Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warning: YAOI, AU, OOC dan hal absurd lainnya

Main Pairing: Always NaruSasu

Rated: M for Mature and Sexual Content


Scandalicious

.

By: CrowCakes

.

~Enjoy~


.

.

Konoha Gay Video, merupakan salah satu production house yang bergerak di bidang perindustrian adult video. Company tersebut tidak terlalu besar, namun cukup terkenal dan memiliki reputasi yang bagus. Setiap model yang ikut ambil peran disana, akan terkenal dengan cepat. Bahkan penghasilan para kru dan pemainnya pun sangat mahal dibandingkan perindustrian film biasa.

Karena itu, Sasuke sebagai cowok biasa dengan wajah stoic, berusaha memutar peruntungannya ditempat itu.

Tidak!—Sasuke tidak akan menjadi seorang pornstar, melainkan hanya kru film yang memegang andil dalam pengoperasian kamera. Bisa dikatakan kalau Sasuke adalah kameramen handal disana. Sejujurnya, di usia 21 tahun ini, mendapat pekerjaan dan penghasilan yang banyak sangatlah sulit, apalagi harus membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Karena itu, segala jenis pekerjaan akan diambil oleh Sasuke asalkan memiliki gaji yang memuaskan.

"Kau baru ya disini?" Suara seorang gadis menginterupsi kegiatan Sasuke yang sibuk membersihkan lensa kamera. Ia menoleh sekilas dan mendapati sosok gadis berambut pink sedang berdiri di hadapannya.

"Ya." Jawab sang Uchiha dengan nada tidak tertarik.

"Well, namaku Haruno Sakura." Ucap gadis itu lagi seraya menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Sang onyx tidak menanggapi juluran tangan Sakura, ia hanya terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab dengan nada malas, "Sasuke." Singkat, padat dan jelas.

"Uhm—oke? Jadi, sejak kapan kau bergabung?" Tanya gadis itu lagi, berusaha membuka pembicaraan dengan sang onyx, namun ditunggu beberapa menit pun Sasuke masih tidak menjawab. Membuat gadis itu bingung dan salah tingkah, jadi Sakura kembali berinisiatif membuka suara, "—Err—aku ada di ruang sebelah kalau kau membutuhkanku. Aku bekerja di bagian pencahayaan sekaligus tata rias." Jelasnya berusaha tersenyum canggung untuk mengambil afeksi pemuda itu, tetapi lagi-lagi tidak ada jawaban dari bibir Sasuke, membuat Sakura menyerah dan memilih berbalik pergi.

Sasuke sedikit mendengus kecil menatap punggung gadis itu. Jujur saja, ia sama sekali tidak suka diganggu saat berkonsentrasi dengan kamera nya. Fokusnya hanya tertuju pada benda berlensa itu agar tetap bersih dan siap untuk dipakai nantinya.

.

"Serius, Teme?—Kau hampir membuat Sakura menangis." Suara seorang cowok lagi-lagi mengganggu ketenangan sang Uchiha. Pemuda raven itu menoleh dan menemukan sosok cowok berambut pirang dengan wajah tampan dan tubuh tan menawan sedang tersenyum lebar ke arahnya. Ia mencoba mendelik ke arah orang yang menyela rutinitasnya itu.

"Bukan urusanmu, Dobe." Tukas Sasuke cepat tanpa lupa memberikan death glare andalannya.

Pemuda pirang dihadapannya itu ikut melemparkan tatapan galak, "Aku bukan 'Dobe', Teme!—Namaku Naruto!" Tegasnya lagi.

"Hn—" Sasuke hanya bergumam tanpa arti. Ia kembali beralih untuk mengatur kameranya lagi tanpa mempedulikan protesan Naruto. Sejujurnya, sejak awal, Sasuke sudah mengetahui nama pemuda itu.

Siapa sih yang tidak kenal dengan Naruto Uzumaki? Cowok itu merupakan salah satu artis gay adult video yang paling berkharisma, populer serta terkenal. Memiliki bayaran paling mahal dan termasuk ke dalam urutan 'seme' tertampan di perindustrian Konoha Gay Video. Namun Sasuke memilih tidak terlalu mempedulikan data diri Naruto maupun orang lain, sebab ia lebih menyukai kameranya dibandingkan manusa-manusia berisik itu.

"Jadi—" Naruto kembali berusaha berbicara dengan sang onyx, "—Siapa namamu?" Tanyanya berusaha mengakrabkan diri. Sayangnya, Sasuke lebih suka menambah musuh.

"Namaku tidak penting." Sahut pemuda Uchiha itu dengan nada dingin. Pandangannya tidak beralih dari kamera.

Naruto medengus kesal, mata birunya melirik berkeliling ke ruangan sekitar. Production house itu tidak lah besar, hanya sebuah ruangan yang tidak terlalu luas dengan beberapa peralatan untuk pengambilan gambar serta komputer untuk mengedit video nantinya. Serta beberapa ruangan lain seperti kamar tata rias untuk para pornstar dan pantry untuk tempat beristirahat para kru. Kemudian pandangannya terpaku pada selembar kartu nama di atas meja kerja Sasuke dan menyambarnya dengan cepat bahkan tanpa sempat mendengar protesan pemuda raven itu.

"Hei!—Kembalikan kartu namaku!" Sinis Sasuke sambil berusaha menangkap tangan Naruto yang memegangi kartu namanya.

Sang Uzumaki menyeringa tipis, ia menjauhkan kertas itu dari jangkauan tangan sang onyx, "Uchiha Sasuke, huh? Nice name." Pujinya seraya mendelik genit ke arah pemuda raven itu.

Sasuke menggeram kesal, ia membalikkan pungggungnya dan kembali berkutat dengan kamera, "Kalau kau tidak ada kerjaan disini, sebaiknya kau pergi saja." Perintahnya ketus.

Bukannya menurut, Naruto malah melemparkan pertanyaan lain, "Apa kau tidak bosan disini sendirian? Kru yang lainnya sedang bersantai di pantry." Ucap sang sapphire seraya mengambil kursi dan duduk dihadapan Sasuke.

"Aku suka menyendiri." Jawab Sasuke singkat tanpa basa-basi.

Naruto menggaruk rambut pirangnya, "Well, kalau begitu, apakah aku mengganggumu?" Tanyanya lagi.

"Ya." Balas pemuda raven itu tanpa perlu menatap sang pemilik blue ocean.

"Wow, kau benar-benar tidak bersahabat ya?"

"Hn."

"Kau juga sangat menyebalkan, Teme." Ucap Naruto mencoba memancing emosi sang Uchiha.

"Hn."

"Tapi kau sangat cantik." Naruto melemparkan senyum cerahnya yang disambut gebrakan meja dari Sasuke disertai aura hitam yang menguar disekitarnya.

"Berhenti mengangguku, Idiot! Pergi dan buatlah video!" Seru pemuda raven itu dengan kesal.

Naruto terdiam sesaat, kemudian tersenyum tipis, "Pekerjaan ini bukanlah keinginanku juga, Teme. Aku miskin, jadi aku membutuhkan uang." Jawab pemuda pirang itu menanggapi sarkasme yang dilemparkan sang Uchiha.

Sasuke tertegun sejenak saat menyadari bahwa perkataannya terlalu tajam pada pemuda itu. Shit!—Sekarang ia terlihat seperti aktor antagonis di film-film.

Sasuke merasa bersalah, tetapi enggan untuk meminta maaf. Harga diri membuatnya tidak ingin mengucapkan kata terlarang itu. Ia hanya mengalihkan pandangannya seraya berdecak kecil, "Pergilah. Jangan mengganggu pekerjaanku." Ucapnya melembut, tidak sesinis sebelumnya.

Sang Uzumaki menampilkan cengiran lebarnya, "Baiklah, aku akan segera pergi." Ia bangkit dari kursi dan mulai merenggangkan ototnya yang sedikit kaku, "—Ngomong-ngomong Sasuke, jam 2 siang nanti kita akan ada pengambilan gambar di Konoha's Onsen. Direktur menyuruhku untuk memberitahukan hal itu padamu." Terang Naruto lagi.

Sasuke melirik ke arah jam tangannya. Pukul 09.00 pagi, "Hari ini aku ada perkuliahan sampai jam 1 siang, tetapi akan kucoba datang tepat waktu." Sahutnya cepat seraya merapikan beberapa kertas ke dalam tas.

Naruto mengangguk, "Oke, kami akan menunggumu disana."

Sang Uchiha hanya ber'Hn' singkat kemudian melesat keluar ruangan, tanpa mempedulikan pemuda pirang itu lagi.

.

.

.

_Konoha's University, Pukul 09.30 Pagi_

.

Sasuke berlari di lorong koridor kampus dengan cepat, sesekali ia melirik ke arah jam tangannya untuk memastikan bahwa perkuliahan masih belum dimulai.

Sial!Aku telat, batinnya panik. Kakinya berhenti melangkah saat pandangannya tepat berada didepan sebuah pintu. Tangannya menyentuh kenop dan membukanya perlahan.

Mata onyx nya memandang berkeliling ruangan. Kakashi-sensei belum datang, hanya ada beberapa mahasiswa yang terlihat sibuk sendiri, entah saling melempar kertas ataupun bergosip. Pandangannya kembali beralih untuk mencari sahabat karibnya, Gaara.

"Sasuke!—Disini!" Panggilan pemuda berambut merah itu menyita seluruh perhatian sang onyx. Ia tersenyum tipis sebelum akhirnya beranjak untuk duduk disebelah si jenius nomor satu itu.

"Apakah aku telat?" Pertanyaan itu yang pertama kali terlontar dari mulut Sasuke.

Gaara menggeleng, "Tidak, sepertinya Kakashi-sensei tidak bisa hadir hari ini, jadi kita hanya diberi tugas saja." Jawabnya cepat.

"Hn—bagus." Sasuke meletakkan tas nya diatas meja, selanjutnya hanya diam tanpa banyak bicara. Dan Gaara juga sama sekali tidak membuka obrolan. Pemuda itu sibuk menulis dibuku catatannya dengan serius. Hal itu sama sekali tidak mengganggu Sasuke, ia juga tidak merasa canggung karena kesunyian yang meliputi atmosfir diantara mereka. Lagipula ia dan Gaara sama-sama pendiam dan menyukai suasana tenang. Jadi pertemanan ini benar-benar simbiosis mutualisme, right?

"Aku mendapat pekerjaan." Gaara memulai topik pembicaraan setelah dua menit saling diam, kemudian tersenyum tipis, "—Memang hanya pekerjaan biasa, tapi gajinya cukup tinggi." Lanjutnya lagi. Mata jade nya beralih menatap sang onyx, "Bagaimana denganmu? Apa kau sudah mendapat pekerjaan?"

Sasuke mengangguk pelan, "Ya, pekerjaan yang sangat membosankan, tapi gajinya cukup menggiurkan."

Gaara mendengus geli, "Jaman sekarang, pekerjaan seperti apapun tidaklah penting, asalkan gajinya sangat memuaskan, semua orang pasti akan berebut untuk mendapatkannya."

Sasuke tidak menampik kenyataan itu, apalagi mengingat tentang Naruto yang juga membutuhkan uang hingga bersedia menjadi gay pornstar. Setidaknya ia bersyukur memiliki pekerjaan dibelakang kamera tanpa harus mempermalukan harga dirinya dengan menjadi model pornstar.

"Ngomong-ngomong Sasuke, apa kau ada rencana siang ini? Aku ingin mentraktirmu makan siang untuk merayakan pekerjaanku." Ujar Gaara seraya tersenyum tipis.

Sasuke mengetukkan jarinya ke meja dengan gelisah kemudian menggeleng lemah, "Maaf Gaara, tapi aku masih harus bekerja."

"Oh—okay then." Sahut pemuda berambut merah itu lagi, mencoba menyembunyikan raut wajah kecewanya. "Bagaimana kalau besok?" Tawarnya lagi.

Sasuke terlihat berpikir sejenak, "Besok siang?—Well, okay."

Gaara tersenyum senang, "Tepat pukul 12 setelah kuliah, di Coffee's Cafe. Dan ingat, jangan terlambat." Tegasnya lagi yang disambut anggukan diam sang Uchiha.

.

.

.

_Konoha's Onsen, Pukul 14.00 Siang_

.

Menyewa tempat pemandian air panas sekaligus penginapan yang megah bukanlah hal yang murah dan gampang. Terlebih lagi tempat itu merupakan onsen ter-elit di Konoha. Walaupun begitu, Tsunade yang berperan sebagai direktur sekaligus penanggung jawab production house yang dikelolanya, dapat melakukan semua hal itu dengan mudah. Ia menyewa tempat itu dengan harga yang sangat murah karena memiliki koneksi yang bagus. Jangan tanya siapa saja 'teman' wanita itu, kalau dijabarkan mungkin akan memakan satu buku sastra tebal.

"Shikamaru, kau tahu dimana Sasuke?" Pertanyaan Tsunade terlontar cepat saat melihat sang asistennya.

Pemuda malas itu hanya menguap bosan, mata sayunya melirik ke arah jam tangan, "Pukul 14.05 siang." Jawabnya agak ngawur.

Bogem mentah di kepala dari Tsunade sedikit membangunkan akal sehat Shikamaru. Sedikit mengaduh, ia kembali menjawab pertanyaan sang direktur dengan benar, "Aku rasa, Sasuke masih kuliah. Dia agak sibuk akhir-akhir ini." Sahutnya seraya mengusap puncak kepalanya yang terkena pukulan telak oleh wanita itu.

Tsunade melipat kedua tangannya didepan dada sembari mengetukkan sepatunya di lantai, tidak sabaran, "Kalau ia tidak datang dalam waktu sepuluh menit, aku akan langung memecatnya." Desis sang direktur, kesal.

Sang asisten memilih berlenggang pergi daripada harus mendengarkan keluhan Tsunade. Ia beranjak menuju Naruto yang duduk disalah satu kursi, "Bagaimana perasaanmu? Gugup?" Tanyanya.

Sang Uzumaki terkekeh pelan, "Gugup? Kau pikir aku ini amatiran?—Jangan bercanda, tidak ada namanya gugup." Sombong pemuda pirang itu seraya membusungkan dadanya, angkuh. Membuat Shikamaru tertawa kecil.

"Yeah, tough guy." Shikamaru meninju pelan pundak sang Uzumaki, "Setelah Sasuke datang, kita akan langsung bersiap untuk pengambilan gambar, oke?" Jelas sang asisten.

Naruto mengangguk paham, tepat ketika ia ingin berbincang dengan Shikamaru lagi, suara dobrakan pintu dan sapaan Sasuke mengalihkan perhatiannya. Blue ocean miliknya menatap sang Uchiha yang terlihat masuk tergesa-gesa sambil menenteng kamera, kemudian membungkuk penuh penyesalan atas keterlambatannya pada sang direktur.

Shikamaru menepuk pelan pundak Naruto, "Kameramen sudah datang. Bersiap di posisi." Perintahnya dengan nada serius.

Pemuda pirang itu bangkit dari kursi dan bergegas menuju kolam air panas yang dikhususkan untuk pengambilan video. Tidak ada orang lain disana, hanya beberapa pornstar dan para kru yang mulai berkutat dengan peralatannya masing-masing.

Tsunade berdiri tegak di sisi kolam sambil berteriak untuk memulai syuting, "Naruto!—Lakukan dengan natural!"

Sang Uzumaki mengacungi jempolnya, tanda siap.

"Kamera bersiap!" Lantang Tsunade lagi seraya berseru pada Sasuke.

Sang Uchiha mengangguk dan mulai merekam saat melihat aba-aba sang direktur. Lensanya bergerak untuk mengambil gambar lekukan tubuh atletis pemuda Uzumaki itu. Kulit tan yang menggoda, senyum yang menawan, rambut blonde berantakan yang terkesan liar dan agresif, semua hal itu terpantul di kameranya.

Naruto memulai pergerakan untuk memeluk pasangan videonya. Memberikan ciuman yang seduktif dan membuat 'uke' tadi melenguh pelan dengan wajah memerah.

Dihadapan mereka, Sasuke masih merekam adegan tadi dalam diam. Terus berkonsentrasi dengan angle dan kameranya. Sedangkan Naruto sesekali mencuri lirik ke arah pemuda raven itu walaupun bagian bawah tubuhnya sedang memanja lubang lain.

Tsunade yang berada tidak jauh dari sana terlihat heran dengan tindakan Naruto. Pemuda pirang itu tidak berakting seperti biasanya, lebih banyak gugup dan kehilangan kendali dalam menggagahi 'neko atau uke' nya itu.

"Shikamaru—" Sang direktur memanggil asistennya dengan pelan, "—Kau tahu ada apa dengan Naruto? Apa dia sedang sakit?" Tanya wanita itu masih heran.

Shikamaru mendelik ke arah aktor itu dengan tatapan malas, "Aku rasa dia baik-baik saja." Sahutnya santai.

"Tetapi akting Naruto hari ini terlihat buruk sekali." Sela Tsunade, tidak puas.

Sang asisten berdecak sebentar menanggapi keluhan direkturnya. Detik selanjutnya, ia bergerak menuju Sasuke dan menghentikan pengambilan gambar, "Kita istirahat 30 menit." Ucapnya. Selanjutnya pandangannya beralih menuju Naruto, "—Kau ikut denganku. Kita perlu bicara." Lanjutnya tegas.

Naruto menghela napas, ia beranjak dari kolam dan berjalan mengekor Shikamaru yang menuju ke salah satu kamar, meninggalkan tempat syuting tadi.

.

Sang asisten menutup pintu kamar dibelakang mereka, dan membiarkan kesunyian merayapi atmosfir diantara mereka berdua. Shikamaru melipat kedua tangannya kemudian bersender di sisi pintu. Ia bahkan tidak mempedulikan tubuh Naruto yang masih telanjang bulat tanpa pakaian sehelai pun, yang dipikirkannya hanyalah sikap pemuda pirang yang agak aneh dari biasanya itu. "Jadi katakan padaku, ada apa denganmu?" Tanyanya tanpa basa-basi.

Naruto menggaruk rambut pirangnya, "Aku baik-baik saja."

"Melamun di tengah pengambilan gambar, sangat tidak baik-baik saja. Kau tidak fokus, Naruto." Desak pemuda berambut nanas itu.

"Maaf, aku hanya—"

"—Jatuh cinta?" Tebak Shikamaru yang langsung membuat Naruto tersentak kecil dengan wajah memanas.

"A—Apa? Darimana kau tahu?"

Sang asisten mendengus geli, "Aku tahu semuanya, Bodoh. Wajahmu itu mudah sekali terbaca."

Naruto terkekeh sebentar kemudian bergerak menuju Shikamaru dan menangkupkan kedua tangannya di sisi tubuh pemuda itu, "Jadi, bisa kau tebak siapa orang yang kusukai itu?" Tanyanya sambil memainkan alisnya, genit.

Shikamaru mendengus geli, jari telunjuknya menyentuh ujung kejantanan Naruto yang masih menegang, "Well, aku yakin kalau itu bukan aku." Ucapnya sambil menggoyangkan benda itu dengan pelan.

Tepat ketika mereka asyik bercanda, pintu samping terbuka dengan cepat. Membuat Naruto dan Shikmaru langsung menoleh kaget.

"Nona Tsunade menyuruhku unt—" Kalimat Sasuke terhenti saat melihat posisi dua orang didepannya yang sangat mencurigakan itu, "—Uhmm, sorry, aku akan datang 5 menit lagi." Ucapnya seraya berbalik pergi, namun langsung dicegah oleh Naruto yang panik.

"Tu—Tunggu Sasuke, aku dan Shikamaru tidak ada hubungan apa-apa. Kami hanya berteman." Tukas pemuda pirang itu dengan suara terbata-bata. "Ta—Tadi kami bercanda. Tidak lebih." Lanjutnya lagi.

Sasuke hanya menunjukkan wajah bingung, "Well, okay?—Aku tidak peduli." Ujarnya dingin. "—Selesaikan urusanmu dan kembali syuting." Sambungnya sambil beranjak pergi dari sana.

Shikamaru yang melihat raut wajah kecewa Naruto hanya mendengus geli, "Biar kutebak lagi, kau jatuh cinta pada Sasuke?"

Sang Uzumaki mengangguk pelan, "Yeah, kau benar." Jawabnya tanpa penyangkalan, "—Sayangnya, Sasuke tidak peduli denganku." Lirihnya lagi.

Pemuda berambut nanas itu menepuk pundak Naruto dengan pelan, "Oh ayolah, jangan putus asa. Aku yakin kau bisa membuat Sasuke jatuh cinta. Berusahalah malam ini, oke?"

"Malam ini?" Tanya Naruto sambil menoleh heran.

"Ya, Tsunade memutuskan untuk menginap disini selama sehari, tentu saja semua pra kru diberi kamar sendiri-sendiri. Dan aku bisa membuatmu dan Sasuke satu kamar." Jelas Shikamaru yang membuat Naruto sumringah.

"Benarkah?—Berarti aku dan Sasuke nantinya akan tidur dalam satu kamar?"

"Yup!—Benar sekali."

Naruto hampir meloncat kegirangan kalau saja Shikamaru tidak menyuruhnya untuk kembali ke tempat syuting, "Oke, cukup bersenang-senangnya. Kita perlu kembali bekerja." Sahutnya tegas yang disambut anggukan patuh pemuda pirang itu.

.

.

.

Pengambilan gambar adult video itu berjalan sesuai rencana dan selesai tepat waktu. Naruto sudah kembali ke sikap profesionalnya tanpa melakukan kesalahan lagi. Ia benar-benar tidak sabar untuk segera tidur satu kamar dengan Sasuke.

God!—Itu pasti sangat menakjubkan.

"OKE!CUT!" Teriak Tsunade menghentikan percumbuan dua aktor di dalam kolam panas itu. "Hari sudah senja, kita akan menginap malam ini disini." Ucapnya yang disambut senyuman lebar sang Uzumaki.

"Sasuke—" Tsunade memanggil sang kameramen, "—Kau tidur satu kamar dengan Naruto, oke? Soalnya kita tidak mempunyai biaya untuk menyewa kamar lagi." Terang wanita itu.

Sang Uchiha terdiam sebentar, kemudian mengedikkan bahunya, tidak masalah, "Hn—" Jawabnya singkat.

Sedangkan di sisi lain, Naruto sudah meninju udara penuh semangat tanpa bisa menyembunyikan rasa senang diwajahnya. Membuat Tsunade berdecak kecil, kemudian pandangannya beralih ke arah sang asisten.

"Kau berhutang padaku, Shikamaru." Bisik Tsunade yang disambut dengan dengusan kecil pemilik rambut nanas itu.

"Kau bisa memotong gajiku separuh." Sahut Shikamaru lagi.

Tsunade tersenyum,"Kau terlalu serius, santailah sedikit. Lagipula aku tidak menginginkan gajimu. Aku hanya bingung, kenapa kau mau membantu Naruto?"

Shikamaru tersenyum tipis, "Anggap saja, karena aku menyukainya."

"Woow—bertepuk sebelah tangan, huh? Sad."

"Shut up. Aku ingin berisitirahat di kamarku." Tukas pemuda itu sembari menjauh pergi. "—Hubungi aku kalau ada jadwal pengambilan gambar lagi." Lanjutnya seraya melambai pelan.

Tsunade tidak menjawab, ia hanya mengambil rokok dari saku, membakar ujungnya dan menghisapnya dengan nikmat, "Percintaan anak muda sangat tidak cocok dengan bidangku." Bisiknya pelan sambil terus memandangi Naruto yang mengekor dibelakang Sasuke menuju kamar mereka.

.

.

.

_Konoha's Onsen, Pukul 19.00 Malam_

.

Sasuke tidak pernah menyangka kalau makhluk berambut pirang yang berada satu kamar dengannya ini sangat mengganggu mata. Tersenyum sendirian, cengir tidak karuan bahkan guling-gulingan dilantai kesenangan. Ia sudah beberapa kali memarahi dan menggeplak kepala pemuda itu untuk berhenti bersikap idiot, tetapi bukannya diam dan menurut, Naruto malah semakin gembira. God!—Menyebalkan.

Sedikit kesal, Sasuke memilih keluar ruangan, "Aku mau mandi." Ucapnya singkat.

"Mandi?—Di pemandian umum?" Tanya Naruto lagi.

Sang Uchiha berbalik dan melipat kedua tangannya angkuh, "Yeah, memangnya dimana lagi? Di sungai?" Ketusnya tajam.

Pemuda pirang itu sumringah dan bangkit dari futonnya, "Kalau begitu aku juga ikut."

"Tidak!—Tidak!—Tidak!" Sasuke menahan tubuh Naruto dengan kedua tangannya, "—Kau tetap disini. Aku lebih suka mandi sendirian." Jelasnya lagi.

"Kenapa? Bukankah onsen terbuka untuk semua orang? Kenapa aku tidak boleh ikut?" Tanya sang Uzumaki, polos.

Pemuda raven itu berdecak kecil, ia melipat kedua tangannya, angkuh, "Aku ingin kau tetap disini."—sebab kau sangat merepotkan dan aku ingin pergi sejauh mungkin darimu, batin Sasuke.

"Apakah itu perintah?" Tanya Naruto seraya memasang tatapan anjing kehujanan.

"Ya! Itu perintah!" Tegas Sasuke seraya berpaling dan pergi keluar kamar tanpa mempedulikan protesan Naruto lagi.

.

.

Kolam air panas saat itu sedang sepi. Tidak ada satu orang pun disana. Sasuke merasa lega karena ia tidak perlu malu untuk bertelanjang bebas di tempat itu. Ia segera bergerak dan berendam di sisi kolam, menikmati hangatnya air yang memanja otot-ototnya yang kaku.

Sasuke memejamkan onyx nya, menghirup dan menghembuskan napasnya secara teratur. Ketenangan. Rileks. Dan santai. Semua hal itu dibutuhkannya saat ini. Sasuke kembali menyamankan posisinya, selama ia melamun, pikirannya terus berputar tentang obrolannya dengan Gaara mengenai pekerjaan. Sasuke tidak pernah memberitahu job nya yang sebenarnya pada sahabatnya itu. Ia takut kalau Gaara akan menjauh dan memutuskan tali persahabatan mereka. Hell no!—Bagaimana pun juga Sasuke akan terus mempertahankan persahabatan mereka.

Yeah—walaupun ada kalanya ia juga berencana untuk membicarakan pekerjaannya dengan Gaara. Sasuke ingin persahabatan mereka murni tanpa adanya rahasia.

"Apa besok saja aku memberitahu Gaara tentang pekerjaanku, ya?" Gumam Sasuke pada dirinya sendiri seraya bangkit dari sisi kolam. Ia merasa cukup untuk berendam saat ini, sekarang yang dibutuhkannya adalah berisitirahat di futonnya yang hangat dan berharap si manusia berisik itu tidak membuat keributan lagi.

.

BRAKK!—Pintu depan kolam air panas itu menjeblak lebar, menampilkan sosok Naruto yang sedang sumringah dengan handuk kecil yang melilit pinggangnya.

"SASUKE!—AKU DISINI UNTUK IKUT BERENDAM JUGA!" Teriaknya semangat dengan cengiran lebar.

Sang Uchiha menoleh dengan tatapan terkejut. Ia yang tadinya berencana untuk beranjak dari kolam langsung merendamkan lagi setengah tubuhnya agar bagian bawah badannya tidak terekspos oleh Naruto. Sedikit kesal, Sasuke menanggapi cengiran bodoh pemuda pirang itu dengan desisan kasar, "Mau apa kau kesini, Dobe?!—Sudah kubilang tetap dikamar kan?!"

Naruto melipat kedua tangannya tak kalah sebal, "Aku bosan." Jawabnya singkat.

Belum sempat Sasuke melemparkan protesannya lagi, Naruto sudah beranjak menuju kolam tepat di samping tubuh pemuda Uchiha itu, "Jadi, cuma kau saja yang ada disini, huh?" Tanya sang Uzumaki sembari melemparkan pandangannya ke sekeliling. Tidak ada orang satu pun kecuali dirinya dan Sasuke.

Thanks God!—Ini benar-benar hari keberuntungannya.

Sasuke berdecak sinis, "Aku sudah selesai." Ucapnya sembari melilitkan handuk di sekitar pinggang dan bangkit untuk pergi. Namun cengkraman Naruto dilengan menahan seluruh pergerakan tubuhnya. Sasuke mendelik galak, "Mau apa lagi?!"

"Kenapa kau terburu-buru?" Naruto membalas ucapan ketus sang onyx dengan pertanyaan polos. Membuat Sasuke semakin kesal dibuatnya.

"Karena aku sudah selesai berendam, Dobe. Jadi—" Sang Uchiha menepis genggaman Naruto dilengannya, "—Biarkan aku kembali ke kamar dan tidur nyenyak." Tegasnya.

"Lalu bagaimana denganku?"

"Dengar... Aku tidak peduli denganmu. Yang kubutuhkan sekarang adalah istirahat." Tukas pemuda raven itu lagi.

Naruto mendengus sebentar, "Apa kau menjauhiku?"

"Huh?" Sasuke menoleh untuk menatap pemuda pirang itu, "—Apa maksudmu dengan menjauhimu?"

"Sikapmu, tingkahmu dan cara bicaramu, semua itu terkesan sinis." Balas Naruto seraya melipat kedua tangannya dengan kesal, "—Apa aku sangat mengganggumu?"

Sasuke terdiam, kemudian berdecak kecil. Ia tidak menjawab dan hanya memandang sosok sang Uzumaki dengan tatapan galak, "Ya. Kau mengganggu." Jujurnya lagi.

Jawaban singkat itu seperti skakmat bagi Naruto. Intinya tidak ada pendekatan dan percintaan. Damn!

Sang sapphire mendesah, ia mendudukan dirinya di sisi kolam, "Aku pikir, kita bisa lebih akrab." Lirihnya pelan yang sanggup membuat Sasuke merasa bersalah.

Sang Uchiha mendesah pelan, ia memijat keningnya kemudian membuka suara lagi, "Maafkan aku kalau aku menyinggungmu, aku hanya lelah, oke?" ujarnya, membela diri.

Naruto tidak menjawab, pemuda itu hanya mengangguk pelan dan mulai bangkit dari kolam, "Oke... Aku juga akan segera kembali ke kamar." Sahutnya lagi.

Sasuke hanya melirik diam saat melihat punggung Naruto yang bergerak keluar dari pemandian kolam tadi dengan pundak yang merosot.

Jujur saja, Sasuke menyadari bahwa tindakan dan kata-katanya sedikit menyakitkan. Mungkin ia harus meminta maaf pada pemuda pirang itu nantinya. Yeah! Ide bagus. Mengurangi jumlah musuh sangatlah diperhitungkan dalam kelangsungan pekerjaannya di dunia bisnis. Tetapi untuk sekarang, sepertinya ia ingin kembali berendam. Mungkin selama 10 menit lagi.

.

.

Kamar yang Sasuke tempati tidak ada lagi suara berisik yang berasal dari Naruto. Ruangan itu sunyi dan gelap, membuat Sasuke yang baru masuk ke kamarnya hanya mengerutkan alisnya, heran. Apalagi melihat Naruto yang sudah bergelung di atas futon dengan selimut tebalnya, padahal jam baru menunjukkan pukul 8 malam. Terlalu cepat untuk tidur.

"Naruto." Sasuke memanggil pelan. Ia beranjak menuju sisi futon pemuda pirang itu dan mengguncang bahu sang Uzumaki dengan pelan, "—Apa kau sudah tidur?"

"Belum." Sahutan pelan dari dalam selimut membuat Sasuke mengangkat kedua alisnya, terkejut.

"Oh—aku pikir kau sudah tidur." Balas sang Uchiha sembari menggelar futon nya disamping futon Naruto, "—Apa kau masih marah denganku?"

"Tidak." Jawab sang Uzumaki cepat. Tetapi nada suaranya yang kesal cukup kentara untuk didengar.

Sasuke mendesah lelah. Menghadapi tingkah kekanakan Naruto merupakan hal yang menyusahkan.

"Dengar, Dobe. Maafkan aku, oke?" Ucap sang onyx lagi. "—Jadi bisakah kau berhenti ngambek dan marah?"

"..."

"—Kita juga bisa berteman kalau kau mau." Sambung Sasuke lagi, mengucapkan kata 'berteman' dengan nada yang keras. Berharap Naruto mendengar dan kembali ceria lagi.

Nyatanya, taktik itu berhasil. Naruto menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, kemudian menoleh ke arah Sasuke dengan cengiran lebar, "Benarkah? Kita bisa berteman sekarang?" Tanyanya dengan suara yang menggebu-gebu.

"Uhm, yeah... whatever." Sahut Sasuke memutar bola matanya, malas. Pemuda raven itu bersiap-siap untuk tidur di futonnya, tetapi tarikan Naruto dilengan, membuat sang Uchiha terjerembab ke futon pemuda pirang itu. Ia menoleh galak ke arah penariknya, "—Apa yang kau lakukan, Idiot?! Aku ingin tidur!" Ketusnya.

Bukannya takut karena terkena omelan pedas dari sang onyx, Naruto malah menampilkan cengiran lebarnya seraya memerangkap tubuh pemuda raven itu dibawah badannya, "Bukankah kita resmi menjadi teman? Jadi tidak akan ada masalah kalau kita tidur dalam satu futon, kan?" Ucapnya polos.

Sasuke kembali melemparkan death glare-nya, "Jangan bercanda! Aku tidak mau bermain-main denganmu! Aku capek!" Sahut pemuda itu sembari menyingkirkan tubuh Naruto dari atasnya.

"Aku bisa memijatmu." Sela sang Uzumaki cepat. Menolak untuk menjauh dari atas tubuh Sasuke.

Sang Uchiha terdiam sejenak memikirkan tawaran menggoda itu. "Uhm... Okay." Ucapnya seraya membalikkan tubuhnya untuk tengkurap, "—Pijat tubuhku." Perintahnya lagi sambil menyamankan posisinya.

Memang agak kelewatan menyuruh pemuda pirang itu memijat tubuhnya. Tetapi tawaran menggoda itu tidak akan datang dua kali kan? Jadi, why not? Lagipula sendi-sendi ototnya cukup kaku, dan membutuhkan pijatan yang lembut.

Naruto mengangguk patuh sambil tersenyum senang. Ia mulai menggerakkan tangannya di bahu Sasuke dan memijatnya lembut, "Bagaimana? Nyaman?" Tanyanya meminta pendapat.

"Hn—not bad, Dobe." Puji sang Uchiha seraya memejamkan mata, menikmati sensasi pijatan itu.

Sang Uzumaki kembali menekan titik sendi punggung pemuda raven itu. Mengalirkan sengatan kecil yang membuat otot-otot itu rileks. "Aku hebat dalam soal memijat." Ucap pemuda pirang itu membuka pembicaraan.

Sasuke mendengus kecil, "Yeah... Aku bisa merasakannya." Sahutnya lagi tanpa membuka matanya. Pijatan Naruto sedikit membuatnya mengantuk.

"Balik badan. Aku akan memijat kakimu." Perintah sang Uzumaki yang langsung dituruti oleh Sasuke.

"Kau belajar darimana soal pijat-memijat?" Pemuda onyx itu melempar pertanyaan yang ditanggapi kekeh kecil dari Naruto.

"Well, bisa dibilang bakat alami." Jelasnya lagi seraya memijat kaki dan paha Sasuke.

Sang Uchiha mengangguk paham dan membiarkan rasa kantuk menyelimuti matanya. Tidak diragukan lagi bahwa pijatan pemuda pirang itu benar-benar sangat nyaman, membuat otot sendinya yang kaku mulai rileks kembali.

Naruto terus memijat tubuh Sasuke dengan lembut dan hati-hati. Mata birunya sesekali melirik ke arah pemuda raven itu yang mulai mengantuk. Otaknya mulai memikirkan rencana kotor dan bejat. Apakah ia harus menggerayangi Sasuke sekarang? Shit! Ini tidak akan bagus untuk 'persahabatan' mereka.

"Naruto, kenapa pijatanmu berhenti?" Tanya Sasuke bergumam kecil. Membuat sang Uzumaki tersentak sebentar dan melanjutkan pijatannya.

"Ah, maaf..." Ucap Naruto canggung, "—Sasuke, bolehkah aku membuka yukatamu? Aku ingin memijat seluruh otot sendimu." Lanjutnya lagi dengan hati-hati.

"Hn." Gumam Sasuke tidak jelas. Ia benar-benar mengantuk dan membiarkan pemuda pirang itu melakukan apapun yang dia mau.

Tindakan yang salah Sasuke. Benar-benar salah. Sebab Naruto sudah menyeringai senang dengan modus-modus bejat di pikirannya.

Tangan tan pemuda pirang itu mulai bergerilya untuk melepas kain yukata yang membalut tubuh Sasuke. Meninggalkan tubuh ramping yang putih itu dengan boxer hitam nya saja.

Naruto menjilat bibirnya pelan.

"Aku akan mulai memijat, oke?" Ucap sang Uzumaki meminta ijin.

"..." Tidak ada sahutan. Sepertinya Sasuke sudah tertidur pulas.

Naruto berpikir sejenak, akal licik memburamkan kewarasannya. Otaknya mulai berpikir ke arah tindakan yang membahayakan. Haruskah aku memulai rencanaku sekarang? Batin pemuda itu dalam hati.

Enggan berpikir lama-lama, jari-jari nakal itu mulai menjalankan misinya untuk menggerayangi perut dan pinggul sang Uchiha. Mengelus kulit lembut itu dengan sentuhan yang hati-hati. Seakan-akan Naruto takut untuk menggores tubuh porselin milik Sasuke.

"Shit!—Hanya menyentuhnya sedikit saja sudah membuatku tidak tahan lagi." Rutuk pemuda pirang itu dengan suara pelan. Ia mencoba menahan semburat merah yang kini mulai menghiasi wajah tan nya. Sekaligus menahan tonjolan yang sudah mulai membesar di balik celana nya itu.

Dengan degup jantung yang menggedor-gedor brutal, Naruto mulai menjalankan niatnya. Tubuhnya tercondong untuk mengecup perut mulus itu dengan hati-hati. Sedangkan tangannya mengelus perlahan ke arah paha yang menggoda iman sang Uzumaki.

Kecupan singkat di perut Sasuke, membuat pemuda raven itu mengerang pelan. Sensasi geli membuatnya bergerak penuh seduktif. Naruto bahkan harus meneguk liurnya berkali-kali agar tidak langsung menerjang cowok itu.

Sang Uzumaki kembali mengelus kaki, paha dan perut Sasuke dan berhenti tepat di bagian dada pemuda onyx itu. Menyentuh tonjolan pink yang menggiurkan itu dengan hati-hati. Berusaha tidak membangunkan Sasuke yang tertidur.

"Nghh..." Sasuke mengerang pelan. Membuat Naruto menghentikan sentuhannya dan menatap pemuda itu dengan panik. Mata onyx itu masih menutup.

Naruto menghembuskan nafas lega. Kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya untuk menyentuh tubuh mulus itu.

Ia mendekatkan kepalanya ke arah dada Sasuke. Membuka mulut dan mengeluarkan lidahnya yang basah untuk menjilat nipple yang menggoda itu.

Jilatan pertama, suara lenguhan pelan terdengar dari bibir Sasuke. Jilatan kedua, gerakan seduktif dilakukan oleh pemuda Uchiha itu, bergetar perlahan dengan napas yang cepat.

Naruto yakin, kalau Sasuke sedang bermimpi basah sekarang ini. Nice!

Tindakan pemuda pirang itu semakin gencar. Ia membuka mulutnya dan meraup tonjolan kecil tadi dengan rakus. Menghisap puting sang Uchiha dengan kuat kemudian menjilat lingkaran nipple tadi dengan gerakan memutar. Cairan saliva menetes dari ujung lidahnya ke dada Sasuke, memberikan gambaran erotis tubuh yang berbalut air liurnya itu.

Sedikit tergesa-gesa, Naruto mulai melepaskan yukata yang membalut kulit tan nya. Memperlihatkan tubuh tegap atletis dengan dada bidang yang mengagumkan. Tangannya bergerak untuk melepaskan boxer miliknya yang berwarna biru gelap, membebaskan benda yang sudah tegak menantang gravitasi di balik kain tipis tadi.

Naruto memegang organ vitalnya dan mendekatkan ke arah dada Sasuke. Menggesekkan ujung miliknya yang meneteskan precum ke nipple pemuda raven itu. Sensasi menggelitik yang nikmat membuat napas sang Uzumaki menderu cepat. Tersengal-sengal dengan luapan nafsu yang memabukkan.

"Hhhh—Ahhh—hhghh—" Sesekali Naruto menahan erangannya agar tidak membangunkan Sasuke. Kalau sampai ketahuan, mungkin saja, pemuda pirang itu akan dimutilasi dari atas kepala hingga ujung kaki.

Menyingkirkan pikiran mengerikan itu, Naruto kembali mengelus perut Sasuke dengan hati-hati. Menelusupkan jari-jari tan itu ke dalam boxer sang Uchiha, dan memerangkap benda yang masih lemas itu digenggamannya.

"Nghh..." Sasuke mendesah. Membuat seluruh pergerakan Naruto langsung terhenti dengan panik. Mata biru itu mencoba melirik ke arah pemuda dibawahnya. Masih tertidur, sepertinya Sasuke hanya mengigau dalam mimpinya.

Aman.

Naruto kembali meneruskan kegiatannya. Menyentuh penis Sasuke dengan lembut. Mengocok benda itu dengan gerakan hati-hati, mengirimkan sensasi nikmat yang membuat paha sang Uchiha bergetar pelan.

"Ahhnn..." Sasuke mendesah dalam tidurnya. Wajah yang tadinya putih itu kini mulai memerah perlahan. Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan dengan gerakan pelan. Ia benar-benar bermimpi basah.

Naruto menyeringai kecil, mencoba menahan suara tawanya. Kemudian kembali memanja puting pink tadi dengan lidahnya. Mengecup pelan, menjilat dan menghisapnya penuh nafsu. Pemuda pirang itu benar-benar gila dengan tubuh menawan sang Uchiha, ia ingin merasakan setiap inchi kulit yang mulus itu.

Dengus napas sang Uzumaki semakin keras. Ia melepaskan mulutnya dari dada Sasuke kemudian bergerak untuk memberikan hisapan di leher jenjang pemuda raven tadi. Sedangkan tangannya masih bermain-main dengan kejantanan sang Uchiha. Menariknya pelan, menggoyangkannya dan mengocoknya dengan lembut.

"Nghh..." Desahan meluncur lagi dari mulut Sasuke. Tubuhnya bergetar pelan saat seluruh aliran darah terpompa ke bagian bawah selangkangannya. Memberikan tekanan pada kejantanannya untuk berdiri.

Naruto melepaskan kecupannya di leher sang onyx. Tubuhnya beralih menuju bagian bawah Sasuke dan mendekatkan kejantanan mereka yang saling mengeluarkan tetes precum.

Ujung penis Naruto bersentuhan dengan ujung kejantanan Sasuke. Menggesekkan milik mereka seakan-akan saling berciuman. Geli. Nikmat. Dan hangat. Semua perasaan itu membuat sang Uzumaki kehilangan kendali akan kewarasannya. Ia ingin menyentuh dan membuat Sasuke merintih di bawah tindihannya.

"Hhh—Ahhk—Nghhh—" Naruto tidak sanggup menahan erangannya. Rasa nikmat dari penisnya yang saling bergesekan membuat pemuda pirang itu mempercepat kocokannya di kejantanan miliknya dan Sasuke.

Tubuh sang Uchiha bergetar, mulutnya mengeluarkan suara desahan pelan. Mata onyx yang tadinya terpejam mulai membuka perlahan. Mengerjap sebentar dengan bingung. Sengatan geli di bagian selangkangannya membuat pemuda itu melirik ke bagian bawah tubuhnya. Detik selanjutnya, matanya melebar kaget. Sosok Naruto yang sedang mengocok miliknya dan penis pemuda itu secara bersamaan membuat Sasuke tersentak panik.

"Do—Dobe! Apa yang kau lakukan?!" Seru sang Uchiha seraya mendorong tubuh itu dari bagian selangkangannya.

Bukannya takut karena sudah ketahuan, Naruto malah mencengkram lengan Sasuke dengan tangan satunya agar pemuda itu berhenti meronta, "Jangan—hhh—berisik."

Mata onyx Sasuke berkilat marah, ia menepis tangan Naruto dan mencoba melarikan diri, "KAU GILA! LEPASKAN AK—HMPHH!" Belum sempat sang Uchiha berteriak, Naruto sudah membekap mulut Sasuke dengan tangannya. Sedangkan tangannya yang lain masih melakukan pekerjaannya untuk mengocok penis mereka.

Naruto menggeram pelan dengan rasa nikmat di bagian organ vitalnya.

Sasuke terbelalak ngeri, ia mencoba memukul dan melepaskan tangan tan itu dari mulutnya, sedangkan kakinya terus berusaha menendang perut Naruto. Namun semua pertahanan diri itu tidak berguna dihadapan sang Uzumaki. Tubuh pemuda pirang itu kokoh layaknya tembok China, tidak bisa dijatuhkan maupun dirobohkan.

Sial!Sial!—Sasuke panik. Tangannya berusaha menggapai tubuh Naruto dan mendorongnya menjauh.

Nihil! Segala usahanya untuk melarikan diri percuma. Apalagi kejantanannya terus dikocok dengan cepat, membuat napasnya terengah-engah tidak terkendali. Cairan putih itu ingin segera melesak keluar, membebaskan dirinya dari siksaan 'nikmat' ini.

"Hmmph!—Mpphh!—Nghmphh!" Sang Uchiha mengerang keras. Mencoba melepaskan tangan tan itu dari mulutnya. Namun tidak ada tanda-tanda kalau Naruto akan membebaskan Sasuke. Pemuda pirang itu terus membekap bibirnya dan mengocok milik mereka dengan cepat. Precum saling berbagi, penis saling bergesekan dan sebentar lagi mereka akan mencapai kenikmatan bersama-sama.

"Shit!—aku—ahhhk—hampir keluar." Umpatan itu keluar dari bibir Naruto. Otot perutnya mengejang keras, bersiap menumpahkan seluruh benihnya keluar.

"Hmphh!—HMPHH!" Sasuke mengerang tertahan sambil mencoba melepaskan tangan dari mulutnya. Tubuhnya mengejang dan pahanya bergetar hebat. kemudian detik selanjutnya, cairan hangat itu meluncur dari ujung kejantanan. Tumpah membasahi bagian sisi perutnya.

"Arghh!—Ahhkk!" Naruto ikut bergabung mencapai kenikmatan. Otot perutnya mengejang hebat, suara lenguhannya terdengar, kemudian cairan sperma itu menyembur keluar dari penisnya tanpa bisa ditahan lagi.

.

Sang Uzumaki tersengal-sengal setelah seluruh kenikmatan itu keluar sepenuhnya. Mata birunya menatap Sasuke yang terbaring lemas diatas futon, mencoba mengumpulkan kewarasan dan napasnya.

Tangan tan Naruto terlepas dari mulut sang Uchiha. Secara perlahan bergerak untuk menyusuri rambut hitam yang sangat menawan itu.

PLAKK!—Sebelum jari-jari tan itu menyentuh surai hitam milik Sasuke, pemuda raven itu sudah terlebih dahulu menampar sang Uzumaki tepat di pipi dengan keras. Mata onyx nya penuh kilatan tajam.

"Kau binatang." Desisnya tajam.

Naruto terdiam, ia tidak membantah perkataan pemuda dihadapannya, "Aku... Menyukaimu." Ucapnya jujur yang menambah kemurkaan sang onyx.

"Menyukaiku?! Dengan menggerayangiku seperti itu?! Kau pikir aku apa?! Mainanmu, begitu?!" Jerit Sasuke kesal. Ia mendorong tubuh Naruto menjauh.

"—Aku akan tidur di kamar lain." Lanjut Sasuke ketus seraya merapikan yukatanya. Namun gerakannya lagi-lagi terhenti saat sang Uzumaki menerjang tubuhnya dan memaksanya untuk tetap terbaring di futon.

Pemuda raven itu kaget dengan serangan mendadak sang Uzumaki, ia mencoba meronta sekuat tenaga, "Lepaskan aku, Idiot!"

"Tidak!" Balas Naruto yang tak kalah keras kepalanya. Tubuhnya menahan seluruh pergerakan sang Uchiha, "—Aku mencintaimu, Sasuke."

"Diam, Brengsek! Lepaskan aku!" Umpat Sasuke lagi.

"Aku tidak akan membebaskanmu sampai kau menerimaku!" Balas Naruto, emosi.

"Kau gila! Apa kau pikir aku akan setuju?! Hell no!"

"Kalau begitu, kau tidak akan kulepaskan!" Seru sang Uzumaki seraya mengeratkan cengkramannya di lengan Sasuke. Membuat pemuda raven itu meringis kesakitan. "—Jadi, apa jawabanmu?" Ucap Naruto lagi penuh penekanan. Setiap kata yang meluncur dari mulutnya penuh nada mendominasi dan perintah. Seakan-akan tidak menerima penolakan sama sekali.

Sasuke menggeram marah, namun langsung menghentikan perbuatannya saat menyadari bahwa tatapan tajam Naruto penuh dengan ancaman. Pemuda raven itu bisa saja berteriak minta tolong, tapi dia takut kalau sebelum berteriak mulutnya sudah lebih dulu dibungkam oleh Naruto. Jalan terakhir adalah berpura-pura menjawab 'iya', berharap pemuda itu percaya dengan kebohongannya.

"Aku mengerti..." Sasuke akhirnya bersuara setelah mendesah pelan, "...Aku menerimamu sebagai pacarku. Jadi tolong, lepaskan aku sekarang." Lanjutnya lagi.

Naruto tercengang, mata birunya membulat penuh dengan keceriaan, "Kau—serius?" Tanyanya memastikan.

Sasuke melempar death glare galaknya, namun otaknya mengatakan untuk berhenti mengeluarkan tenaga percuma dan cukup berbohong saja. Setuju dengan pemikiran itu, sang Uchiha kembali mengangguk pelan, "Aku serius." Dustanya.

Pemuda pirang itu tersenyum lebar. Luapan kesenangan memenuhi rongga dadanya. "Aku mencintaimu, Sasuke!" Ucapnya riang seraya memeluk tubuh langsing dibawah tindihannya itu. Membuat sang Uchiha mengernyit tidak suka.

"Lepaskan aku, Dobe!" Protes Sasuke kesal. Ia mencoba mendorong bahu pemuda pirang itu. Tetapi bukannya menurut, sang Uzumaki malah semakin kurang ajar dengan mengecup leher sang Uchiha. Menghisapnya kuat dan meninggalkan tanda kemerahan di kulit putih itu.

"Aku bilang lep—Hmphh!" Mulut Sasuke lagi-lagi dibungkam oleh tangan Naruto. Pemuda pirang itu menatap sang onyx dengan pandangan yang menelanjangi. Kilatan nafsu dan tatapan bergairah, membuat Sasuke bergidik ngeri dengan mata terbelalak panik.

"Hmphh!—Mpphh!" Sasuke menggeleng cepat, berusaha menyampaikan protesannya saat melihat jilatan di bibir Naruto.

"Sasuke, kali ini, aku tidak akan menahan diriku lagi." Ucapnya dengan deru napas yang tidak terkendali.

Bulu kuduk Sasuke meremang. Rasa ngeri dan takut menjalar di setiap pori-pori kulitnya dan sebentar lagi dia akan diperkosa oleh bintang porno.

Damn! Kenapa nasibku seburuk ini?! Batin Sasuke dalam hati, kalut. Tangannya masih mempertahankan tubuhnya dari sentuhan Naruto yang meremas bagian dadanya. Sedangkan tangan satunya mencoba melepaskan bekapan tangan Naruto dimulutnya.

Sasuke panik, terlebih lagi melihat kilatan nafsu yang terpantul di manik ocean blue itu, serta deru napas Naruto yang mulai cepat dan tidak beraturan. Tanda-tanda insting binatang menyelimuti otak pemuda pirang itu.

"Hmphh!—Mpphhh!" Tidak ada suara yang keluar, hanya erangan tanpa arti yang meluncur dari bibir Sasuke. Pemuda itu terlihat makin ketakutan saat Naruto mulai mendekat dan mengecup lehernya. Memberikan sensasi menggelitik dari hembusan napasnya.

"Jangan berteriak." Kalimat itu yang pertama keluar dari mulut Naruto, "—Sekarang kau adalah pacarku, jadi kita akan sedikit bermain disini." Lanjutnya lagi dengan mimik wajah serius. Kilatan biru itu penuh intimidasi yang tidak boleh ditolak, membuat Sasuke harus meneguk liurnya ketakutan.

"Hmphh! Nghmph!" Sang Uchiha menggeleng panik, berusaha menyampaikan ketidaksetujuannya.

Naruto mencondongkan wajahnya, "Aku tidak akan menyakitimu kalau kau menurut, oke?" Ucapnya lembut. Namun dimata Sasuke itu merupakan ancaman yang mengerikan.

Sang Uchiha tidak punya pilihan selain mengangguk pelan dan patuh.

Naruto tersenyum lebar kemudian melepaskan tangannya, membiarkan Sasuke untuk bernapas sejenak.

Sang onyx melirik galak, "Kenapa kau melakukan ini? Aku bisa saja mengadukanmu pada polisi karena pelecehan." Desisnya tajam.

Naruto terkekeh sebentar sebelum mendekat dan mengecup kening pemuda raven itu, "Kita sudah pacaran. Jadi segala argumen mu tidak akan berguna di persidangan." Balasnya lagi.

Sasuke terdiam, bibirnya menggeram kecil namun tidak bisa membantah. Ia pasrah saat Naruto mulai mengecup keningnya dan pipinya. Lembut namun penuh dengan tuntutan nafsu.

Tangan putih sang Uchiha bergerak untuk mendorong tubuh pemuda sapphire itu, dorongan pelan dan lemah, "Hentikan... Aku tidak seperti mu. Aku straight. Normal." Katanya pelan penuh penekanan pada kata 'straight' dan 'normal'.

Naruto tersenyum kecil, "Aku tahu..." Sahutnya lagi. Kecupan singkat lagi-lagi dijatuhkan ke leher Sasuke. "—Tetapi bisakah kita bersenang-senang dulu?"

"Tidak, Dobe! Kau sudah kelewatan! Lepaskan aku!" Seru Sasuke membalas pertanyaan pemuda pirang itu.

Keras kepala adalah sifat yang ada pada Naruto, sedangkan 'kasar' adalah tindakannya saat mencapai libido yang tertinggi. Dan sekarang, sang Uzumaki mencoba mendorong Sasuke ke futon dan memaksanya untuk menurut. Tangan tan itu lagi-lagi bergerak kurang ajar dengan menyentuh dada Sasuke. Memilin dan menarik-narik tonjolan pink yang menggiurkan itu.

Sang Uchiha mendesis galak, "Hentikan! Aku tidak ma—Hmpphh!" Ucapannya terbungkam oleh ciuman dari Naruto. Sentuhan mendominasi dengan jilatan lidah yang mencoba masuk ke rongga mulut sang Uchiha.

"Mphh!" Sasuke tidak membiarkan lidah itu masuk ke mulutnya. Bibirnya tertutup rapat tanpa cela, membuat sang Uzumaki berdecak kesal.

"Sasuke, buka mulutmu." Perintah Naruto, tetapi Sasuke membalasnya dengan death glare mematikan. Seakan-akan mengatakan 'No Fucking Way, Bitch!'.

Sang sapphire berdecak kesal. Jarinya bergerak untuk membuka celah bibir mungil itu, saat ada kesempatan, lidah sang uzumaki langsung melesat masuk untuk menjamah seluruh organ di dalam mulut Sasuke. Lidah saling menyapa, bibir berbenturan keras, dan decakan berbunyi nyaring bersama saliva yang mengalir.

Sasuke mengerang pelan, matanya terpejam erat dengan rasa jijik, "Hen—hhmpph!—Stop! Hmphh!"

Naruto tidak berhenti. Ia menikmati menjelajah rongga basah itu dengan lidahnya, sedangkan tangan nakalnya meraba paha mulus Sasuke. Bergerak perlahan menuju titik sensitif kelelakian pemuda raven itu.

"Nghh!—Naru—Ahhnn—Hmphh!" Sasuke mencoba mengelak, namun anggota badannya sama sekali tidak bisa digerakkan karena tertindih tubuh Naruto. Ia lagi-lagi hanya bisa pasrah saat kulitnya disentuh dengan lembut oleh tangan sang pendominasi.

"Kau cantik." Dua kata pujian itu keluar dari mulut Naruto, ditambah kecupan ringan di pipi dan bibir sang Uchiha. "—Aku mencintaimu, Sasuke. Sangat mencintaimu." Lanjutnya lagi dengan bisikan berat dan dalam. Menyampaikan gairah dalam suara bariton yang menggoda.

Sasuke mengerang kecil, mencoba menolak segala bentuk percumbuan dari pemuda pirang diatasnya itu. Tangan dan kakinya terus menerus mendorong tubuh Naruto, memaksanya untuk menjauh.

"Hentikan, Dobe! Aku tidak suk—Hmphh!" Bibir kembali saling memagut, membuat Sasuke tidak bisa menyelesaikan kalimat protesannya.

Naruto tidak peduli, ia terus memberikan ciuman yang lembut namun memaksa. Jilatan ringan namun mendominasi. Segala bentuk penyerangan dilakukan untuk membuat sang Uchiha menyerah dan pasrah. Tak lupa tangan ikut bergeriliya menjamah apa saja yang bisa membuat seorang Sasuke mendesah nikmat.

"Ahhhnn—Ahhkk—" Suara erotis keluar dari celah bibir sang onyx.

Jackpot!—Pemuda pirang itu berhasil menemukan titik kelemahan sang Uchiha, tepat di bagian selatan tubuh pemuda itu. Jari-jari tan sang sapphire dengan cepat mengelus ujung kejantanan Sasuke, mengirimkan sentuhan yang memabukkan.

"StStop! Ahhnn—Hhh—" Sisa akal sehat yang dimiliki pemuda raven itu mencoba berontak, namun sayangnya, nafsu sudah memenuhi kuasa tubuh bagian bawahnya. Membuat Sasuke lagi-lagi hanya bisa memasrahkan diri ke Naruto.

Sang Uzumaki tersenyum senang saat mangsanya sudah mengurangi rontaannya, lidahnya bergerak untuk menjilat puting Sasuke. Membuat gerakan melingkar di sekitar tonjolan pink tadi. Kemudian memerangkap nipple itu disela giginya. Menggigit lembut.

"Ahhkk—Nghh—" Punggung Sasuke melengkung indah, membusungkan dadanya dengan gerakan seduktif yang membuat libido Naruto menggelegak liar.

Hisapan dan jilatan masih memanja nipple yang menegang itu. Sedangkan tangan tan nya terus bergerak mengocok organ vital sang Uchiha dengan pelan dan hati-hati. Seakan-akan benda itu akan rusak jika Naruto melakukannya dengan gerakan kasar.

Paha Sasuke bergetar. Jari-jari kakinya mencengkram seprei futon dan tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Kenikmatan itu membuatnya kehilangan akal.

"Na—hhh—ru—to—" Ia memanggil lirih dengan wajah memerah penuh keringat.

Erotis. Kata itu yang pertama kali melintas di kepala sang Uzumaki. Membuat air liurnya terteguk berkali-kali di tenggorokan. Ia tidak sabar. Ia benar-benar bergairah sekarang ini.

Naruto bergerak pelan dengan napas memburu. Ia memerangkap kepala Sasuke di antara pahanya dan mendekatkan kejantanannya yang meneteskan precum ke bibir pemuda itu, "Sasuke—hhh—jilat." Pintanya.

Sang onyx terbelalak ngeri, ia mencoba mengelak. "Hen—hentikan!" Suaranya bergetar. Serak dan basah. Nafsu dan ketakutan tercampur jadi satu. Ia tidak siap untuk bercinta dengan cowok, tetapi di sisi lain, nafsunya masih belum tersalurkan. Apa yang harus dilakukannya? Menolak atau mengikuti bisikan iblis di otak bejatnya?

"Teme—hhh—jilat." Permintaan yang mendominasi dari sang Uzumaki lagi. Alat kelaminnya sudah berdenyut tidak sabaran ingin menjamah rongga hangat itu.

Sasuke menggeleng cepat, ia mendorong pinggul Naruto, "Hentikan, Idiot! Cukup bermain-mainnya!" Seru pemuda itu kesal. "—Aku tidak ingin seseorang salah paham dengan situasi kita sekarang ini?" Lanjutnya lagi, mencari alasan.

Naruto hanya mengerang kesal, "Tidak ada orang lain, Teme." Ia menyela dengan tidak sabaran, "—Jadi cepat jilat penisku." Ucapan vulgar itu terlontar, membuat sang Uchiha mendelik galak.

.

.

Di tempat lain, Tsunade sibuk meminum bir nya dengan tegukan besar di kamar, "Kau tahu, Shikamaru?—Hic—Naruto itu benar-benar tampan." Ucap wanita setengah mabuk dengan seringai lebar.

Di hadapannya, pemuda berambut nanas itu hanya bergumam kecil sambil menatap lurus ke arah papan shogi didepannya. Berpikir. "Kau sedang mabuk, Tsunade-san." Sahutnya seraya mendelik wanita itu yang duduk sembarangan di samping meja. Wajah Tsunade memerah sempurna dengan cengiran mabuk.

"Oh ayolah—hic—seharusnya kau menyatakan perasaanmu itu pada Naruto. Dia—hic—terlalu bodoh untuk menyadari perasaanmu." Jelas sang direktur sambil meminum kembali bir nya.

Shikamaru bergerak tidak nyaman diatas alas duduknya, namun berusaha tetap tenang dengan bermain shogi sendirian. Tangannya bergerak untuk memindahkan satu biji shogi, "Aku tidak terima nasihat dari orang yang mabuk." Ucapnya ketus.

Tsunade tergelak keras, "Naruto menyukai Sasuke—hic—mungkin sekarang mereka sedang—"

TAKK!—Biji shogi terlempar kuat ke arah dahi wanita itu, membuat sang direktur kehilangan keseimbangan dan terjungkal ke belakang.

Shikamaru mendesis. Ekor matanya melirik tajam ke arah Tsunade, "Tanganku terpeleset." Alasannya.

Tsunade tertawa singkat sebelum bangkit untuk duduk lagi, ia kembali menegak bir ke sepuluhnya, "Kau serius merelakan—hic—Naruto untuk Sasuke?"

"Apa itu alasanmu mengundangku ke kamarmu, Tsunade-san?" Tanya Shikamaru dingin. Tangannya kembali bergerak untuk memainkan biji shogi, "—Lagipula percintaan Naruto bukanlah masalahku." Sahutnya dengan nada malas.

"Oh benarkah?" Satu alis wanita itu terangkat penuh curiga, "Aku rasa—hic—kau terlihat menyedihkan sekarang ini."

Shikamaru menguap untuk kesekian kalinya sebelum bangkit seraya membawa papan shogi nya, "Aku harus kembali ke kamarku. Ini sudah larut malam." Ucapnya mengalihkan pembicaraan.

Tsunade mengedikkan bahu, tidak peduli, "Ya, semoga kau—hic—bermimpi berciuman dengan Naruto." Goda wanita glamour itu.

Shikamaru tidak mempedulikan perkataan orang mabuk itu. Ia bergerak keluar kamar dan berjalan menelusuri lorong penginapan itu menuju kamarnya sendiri. Di tangan kanannya, terjinjing papan shogi kesayangannya.

Pemuda itu selalu membawa mainan favorite nya kemanapun dia pergi. Ia beralasan bahwa shogi membantunya tetap berkonsentrasi dan menajamkan pikirannya. Well, itu memang sangat berguna bagi orang seperti Shikamaru yang suka permainan mengasah otak dan strategi. Sayangnya, ia sangat lemah dalam hal menata perasaan. Istilah lainnya adalah cinta.

Shikamaru selalu bersikap tidak peduli di hadapan orang lain, bertingkah layaknya orang pemalas yang enggan hidup. Tetapi di balik itu semua, jantungnya selalu menggedor keras saat bersama dengan Naruto. Entah sejak kapan ia mulai menyukai Naruto. Mungkin sejak pemuda pirang itu pertama kali bergabung dengan perindustrian film aneh ini.

Kaki Shikamaru melangkah pelan namun pasti meniti lorong penginapan yang sepi itu. Tetapi derap kakinya langsung terhenti di depan salah satu kamar saat telinganya mendengar suara aneh yang keluar dari sana. Pemuda itu terdiam sebentar sebelum akhirnya memilih mendekatkan kuping ke pintu tipis itu untuk mendengarkan bunyi aneh tadi. Gabungan rintihan dan erangan. Hantu kah?

Ia perlu meyakinkan pendengarannya. Tangannya bergerak untuk membuka pintu dengan pelan dan menyisakan sedikit celah untuk mengintip. Mata hitam kelabunya menjelajah ruangan itu sebelum akhirnya membelalak lebar saat melihat adegan panas dihadapannya.

Di atas futon, tersaji pemandangan Naruto yang berusaha menggoda bibir Sasuke dengan kejantanannya. Penis besar itu berdenyut-denyut tidak sabaran untuk segera masuk ke rongga mulut sang Uchiha.

Shikamaru terhenyak. Ia mundur dengan cepat, namun rasa penasaran membuatnya kembali mengintip. Tangannya digunakan untuk menutup mulut agar tidak mengeluarkan suara apapun. Ludahnya meneguk keras saat melihat wajah Naruto yang berbeda dari biasanya.

Sang Uzumaki terlihat sangat bernafsu dibandingkan saat pengambilan gambar. Seringai tipisnya, tetes peluh di tubuhnya, dan kilatan gairah di mata pemuda pirang itu membuat Shikamaru tertegun sejenak. Sosok Naruto terlihat menggoda, liar dan penuh aura mendominasi.

Libido Shikamaru mulai menggelegak tak terbendung.

.

.

Sasuke meronta, benda keras dan berdenyut itu terus menggesek bibirnya, "Hentikan, Dobe!"

Naruto tidak peduli. Jari tan nya menyambar bibir mungil itu memaksanya untuk membuka, "Maaf—hhh—tapi aku tidak tahan lagi." Lirihnya dengan suara bariton serak.

Belum sempat Sasuke mengeluarkan kalimat protesan lain, batang kejantanan itu menghujam mulutnya tanpa ampun. Membuat sang Uchiha tersedak dengan mata membelalak kaget.

"Hmphh!—Ghok!—NGHMPHH!" Sasuke mengerang keras tidak bisa bernapas. Mata hitamnya berputar terbalik, menahan rasa mual dan denyutan otot dari benda yang terbenam ke kerongkongannya.

Naruto mendongak, mengeluarkan lenguhan nikmat saat organ genitalnya menyentuh setiap inchi mulut basah itu. Pahanya bergetar, "Ahhh—nikmat—hangat." Sang Uzumaki mulai meracau. Apalagi memerangkap kepala Sasuke diantara selangkangannya dan futon yang empuk.

"Nghmphh!—Hmphh!" Sang Uchiha masih mengerang. Mulutnya becek dengan cairan saliva dan precum.

Naruto memulai gerakannya. Ia mengangkat pinggulnya pelan kemudian menghantam mulut Sasuke dengan tiba-tiba. Begitu berulang-ulang dengan tempo yang cepat dan kasar, membuat Sasuke benar-benar ingin segera muntah, mengeluarkan seluruh isi perutnya keluar.

"Ahh—nikmat—fuck!—Sasuke—Ahhk!—hangat—" Desah Naruto dengan desisan penuh hasrat.

Tangan Sasuke mencengkram pinggul Naruto, berusaha mendorongnya. Namun tenaganya sama sekali tidak membuahkan hasil apapun. Hentakan dan sentakkan batang penis di mulutnya membuat pemuda raven itu hanya bisa pasrah dan membiarkan benda besar berotot itu menggagahi tenggorokannya.

Naruto melenguh nikmat dengan geraman kecil, "Ahhh—Sasuke—hhhgh!"

Telinga sang Uchiha tuli dengan erangan binatang milik sang Uzumaki. Mata onyx nya berusaha mencari benda apapun yang bisa membantunya untuk terlepas dari pemerkosaan yang dilakukan oleh Naruto. Namun manik hitamnya langsung terbelalak kaget saat melihat sosok Shikamaru yang mengintip dari balik pintu.

"Hmphh!—Nghmphh!—" Sasuke mengerang keras meminta bantuan. Tangannya berusaha menggapai sosok pemuda itu.

.

.

Shikamaru masih terdiam tidak bergerak. Mata hitam kelabunya bisa melihat ekspresi ketakutan dari sang Uchiha, tetapi ia sama sekali tidak beranjak satu inchi pun dari tempatnya. Akal sehatnya ingin segera menolong pemuda raven itu, namun hawa nafsu yang menguasai otaknya masih ingin melihat adegan senggama dihadapannya.

Napas Shikamaru menderu keras. Matanya terfokus pada kejantanan Naruto yang memperkosa mulut Sasuke dengan kasar dan brutal. Tanpa disadari, libidonya sendiri pun terpompa tidak terkendali.

"Na—hhh—ruto—" Shikamaru memanggil dengan bisikan lirih. Tangan yang tadinya digunakan untuk menutup mulut, kini mempunyai pekerjaan baru di balik celana.

Pemuda jenius itu meletakkan papan shogi kesayangannya di samping. Kemudian tangannya bergerak untuk merayap ke balik celana dan menggenggam miliknya yang sudah menegang didalam sana.

Basah dan lengket. Shikamaru benar-benar terangsang melihat pertunjukkan erotis dihadapannya.

.

Mulai bosan, Naruto menghentikkan sodokannya di mulut Sasuke. Melepaskan kejantanannya dan membiarkan pemuda raven itu menghirup udara segar untuk sejenak.

"Ghok!—Ohok!" Sang onyx terbatuk sambil memegangi tenggorkannya. Lega karena benda itu berhenti menyumpal jalur napasnya.

"Sasuke—hhh—" Panggilan penuh dengan nada mengintimidasi itu membuat Sasuke tercekat panik. Ia menoleh dan mendapati mata biru itu kembali berkilat penuh hasrat bejat. Warna yang tadinya cerah, kini berkabut dengan hawa nafsu, membuat Sasuke mundur ketakutan.

"—Aku ingin—hhh—menyentuhmu—" Lanjut sang Uzumaki lagi.

"Hen—Hentikan, Dobe! Leluconmu tidak lucu!" Teriak Sasuke panik. Pemuda raven itu mencoba berbalik dan berlari menuju pintu keluar, tetapi tungkai kakinya langsung di tarik oleh Naruto, membuat tubuhnya terjerembab jatuh.

"Jangan—hhh—kabur." Sahut Naruto seraya menarik tubuh itu mendekat. Memerangkap posisi tengkurap sang Uchiha di bawah tindihannya. Jari tan nya bergeriliya menuju ke belahan pantat pemuda itu demi menggapai lubang hangat yang sebentar lagi memanja kejantanannya.

Onyx Sasuke melebar panik, tangannya berusaha mencakar lantai tatami dengan gemetaran, "Hentikan... Hentikan..." Ia memohon.

Namun kalimat permintaan itu hanyalah angin lalu di telinga Naruto. Pendengaran sang sapphire sudah ditutupi oleh bisikan setan yang menginginkan mereka untuk cepat bersetubuh. Dan pemuda pirang itu menurutinya.

Sedikit tidak sabaran, Naruto menarik pinggang Sasuke untuk bertumpu pada lutut dan tangannya, membuat pantat pemuda itu menungging dengan posisi yang pas. Detik selanjutnya, jari-jari nakal itu mulai menusuk perlahan ke arah anus yang tersaji dihadapannya.

Sasuke tersedak dan tubuhnya bergetar saat dua benda asing mencoba mengobrak-abrik dinding rektumnya, "Hen—tikan!...Sakit...To—long—" Tangannya mencoba menggapai pintu keluar dimana Shikamaru sedang menyaksikan pemerkosaannya. Mata onyx nya menatap penuh keputusasaan.

.

Shikamaru tetap diam. Pemuda itu mengocok organ genitalnya dengan tempo cepat saat melihat tontonan dihadapannya itu. Napasnya memburu liar, "Naru—hhh—to." Ia memanggil lirih orang yang disayanginya itu.

Manik hitam kelabunya dapat menatap dengan jelas setiap tindakan Naruto yang memasukkan tiga jari ke lubang anus Sasuke. Mengocok liang surgawi itu dengan brutal, memperdengarkan suara becek dan erotis disaat bersamaan. Tercampur dengan jeritan sunyi milik Sasuke.

"Hentikan!—Ahhk!—Naruto!" Sasuke meronta keras, tangannya berusaha menggapai pintu. "Tolong!—Shikamaru!" Seruannya terdengar oleh sang pemuda jenius itu. Tetapi tidak ada tanda-tanda kalau satu-satunya orang yang bisa menolongnya itu akan turun tangan.

Shikamaru hanya terdiam kaku. Menatap seluruh potongan gambar erotis itu dengan deru napas yang cepat. Ia sadar kalau dirinya termasuk orang yang bejat dan brengsek. Saat temannya membutuhkan bantuan, ia malah menonton dalam diam. Bisikan setan itu terlalu kuat menggoda imannya, membuat pemuda jenius tadi terangsang dan hanya bisa menyaksikan potongan persenggamaan dihadapannya itu tanpa banyak bicara.

Naruto menggapai dagu Sasuke dan memberikan kecupan serta hisapan yang dalam di bibirnya, "Shikamaru—hhh—sedang tidak ada disini. Ia tidak akan—Ahhh—mendengarmu." Bisiknya dengan suara parau penuh hasrat dan gairah.

Sang Uchiha mencoba menggeleng dan menunjuk ke arah pintu, namun tangannya langsung ditangkap Naruto dan menjatuhkannya ke lantai dengan posisi telentang.

Sang dominan melebarkan paha putih mulus itu dengan geraman kecil, "Berhenti memanggil Shikamaru, aku cemburu." Desisnya tajam.

Sasuke mendelik kesal, "Lepaskan tanganmu dari paha—Hmphhh!" Kalimatnya terbungkam oleh ciuman pemuda pirang itu.

Mulut Naruto menekan bibir sang onyx dengan gairah yang menggebu-gebu. Hisapan dan jilatan kembali dilakukan untuk menggoda lidah pasif milik Sasuke. Tak lupa suara decakan dari air liur yang saling bersahutan, menambah suasana panas di kamar bergaya tradisional itu.

Tangan Naruto bergerak untuk menjamah lubang anal sang Uchiha, mengelusnya dengan hati-hati, "Aku—Mhhnn—tidak tahan—nnghh—lagi." Ujarnya disela-sela pagutan lidah mereka.

Sasuke menggeleng lemah, ciuman itu membuat tenaganya menguap tergantikan kepasrahan. Ia mencoba menolak, tetapi tubuhnya terbakar oleh hawa nafsu, "Aku—hhh—tidak mau—ahhn—"

"Jangan bohong." Potong Naruto dengan napas memburu, "—Cukup diam dan nikmatilah." Lanjutnya lagi seraya mengangkat paha sang onyx dan membukanya lebar, memperlihatkan kedutan di lubang anal itu.

Lidah pemuda pirang itu terjulur untuk menjilat liang surgawi yang sebentar lagi akan memanja organ vitalnya, "Manis—hhh—" Pujinya lagi.

Sasuke mengerang tidak nyaman, tangan putih itu mencoba mendorong kepala Naruto dari bagian bawah tubuhnya, "Hen—ahhhn—hentikan—nghh!"

Sang Uzumaki menurut, ia melepaskan jilatannya dan mendekatkan pinggulnya ke belahan pantat Sasuke. Ujung penisnya di gesekkan ke lubang sempit yang berkedut itu dengan lembut, seakan-akan menyapa salam perkenalan mereka. "Aku—hhh—ingin memasukannya sekarang." Ucap Naruto dengan nada tidak sabaran.

Sang Uchiha menggeleng cepat, "Tidak. Aku tidak mau."

Naruto tidak mempedulikan protesan Sasuke, ujung penisnya mengecup lubang anal itu dan mulai menusuknya secara perlahan dan hati-hati.

Tubuh sang Uchiha tersentak dan pahanya bergetar. "Na—Aghhk!—Naru!" Suaranya tercekat di tenggorokan saat benda besar dan berdenyut tadi menyeruak masuk ke bagian intim tubuhnya. Sasuke mencengkram lengan tan itu dengan kuat. "Hentikan!—Ahhkk!"

Sang dominan tidak berhenti, pinggulnya bergerak maju untuk terus membenamkan batang kemaluannya ke liang hangat dan sempit milik Sasuke. Naruto memejamkan matanya seraya menggeram pelan. Ia benar-benar menikmati saat lubang anus itu menyempit dan memijat penisnya dengan lembut. "Ahhhk—Sasuke—Hghh!—Sempit!" Erangnya tertahan.

Tubuh dan paha Sasuke bergetar hebat, ia tersedak sesaat dengan rasa perih di bagian bawah tubuhnya. "Na—hhh—ru—keluarkan—" Mohonnya dengan bisikan lemah.

"Sshh—tenanglah—Ahhk!—jangan diperketat, Sasuke—hhh—kau meremas penisku." Ucap Naruto mencoba bernapas sebelum memulai untuk menggerakkan pinggulnya.

Hentakan pertama, membuat tubuh putih itu terhenyak dengan jeritan sunyi, "StStop! Hghh!"

Naruto tidak peduli. Ia memulai hentakan lagi, kali ini sedikit terburu-buru dan tidak sabaran, "Ahhhk!—Hghhh! Nikmat—Hghh!" Pinggulnya bergerak konstan menghantam dinding rektum yang hangat itu.

Sasuke menjerit tertahan, ia bisa merasakan penis dengan otot berdenyut itu sedang menghantam titik terlemahnya. Prostat miliknya. "Ahhkk!—Naruto!—Lubangku—Ahh—sakit!" Teriaknya keras.

.

Dari balik pintu, Shikamaru menatap adegan persetubuhan itu dengan deru napas yang cepat. Tangannya bergerak memanja kejantanannya sendiri. Mengocok miliknya yang sudah menegang seraya mengelus lubang urinal nya yang terus mengeluarkan precum.

Shikamaru mendesah pelan, "Na—hhh—ruto—hhh—" Bibirnya memanggil nama pemuda pirang itu dalam bisikan pelan. Ia ingin menjamah kulit tan yang sedang menikmati lubang lain itu. Memeluk tubuh atletis sang dominan dalam rengkuhannya. Bercumbu layaknya yang dilakukan Naruto dan Sasuke sekarang ini.

Di dalam hatinya, Shikamaru menyimpan rasa cemburu. Ia iri pada Sasuke, ia marah karena pemuda raven itu bisa mendapatkan apa yang tidak dapat dimilikinya.

"Hhh—Naruto—aku mencintaimu—hhh—" Bisikan itu terus keluar dari bibir sang jenius. Mata hitam kelabunya menatap penuh gairah saat kejantanan Naruto sedang menggenjot anus Sasuke dengan gerakan kasar dan brutal. Telinganya bisa mendengar suara becek yang berasal dari liang anal sang Uchiha. Suara yang membuat libidonya semakin terangsang.

"—Ahhkk—Naruto—hhh—aku menginginkan penismu." Desahan erotis kembali terdengar, kocokan di organ vitalnya semakin cepat. Meneteskan beberapa precum yang mengalir di batang kejantanannya.

Napas Shikamaru memburu. Rasa nikmat menyerang setiap denyut otot di alat kemaluannya itu. Menghantarkan aliran darah yang membuat penisnya semakin menegang. Napasnya tersengal-sengal penuh nafsu, pandangannya masih tidak beralih dari sosok Sasuke yang terus terhentak cepat saat di sodok oleh sang dominan.

.

Sang Uchiha pasrah. Sendi-sendi ototnya tergeletak lemah tidak berdaya di bawah tindihan binatang seperti Naruto. Pemuda pirang itu menyetubuhinya layaknya mainan sex tanpa jiwa, menghentak lubang analnya tanpa ampun. Bahkan telinga Sasuke dapat mendengar geraman berat dari suara sang Uzumaki.

"Na—hhh—ru—" Sasuke memanggil. Napasnya tercekat saat genjotan itu tidak juga berhenti. Ia mencoba menggerakkan otot rektumnya untuk memaksa benda besar itu keluar dari analnya. Sayangnya, hal itu menambah kenikmatan sang dominan.

"Aghh!—Sempit! Fuck!—Ahhh—" Naruto melenguh nikmat. Peluh membanjiri tubuh dan pelipisnya. Sedangkan piggulnya terus bergerak semakin cepat, membunyikan decakan basah dan becek dari liang anus itu. "—Sasuke—Aghh!—aku mencintaimu." Ucapnya disela-sela erangan libidonya.

Sang Uchiha tidak menjawab, hanya jeritan sunyi yang keluar dari bibir mungilnya. Rasa sakit dan pedih itu membuatnya hampir hilang kesadaran. "Ahh—Nharu—hhh—sha—khit—Ahhnn—" Erangnya dengan kalimat yang tidak jelas tapi masih bisa di mengerti oleh sang dominan.

"Sasuke—hhh—peluk aku—" Perintah Naruto.

Pemuda raven itu tidak punya pilihan lain selain menurut. Lengannya mencoba bergerak dan merangkul leher sang Uzumaki. "Ahhh—hhh—Ahhk!" Ia mengerang saat penis itu lagi-lagi berhasil menghantam prostat nya. Rasa nikmat membuat Sasuke melebarkan pahanya, memberikan akses pada Naruto untuk terus menggagahinya dengan sodokan keras.

.

Shikamaru menatap dalam diam dengan suara napas yang menderu cepat. Dadanya menggedor-gedor brutal karena pemandangan yang disuguhkan didepan matanya. Orang yang dicintainya sedang menyetubuhi pemuda lain, dan ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menonton adegan persenggamaan iblis itu dalam diam.

"Na—ru—hhh—" Kocokan di alat kelaminnya semakin lama semakin cepat. Memperdengarkan bunyi precum yang bergesekan dengan kulit penisnya. Bunyi yang terdengar sangat erotis.

Tubuh Shikamaru bergetar keras. Cairan putih itu hampir melesak keluar, "Ahhk—stop—jangan keluar dulu—hhhh—" Desisnya seraya menahan kejantanannya untuk berhenti berdenyut. Tangan kanannya bergerak mengocok, sedangkan yang kiri menutup saluran kencingnya. Ia tidak ingin segera 'keluar'. Matanya masih ingin melihat seluruh adegan panas di depannya itu.

.

Sasuke terengah-engah. Persenggamaan yang awal mulanya menjijikan itu, kini mulai dinikmati olehnya. Yang dipikirkan oleh nafsunya sekarang adalah mengeluarkan seluruh kepuasaan itu sampai habis. Mencari puncak kenikmatan di akhir percumbuan mereka.

"Naru—hhh—sodok anusku—" Permohonan keluar. Kalimat vulgar terlontar. Membuat Naruto tercengang dan menghentikan genjotannya. Matanya berusaha mencari kepastian bahwa telinganya tidak salah dengar.

"Kau—bilang apa?" Tanya sang Uzumaki, membalas pernyataan mengejutkan dari pemuda itu.

Sang Uchiha berdecak sesaat sebelum memalingkan wajah agar tidak bertemu pandangan dengan blue ocean dihadapannya itu, "Aku bilang—hhh—cepat sodok—nghh—aku—" Desaknya dengan suara semakin mengecil di akhir.

Naruto mengerjap heran untuk sesaat, tetapi detik selanjutnya, bibirnya melengkung penuh seringai lebar, "Kalau itu maumu, maka aku tidak akan segan-segan lagi." Ucapnya yang langsung menghentakkan pinggulnya dengan keras dan dalam.

"Ahhk!—" Sasuke terbelalak, mulutnya terbuka dengan suara tercekat. Sodokan itu berhasil menghantam prostatnya lagi. Membuat pahanya bergetar semakin hebat. "—Naru—Hghh!" Desah kembali meluncur, meningkatkan suasana panas di kamar penginapan itu.

Hentakan, sodokan dan genjotan, dilakukan bertubi-tubi tanpa jeda oleh Naruto. Pinggulnya terus memompa liang rektum yang memijat penisnya dengan nikmat. Sempit dan becek merupakan hal yang membuat kejantanannya berdenyut liar.

"Ahhh—Sasuke—nikhmat—" Sang Uzumaki meracau. Peluh di tubuhnya terus keluar tanpa henti, membuat kulit tan itu berkilat menggoda.

Sasuke terengah-engah tidak terkendali, onyx nya melirik ke arah selatan tubuhnya. Benda besar dan penuh denyutan otot itu keluar-masuk di liang anusnya dengan tempo cepat. Menggesek dinding rektum demi menghantam prostatnya lagi.

"Hhh—Naru—aku tidak sanggup lagi—" Erang sang Uchiha disela-sela lenguhannya.

"Aku juga—Hghh!—Akan ku keluarkan di dalam." Balas Naruto yang terus berkonsentrasi menyodok gua basah itu. Menyentak pinggulnya semakin kuat.

.

Shikamaru mulai hilang kesadaran. Mata hitam kelabunya mulai mengabur dengan gairah dan nafsu. Penisnya berdenyut semakin tidak terkendali lagi. Ia terangsang melihat Naruto yang menggagahi Sasuke dengan gerakan kasar dan tidak sabaran. Precum miliknya menetes di lantai, sedikit lagi ia akan mencapai kenikmatannya.

.

Di dalam kamar, Sasuke bergetar hebat, napasnya terengah-engah dengan dada yang naik-turun. Ia tidak tahan lagi, kepuasan itu hampir dicapai. Sang raven membuka mulutnya dengan lidah yang terjulur meneteskan air liur. Matanya terbalik hampir sekarat saat prostatnya terasa meledak karena dihajar berkali-kali oleh organ kelamin sang dominan.

"Shodok—hhh—nikhmat—" Kewarasannya hilang. Pertahanan dirinya runtuh. Ia ingin segera memuntahkan sperma yang mendesak di ujung kejantanannya walaupun harus terlihat seperti pelacur di hadapan Naruto, "Ahhk!—Gagahi aku—Ahhk!—Perkosa aku—" Racaunya tidak karuan.

Naruto menjilat bibirnya, terangsang oleh kalimat kotor yang terlontar dari mulut pemuda raven berpendidikan tinggi itu. "Hghh!—telan habis spermaku—Aggh!"

"Iyha—hhh—anusku akan 'menelan' seluruh sperma mu—Ahhnn!" Balasnya dengan lenguhan erotis.

.

Shikamaru menggigit bibirnya. Tangannya bergerak cepat naik-turun untuk mengocok penisnya. Sedangkan pahanya terbuka lebar dengan gemetaran. "Naru—Ahhh—tolong hentikan—ahhh—" Mata kelabu hitamnya memandang adegan persetubuhan itu dengan tatapan terluka, "—Ahhk—jangan beri spermamu pada Sasuke." Bisiknya lagi.

Walaupun hatinya perih, namun rangsangan itu tidak bisa dihentikan. Ia menikmati saat Naruto menyodok lubang lain dihadapannya. Apakah dia gila? Terangsang melihat orang yang dicintai bersetubuh dengan orang lain?

Tetapi di sisi lain, hatinya terluka dan ingin menghentikan persenggamaan itu.

Kocokannya dipercepat. Sebentar lagi cairan putih itu akan keluar bersamaan hasratnya yang tertahan

.

Naruto menggeram semakin nyaring seraya memejamkan matanya penuh kenikmatan, "Sedikit lagi—hhgh!—" Ia melenguh pelan, "—Ahhk!—Aghh!—keluar!—HGHH!" Otot perutnya mengejang tiba-tiba, pinggulnya tersentak beberapa kali sebelum akhirnya menyemburkan lahar putih yang merembes di organ dalam sang Uchiha.

Sang onyx juga akan mencapai titik klimaks nya.

Termasuk Shikamaru yang sudah tidak tahan lagi.

.

'AAHKK!NARUTO!'—Sasuke dan Shikamaru meneriakkan nama pemuda pirang itu di dalam otak mereka, sebelum akhirnya punggung keduanya melengkung indah dan memuntahkan cairan putih kental itu dari ujung kejantanan masing-masing.

Hasil dari kenikmatan yang sempat tertunda.

Sasuke terengah-engah dengan dada yang naik-turun di atas futon, sedangkan mata hitamnya masih setia memandang sang dominan yang tersenyum lembut diatasnya.

Naruto mendekat dan mengecup kening sang Uchiha, "Aku mencintaimu, Sasuke." Bisiknya dengan suara bariton lembut.

Pemuda raven itu menjawab dengan gumaman singkat tanpa arti, "Hn..." Balasnya pelan, tetapi sanggup di dengar oleh 'sang kekasih'.

.

.

Di luar kamar, Shikamaru terengah-engah seraya menyandarkan kepalanya di depan pintu. Mata kelabu hitamnya menatap sisa cairan sperma yang menodai tangannya. Lidahnya terjulur untuk menjilat liquid kental putih tadi.

Getir.

Rasa itu membuatnya mengernyit sebentar sebelum akhirnya tersenyum pedih. Ia merasa kalau 'rasa getir' itu sama dengan perasaan yang dimilikinya saat ini. Bahkan kalau boleh jujur, rasa pahit masih lebih manis dibandingkan rasa getir.

Maniknya kembali beralih untuk mengintip Naruto dari celah pintu.

Pemuda pirang itu tersenyum lebar dihadapan Sasuke sembari menjatuhkan kecupan sayang diwajah sang kekasih.

Shikamaru hanya diam tidak menampilkan ekspresi apapun. Ia kembali menatap telapak tangannya dan menjilat sisa spermanya lagi.

.

Kali ini, rasa itu semakin bertambah getir.

.

.

.

TBC

.

Yuhuuuu~ Crow bawa fic baru... Oke saya sadar ini terlalu mesum #plak XD

Di fic ini, nantinya penuh cinta segi banyak... huahahaha XD

Hope You Enjoy Guys/Girls :D

Btw, mungkin author akan update seminggu sekali, hehehe maaf XD... Author lagi byk tugas, tapi author coba buat update secepatnya oke? *wink* (^_^)

.

RnR!