"Gimana menurut loe? Baju yang gue pake bagus nggak, Nar?" Konan muterin badannya di depan Naruto, tapi yang diminta ngasih nilai cuman asik mindahin chanel tv. "Nar, loe denger nggak sih?" tanya Konan, kesel. Tetangga sekaligus teman kecilnya ini memang paling cuek kalau udah diminta bantuan.
"Hm," gumam Naruto, nggak pake ngelirik sedikit pun ke arah Konan.
Konan akhirnya nyerah supaya dapat tanggapan dari Naruto. Cepat-cepat doi ngelepasin sepatu hak tinggi silver-nya yang sejak tiga puluh menit lalu dipake jalan-jalan di dalam kamar Naruto. Bibir Konan mengerut, kesal. Doi naikin gaunnya supaya mudah jalan. Konan duduk di atas kasur Naruto dan mandangin Naruto beberapa detik sebelum ngehela nafas. Ha-ah, dulu sifat Naruto nggak gini-gini amat. Doi ini dulu orang baik dan paling hangat yang pernah Konan kenal. Naruto itu suka ngebantu orang-orang di sekelilingnya, dan nggak pernah nyuekin orang yang minta bantuan sama dia—apalagi cewek. Tapi gara-gara suatu 'kecelakaan' sifat Naruto berubah drastis. Naruto yang tadinya hangat berubah jadi dingin banget, dan nyaris nggak pernah ketawa, ya… walau ada hal lucu banget di depannya.
Flashback
Waktu itu, Naruto masih kelas dua SMA. Doi dikenal sebagai anak paling pinter di kelasnya kalau rival abadinya alias Uchiha Sasuke nggak sekelas sama Naruto. Cewek-cewek pada naksir sama Naruto karena wajahnya yang cakep, sikapnya yang baek, terus lagi duitnya yang tebel. Siapapun ceweknya bisa Naruto jadiin pacar, tapi Naruto nggak pernah mau manfaatin kelebihannya buat macarin dan nyakitin cewek gayanya terkesan nakal (rambut pirang acak-acakan, baju seragam nggak dikancingin jadi cuman keliatan kaos doang) Naruto itu penyayang wanita. Naruto suka bilang sama Konan 'setiap cowok yang nyakitin cewek sama aja kayak cowok yang lahir dari batu. Harusnya sebelum cowok nyakitin cewek, dia inget ibunya itu cewek juga!' Nah, itu yang buat Konan kagum sama Naruto. Doi buktiin omongannya itu, dan selalu ngebela cewek-cewek yang ketindas sama cowok-cowok jahat, termasuk ngebela kucing yang lagi dikejar-kejar pejantannya?
Sifat Naruto yang baik banget itu, nggak pernah maksa nerima cewek kalau dia nggak suka, dan suka nolak cewek dengan alasan cewek itu masih bisa nyari yang lebih baik dari dia malah nimbulin pertanyaan baru di pikiran Naruto itu normal nggak sih? Kenapa doi nggak ngelirik Hinata yang terkenal sebagai salah satu cewek tercantik di sekolah, dan ngefans banget sama Naruto? Semua mulai ngeraguin orientasi Naruto sebagai orang straight. Sampai-sampai ada group cowok yang takut kalau Naruto deket-deket mereka. Well, orang-orang di dalam group itu mikir siapa tahu Naruto punya orientasi menyimpang dan nanti mereka ketularan, 'kan?
Berasal dari kabar nggak jelas, entah darimana dan dari siapa gosip nggak enak itu datang, tiba-tiba dalam waktu beberapa bulan nama Naruto yang suka diagung-agungin cewek jadi nama yang paling ditakutin cowok. Orang-orang yang berjenis kelamin sama kayak Naruto hampir semuanya ngejaga jarak sama Naruto, dan cuman Nagato aja—teman baek Naruto—yang mau berteman sama Naruto. Nah, Nagato juga ikut dijauhin sama anak-anak soalnya, menurut gosip juga doi itu mahoan Naruto dan suka ngelakuin nggak-nggak di WC sekolah bareng Naruto. Tapi, itu menurut gosip, loh! Bukan kenyataan, , padahal aslinya gimana caranya mereka ngelakuin hal aneh di sekolah, kalau tiap saatnya guru suka manggil Naruto buat ngecek data kesiswaan? Tapi namanya tukang gosip memang paling suka hal-hal yang heboh, walau itu belum tentu bener! Guru yang nyuruh Naruto juga malah kemakan gosip nggak jelas itu. Dasar bego!
Gosip itu makin ngembang sewaktu anak-anak cewek mulai kepengaruh sama kata-kata cowok di sekolah Naruto. Beberapa cewek yang ditolak Naruto ada yang dendam, dan milih buat mikir Naruto nolak mereka bukan karena dianya yang nggak layak disukai Naruto, tapi Naruto nya aja yang punya orientasi menyimpang. Nah, dari situ Naruto semakin dijauhin, bahkan sama cewek sekalipun. Sekarang Naruto lebih sering di kelas sendiri atau bareng Konan, Nagato dibandingin ditarik orang-orang buat diajak ngobrol. Sedikitnya Naruto ngerasain sakit hati difitnah sama temen-temennya, apalagi sama orang-orang yang pernah dia tolong. Apalagi waktu Naruto dipanggil ke ruang guru cuman buat ditanya masalah sexuality-nya dan kebenaran gosip itu—makin dongkol aja Naruto! Cuman mau gimana lagi? Naruto nggak mungkin bisa ngehentiin pemikiran orang ngenain dirinya.
Naruto berusaha bersikap biasa, dan sabar ngatasin sifat temannya makin menjadi. Mereka terus ngeduga-duga kalau Naruto suka cowok tanpa pernah bisa ngebuktiin kebeneran omongan mereka. Puncak kesabaran Naruto sama gosip yang beredar akhirnya datang di pertengahan musim panas. Sasuke yang biasanya nggak pernah ngomong sama Naruto tiba-tiba datang ke meja Naruto sambil senyum miring. Kedua tangan Sasuke masuk ke dalam saku celana, sewaktu berdiri di hadapan Naruto dengan tingkah arrogant-nya. Suara baritonnya masih bisa terniang di pikiran Naruto kalau Naruto ditanya ngenain kejadian itu.
"Loe homo, ya?" tiba-tiba Sasuke nanya gitu sama Naruto. Orang yang ada di sekitar Sasuke aja sampai mikir kalau Sasuke itu kayak nggak pernah di sekolahin mulutnya.
Naruto yang lagi baca buku natap Sasuke. "Maksud?" tanya Naruto.
"Ya. Loe homo," senyum Sasuke lebar sempurna.
Naruto nutup buku yang lagi dibacanya. "Mau gue homo atau nggak itu bukan urusan loe!" Naruto berdiri dari atas kursi, nggak salah doi sebel sama Sasuke. Pemuda Uchiha itu memang nggak pernah mikir kalau ngomong. Sikapnya seenaknya, mentang-mentang dia orang paling kaya, ganteng, dan pinter di sekolah ini. Jadinya nggak ada orang yang berani macam-macam sama Sasuke, soalnya doi berasal dari keluarga terpandang di negara ini.
"Tenang, dong!" jawab Sasuke. "Gue, 'kan, cuman bilang ayo homo bareng-bareng," Sasuke natap Naruto dengan senyum main-mainnya, dan kilatan nakal dari matanya yang buat Naruto eneg, tapi sebagian cewek di kelas itu klepek-klepek.
"SIAL LO, SASUKE!" teriak anak-anak, langsung heboh. "Hahahahaha," seluruh kelas ngetawain Naruto.
"Gila loe, Uchiha!" teriak salah satu anak dari kelas itu.
"Baek banget loe mau nemenin orang homo, pfffttt…," timbal yang lainnya.
Akhirnya, Naruto jadi lelucon sekelas gara-gara omongan Sasuke yang nggak enak didenger. Semua orang percaya kalau Naruto bisa homo, tapi nggak ada yang percaya kalau Sasuke juga bisa jadi homo karena Sasuke suka gonta-ganti pacar yang tentu aja pacarnya itu semua cewek aduhai bahenol gila.
Sasuke natap selintas orang-orang yang ngomong sama doi sebelum natap Naruto lagi. "Gimana tawaran gue? Loe, suka?" tanya Sasuke, nggak peduli kalau dia udah jadi bahan tontonan sekelas. "Bukannya harusnya loe suka karena punya temen?" nada suara Sasuke kedengeran mencemooh di telinga Naruto.
Suara tawa di kelas makin kedengeran keras. Semua orang ngerasa sikap Sasuke yang mainin Naruto ini lucu, padahal itu ngebuat Naruto sakit hati banget. Naruto yang nggak ngelakuin apa-apa dibilang homo sama siapapun nggak peduli, toh itu cuman gosip doang! Aslinya, dia masih suka lihat tabloid yang nampilin cewek-cewek berdada gede, Kok. Dia masih suka sama cewek, cuman orang-orang di sini aja yang pada iri sama dia, dan buat gosip nggak-nggak. Sekarang, ditambah lagi sama Sasuke yang tiba-tiba ngomong nggak jelas sama dia, kayak ngecemooh banget. Anak-anak pasti makin ngejadi ngejek dia.
Naruto bangkit dari atas kursi sambil ngegebrak meja. Buku yang dia pinjam dari perpustakaan, dia lempar ke atas lantai, "Loe jadi orang mikir dong! Hinaan loe keterlaluan, brengsek!" teriak Naruto. Wajahnya merah padam, marah banget. Tapi yang dimarahin cuman natap Naruto pake ekspresi datar khas para Uchiha.
"Ngehina? Gue ngehina apa?" tanya Sasuke, datar. "Loe, kan, kenyataannya memang homo, sama Nagato lagi?"Sasuke ngedengus. "Masa sama gue yang jauh lebih baek dari Nagato, loe nggak mau?" tanya Sasuke.
Naruto ngelihat Nagato yang diem aja cuman muterin kedua bola matanya.
"HAHAHAHAHAHA…," laki-laki di kelas ketawa makin ngejadi, sampai ada yang gebrak-gebrak meja karena sakit perut. Cewek-cewek mulai kasian sama Naruto, buat mereka ini udah nggak lucu lagi. Naruto suka bantu orang-orang, nggak ada alasan buat mereka ngebully Naruto. Apalagi gosip yang beredar itu nggak jelas kebenerannya.
Naruto natap orang-orang yang ngetawain dirinya. "Gue. Benci. Kalian. Semua," mata Naruto nyalang, nggak bercanda. Seluruh kelas langsung bungkem sewaktu Naruto nendang meja dan keluar kelas. Akhirnya, semenjak itu sikap Naruto berubah drastis. Doi paling benci kalau ada yang deket-deket sama dia. Apalagi orangnya kayak Sasuke.
End Flashback
"Woi, Konan!" teriak Naruto, nyadarin Konan yang lagi asik ngelamun. "Loe pulang sana. Gue mau tidur siang dulu," Naruto udah matiin tv. Doi langsung rebahan di atas kasur, dan narik selimut.
"Loe jangan lupa malam ini ada acara di rumah Sakura," Konan ngeyakinin diri kalau Naruto bakal nganter Konan ke acara alumnian sekolah, sekaligus valentine di rumah Sakura. "Sai kan mau nembak Sakura malam ini," lanjut Konan.
"Males," jawab Naruto, cuek.
"Naruto!" bentak Konan. "Loe, kan, udah janji!"
"…," Naruto diem aja.
"Gue sama Nagato bakal jemput loe!"Konan berdiri dari atas kasur, terus keluar dari kamar Naruto. Suka nggak suka Naruto harus datang, soalnya nggak mungkin Naruto sembunyi terus dari masalah lima tahun lalu itu. "Awa loe kalau nggak datang!" ancam Konan sebelum nutup pintu kamar Naruto.
Sewaktu Konan udah pergi dari kamar, Naruto ngerubah posisinya jadi duduk. Doi ngacak-acak rambutnya."SIAL!" teriaknya. Naruto belum siap dapat hinaan lagi. Masalah beberapa tahun lalu masih ngebekas walau umurnya sekarang udah nggak pantes inget-inget masalah SMA. Naruto takut temen-temennya masih ngira dia homo. Naruto takut kejadian beberapa tahun lalu keulang di pesta ini. Naruto takut ketemu…. Sasuke Uchiha—orang yang udah di black list sama Naruto dan orang yang paling nggak mau Naruto temuin.
Gimana, nih?
Pikir Naruto, ngebatin sendiri.
Seven Minutes in Heaven
Disc: Masashi Kishimoto
Rat: M
Pairing: SasuNaru
Warn: Bahasa nggak baku, ngandung bahasa kasar, calon lemon keras, OOC, dan masih banyak lagi kekurangan di dalamnya kalau kalian nggak suka back off aja!
Don't like, don't read!
Kalau nggak suka, nggak usah baca!
Chapter 1: Gue nggak homo, ngerti loe!
Tiba-tiba aja hari udah malem. Naruto yang ogah-ogahan datang ke pesta akhirnya datang juga sewaktu diseret sama Nagato dan Konan. Malam ini Konan, Nagato pake pakaian wah banget, bahkan rambutnya sampai ditata. Beda sama Naruto yang cuman pake kaos dilapisin blazer, celana jeans, dan sepatu kets. Naruto keliatan banget nggak niat ke pestanya. Cuman gaya Naruto yang cuek gini malah bikin orang-orang ngelirik ke arah Naruto, sewaktu mereka turun dari mobil dan jalan ke arah rumah besar di hadapan mereka.
Pesta valentine yang diadain Sakura dirayain tepat di rumah -tamu bukan hanya dari teman SMA Sakura, melainkan dari teman SD sampai tempat kerja Sakura. Jadinya, banyak orang yang nggak Naruto kenal dan artinya orang-orang yang ngebully Naruto di jaman SMA, kemungkinan besar nggak akan bisa dengan mudah ngebully Naruto di tempat ramai gini. Soalnya terlalu banyak orang buat Naruto dibully di tempat ini sama teman SMA-nya, dan walau papasan paling cuman 'hi-hi' doang, kayak Tenten-Neji yang udah dari SMA jadi couple terfavorite anak-anak.
Naruto ngelangkahin kaki bareng Konan-Nagato ke dalam rumah Sakura. Suasana pesta udah kerasa banget walau dari tempat parkiran. Begitu masuk ke dalam rumah, musik bising, harum makanan, sekaligus orang-orang yang sibuk ngobrol menuhin pikiran Naruto sampai-sampai Naruto ngeduga acara penembakan Sai nggak akan ada kalau suasana pestanya kayak suasana pasar gini, apalagi nggak ada orang tua Sakura. Naruto jalan ke tengah ruangan, ditarik Konan, sekarang tinggal tunggu waktu aja sampai ada orang yang kenal Naruto lihat Naruto dan mulai ngingetin Naruto sama kejadian beberapa tahun lalu.
"Naruto, Konan, Nagato!" tuh kan ada orang yang nyapa, walau mereka baru nyampai.
Nagato, Konan, Naruto natap orang yang nyapa mereka, "Sasori-senpai?"Konan natap Sasori yang jalan ke arah mereka bareng Deidara. Menurut gosip, kedua orang ini memang benar-benar jadi pasangan, tapi nggak ada orang yang berani ngehina mereka kayak ngehina Naruto. Ya, Naruto duga sih itu karena Sasori-nya teman baik Itachi Uchiha—kakak Sasuke.
Deidara natap Naruto kagum."Gila! Nggak nyangka loe makin keren aja," puji Deidara, dan dapat anggukan setuju dari Sasori."Kemana kakak, loe?" tanya Deidara sambil ngelihat ke kiri dan ke kanan, nyari Kyuubi—kakak Naruto.
Naruto cuman cuek, nggak ada niat ngobrol.
Konan nyenggol pinggang Naruto yang sikapnya nggak sopan, "Kyuubi-nii, lagi kerja. Katanya nggak janji bakal datang kesini," Konan ngasih tau, ngewakilin Naruto. Kedua orang di depannya ngangguk-angguk.
"Gue ambil minum dulu," Naruto tiba-tiba ngeloyor pergi. Nggak peduli sama perasaan orang yang diajak ngobrolnya, Naruto kayak lebih mikirin dirinya sendiri dibandingin orang lain.
Sasori natap punggung Naruto yang makin ngejauh. Doi mandang Konan dan Nagato. "Dia masih kepikiran sama masalah beberapa tahun lalu?" tanya Sasori. Walau waktu itu Sasori udah kuliah, tapi gosip Naruto berorientasi nyimpang itu sampai berhembus ke universitas Sasori yang jaraknya nggak terlalu jauh dari SMA Naruto.
Nagato ngehela napas, kasihan sama Naruto. "Begitulah Sasori-senpai, Naruto nggak bisa lupa," katanya. Beda sama Nagato yang nggak peduli tanggapan orang tentang dirinya. Selama orang-orang itu nggak ngaruh sama kehidupan Nagato, pemuda ini pasti cuek aja.
"Ha-ah," Deidara sama Sasori ngehela nafas barengan.
"Yo, kalian lagi ngobrol apaan, nih?" seseorang ngerangkul pundak Sasori sekaligus Deidara.
Sasori natap orang yang ngerangkul pundaknya. Itachi Uchiha?! Nggak pada nyangka kalau Itachi bakal mau datang ke acara ginian. Biasanya Itachi paling anti ke tempat ramai, kecuali ada sesuatu yang menarik. Nah, pastinya kali ini ada yang buat Itachi datang ke tempat ini, sampai-sampai doi yang udah lama tinggal di luar negeri balik lagi ke Konoha. Nggak mungkin juga bukan Itachi datang cuman buat ngucapin selamat sama Sakura, padahal kenal aja cuman sebatas say 'hi'. Orang yang cenderung lebih kenal sama Sakura, kan, Sasuke—kecengannya Sakura di jaman dulu, dan orang yang pernah jadi pacar Sasuke walau cuman bertahan tiga hari karena udah jadian, Sasuke nggak pernah nganggap Sakura kayak pacar, tapi lebih kayak orang nggak kenal.
"Itachi?! Gue sangka loe nggak akan datang," Sasori natap Itachi shock.
Itachi ngangguk dikit, matanya jeralatan—natap seluruh ruangan sebelum natap Nagato dan Konan. "Mana tetangga, loe?" tanya Itachi, sengak. Bukannya nanya kabar Nagato dan Konan, malah nanya tetangga dua bocah di depannya.
"Siapa? Naruto?" Konan ngejawab.
"Kyuubi," jawab Itachi, wajahnya kayak bosen banget. Baru aja beberapa menit di tempat ini—denger musik keras—doi udah mau pulang lagi. Hooh, seandainya nggak ada tujuan di tempat ini, doi pasti udah pulang lagi.
Sasori, Deidara, Konan, dan Nagato saling pandang. Beneran, nih, Itachi nanya Kyuubi? Bukan jadi rahasia umum kalau dua orang ini musuh bebuyutan. Ibaratnya, kalau orang-orang nonton pertengkaran Naruto—Sasuke tuh kayak nonton perang dingin, kalau orang-orang nonton perang Itachi dan Kyuubi kayak diem di neraka. Bahasa, gerakan, sampai barang-barang bisa kelempar kesana-kesini kalau dua orang itu ketemu, bahkan salah satu dosen pun hampir dilempar Kyuubi waktu ngamuk sama Itachi. Masalah yang dipertengkarin mereka juga cuman masalah sepele kayak perebutan bangku atau rebutan lift sewaktu di kuliahan. Kalau dilihat anak-anak sih yang cari gara-gara dari awal itu Itachi. Doi suka ngerebut apa yang dipunya Kyuubi terus digunain sembarangan. Oh, iya! Itachi juga sering duduk di samping Kyuubi dan dempet-dempet gitu kayak dunia tuh udah nggak ada tempat aja. Nah, sekarang apa Itachi mau berulah lagi?
"Gue nggak tahu Kyuubi-nii bakal datang atau nggak," jawab Nagato.
"Oh," wajah Itachi kayak kecewa banget. Doipun mutusin buat pergi nyari minuman dan ngelepas rasa bosannya di pesta ini.
RobinRobinRobin
Naruto sibuk milih minuman di depannya. Banyak banget makanan dan minuman yang disediain Sakura, sampai-sampai Naruto sendiri bingung mau milih minuman atau makanan yang mana. Dari negeri timur sampai negeri barat ada di atas meja hidangan. Bahkan, sampai bulu babi beserta bulu-bulunya dihidangin di atas meja. Naruto yang ngeliatnya aja sampai merinding, yeah walaupun kata orang-orang makanan itu enak kalau diolah bener, tapi tetep aja ngelihat bulu babi dihidangin sama cangkang-cangkangnya ngebuat tenggorokan Naruto ngerasa dimasukin bulu babi itu sendiri.
Naruto akhirnya milih juice orange aja, minuman yang kiranya paling normal daripada minuman warna ijo kentel keungu-unguan di samping minuman yang Naruto pilih.
"Hoi, Naruto!" seseorang nyapa Naruto.
Naruto ngelihat ke arah orang yang nyapa dia.
Damn,
Batin Naruto, sewaktu ngelihat dua orang yang paling heboh ngejek dia sewaktu SMA.
"Gue nggak nyangka loe bakal datang kesini," salah satu dari dua orang itu angkat bicara, Naruto cuman diem aja, malas nanggapin. Orang itu jalan ke arah samping Naruto, terus ngerangkul pundak Naruto—nggak sopan kalau Naruto pikir.
"Awas, loe jangan sentuh Naruto, nanti ketularan lagi," teman orang itu memperingati sambil nyengir kuda. Salah satu giginya yang pake mas hampir buat Naruto silau.
"Hahahaha..," tawa orang yang ngerangkul Naruto. "Jangan marah Naruto, kita cuman bercanda, kok!" doi ngejauhin tangannya dari pundak Naruto.
Naruto balik lagi ke tempat minuman. Doi pura-pura sibuk milih minuman lagi.
"Eh, tapi kok gue denger-denger loe belum punya pacar aja," lagi-lagi mereka angkat bicara, dan mulai ngebuat Naruto dongkol. "Jangan-jangan loe beneran—
"Udah puas ngejeknya?" suara lain datang mendekat ke arah Naruto dan kedua orang itu.
Naruto dan dua orang itu natap ke arah Sasuke yang baru aja datang dan ikut masuk ke dalam obrolan, "Sa—Sasuke?!" kata dua orang di deket Naruto, wajah mereka pucet seketika sewaktu ngelihat muka marah Sasuke. "Ka—kami nggak ngejek dia, kok. Kami cuman ngobrol aja. Iya, kan, Naruto?" tanya dua orang itu, minta pembelaan dari Naruto.
Naruto cuman muterin kedua bola matanya.
"Pe—permisi," cepet-cepet kedua orang nyebelin itu pergi ninggalin Naruto dan Sasuke.
.
Suasana makin nggak enak buat Naruto sewaktu doi ditinggalin berdua sama Sasuke. Mata Sasuke terus natap tubuh Naruto, sewaktu Naruto sibuk milih makanan ringan. Sebenernya ini orang mau ngapain, sih? Kenapa dari beberapa menit lalu dia nggak pergi-pergi? Naruto ngarep ada cewek ganjen datang terus narik Sasuke ke tempat dansa. Doi udah males nungguin Sasuke pergi, tapi Naruto juga males harus angkat bicara, nyuruh Sasuke pergi! Sampai kapanpun doi nggak sudi ngomong sama Sasuke.
"Udah nggak usah pura-pura lagi ngurusin makanan," Sasuke mulai ngomong.
Nada suara Sasuke yang nyebelin ngebuat emosi Naruto naik seketika. Doi udah benci banget sama Sasuke, jadi sedikit aja kesalahan Sasuke pasti ngebuat darah di otak Naruto ngedidih. "Loe mau apa lagi?" Naruto ngomong sambil ngelempar capitan makanan ke atas meja. Doi balikin badan buat mandang Sasuke yang berdiri di belakangnya dari tadi.
Sasuke muterin kedua bola matanya. "Itu udah masa lalu, oke? Loe kenapa masih ungkit-ungkit masalah itu di pikiran loe sih?" kata Sasuke, dia cape juga harus perang dingin sama Naruto. "Ada apa sama loe?" tanya Sasuke, nggak ngerti kenapa Naruto sebegitu bencinya sama dia, padahal orang-orang ngehina Naruto lebih parah.
"Denger Uchiha!" Naruto nunjuk wajah Sasuke. "Gue nggak pernah ngerti kenapa loe ngurusin urusan gue terus? Gue nggak pernah ngeganggu loe, tapi kenapa LOE SELALU GANGGU GUE?!" teriak Naruto, orang yang lagi makan cumi di samping Naruto sampai keselek sama tentacle cumi itu gara-gara teriakan Naruto. "Loe tahu, orang yang paling nggak akan pernah gue harepin buat gue lihat tuh loe! LOE! LOE! CUMAN LOE, SIALAN!" Naruto ngelangkahin kaki. Doi nabrak pundak Sasuke sebelum pergi ninggalin Sasuke.
"Naruto tung—
"Sasuke-kun?" Karin, cewek yang daritadi deketin Sasuke datang lagi, padahal Sasuke udah berusaha sembunyi dari cewek satu ini. "Acara utama sudah dimulai…," informasinya. Doi meluk lengan Sasuke, tapi Sasuke langsung pasang ekspresi nggak senang, dan ngebuat Karin jadi nggak enak perasaan.
Sasuke nyingkirin tangan Karin yang meluk lengannya. Doi nembus kerumunan orang yang lagi dansa buat nyari Naruto. Akhirnya sosok rambut pirang ketemu juga. Sasuke narik tangan Naruto supaya berhenti jalan. Sasuke ngebalikin badan Naruto. "Naruto, tung—
BUK!
Wajah Sasuke telak dipukul Naruto.
"KYAAAAAA~" orang-orang yang ada di lantai dansa langsung teriak histeris sekaligus minggir sewaktu Sasuke jatuh ke atas lantai dansa.
"Jangan. Berani. Sentuh. Gue!" Naruto peringatin Sasuke. Doi nendang paha Sasuke sebelum ngelangkahin kaki lagi. Tapi langkah Naruto berhenti sewaktu Sasuke narik kaki Naruto.
BRAK!
Naruto jatuh. Hidungnya hampir kepentok lantai.
Sasuke cepet-cepet balikin tubuh Naruto dan posisiin diri di atas tubuh Naruto. Tangan Sasuke terkepal kuat.
"DENGERIN GUE DULU!" teriak Sasuke di depan wajah Naruto.
"MINGGIR BRENGSEK!" Naruto natap Sasuke murka.
Hajar.
Sasuke mukul wajah Naruto.
"Kyaaaaa~" teriak para cewek di sekitar Sasuke dan Naruto.
"Ada apa ini?" Sai yang kebetulan lagi di daerah situ datang ke arah Sasuke dan Naruto. "ASTAGA!" langkah Sai makin cepet sewaktu ngelihat perkelahian di pesta calon pacarnya. "Hei, kalian berdua, berhenti!" Sai narik Sasuke dari atas tubuh Naruto, tapi tenaga Sasuke terlalu kuat sampai-sampai Sai terbanting ke belakang dan nabrak pelayan yang lagi bawa minuman buat ditawarin ke tamu.
PRANG!
Gelas-gelas yang dibawa pelayan jatuh ke atas lantai, pecah. Sai yang ada dideket pecahan gelas itu kena pecahan itu sewaktu jatuh, terus lagi pakaian Sai basah dan kotor karena terkena cairan minuman.
Ngedenger keributan dan teriak calon pacarnya, Sakura cepat-cepat datang ke arah Sai. "Ya—ya tuhan," Sakura memekik kaget sampai nutup mulutnya. Doi ngelihat wajah dan sikut tangan Sai yang kena pecahan kaca. Terus Sasuke dan Naruto masih berkutat di atas lantai, dengan Naruto yang sekarang lagi ada di atas tubuh Sasuke, mukulin wajah arrogant Sasuke.
"Ka—kalian!" wajah Sakura merah-padam, bibirnya bergetar, matanya nanar. Doi naikin gaun pestanya sambil jalan ke arah Naruto dan Sasuke.
"Sa—Sakura, jangan!" Sai meringatin calon pacarnya. Sewaktu doi mau ngehentiin Sakura, kakinya sakit banget karena terkilir.
Sakura berdiri di belakang Naruto. "KALIAN BERHENTI! KALIAN UDAH NGERUSAK PESTA GUE!" Sakura narik tubuh Naruto dari atas tubuh Sasuke, tapi tenaga Naruto kuat banget sampai-sampai Sakura terpental cukup jauh ke belakang. "AW!" teriak Sakura, kesakitan.
BRAK!
Sakura nabrak kaki pelayan sampai pelayan itu ikutan jatuh.
"SAKURA!" teriak Sai, cepet-cepet lari ke arah Sakura, lupa sama kakinya yang sakit.
Sakura ngeringis sakit. Memang cewek satu ini kuat banget sampai-sampai udah kebanting keras masih bisa bangkit. Sakura mau berdiri sewaktu ngerasa ada yang nggak beres sama gaunnya. Sakura meriksa gaunnya yang udah kayak putri-putri kerajaan, dan matanya terbelalak—horror. Gaunnya yang dirancang pake perancang ternama, terus dibeli dengan harga mahal banget, sobek—ngebelah. Mata Sakura merah, dan bibirnya bergetar.
"HUWAAAAAAAAAA GAUUUNNNN GUEEE!" teriak Sakura, sampai-sampai DJ yang lagi mainin musik matiin musiknya, shock sama teriakan cewek di tengah-tengah lantai dansa. Tapi Naruto dan Sasuke masih aja bertarung sampai-sampai darah aja udah berceceran di atas lantai.
RobinRobinRobin
Mundur ke waktu sebelum Naruto dan Sasuke kelahi.
Nagato ngelipat kedua tangannya di depan dada sambil mojok di pinggir ruangan. Pesta ini bener-bener ngebosenin, tau gini doi nggak usah datang—sesuai anjuran Naruto. Satu orang pun nggak ada yang mau ngajak ngobrol dia. Sedikitnya Nagato ngerasa nyesel waktu dulu nggak coba bersihin nama baiknya, dan malah milih diem aja. Lihat hasilnya sekarang! Satu orang pun temen SMA-nya nggak ada yang mau ngajak ngobrol dirinya. Nagato ngehela nafas, apalagi sewaktu ngelihat orang-orang asik nari di lantai dansa. Oh, yeah~ banyak juga orang-orang yang bawa pacarnya ke pesta ini. Hari valentine, sih, ya? Pasti banyak yang milih bersenang-senang sama pacarnya, sekaligus silaturahmi sama teman-teman di tempat Sakura.
"Boleh gue diem di sini?" tiba-tiba ada orang yang ikut nimbrung di acara 'ayo nyepi bareng Nagato.'
"Boleh," jawab Nagato. Doi natap orang yang diem di sebelahnya.
Gaara?!
Tiba-tiba Nagato nyesel ngebolehin Gaara diem di sebelahnya.
Kalau Naruto dan Nagato dianggap berorientasi menyimpang karena gosip, menurut kabar yang Nagato denger, Gaara memang berorientasi menyimpang, dan punya pacar cowok dari kuliahan, waktu Gaara sendiri masih SMA. Tapi Nagato nggak mau percaya hal itu, walau doi sendiri yakin sih sama gosip itu, soalnya Nagato pernah liat pake mata kepala sendiri, Gaara dijemput cowok berambut item, dan mata biru sebelum dua orang itu ciuman di dalam mobil. Ngelihat itu Nagato hampir muntah, dan males deket-deket cowok sampai beberapa bulan. Oh, iya! Kabar miring juga ngasih kabar kalau pacar Gaara itu over protective. Siapapun cowok-cewek yang deketin Gaara bakal ditatap dingin sama cowok itu. Tapi Nagato jadi nanya sendiri, cowoknya yang dingin atau tatapan itu buat lindungin Gaara?
"Loe, nggak bareng Naruto?" Gaara yang biasanya pendiem tiba-tiba ngajak bicara Nagato. Padahal waktu SMA mereka nggak pernah ngobrol. Walau ngobrol paling cuman, 'eh, nomor lima loe udah belom? Liat dong! Cepetan sebelum dikumpulin, nih.' Itu juga bisik-bisik, soalnya takut ketahuan guru.
"Bareng, tapi nggak tahu dia dimana," jawab Nagato, ogah-ogahan. Keliatan banget Nagato risih sama kehadiran Gaara.
"Tenang, nggak usah risih gitu. Gue nggak akan mandang rendah, loe, kok," Gaara senyum natap Nagato yang daritadi ngegeser dikit tubuhnya. "Gue juga punya 'kelebihan' yang sama kayak loe," entah kata-kata Gaara harus diekspresiin seneng atau sedih sama Nagato. Apalagi waktu Gaara megang pundak Nagato, udah merinding banget Nagato. Akhirnya, Nagato nyingkirin tangan Gaara pelan-pelan dari pundaknya. "Sabar, ya! Nih, gue kasih club happy yang bagus buat—" Gaara senyum manis banget, sampai-sampai kalau dia normal pasti cewek manapun mau jadi pacarnya kalau liat senyum itu. "Orang-orang kayak kita."
Ka—kayak kita?!
Nagato kayak disamber petir. Sekarang di dunia ini Nagato sadar kalau orang-orang udah ngegolongin Nagato sebagai spesies 'limited edition', alias kalau ditangkep beberapa aja pasti tuh spesies manusia berorientasi menyimpang punah.
"Hehehehe," Nagato ketawa miris. "Gu—gue mau ke toilet," Nagato mau pergi jauh-jauh dari Gaara.
"Mau gue anter?" tanya Gaara, kayak mau arisan di kamar mandi aja.
"E—eh," tawaran Gaara mulai buat Nagato gugup. "Ng—Nggak usah! Ma—Makasih," Nagato cepet-cepet cabut sewaktu dia nabrak orang. "Eh, maaf," Nagato natap orang yang dia tabrak.
"Menma?" Gaara cepet-cepet ngehampirin orang yang Nagato tabrak.
Me—Menma?
Nagato natap orang di depannya.
A—Astaga!
Nggak mungkin Nagato lupa sama orang yang pernah dipergokin Nagato ciuman bareng Gaara waktu zaman SMA.
Gaara natap Nagato yang bengong ngeliatin Menma. "Kenalin Nagato. Ini 'mantan' gue, Menma," katanya sambil ngangkat tangan Menma supaya terulur ke arah Nagato. Senyuman Gaara aneh banget di mata Nagato sewaktu ngenalin Menma sebagai mantannya. "Menma ini Nagato. Temen sekelas gue waktu SMA kelas tiga."
Nagato natap tangan Menma yang keulur ke arahnya. E—eh?! Sambut jangan, ya? Tapi Nagato takut. Nagato perang batin sampai akhirnya doi mutusin buat nerima jabat tangan Menma. Nagato berdoa semoga nggak terjadi apa-apa sewaktu doi nyentuh Menma. Nagato takut Menma bakal ngegunain salah satu jarinya buat geliin telapak tangan Nagato. Hiii…kalau sampai beneran, sampai seumur hidup Nagato nggak bakal salaman sama cowok, walau itu bokapnya sendiri. Ha-ah, untung saja perkenalan ini berjalan normal. Menma sama Nagato bersamaan narik tangan mereka.
Menma natap Nagato tanpa ekspresi.
Nagato jadi salah tingkah, liat mata Menma yang dingin. "Salam ke—
"HUWAAAAAAAAAA GAUUUNNNN GUEEE!" kedenger teriakan dari arah lantai dansa sampai-sampai musik aja berhenti bunyi.
Nagato natap lantai dansa. "A—ASTAGA?!" mata Naruto terbelalak sewaktu sohib kentalnya dan Sasuke baku hantam di atas lantai. Sedangkan nggak ada satu orang pun berani ngelerai mereka. Nggak pikir panjang lagi Nagato langsung lari ke arah Sasuke dan Naruto.
.
Sewaktu Nagato pergi ke arah lantai dansa, Gaara natap Menma yang terus mandangin Nagato. Wajah Gaara yang tadinya manis berubah dingin. Doi ngangkat sebelah alisnya. "Suka sama Nagato?" tanya Gaara, nadanya kedengeran judes di telinga Menma.
Menma mandang Gaara. "Memangnya kenapa?" Menma balik tanya.
"Nagato target gue," Gaara ngejawab dingin. "Dari jaman SMA. Gue udah mikir mau ngebuat dia suka sama gue dari sekarang, walau harus ngerebut Nagato dari Naruto."
Gaara udah netapin diri buat dapetin Nagato soalnya dia udah ngerasa lama banget nahan diri dan coba ngelupain Nagato, tapi nggak sedikitpun rasa suka Gaara sama Nagato ilang, doi malah makin suka, apalagi sewaktu tahu banyak celah banget buat dapetin Nagato. Gaara yang tadinya udah hopeless karena ngerasa nggak mungkin Nagato yang straight ngelihat dia makin niat buat dapetin Nagato sewaktu Gaara dapat kabar Nagato pacaran sama Naruto. Gaara harap Nagato bisa lihat kelebihan dia dibandingin Naruto. Ya, apalagi tahun-tahun terakhir ini menurut kabar yang didenger Gaara, sikap Naruto berubah drastic jadi lebih buruk. Jadi kesempatan Gaara buat dapetin Nagato makin besar.
Ekspresi Menma berubah dingin banget sewaktu denger omongan orang di depannya. Gaara memang selalu keliatan manis di depan orang-orang, padahal aslinya doi ini orang berbahaya dan ambisius, terus lagi suka sama tantangan. Waktu zaman Gaara SMA, Menma pernah dicium sama Gaara cuman buat ngebuktiin kalau Gaara bisa nyembuhin aseksual Menma. Tapi nggak berhasil! Segimanapun Gaara nyium Menma, pemuda itu cuman ngebales dingin. Oh, bukan ciuman aja, tapi sentuhan-sentuhan intim dilakuin Gaara buat ngebangkitin libido Menma, tapi hasilnya nihil. Bahkan karena sikap Gaara yang ngerasa kalau Menma (teman Gaara dari kecil) itu sulit ditaklukan, Gaara jadinya terus nyentuh Menma, dan ngebuat mereka berdua kelama-lamaan dapat julukan orang berorientasi menyimpang karena Gaara nyentuh Menma dimanapun dia mood. Tapi Menma nggak peduli. Daripada orang-orang tahu kalau dia nggak bisa tegang sama apapun, lebih baik dia dibilang nggak normal karena suka sesama jenis. Cuman… kali ini ada yang nggak beres. Jantung Menma berdetak kencang sewaktu ngelihat dan salaman sama Nagato, dan bagian bawah tubuhnya bereaksi. Oke… Jangan bilang dia homo beneran?
Rasa nggak suka muncul dari pemuda yang biasanya nanggapin perkataan Gaara dengan dingin. "Ada masalah kalau gue suka sama dia?" Gaara baru lihat Menma senyum miring mengerikan gini. "Kalau di dunia ini cuman satu orang yang bisa buat barang paling penting loe negang, loe bakal ngelakuin apa, Gaara?" Menma natap Gaara lekat-lekat, nantang. "Gue bakal suruh sopir jemput gue… dan Nagato malam ini," Menma yang biasanya nebeng mobil Gaara milih pake mobilnya sekarang. Akhirnya, doi bakal ngajak orang masuk ke dalam mobilnya.
Punggung Menma yang ngejauh pergi dari hadapan Gaara ngebuat Gaara ngegertakin giginya. Kepalan tangan Gaara mucet terlalu diteken. Nggak disangka akhirnya hari buat bermusuhan sama Menma telah tiba, dan itu karena kecengan Gaara sejak SMA—Nagato. Memang Nagato bisa buat orang-orang gila karena kepolosannya, baiknya, dan sekarang Menma yang kena pesona Nagato. Nggak akan pernah Gaara biarin Menma dapetin Nagato soalnya, bukan cuman Menma aja yang ngerasain aseksual. Diem-diem Gaara nyadar nggak pernah tertarik sama siapapun (termasuk Menma), kecuali sama Nagato. Gaara udah ngebuktiin dengan macarin banyak cewek sampai nyium Menma. Bahkan doi pernah ditinggalin cewek bayaran sambil diketawain karena bagian bawahnya nggak berfungsi bener. Tapi kalau udah bayangin Nagato beda lagi, tubuhnya reaksi bener!
Posisi sama-sama kuat, dan terhina di mata Nagato.
Siapa orang yang bakal menangin persaingan ini?
Gaara jalan ke arah Nagato, ngikutin Menma. Doi nggak akan ngasih kesempatan sedikit pun buat Menma.
RobinRobinRobin
Masih di dalam waktu sebelum Sasuke dan Naruto kelahi.
Itachi bener-bener ngerasa bosen. Kerjaan doi di tempat pesta ini cuman makan, makan, dan makan. Well walau ada beberapa orang yang coba ngajak ngobrol Itachi, tapi Itachi nanggapin orang-orang itu dengan dingin. Tujuan Itachi datang ke tempat ini bukan buat silaturahmi, doi cuman mau ngelihat rival abadinya udah kayak gimana setelah lama banget nggak ketemu. Itu orang masih keliatan kucel atau nggak? Masih suka ngeselin atau nggak? Itachi pikir-pikir kenapa ya dia nggak suka banget ngelihat Kyuubi seneng? Beda kalau nanggapin orang lain, Itachi paling seneng lihat Kyuubi emosi terus mencak-mencak. Kalau ngelihat Kyuubi marah-marah gitu kayak ada yang ngegelitik di perut Itachi, serasa ada ribuan kupu-kupu aja yang terbang dan buat Itachi jadi pingin ketawa.
Cuman malam ini niatan Itachi buat ngehibur diri gagal total, Kyuubi yang biasanya buat dia ketawa nggak ada. Padahal Itachi nyangka Kyuubi bakal datang ke pesta ini buat nganter adiknya yang paling anti datang ke pesta. Tapi Naruto cuman ditemenin Konan dan Nagato. Ha-ah, tahu gini mendingan Itachi diem di rumah terus nonton, daripada ngelihat orang nari-nari nggak jelas dan doi cuman bisa nonton sambil ngemil, bener-bener miris!
"HUWAAAAAAAAAA GAUUUNNNN GUEEE!" kedenger teriakan dari arah lantai dansa sampai-sampai musik aja berhenti bunyi.
Mata Itachi ngebulet sempurna sewaktu ngelihat adiknya sama Naruto kelahi. Cepet-cepet doi jalan ke arah adiknya, buat ngehentiin perkelahian itu. Tapi tenaga Naruto dan Sasuke kuat banget sampai-sampai Itachi hampir nggak bisa handle. "KALIAN BERHENTI! MALU-MALUIN TAHU!" teriak Itachi. Bareng sama Nagato, doi berusaha narik tubuh Sasuke dari atas tubuh Naruto.
"LEPASIN GUE! LEPASIN GUE!" Naruto teriak. Doi balikin badan Sasuke, dan mukul Sasuke lagi.
Itachi, Nagato, Sasori, Deidara bareng-bareng ngelerai kedua orang brutal itu. Akhirnya dalam waktu tiga menit mereka berempat berhasil misahin Sasuke dan Naruto. Kedua orang itu dipegang erat, nggak dibiarin lepas terus kelahi lagi. Naruto masih coba nendang Sasuke, sewaktu Sasuke natap Naruto tajamnya. Sedangkan Sakura sekarang nangis keras gara-gara gaunnya rusak. Nah, kalau, Sai? Doi lagi diobatin lukanya dan katanya sih tuh luka harus dijahit.
"LOE SIALAN!" teriak Naruto, masih aja emosi walau orang-orang udah natap kesel doi.
"LOE JUGA SIALAN, NARUTO!" teriak Nagato yang lagi megangin Sasuke, kesel. "LOE UDAH NGANCURIN PESTA ORANG LAIN!" lanjutnya. Nggak nyangka Naruto bakal ngebuat rusuh dan cewek nangis. Padahal dulu, Naruto orang yang paling anti buat cewek nangis. "Gue kecewa sama loe..," Nagato natap Naruto sedih, Menma dan Gaara yang ada di tempat itu ngerasa kasihan sama Nagato.
"Memangnya gue peduli sama pesta ini?" Naruto ngomong sengit. Cengiran jahat keliatan di bibirnya. "Dari awal gue nggak mau datang ke pesta ini, dan gue nggak akan pernah peduli sama orang yang nggak peduli sama gue!" teriak Naruto, orang-orang di tempat itu diem semua. "Loe pikir mereka mikir perasaan gue? Mereka cuman mikir kalau gue ini HOMO! Padahal omongan mereka itu nggak kebukti sama sekali! Jadi nggak ada alasan buat gue mikirin pemilik pesta ini," Naruto natap Sakura. Tapi omongannya sama ekspresinya beda banget. Naruto kayak nggak enak ngomong gini ke Sakura yang jelas-jelas nggak punya salah sama dia.
"Naruto…," lirih Sakura. Doi tahu banget Naruto itu orang lembut, tapi semua berubah karena gosip yang beredar itu.
Sasuke muterin kedua bola matanya. "Loe yang terlalu berlebihan nanggapinnya," Sasuke tiba-tiba nyeletuk.
Naruto natap tajam Sasuke. "Loe bisa ngomong gitu karena loe nggak di posisi gue!"
"Terus itu salah siapa? Salah kakek gue, atau tetangga gue?" Sasuke berkata sengit.
Naruto ngedengus.
Itachi yang lagi nahan Naruto mulai sakit kepala. Kayaknya masalah ini nggak akan selesai kalau dibiarin. Naruto dan Sasuke bakal terus bertengkar kalau nggak diselesein malam ini. "Ada lemari, nggak?" tanya Itachi, nggak penting banget nanya lemari sewaktu keadaan lagi tegang gini.
Semua orang natap Itachi aneh, termasuk Sasuke dan Naruto.
"Buat apa?" tanya Sakura.
Itachi ngelihatin senyuman miring. Sasuke dan Naruto ngerasa bulu kuduk mereka berdiri sewaktu ngelihat senyuman Itachi. "Seven minutes in heaven…," jawab Itachi, dan ngebuat orang-orang yang denger omongannya ngebalalakin mata. "Waktunya kita berpesta yang sebenarnya," nggak ada Kyuubi, adik sama Naruto pun jadi.
RobinRobinRobin
"LEPASIN! LEPASIN!" teriak Naruto, bener-bener ngeberontak sewaktu doi dan Sasuke dibawa ke gudang, tempat lemari yang udah nggak dipake ada. "LEPASIN! KALIAN MAU APAIN GUE LAGI?!" Naruto mulai kesel karena doi selalu aja di bully. Sekarang lagi dibully nya di depan temen Sakura dari SD sampai kuliah. Mau dikemanain muka dia?
"Buka lemarinya!" perintah Itachi.
Sakura cepet-cepet buka pintu lemarinya. Ekspresi Itachi yang nyeremin ngebuat orang-orang nggak bisa nggak nurut sama dia. Nggak pake rasa kasihan, Itachi nyuruh Nagato, Sasori, Deidara masukin Sasuke ke dalam lemari, terus Itachi sendiri masukin Naruto ke tempat yang sama dengan Sasuke. Sewaktu kedua biang onar itu mau keluar dari lemari, ngeberontak, Itachi udah lebih dulu nutup lemari, dan ngunci tuh pintu lemari. Dari arah luar lemari, orang-orang kumpul, ngedengerin teriakan Naruto yang udah kayak monyet di kebun binatang.
"LEPASIN GUE, BRENGSEK! LEPASIN!" Naruto bener-benar nggak mau dimasukin ke lemari, apalagi bareng Sasuke.
Itachi nahan pukulan dari dalam lemari. "Tenang, gue bakal lepas loe, kalau udah 7 menit waktu jalan!" katanya, ngeselin.
"BUKAIN! BRENG—
"Dobe, loe diem!" Sasuke yang lebih tenang narik Naruto. Suara Naruto yang teriak-teriak di dalam lemari ngebuat kuping Sasuke sakit. Lagian, percuma aja teriak, kakaknya kalau udah nentuin sesuatu pasti susah dibantah atau dialihin pikirannya.
Naruto natap Sasuke penuh dendam. "Diem? Loe pikir gue bisa diem aja dengan keadaan terkurung di lemari bareng orang bajingan yang buat hidup gu—
Sasuke narik tangan Naruto supaya badannya sedikit nempel sama Sasuke. "Loe bawel banget. Gue bilang diem, ya diem!"
"Loe, siapa nyuruh-nyuruh gu—
Cuppppp~
Bibir Sasuke ngecup Naruto keras banget, dan mata Naruto terbelalak.
A—astaga?!
Apa-apaan ini?
Buat sementara, pikiran Naruto seperti ngelayang, dan Naruto bener-bener belum sadar dengan apa yang dilakuin Sasuke.
Sasuke ngelepas kecupannya dari bibir Naruto. Ia natap Naruto intens banget. Dari wajah Sasuke yang deket gini, Naruto bisa ngerasain nafas Sasuke berhembus ngenain wajahnya.
"Oke, kalau gitu…," bisik Sasuke, bikin siapapun yang denger bisa mimisan. "Kalau memang loe nggak mau diem, terus loe nggak homo—" Sasuke megang kedua pipi Naruto. Matanya natap bibir yang udah dia curi ciuman pertamanya sayu, tangan Sasuke sibuk ngeraba pipi Naruto. "Berarti cuman gue yang homo sendirian di lemari sini," Sasuke kembali ngecup bibir Naruto, dan Naruto bener-bener shock atas pengakuan Sasuke.
Ini bener-bener gila!
Dan?
Naruto kali ini bener-bener takut T.T
tubikontiniud~~~