Saat kau menonton televisi sendirian di tengah malam sunyi dan sepi, di mana hanya ada suara televisi yang memenuhi indra pendengaranmu, tiba-tiba channel yang kau tonton mengalami gangguan dan hanya menampilkan layar hitam, apa yang kaurasakan?

Hampa... tiba-tiba terjadi kehampaan bukan?

Dan jika tiba-tiba mati lampu, apa lagi yang kaurasakan?

Gelap... tak ada lagi cahaya yang masuk ke retina matamu.

Dan saat ketakutan menghampirimu, kau ingin berteriak memanggil seseorang atau meminta pertolongan tetapi suaramu tertahan tak bisa kau keluarkan, bagaimana perasaan mu?

Sunyi... tak ada suara yang berbunyi. Lalu apa yang akan kau lakukan saat menghadapi situasi tersebut?

Siapapun kau dan di manapun, cobalah...

Saat kau sendirian, tutup matamu, tulikan pendengaranmu dan bungkam suaramu, bagaimana? Kau sudah bisa merasakannya? Kurasa belum, biasanya seseorang yang normal masih bisa mendengar detak jarum jam.

Oke kita ulangi… hentikan dulu detak jarum jam tersebut.

Dalam kesunyian... kehampaan… dan kegelapan... apa yang kaurasakan? Apa kau merasa hidupmu berhenti seiring detak jarum jam yang kauhentikan? Jika kau benar-benar meresapinya, mungkin kau akan mengerti apa yang anak itu rasakan.

.

.

EXO FANFICTION

(Cast : Sehun, Kris)

.

.

FF written by May_Angelf

(Warning: Typo, Bahasa tidak jelas, Cerita tidak karuan)

.

.

A/n:

Ini Fanfic pertama saya yang saya publish pada tanggal 16 Maret 2014 dengan judul "Save My Own Life" dan saya edit kembali pada tanggal 02 Juni 2017, tidak ada yang berubah dari isinya, hanya sedikit lebih rapih saja, maaf jika tidak layak dibaca. Saya berencana membuat fic MC, tapi sepertinya tidak bisa saya lanjutkan lagi, karna itu saya merubah fic ini menjadi oneshoot. Mohon maaf apabila ada pihak yang merasa dikecewakan, semoga dengan dieditnya fic ini, fic ini masih dapat menjadi hiburan tanpa ada lebih banyak yang merasa dikecewakan. Ini fanfic murni dari imajinasi saya, don't bash, and don't be plagiat, ok ^_~

.

.

~Stay Strong~

Seorang remaja berusia 16 tahun bernama Oh Sehun terlihat duduk di dekat jendela kamarnya. Wajahnya sangat tampan, tatapan matanya teduh dan menenangkan, sesekali senyum manis tersungging di bibir menghiasi wajahnya yang rupawan, membuat kesempurnaan fisiknya semakin tak terbantahkan. Semilir angin sejuk berhembus menerbangkan helain rambut merahnya, melambai-lambai menggoda siapa saja yang melihat terpanggil untuk mendekat dan membelainya lembut untuk merasakan betapa halusnya ia.

Jari-jari tangannya yang dibalut kulit seputih susu terlihat tengah meraba-raba buku yang ia pangku, pandangan matanya lurus ke depan dan tatapannya yang kosong membuatnya seolah-olah tengah melamun. Tapi kau salah...

Dia tidak sedang melamun, dia sedang membaca buku di pangkuannya. Ya... dia buta, tak hanya itu, dia juga tuli dan tak mampu berbicara.

Semua itu berawal sejak usianya baru menginjak 10 tahun. Dia dan kedua orang tuanya hendak pergi ke Amerika untuk memenuhi undangan rekan bisnis ayahnya. Karena jarak dari Korea ke Amerika cukup jauh, ia dan kedua orang tuanya harus menaiki pesawat untuk sampai ke tempat tujuan. Semuanya berjalan dengan baik, bahkan terkesan menyenangkan. Ia menghabiskan waktunya di Amerika dengan penuh suka-cita, hingga saat itu tiba, saat di mana ia kembali pulang menuju Korea bersama kedua orang tuanya. Pesawat pribadi yang ia tumpangi mengalami kecelakaan. Semua itu terjadi begitu cepat, sehingga ia tak banyak tau apa yang tengah terjadi, yang ia tau hanyalah, ia berada di tempat yang berbeda saat ia membuka mata.

Ia bisa merasakan permukaan empuk yang ia tiduri bukan lagi pesawat yang ia naiki. Ia tak menyadari ia telah tertidur berbulan-bulan lamanya, bahkan ia tak menyadari ia telah bangun dari tidur panjangnya. Ia menganggap semua ini hanya mimpi, bahkan ia sangat yakin bahwa dirinya tengah bermimpi. Tak mungkin dia bangun sementara ia tak bisa melihat sekitarnya, tak mungkin ia bangun sementara ia tak bisa mengeluarkan suaranya, tak mungkin ia bangun sementara ia tak mendengar suara ibunya yang selalu menyambut pagi harinya. Hingga sebuah sentuhan menyadarkannya, ia yakin itu adalah sentuhan ibunya. Tangan halus itu mengelus lembut kepalanya dan menelusuri tiap lekuk wajahnya, hingga berakhir mengenggam tangannya, ia merasakan tangan itu menuntun tangannya untuk menyentuh sesuatu, sesuatu yang lembut, kenyal, dan terasa bergerak, ia mencoba menebak apa yang ia sentuh hingga akhirnya ia menyimpulkan itu adalah bibir.

"I.i..ib.." Dia berusaha mengeluarkan suaranya untuk bertanya siapa yang ada di sana, tapi entah kenapa semuanya terasa sulit, seperti ada sesuatu di tenggorokannya yang menghalangi jalan keluar suaranya. Ia terus berusaha tapi tak bisa, entah pita suaranya bermasalah atau pendengarannya yang mengalami masalah sehingga ia tak kunjung mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ia bingung... ia takut.. hingga akhirnya dia kembali menganggap semua ini adalah mimpi.

Hampir setahun berselang setelah kejadian itu menimpanya, dia masih belum mau menyadari kondisinya. Ia masih menganggap semua itu mimpi dan tak mau beranjak dari tempatnya. Hingga akhirnya datang seseorang yang mampu menolongnya, entah apa yang orang itu lakukan padanya dia tidak tau. Yang dia tau orang itu mengajarkannya untuk hidup dengan cara yang berbeda. "Hanya kau yang bisa menyelamatkan hidupmu sendiri." Kata-kata itu menjadi salah satu motivasi terbesar dalam dirinya. Orang itu bernama Kris, dia mengajarkan Sehun berinteraksi dengan membaca gerak bibir, dia mengajarkan Sehun berbicara dengan bahasa isyarat, dia mengajarkan Sehun membaca huruf braille dan dia juga mengajarkan Sehun menyelamatkan hidupnya sendiri.

Beruntung Sehun memiliki kemampuan otak yang di atas rata-rata sehingga ia tak membutuhkan waktu lama untuk menguasainya, dari situ dia tau apa yang telah menimpanya dan dia juga tau ayahnya telah pergi meninggalkannya. Perlahan-lahan dia mulai menerima kondisinya, dia tau apa yang telah terjadi pada dirinya, gendang telinganya pecah akibat ledakan yang terlalu keras, matanya buta terkena pecahan-pecahan pesawat yang ia tumpangi dan pita suaranya rusak akibat teriakannya yang terlampau keras sebelum akhirnya ia kehilangan kesadarannya. Tapi dia tidak tau, dia tidak tau bagaimana dia dan ibunya bisa selamat, dia juga tidak tau ibunya takkan bertahan lama karna peristiwa tersebut.

• • •

Sehun POV

Aku masih betah duduk di sini, menikmati semilir angin yang membelai rambutku sambil membaca buku yang Kris hyung berikan padaku, aku sampai tersenyum-senyum sendiri membaca buku di pangkuanku ini, ceritanya sangat lucu sehingga selalu mampu menghiburku saat kesedihan itu menghampiriku.

Aku tidak tau siapa Kris hyung sebenarnya, dia datang dengan tiba-tiba, aku tak pernah melihat wajahnya, aku tak pernah mendengar suaranya, bahkan aku tak pernah mengenalnya. Entah bagaimana caranya dia selalu tahu apa yang aku inginkan, dia selalu menemukan cara untuk memahamiku, dia juga bisa membaca pikiranku tanpa harus menungguku mengatakannya.

Awalnya, aku merasa hidupku telah berhenti sehingga aku terlempar ke dunia lain yang sunyi, tapi Kris hyung terus menyemangatiku dan memberikanku motivasi, dia mengatakan padaku agar aku tak menghabiskan waktuku untuk meratapi nasibku dan dia selalu memberikan hal-hal baru yang tertuang di dalam sebuah buku seperti buku berisi kisah lucu yang sedang kubaca.

Aku terus meraba kata demi kata yang tercetak timbul pada buku dipangkuanku, hingga suara perutku menyadarkanku untuk segera mengisinya, aku tak tau sudah berapa lama aku duduk di sini, akupun segera bangkit dan meraba sekitarku mencari meja untuk meletakkan bukuku. Setelah meletakkan buku itu aku segera berjalan lurus layaknya manusia normal, entah karena instingku yang tajam atau karna sudah terlalu lama tinggal di sini, aku sudah hafal lingkungan sekitar rumahku apalagi kamarku. Dari segala sudut yang berbeda aku bisa merasakan atau lebih tepatnya menebak letak pintu dan benda-benda yang tertata di kamarku.

Belum jauh aku melangkah, aku merasakan sentuhan lembut seseorang yang bisa kupastikan adalah ibuku, dia meraih tanganku dan menuntunnya untuk menyentuh bibirnya.

"Kau mau kemana, Sayang?" tanya ibuku yang kuketahui dari gerak bibirnya.

Aku mulai menggerakan kedua tanganku untuk memberikan isyarat pada ibuku bahwa aku ingin makan. Ibuku kembali menuntun tanganku untuk menyentuh bibirnya, ia berkata, "Ibu sudah menyiapkannya."

Bibirnya bergetar hebat, seandainya aku bisa melihat aku pasti sudah melihat air mata yang mengalir deras dari mata indahnya, seandainya aku bisa mendengar aku pasti sudah mendengar isak tangis yang keluar dari bibir manisnya. Aku tau Ibu selalu menangis jika berhadapan denganku, tapi aku mencoba untuk tegar dan tetap tersenyum, aku tidak mau ibuku semakin sedih jika melihatku bersedih. Tak lama setelah itu ibuku menuntunku menuju meja makan untuk menyantap makananku.

^May Angelf^

Aku telah selesai dengan makananku, dan aku yakin ibuku masih ada di hadapanku untuk memerhatikanku, aku sengaja tak ingin disuapi karena aku tau ibuku berharap aku bisa hidup normal bagaimanapun kondisiku, Ibu ingin aku menjadi orng hebat yang mampu melewati segala cobaan yang menghampiriku, Ibu selalu menginginkan agar aku bisa hidup bahagia. Entah karena motivasi yang Kris hyung berikan terlalu banyak atau karena keinginanku untuk mewujudkan keinginan ibuku yang terlalu kuat sehingga aku tak menghiraukan segala kesedihan dan hal buruk yang telah menimpaku, aku sangat bersemangat untuk terus berusaha hidup layaknya manusia normal dan pastinya aku selalu meyakinkan diriku bahwa aku hidup bahagia seperti apa yang ibuku inginkan.

Aku tersenyum dan memberikan isyarat pada ibuku bahwa aku telah selesai makan, ibuku menghampiriku, ia mengelus kepalaku lembut, mencium keningku sekilas dan menuntun tanganku untuk menyentuh bibirnya.

"Kau terlihat lebih baik sekarang."

"Aku memang sudah lebih baik Bu, bahkan sangat baik." Aku mengerak-gerakkan tanganku memberi isyarat seraya tersenyum, aku yakin ibuku sedang tersenyum sekarang walaupun mungkin air mata masih menghiasi wajahnya.

Aku menjulurkan tanganku untuk meraih bibir ibuku, aku tak sabar untuk mendengar apa yang akan ia katakan selanjutnya.

"Ibu senang jika kau senang." Senyumku semakin melebar setelah membaca gerak bibir ibuku.

"Aku bahagia Bu, karena itu Ibu juga harus bahagia." Setelah memberi isyarat aku segera menyentuh bibir ibuku kembali, tak sabar dengan apa yang akan ia katakan.

"Ibu juga bahagia sayang, sejak kondisimu membaik Ibu sudah merasa sangat bahagia, sekarang Ibu bisa pergi dengan tenang."

Aku mengernyit bingung dengan apa yang Ibu katakan, apakah aku salah membaca gerak bibirnya? Aku kembali menggerakkan kedua tanganku untuk bertanya, "Memangnya Ibu mau kemana?"

Ibuku mengenggam tanganku erat dan kembali menuntunnya untuk memegang bibirnya. "Ibu tak akan kemana-mana, Ibu akan selalu ada di hatimu untuk menemanimu kemana pun kau pergi."

Setelah mengatakan itu ibuku mencium keningku, ciumannya turun ke kedua mataku hingga kedua telingaku, kurasakan hidungnya menyentuh hidungku dan bibirnya mendarat di bibirku setelah mencium kedua pipiku.

"Bisa kau lakukan hal yang sama pada Ibu," ucap ibuku sambil terus menempelkan bibirnya di bibirku. Tanpa menunggu lama aku segera menangkupkan kedua tanganku di kepalanya, mengelusnya sekilas lalu melakukan hal yang sama seperti apa yang Ibu lakukan padaku.

Sehun POV End

^May Angelf^

Kris POV

Air mataku tak mau berhenti mengalir sejak pagi tadi, sesungguhnya aku sudah berada di sini dari pagi dan menyaksikan adegan-adegan yang menurutku sangat memilukan.

Ibu Sehun menelponku pagi-pagi sekali dan memintaku datang, saat aku datang Ibu Sehun menyambutku dengan senyumannya. Dia sangat cantik wajar jika dia memiliki anak setampan Sehun, sayangnya kecantikan itu harus tertutup oleh wajah pucatnya.

Aku tau dia sedang menahan rasa sakit yang amat sangat, setelah kecelakaan itu terjadi jantungnya bermasalah, dokter bilang ia tak akan bertahan lama, tapi walaupun demikian dia bisa bertahan hingga bertahun-tahun lamanya, dia bilang dia ingin melihat anak semata wayangnya hidup bahagia sebelum kepergiannya.

Melihatku yang hanya terdiam di depan pintu, Ibu Sehun segera mempersilahkan aku masuk dan memintaku duduk di sampingnya. Dia menceritakan banyak hal tentang Sehun seolah-olah dia ingin ada orang lain yang akan memperhatikan Sehun seperti dia memperhatikannya.

Ia juga tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih padaku yang telah membantu Sehun melewati masa-masa sulitnya. Setelah lama berbincang-bincang Ibu Sehun bangkit dari duduknya, dia berjalan terhuyung-huyung menuju dapur, aku mencoba untuk membantunya dan memintanya untuk beristirahat saja, tapi dia menepis tangan ku lembut.

"Aku ingin menyiapkan makanan Sehun untuk terakhir kalinya," ucapnya lirih dan melangkahkan lagi kakinya kedapur.

Air mataku sudah menetes pada saat itu, aku terus memerhatikannya, setelah memasak dia berjalan menuju kamar Sehun dengan langkah yang semakin terseok, aku ingin membantunya tapi entah kenapa rasanya sulit sekali untuk menggerakkan tubuhku, aku hanya diam mematung di dekat meja makan yang tersedia di dekat dapur, hanya air mataku yang mengalir deras hingga saat ini, saat di mana Ibu Sehun mengucapkan salam berpisahan secara tidak langsung pada Sehun.

"Kris bisa kau antarkan aku dan Sehun ke kamarku? Aku ingin tidur," ucapnya tiba-tiba menyadarkanku. Aku tak berniat menghapus air mataku, aku biarkan dia melihat air mataku yang mengalir deras tanpa rasa malu, dan aku pun dapat melihat air matanya yang mengalir semakin deras.

Aku ingin menggendongnya tapi dia menolak, akhirnya aku hanya memapahnya sedangkan ia menggenggam tangan Sehun erat agar Sehun terus mengikutinya. Kami bertiga masuk kedalam kamar Nyonya Oh yang sangat luas, dia berbaring di ranjangnya dan menuntun tangan Sehun untuk membelainya hingga ia terlelap.

Kutatap Sehun dengan air mata yang mengalir semakin deras, cukup lama aku menatapnya, aku bisa melihat ekspresi Sehun yang sulit kutebak, entah dia menyadari kondisi ibunya atau tidak, hingga tiba-tiba ia menyentuh kedua pipiku dan menghapus air mataku lembut. Tak lama setelah itu dia memberiku isyarat, "Apakah ibu sudah tertidur dengan nyenyak?"

Aku meraih tangannya dan menuntunnya untuk menyentuh bibirku.

"Dia Sudah Pergi," lirihku parau.

Ngilu, rasanya sangat ngilu untuk mengatakan hal itu pada seseorang yang sedang mengalami cobaan hidup yang sangat berat seperti Sehun, bibirku bergetar hebat setelah mengucapkannya. Bisa kulihat air mata yang langsung mengalir deras dari mata indahnya.

Namun yang membuatku terbelalak tak percaya adalah, senyum tulus yang tersungging di bibirnya. Seolah ia mengatakan, "Aku telah mengikhlaskan kepergian Ibu, dan aku akan tetap kuat serta hidup bahagia seperti yang Ibu mau."

.

.

-END-

.

.

Sebagai author yang baru netes maaf atas segala kekacauan fanfic ini karna saya masih baru belajar, untuk yang sudah membaca terima kasih banyak ya ^_^