol menempelkan telunjuknya di bibir, meminta Baekhyun untuk tetap tenang dan mengikutinya meninggalkan mansion mewah itu.

~~~ooOoo~~~

Jongin menutup kembali pintu mansionnya, ia berterimakasih pada Chanyeol yang membawa Baekyun pergi dari hadapannya. Jika tidak, semua rencana Jongin untuk memberikan sedikit pelajaran pada Kyungsoo akan tertunda.

Namja itu menuangkan sebagian isi dari obat yang ia titipkan tadi kedalam gelas yang berisi jus, Jongin melangkah perlahan mendekat kearah ranjang, tempat Kyungsoo berbaring.

"Minumlah, aku tahu kau belum makan apapun sejak kemarin malam." Tawar Jongin, namja itu mengulas sebuah senyum yang sebelumnya tidak pernah ia tunjukkan pada Kyungsoo. Senyum palsu.

Kyungsoo sama sekali tidak menggubris tawaran Jongin, namja bermata bulat itu masih dalam posisinya -membelakangi Jongin- dan sepertinya ia memang tidak tertarik dengan keramahan palsu Jongin.

Jongi yang geram menjambak rambut Kyungsoo kuat, membuat namja bermata bulat itu mendogak. Kyungsoo mengcengtam erat tangan Jongin, Kyungsoo memandang Jongin dengan tatapan mengiba, berharap agar namja gila itu melepaskan tangannya yang bisa merobek kulit kepalanya kapan saja.

"S-sakit..." rintih Kyungsoo.

Jongin hanya tersenyum meremehkan melihat wajah menderita Kyungsoo. Entah mengapa, melihat wajah Kyungsoo yang seperti itu membuatnya begitu merasa senang.

"Minum!" titah Jongin mutlak.

Kyungsoo mengatupkan mulutnya rapat-rapat, menolak cairan berwarna orange itu untuk masuk kedalam mulutnya. Kyungsoo lebih memilih mati kelaparan dari pada harus makan makanan yang sengaja Jongin sediakan untuknya.

"ARGHHHH..."

Jongin tidak kehabisan akal untuk memaksa Kyungsoo membuka mulutnya, ia menekan kuat genital Kyungsoo dengan lututnya. Kyungsoo membuka mulutnya, dan kesempatan itu dimanfaatkan Jongin untuk memindahkan seluruh isi jus itu kedalam mulut Kyungsoo. Jongin melepaskan cengkramannya pada rambut Kyungsoo.

"Telan, atau kau akan mendapatkan akibatnya!" desis Jongin tajam.

"Enghh ahhhnn~" lenguh Kyungsoo saat cairan orange itu membasahi tenggorokan keringnya.

Kyungsoo memejamkan matanya, entah mengapa tubuhnya tiba-tiba terasa lemas dan—

Panas.

Jongin melepaskan cengkramannya dari rambut Kyungsoo, namja tan itu melebarkan kedua kaki Kyungsoo kemudan menempatkan dirinya tepat ditengah-tengah. Seringaian tercetak jelas saat ia melihat Kyungsoo mengeliat resah, obatnya mulai bekerja. Tubuhnya mulai meliuk erotis, membuat seorang libido seorang Kim Jongin naik seketika.

"P-panashh ahhnnn..." desah Kyungsoo.

Jongin hanya memperhatikan Kyungsoo yang terus megeliat dibawah kungkungannya. Kyungsoo menggigit bibir bawahnya menahan sensasi aneh yang tiba-tiba menyerang tubuhnya, bukankah beberapa detik lalu udara disekitarnya begitu dingin? Lantas mengapa sekarang dia merasa tubuhnya begitu panas dan lemas? Minuman macam apa yang Jongin berikan padanya?

"Punishment time, baby!"

"ARGHHHH"

Kyungsoo menjerit keras saat merasakan sebuah benda asing memaksa masuk kedalam tubuhnya tanpa peringatan. Panas dan perih saat lubangnya lagi-lagi dipaksa untuk membuka. Kyungsoo bisa merasakan cairan hangar yang merembes dari bagian bawah tubuhnya, membuat rektumnya yang sudah terluka menjadi semakin parah.

"Kumohon jangan, jangan lakukan itu lagi" desis Kyungsoo lemah.

Jongin sama sekali tidak mengindahkan desisan lemah Kyungsoo, namja tan itu menatap Kyungsoo datar dan—

KLIK

"ARGHHH... s-sakithh hahhh hen-arghh hentikan!" tubuh Kyungsoo melengkung keatas saat ia merasakan benda itu bergetar cepat didalam tubuhnya.

Senyum licik terpatri diwajah tampan itu saat kedua mata tajamnya melihat wajah menderita mangsanya. Tubuh mengeliat itu, rintihan sakit itu, mata sayunya yang memohon itu, kulit putih pucat yang mengkilat karena keringat, dan kaki yang mengangkang lebar dengan sedikit bergetar karena sebuah vibrator. Pemandangan indah yang tidak bisa di lewatkan begitu saja bukan?

"Ini hanya hidangan pembuka, Kyung!" bisik Jongin. Ia mengulum telinga Kyungsoo, mengecup dan menjilatnya sesekali.

"H-hen ahh hentikanhhh" pinta Kyungsoo ditengah desahannya yang semakin menjadi. Sungguh, vibrator itu menghantam prostatnya telak membuatnya kelimpungan.

"Aku yakin kau menikmatinya Kyung apalagi jika ku tambah dengan ini—"

"Ahhnn" Kyungsoo mendesah saat Jongin menyelipkan cincin logam di pangkal penisnya, namun

"ARRGGHHHH... s-sakithh arggghh" Kyungsoo menjerit keras saat cincin itu menjepit miliknya dengan sangat erat. Bahkan terlalu erat.

Sedang Jongin, namja itu lagi-lagi menyerigai melihat wajah menderita Kyungsoo. Ia memainkan dua buah remot yang ada di tangannya, ya satu remot vibrator yang menunjukkan mode max dan satu lagi remot cockring yang terpasang erat di milik Kyungsoo.

~~~ooOoo~~~

Kyungsoo mencengkram erat tali yang mengikat kedua tangannya, sudah lebih dari dua jam Jongin membiarkannya seperti itu tanpa berniat menyentuhnya. Dan hal itu membuat Kyungsoo menggeram frustasi saat benda laknat yang menjepit juniornya lagi-lagi menghalanginya untuk organisme, sepertinya dia harus puas dengan organisme kering yang entah sudah keberapa kalinya itu.

"H-hentikanhhh ahhh ku m-mohonhhh" erang Kyungsoo. Tubuhnya terasa remuk redam karena ia harus merasakan nikmat sekaligus sakit disaat yang bersamaan.

Jongin menyeka mulutnya dengan tisue, membersihkan bibirnya dari sisa makan malam yang baru saja selesai ia santap. Sebenarnya namja tan itu tengah menahan diri untuk tidak menyerang Kyungsoo, ia ingin bermain-main sebentar dengan tubuh mungil itu. Ia juga ingin tahu sebatas mana obat yang dia campur bekerja pada kelinci percobaannya yang sedari tadi mengeliat diatas kasur.

Jongin dapat merasakan juniornya yang memberontak meminta di lepaskan, namun ini belum waktunya. Jongin berjalan mendekati ranjang dan duduk tepat di depan kaki Kyungsoo yang mengangkang dan sedikit bergetar. Ia bisa melihat dengan jelas junior Kyungsoo yang berdiri tegak dengan precum yang terus keluar, juga rektum dengan sedikit darah yang berkedut minta diisi.

Glup

Jongin menelan ludahnya kasar melihat pemandangan indah itu, ia sudah tidak bisa menahan hasratnya lagi.

Jongin melepaskan semua pakaian yang melekat pada tubuhnya dengan tergesa, namja tan itu kini berada diantara kaki Kyungsoo yang mengangkang lebar. Tanpa peringatan, namja tan itu langsung memasukkan juniornya kedalam tubuh Kyungsoo dalam sekali hentak. Kyungsoo kembali berteriak saat merasakan benda tumpul yang memaksa masuk kedalam lubang sempitnya, membuat darah segar mengalir semakin deras dari sela-sela penyatuan mereka. Penuh, perih, panas, sakit.

Kyungsoo merasa tubuhnya mati rasa saat Jongin menggerakan pinggulnya brutal, tidak ada kenikmatan sama sekali saat Jongin menyentuh tubuhnya. Hanya sakit yang ia rasakan di saat Jongin kembali menghentaknya semakin dalam, membuat vibrator yang ada didalam tubuhnya melesak semakin dalam. Lagi dan lagi.

Jongin menggeram nikmat saat lubang sempit itu menjepit juniornya kuat. Ditambah getaran kuat dari vibrator yang masih tertanam di tubuh Kyungsoo, memberikan sensasi tersendiri untuk Jongin. Jongin terus menggerakkan pinggulnya semakin brutal, ia sama sekali tidak peduli dengan keadaan Kyungsoo yang saat ini jauh dari kata 'baik'. Bukankah saat ini sang Master sedang memberikan pengajaran pada sang Slave? Jadi itu hal wajar menurut Jongin.

"Damnhhh... you're so tight nhhh..."

Jongin menggigit bibir bawahnya, malampiaskan kenikmatan yang melingkupi bagian bawahnya. Tangannya meraih junior Kyungsoo yang sedari tadi menganggur, ia mulai mengocok junior Kyungsoo dalam tempo yang tidak bisa dikatakan pelan.

"H-hentikanhh... anhhh k-kumohonhhh... i-itu sa-sakithh... arghh..."

Tubuh Kyungsoo mengeliat semakin hebat, ia benar-benar frustasi karena ia harus puas dengan organisme kering yang menyiksa. Kyungsoo yakin jika Jongin akan membiarkan dirinya terus seperti -ini dengan junior yang terikat erat- dalam waktu yang cukup lama.

Lemas. Kyungsoo merasa seluruh persendiannya lepas. 'Kenikmatan' yang diberikan Jongin benar-benar merajam tubuh mungilnya. Seumur hidup, Kyungsoo baru merasakan jika kehidupan seperti ini benar-benar nyata. Dan yang lebih menyedihkan lagi, dia mengalami semua itu, saat ini. Benar-benar menyedihkan bukan?

Tubuh Kyungsoo terhentak keatas dan kebawah, mengikuti ritme brutal Jongin. Bahkan tangan Jongin semakin intens mengocok junirnya yang sudah membiru dan bengkak. Kyungsoo menggigit bibir bawahnya saat cengkraman Jongin pada juniornya dirasa semakin menguat, seolah ingin mengeluarkan cairan yang sedari tadi tertahan dengan paksa.

"C-cumhhh... ahhh... l-let me cumhh... anhh… jebalhhh..."

Kyungsoo memandang Jongin dengan tatapan memohon, ia tidak peduli jika nantinya Jongin akan memandangnya semakin rendah. Toh dari awal namja berkulit tan itu tidak pernah memperlakukannya dengan baik, bukan? Hanya pandangan rendah dan remeh yang Kyungsoo temukan saat menatap mata tajam Jongin, tidak ada kehangatan atau perasaan apapun yang terpancar darinya.

"Puaskan aku!" Jongin menyerigai melihat wajah memelas Kyungsoo. Tidak, namja tan itu tidak akan melepas cockring itu sebelum dirinya benar-benar puas. Persetan dengan tubuh mungil yang semakin melemas dibawah kungkungannya, yang ia inginkan hanyalah kepuasan.

~~~ooOoo~~~

Doe eyes itu mengerjap lucu saat cahaya matahari pagi menyeruak masuk melalui celah-celah korden, memaksanya untuk keluar dari alam mimpi yang bahkan tidak lebih baik dari kenyataan. Kyungsoo mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari sosok yang tadi malam menyiksanya habis-habisan. Kosong. Didalam ruangan itu tidak ada siapa-siapa selain dirinya.

"Aghh…" erang Kyungsoo saat ia berusaha untuk bangun dari tidurnya.

Mata bulatnya bisa melihat dengan jelas cairan putih bercecer mengotori seprei dan sebagian tubuhnya, juga bercak merah yang berada dibawah selangkangannya. Setetes air mata kembali meluncur membasahi pipi mulusnya. Mengapa? Mengapa hidupnya semenyedihkan ini? Apa dosanya di masa lalu sehingga Tuhan menghukumnya seperti ini?

Kyungsoo akui dia memang berandalan, gangster yang hobbynya berkelahi dan membuat kekacauan. Dia juga mengencani banyak yeoja, mabuk-mabukkan, balapan liar, dan hal-hal yang menurutnya wajar dilakukan oleh remaja seusianya.

"Argh sial!" upat Kyungsoo.

Namja bermata bulat itu memaksa untuk bangun dan berjalan ke kamar mandi, mengabaikan rasa sakit yang kembali merajam tubuh mungilnya. Kyungsoo melangkah perlahan, umpatan dan ringisan terus keluar dari heart lipsnya. Entah mengapa jarak kamar mandi terasa jauh baginya.

"Menjijikkan!" umpat Kyungsoo -yang entah keberapa kalinya- saat melihat cairan putih mengalir dari sela-sela pahanya.

Kyungsoo menyalakan shower yang menggantung diatas kepalanya, membiarkan rintik-rintik dingin itu membasuh tubuh lelahnya. Lelah? Ya dia lelah dengan kehidupan yang tidak pernah berpihak kepadanya.

Kyungsoo mengusap pergelangan tangannya yang terasa perih, ia bisa melihat dengan jelas luka yang melintang di pergelangan tangannya. Bekas ikatan tali semalam. Kyungsoo menghela nafas panjang, berusaha menghilangkan rasa sesak yang menghimpit dadanya.

"Sial! Belum genap dua hari aku tinggal disini tapi luka yang kudapat sudah separah ini. Dia benar-benar membuatku tidak bisa berjalan!" Kyungsoo mengambil sabun yang tersedia di sana, menuangkannya keatas spon kemudian menggosok tubuhnya.

"Dasar brengsek! Lihat saja setelah ini aku tidak akan pernah mengalah lagi padamu, dasar manusia iblis!"

Kyungsoo terus mengoceh memaki Jongin, manja mungil itu tidak sadar jika seseorang kini tengah menyerigai sambil menatap tajam dirinya yang terus mengumpat. Salahkan dirinya yang tidak mengunci pintu sebelum dia mandi.

"Kita lihat siapa yang akan kalah, kau atau aku. Do Kyungsoo!" desisi namja itu tajam.

~~~ooOoo~~~

Waktu berjalan cepat, tak terasa Kyungsoo sudah tinggal di mansion Jongin lebih dari sebulan. Tapi kalian jangan berpikir jika keadaan Kyungsoo baik-baik saja selama dia tinggal di mansion yang menurutnya tidak lebih buruk dari neraka itu. Hapir setian malam Jongin memaksanya untuk bercinta ah lebih tepatnya melakukan hubungan sex sepihak yang tentu saja hanya Jongin yang menikmatinya.

Tubuh yang terikat diatas rantas ranjang dengan bebagai sex toys yang menempel di tubuhnya bukan hal yang menyenangkan bukan? Ditambah Jongin yang tidak pernah membiarkan Kyungsoo mencapai puncaknya sebelum ia puas, dan tentu saja selalu berakhir dengan Kyungsoo yang tidak sadarkan diri.

"Cepat habiskan sarapanmu!" titah Jongin tanpa melihat kearah Kyungsoo.

"Cih!" Kyungsoo berdecih pelan sambil memasukkan potongan pancake kedalam mulutnya.

Setelahnya keheningan kembali menyelimuti mereka, keduanya sama sekali tidak ada yang berminat untuk membuka suara. Hanya suara dentingan garpu dan pisau yang beradu dengan piring.

"Aku akan pergi ke Jepang untuk beberapa hari, minggu depan!"

Kyungsoo menghentikan kegiatannya mengunyah pancake yang memenuhi mulutnya. Jongin pergi? Sungguh? Ini kesempatan bagus yang ia tunggu setelah lebih dari sebulan menetap di mansion mewah bak neraka ini.

"Jangan berpikir untuk kabur dariku! Kau tau konsekuensinya bukan?" ucap Jongin dengan santainya. Seolah mengerti apa yang sedang Kyungsoo pikirkan saat ini.

"Cih! Aku tidak takut padamu, bodoh!" geram Kyungsoo.

"Benarkah? Bagaimana kalau begini?"

Klikk

"Ahnn…" Kyungsoo mencengkram erat garpu dan pisau yang ada di dalam genggamannya saat ia merasakan sesuatu dalam tubuhnya bergetar hebat.

Shit! Mengapa dia bisa lupa jika sebuah vibrator tertanam di tubuhnya?

"Enghh… ahhnn…" Kyungsoo merutuki mulutnya yang mengeluarkan desahan yang menurutnya menjijikkan.

"Bagaimana? Masih berani melawanku?" Tanya Jongin.

"Breng-ahh… Brengsek kau nghhh…" umpat Kyungsoo ditengah desahannya.

"Terimakasih, aku tersanjung dengan pujianmu!"

Jongin mengecek jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya, kemudian ia melangkahkan kakinya meninggalkan meja makan. Namja tan itu merapikan jas dan dasinya yang sedikit miring.

"T-tunggu ahhnnn…."Kyungsoo mencengkram tangan Jongin yang hendak meninggalkannya begitu saja.

Jongin memperhatikan wajah Kyungsoo yang memerah karena terangsang, ia juga bisa melihat sesuatu yang menyembul di tengah selangkangan Kyungsoo. Namja mungil itu cepat selaki terangsang rupanya.

"Apa?" Tanya Jongin dingin.

"H-hentikanhh vib argh vibratornya!" teriak Kyungsoo frustasi. Sungguh posisinya yang seperti ini sama sekali tidak mengungtungkannya, vibrator itu terus menghantam prostatnya telak, membuatnya sedikit kesulitan bernafas.

"Memohonlah!"

Kyungsoo menatap Jongin tajam, sungguh perutnya kini seakan melilit akibat getaran hebat benda laknat yang Jongin tanam di tubuhnya.

"J-jebalhhh… ahh… nhhh"

Lagi. Kyungsoo harus mengesampingkan ego dan gengsinya. Biarkan saja ia mengalah untuk kali ini, ya hanya kali ini saja.

Klik

Kyungsoo bisa bernafas lega saat getaran itu hilang, namun ia tetap merasa tidak nyaman karena vibrator itu terasa mengganjal di perutnya.

"Bisakah kau keluarkan benda laknat itu dari dalam tubuhku?"

Jongin mengangkat sebelah alisnya saat mendengar permintaan Kyungsoo yang terkesan lebih lembut dari biasanya, walaupun dengan kata-kata yang tetap kasar. Aneh. Pikir Jongin.

"Hm?"

"Aku ingin kau mengeluarkan vibrator itu, jebal~" ulang Kyungsoo. Entah mengapa hari ini ia merasa begitu malas bertengkar dengan namja tan itu.

"Buka celanamu!"

Kyungsoo mengangguk kecil. Tangan mungilnya melepaskan celana jeans selutut yang ia kenakan dengan perlahan.

"Cepat, aku terlambat!" bentak Jongin.

Kyungsoo mendengus, dengan cepat dia melepas underwarenya kemudian menganggkangkan kedua kakinya.

Glup

Jongin menelan salivanya kasar saat mata tajamnya melihat rectum pink Kyungsoo yang berkedut. Setelah menghela nafas, Jongin menyodorkan dua jarinya kedepan wajah Kyungsoo, mengundang tatapan tak mengerti dari namja mungil yang kini ada di hadapannya.

"Kulum!" perintah Jongin.

Tanpa aba-aba Jongin melesakkan kedua jarinya kedalam mulut Kyungsoo, membuat namja bermata bulat itu hampir tersendak karena terkejut. Setelah dirasa cukup, Jongin mengeluarkan jarinya dari mulut Kyungsoo.

"Ahnn…"

Kyungsoo mendesah saat jari telunjuk Jongin memasukki lubangnya, ia semakin erat memeluk kakinya saat Jongin menambahkan satu jari lagi. Kyungsoo membekap bibirnya dengan tangan saat jari-jari itu mulai bekerja mengeluarkan vibrator yang perlahan keluar dari dalam tubuhnya. Lembut. Walaupun hanya jari, namun entah mengapa Kyungsoo merasa ini adalah perlakuan terlembut yang pernah Jongin berikan untuknya.

Kyungsoo memandang lekat wajah serius Jongin. Rahang tegas itu, bibir penuhnya, mata sipitnya yang tajam, kulitnya yang sedikit kecoklatan, dan segalanya yang ada dalam diri Jongin membuat sesuatu didalam dadanya berdetak tak beraturan.

Jongin tertegun saat mendapati Kyungsoo yang sedang memandanginya intens.

"Berhenti memandangiku seperti itu, aku tahu jika aku ini tampan!" ucapan Jongin dengan percaya diri.

"Dan cepat pakai celanamu! Aku tidak ingin bolos kerja karena kau yang menggodaku!" kali ini Jongin berkata sambil berjalan menuju wastafel untuk membersihkan jarinya.

Kyungsoo mendengus mendengar penuturan Jongin. Namja mungil itu segera memakai kembali celananya dengan cepat.

"Siapa yang sedang menggodamu? Dasar bodoh!" umpat Kyungsoo

Jongin berjalan dengan santai menuju pintu keluar, mengacuhkan umpatan Kyungsoo -yang mungkin sudah biasa baginya-.

~~~ooOoo~~~

Seorang namja mungil berjalan riang menuju pintu mansion mewah milik sepupunya, Kim Jongin. Tangannya menenteng kantung keresek berukuran sedang yang berisi beberapa potongan coklat. Beberapa menit yang lalu Kyungsoo menelponnya, dana menyuruhnya untuk datang ke rumah sambil membawa coklat.

Kyungsoo memang belum lama mengenal namja bereye liner itu, namun entah mengapa dia merasa nyaman jika ada Baekhyun di dekatnya.

"Kyungsoo-ya~~" teriak Baekhyun begitu dia membuka pintu.

Mansion mewah itu begitu sepi. Tentu saja sepi, karena beberapa hari yang lalu Jongin memberhentikan secara masal semua maid yang ada di sana. Itu bukan tanpa tujuan, Jongin sengaja melakukan itu agar tidak ada orang yang menyentuh Kyungsoo. Dan sebagai penggantinya, Kyungsoolah yang bertugas membersihkan semuanya. Mulai dari memasak sampai membereskan semua sudut mansion itu.

"Kyungsoo-ya~" teriak Baekhyun lagi.

"Ne, tunggu sebentar." Kyungsoo menuruni tangga dengan tergesa. Ia mengancingkan beberapa kancing bajunya asal. Ya, dia baru saja selesai mandi.

"Kau membawa pesananku?" Tanya Kyungsoo sambil tersenyum cerah.

"Ne, aku membawakan banyak untukmu." Seru Baekhyun sambil mengacungkan keresek yang ada di tangannya.

Kyungsoo langsung merbut kantung plastic itu, mengeluarkan isinya diatas meja kemudian memakan coklat-coklat itu dengan lahap.

"Ne, mengapa tiba-tiba kau menelponku dan meminta coklat?" Tanya Baekhyun.

"Eng, aku tidak tau. Pagi ini tiba-tiba saja aku menginginkannya." Jawab Kyungsoo.

Setelahnya tidak ada lagi yang berbicara, semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kyungsoo dengan coklat-coklatnya, sedangkan Baekhyun sibuk memperhatikan cara makan Kyungsoo yang terbilang rakus.

'Seperti tidak pernah makan coklat saja.' Batin Baekhyun.

"Kyungsoo-ya, ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu dari dulu." Baekhyun memasang wajah serius, membuat Kyungsoo menghentikan kunyahannya.

"Apa?" Kyungsoo mengusap sudut bibirnya yang belepotan dengan tangan.

"Ya! Kau ini jorok sekali! Pakai tissue!" teriak Baekhyun sambil menyerahkan selembar tissue pada Kyungsoo.

"Hehe, mian." Cengir Kyungsoo. Baekhyun hanya memutar bola matanya malas, dasar jorok.

"Hyung, tadi kau mau menanyakan apa?" Kyungsoo melempar tissue kotor itu ke tempat sampah yang berada di pojok ruangan. Namja bermata bulat itu kini menatap Baekhyun dengan wajah seriusnya.

"Aish… kau menakutiku jika seperti itu!" ucap Baekhyun sambil mendoron jidat Kyungsoo yang menurutnya terlalu dekat.

"Mengapa kau mendorong jidatku, Hyung?" protes Kyungsoo.

"Mian. Aku hanya ingin bertanya sebenarnya kau itu siapa? Mengapa bisa terdampar disini?"

Raut wajah Kyungsoo seketika itu berubah murung. Mengapa Baekhyun menanyakan hal itu disaat dia berusaha untuk melupakan semua kebebasan yang pernah dia miliki dulu?

"A-aku—"

~TBC~

.

Hehe, maaf Rei postingnya ngaret pake banget. #deepbow

Buat yang minta panjang, gimana udah panjang kan? kalo belom kill me please TT^TT

Sebenernya ada beberapa alesan yang bikin Rei lelet posting, Rei tiba-tiba aja ilang feel.

Terus masalah-masalah sebelumnya yang bikin Rei down banget di real life Rei.

Gomen ne, Rei emang ga professional. Ga bisa misahin masalah pribadi sama kerjaan Rei.

Tapi kan nulis butuh feel, iya ngga? #halah ngeles mulu -_-

Buat yang Beautiful Day, Rei pending postnya. Banyak ide berunculan weh, ilang feel juga :'(

Udah ah, Rei mau menggalau lagi. Makasih buat yang udah ngasih ripiu dan kripiknya, sebagai bonus rei kasih romancenya Kaisoo, dikit. Hehe ._.v

Biasakan untuk ninggalin jejak setelah membaca, terimakasih.