Ada yang sadar gak sih, kalo di chap kemaren Kimi warna matanya biru lembut and merah. Itu aku salah ketik, maaff. Harusnya biru lembut bukan merah, tapi sejelek dan seancurnya fic kemaren gak akan aku edit. Alasannya, supaya aku tahu ada atau ngak kemajuan aku dalam hal tulis menulis.
-(Naruto milik Masashi Kishimoto, Saya cuma pinjem.
Sejelek dan senistanya fic ini, tolong jangan benci Pair/Chara yang ada di dalamnya.)
.
.
.
.
.
.
.
"Kimimaro aku mohon. jangan." Isak Sakura di bawah tubuh Kimimaro yang menindih tubuhnya.
Mengabaikan isakan Sakura, berpura-pura tidak peduli, Kimimaro menyentuh, mengelus, dan meremas paha dalam Sakura sensual. Jari jemari panjangnya menyelusup ke balik celana dalam Sakura, membelai bibir kemaluan basahnya. "Apa yang kau takutkan hm? Kau takut Sakit, aku akan pelan-pelan. Kau takut aku tidak bertanggung jawab, Aku berjanji. Janji seorang laki-laki pada wanitanya, Aku akan bertanggung jawab."
"Ahhh.. kimihh-" Sakura mendesah saat telunjuk Kimimaro memasukinya. Dia mencengkram kuat sprei putih berbahan satin di bawah tubuhnya, "Kau bodoh! Laki-laki paling bodoh yang pernah aku temui_akh!" Kimimaro tetap pada kegiatannya, "Akuhh... menyesal akh! Ouhh_ Ouhhh.. haaahh..." Sakura memekik saat Kimimaro menambah satu jari di dalam lorongnya, mengocok miliknya, keluar masuk dengan tidak sabaran. "Bisa kau diam. Atau aku akan melakukan lebih dari ini..." Kimimaro mengancam. Dia kesal saat gadis itu mengatakan kalau dia menyesal. Menyesal karena apa? Datang ke apartemennya? Bertemu dengannya, atau jadi kekasihnya?
Masih tidak mengalihkan perhatiannnya dari miss V kemerahan Sakura yang berkedut dan basah, "Minggu depan. Kita menikah." Dia berkata dengan nada berat lalu mendekati kepala Sakura, kembali mencium bibir membengkak gadis itu. Bibir dan tangannya bekerja bersamaan, menghisap bibir Sakura dan mengocok kemaluan basah Gadis itu. Ciuman lelaki berambut panjang itu begitu menuntut dan keras sampai Sakura kewalahan menghadapinya.
"Ouhhhh_Akh!" Sakura mengatur nafasnya saat bibir Kimimaro tidak membungkam mulutnya lagi. "Akh! Akh! Kimihhh... ouh!" Dia menjerit saat Kimimaro semakin brutal mengocok bagian bawahnya dengan telunjuk dan jari tengah panjang lelaki berwajah manis itu sampai dia sampai pada klimaks pertamanya yang hebat. Permainan bibir dan jari Kimimaru benar-benar memabukan. Tapi, dia harus melakukan sesuatu untuk menghentikan semua ini. Harus!
Memejamkan mata tanpa sadar Sakura meneteskan air mata, "Aku mohon. Hentikan. Hiks... Hiks... Hiks..." tanpa membuka mata dia mengisak. Sakura takut. Kimimaro mulai melebarkan pahanya, dia tidak bisa melakukan apapun selain menangis, memohon pada lelaki yang sedang di tutupi kabut nafsu itu untuk menghentikan semuanya.
Kimimaro berdiri di samping ranjang. Lelaki itu menatap Sakura yang mengisak di atas tempat tidur intens seraya melepas dasi, kancing kemeja kemudian melepas pengait juga ressleting celananya. "Kau yang memaksa aku melakukan ini, kalau kau tidak menolak mungkin kita akan melakukan ini setelah kita bersumpah di depan pendeta. Tapi kau benar-benar membuat aku geram sakura..."
.
.
.
.
.
.
.
.
Kimimaro terus memacu miliknya di lipatan basah Sakura, lebih dalam dan cepat. Setelah menjinakkan Sakura, yang sangat sulit sampai dia terpaksa menampar pipi kirinya sampai memerah, Kimimaro membimbing miliknya menuju lorong Sakura. Pria itu sempat mendengus kesal saat untuk ketiga kalinya dia gagal memasukkan miiknya ke lorong sempit Sakura. Mengacuhkan wanita itu yang merintih sakit di bawah tubuhnya.
Bosan dengan posisi sebelumnya, Misionaris, Kimimaro memaksa Sakura membelakanginya, "Ouuuhh... hya! Hya! Akh!" Pria bertubuh toples itu menyetubuhi Sakura dari belakang membuat wanita itu mendesah dan memekik kencang . "Arghhhh..." Kimimaro menggeram. Sakura mnghisap juga mengapit miliknya, Sakura begitu sempit dan nikmat. Tanpa melepas miliknya yang masih tertanam di tempat terintim Sakura dia menarik Sakura, sampai wanita itu duduk berhadap-hadapan dengan dirinya. Posisi Sakura duduk dipangkuan Kimimaro.
"Akkhhh..." Sakura memeluk punggung Kimimaro lalu memekik saat lagi-lagi pria itu menekannya lebih dalam.
Kimimaro beranjak dari ranjang tanpa melepas Sakura, pria itu memberi aba-aba pada Sakura agar melingkarkan kaki di pinggulnya. Sakura menurut, wanita itu takut mendapat tamparan dari laki-laki yang kini menggeram nikmat di depannya. Tamparan Kimimaro sangat keras dan perih, dia tidak mau merasakan itu lagi, tidak.
Kimimaro mengganti posisinya menjadi Standing Up, Melakukan hubungan intim dengan posisi berdiri, diperlukan koordinasi yang baik antara kekuatan
dengan keseimbangan tubuh, Teknik ini dilakukan ketika dua pasangan melakukan seks spontan dan quickie . Kimimaro berdiri, menekan punggung Sakura ke dinding, lalu kembali memacu miliknya kasar dan ganas di lipatan licin Sakura. Wanita itu memeluk dan mencakar punggungnya. Posisi ini memungkinkan Sakura mendapat penetrasi lebih dan membuat Kimimaro mencapai kepuasan yang tertinggi ( orgasme ). Tak berapa lama pria tanpa busana itu mengerang keras dalam mulut Sakura yang dia bungkam sejak tadi, cairan putih kental meleleh dari kemaluan Sakura yang penuh oleh milik Kimimaro sampai menetes di lantai.
.
..
.
.
Cahaya matahari senja menyelusup dari celah gorden, mengintip dua pasang manusia yang tengah menyatu di lantai kamar yang dingin. Sakura sangat kacau, wajahnya pucat, bibir bawah dan bibir atasnya membengkak, kedua belah pipi wanita itu merah padam dengan rambut merah mudanya yang kusut dan berantakan di lantai. Dia sudah tidak sanggup lagi, entah sudah berapa lama Kimimaro memperkosanya, tapi melihat cahaya matahari yang tamaran menyelusup dari celah gorden, sepertinya sudah lama tapi pria itu tidak juga berhenti, Kimimaro terus memacu miliknya, tidak mengacuhkan Sakura yang mengerang lemah di bawah tindihannya. Sakura mengedip-edipkan mata lemah, menahan rasa kantuk dan lelah yang membuat matanya memberat sampai dia tidak melihat apapun lagi, semuanya gelap.
.
.
.
.
.
.
.
.
OoO
Langit sudah gelap, lampu-lampu jalan sudah di hidupkan sejak 2jam yang lalu jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dua pasang manusia tidur satu ranjang di balik elimut yang sama, salah satu dari mereka menggeliat lemah.
Sakura menggeliat di balik selimut tebal yang melilit tubuhnya lalu mengerang Sakit saat dia menggerakan kaki, "Aa..." perlahan kedua kelopak matanya terbuka menampil dua pasang mata merah dan membengkak. Sepasang lengan besar memeluk pinggangnya posesif, dia melepas kedua tangan besar itu lalu duduk bersandar di kepala ranjang. Kedua tangan wanita itu mencengkram selimut yang menutupi bagi dadanya lalu mengisak, dia terus menangis... meluapkan kekesalan juga kekecewaan terhadap pria yang tidur satu ranjang dengannya. "Dasar Berengsek!" Dia memaki pria yang tidur dengan lelap di samping tubuhnya, "Laki-laki berengsek!" Lalu menjambak rambutnya, memukul kepalanya dan menampar pipi pria itu keras.
Kimimaro diam, dia tahu dia salah, membiarkan Sakura meluapkan kekesalan pada dirinya. Pipinya memanas, Sakura menamparnya keras , pria itu hanya bisa diam saat Sakura menjambak rambutnya. Sudut hatinya ngilu mendengar isakan wanita itu, matanya perih saat tetes demi tetes air mata Sakura membasahi wajahnya.
Saat Sakura akan menampar pipi Kimimaro lagi reflek pria itu menangkap tangannya. Wanita itu menggerak-gerakkan tangannya mencoba melepas tangan Kimimaro, "Lepas!"
Pria tanpa busana itu duduk berhadapan dengan Sakura tanpa melepas cengkramannya lalu mendekati Sakura. Dengan gerak cepat dia memeluk tubuh Sakura saat wanita itu mencoba menghindarinya Lalu mencium wangi menggoda tubuhnya. Sakura memberontak tidak mau pria bajingan itu memeluk tubuhnya tapi sialnya Kimimaro jauh lebih kuat darinya. "Kau sudah bangun rupanya..." dia tetap diam tidak membalas pelukkan Kimimaro yang berbisik lirih di telinganya. "Kau berengsek!" Sakura kembali memaki Kimimaro.
"Aku tahu"
"Bajingan!" Kimimaro memeluk tubuh Sakura semakin erat tidak merasa sakit hati dengan makian Sakura.
"Aku membencimu! Aku menyesal bertemu dan mengenalmu, aku benar-benar menyesal! bodohnya aku mencintai pria berengsek sepertimu." Sakura kembali mengisak di pelukkan Kimimaro. Tangan wanita itu memukul dada bidang Kimimaro sekuat tenaga meluapkan amarah.
"Kau boleh memukulku, menampar, memaki dan apapun yang kau mau, aku pantas mendapatnya." Dia menatap Sakura dengan tatapan menyesal. Satu tangannya menghapus aliran air mata di pipi Sakura, "Tapi aku mohon. jangan benci aku." Kening mereka saling bersentuhan lama, deru nafas keduanya saling bersautan, "Aku mohon."
Kimimaro memeluk tubuh Sakura sampai kepala merah muda wanita itu jatuh di bahunya. Pria itu tersenyum melihat wajah lelah Sakura yang tertidur di bahunya seraya menyisir rambut merah muda kusut wanita itu dengan jemarinya. "Maaf..." bisiknya lirih, "Aku benar-benar minta maaf." Seraya memejamkan mata, "Aku hilang kendali." Dia kembali meminta maaf.
Tanpa pria itu sadar wanita dalam pelukkannya itu tidak benar-benar tertidur, dia hanya berpura-pura.
.
.
.
.
.
OoO
Kimimaro yang setengah sadar meraba ranjang di sampingnya, kosong. Reflek dia duduk di ranjang saat tidak menemukan siapa-siapa, "Sakura," dia beranjak dari ranjang menuju balkon, "Saku, kau disana." Tidak menemukan Sakura di balkon dia menuju kamar mandi, membuka pintu kamar mandi pelan pria betelanjang itu mengacak rambut frustasi saat tidak menemukan Sakura disana. Kimimaro menatap sekelilingnya hampa dan dia tersadar kalau Sakura tidak lagi di kamarnya saat dia tidak melihat pakaian Sakura yang semalam berserakan di lantai, wanita itu sudah pulang.
Kimimaro mendekati ranjang, menarik sprei juga selimut yang terkena noda darah Sakura dan spermanya lalu membawanya ke kamar mandi. Dia memasukkan sprei dan selimut kedalam mesin cuci yang menempel didinding di samping bathup lalu meninggalkan benda itu setelah dia menghidupkannya lebih dulu. Keluar dari kamar mandi Kimimaro berjalan ke dapur kecil di apartemen lalu kembali kekamar dengan sapu di tangannya, untuk kali ini biarkan dia membersihkan apartemennya sendiri tanpa bantuan petugas kebersihan apartmen yang dia sewa, kamar apartemennya begitu kacau, lantai lengket karena kegiatannya semalam.
.
.
.
.
.
.
Terik matahari musim panas tahun ini sangat panas melibihi tahun-tahun sebelumnya. Tidak peduli panasnya terik Matahari membuat tubuh tegap yang tertutup jekat kulitnya panas meluap seorang pria melaju kencang mengendarai sepeda motor Ducati 1199 Panigale di jalan raya menyalip pengendara lain. Tanpa menghiraukan makian kesal orang-orang itu dia tetap melaju dengan kecepatan tinggi menyalip setiap kendaraan yang ada di depannya. Awalnya dia mau mengajak Sakura makan siang di salah satu resto terkenal di Konoha, tapi saat sampai di rumah sakit tempat Sakura bekerja sebagai dokter umum dia di kejutkan dengan berita dari Ino, teman Sakura, yang mengatakan pagi-pagi tadi Sakura menitipkan surat pengunduran diri pada Ino. Detik itu juga Kimimaro melaju kenjang mengenderai motornya menuju apartemen Sakura meninggalkan Ino yang baru akan menanyakan "Apa kalian sedang ada masalah?" Membuat gadis berambut pirang itu mendengus kesal dan penasaran. Hatinya gelisah, ada perasaan tidak enak saat mendengar Ino mengatakan Sakura mengundurkan diri. Takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, apa Sakura akan memutuskannya, pulang kerumah orang tuanya di Suna atau yang lebih buruk dari itu. Tidak! Sakura tidak bisa memutuskannya, gadis itu tidak boleh pergi meninggalkan kota ini.
.
.
.
.
.
.
OoO
Drttt... Drttt... Drttt...
Sakura tetap pada posisinya, duduk memeluk lutut di bingkai jendela, tidak menghiraukan handphonenya yang sejak tadi bergetar menandakan ada panggilan masuk. Wanita itu memakai tanktop pink dan celana piyama sebagai bawahannya. Rambut merah muda panjang yang kusut dan kamar yang sangat kacau.
Handphone datar silver gadis itu kembali bergetar.
let me be your hero
Would you dance if I asked you to dance?
Or would you run and never look back?
Would you cry if you saw me crying?
And would you save my soul tonight?
Would you tremble if I touched your lips?
Or would you laugh? Oh, please tell me this.
Now would you die for the one you love?
Oh hold me in your arms tonight.
Kali ini tanda pesan masuk. Sakura ingat Kimimaro yang menjadikan lagu romantis ini sebagai tanda pesan masuk, pria itu bilang lagu ini menggambarkan isi hati dan parasaannya.
I can be your hero baby
I can kiss away the pain
I will stand by you forever
You can take my breath away
Would you swear that you'll always be mine
Or would you lie? Would you run and hide?
Am I in too deep? Have I lost my mind?
I don't care. You're here tonight
I can be your hero baby
I can kiss away the pain
I will stand by you forever
You can take my breath away
Belum selesai lagu itu di putar handphone Sakura kembali bergetar, Sakura mengabaikannya, tetap pada posisinya duduk di bingkai jendela seraya menatap langit sore hampa.
Drttt... drttt... drttt... drttt...
Drttt... Drttt... Drttt... Drttt...
Lagi dan lagi handphone itu terus bergetar.
Bruuk! Handphone malang itu jatuh di lantai beralas karpet coklat. Tanpa sengaja tombol hijau di layar datar handphone itu bergeseken dengan karpet di bawahnya.
"Hallo?" Sapa Kimimaro lirih.
Sempat terdiam beberapa saat Kimimaro melanjutkan. "Saku, kau disana? Kau mendengarku bukan?" Tidak ada jawaban dari Sakura dia kembali terdiam.
Sakura memejamkan mata, menikmati hembusan angin sore yang membelai wajahnya, gadis itu membuka matanya saat mendengar suara Kimimaro yang terdengar ragu di sebrang sana. "Aku,"
"Tolong buka pintunya, aku berdiri di depan pintu apartemenmu, kau tahu?" Sakura turun dari bingkai jendela mendekati handphone yang tergeletak di bawah nakas lalu menyandarkan punggungnya disana.
"Hei, jangan diam saja, katakan sesuatu"
"Aku menyesal, aku minta maaf, kau mau memaafkan ku bukan?"
"Kau tahu? Aku merindukanmu" dia tersenyum lemah menatap layar handphonenya.
"Mungkin ini terdengar gila tapi aku serius"
"Aku benar-benar merindukanmu,"
.
.
.
Kimimaro memejamkan mata perlahan, "Sakura, tolong" yang dia terkejut saat mendengar suara seseorang di belakangnya, "Permisi" pria itu menoleh. Menatap datar seorang wanita dan laki-laki yang berdiri di belakangnya. Seorang laki-laki berambut nanas membawa koper besar dan perempuan berambut pirang yang tersenyum lebar seraya memeluk bingkai foto besar.
"Hn. Ada apa?"
"Kau menghalangi jalan kami" kata pria berambut nanas dengan nada malas dan sebal.
Kimimaro menyingkir dari depan pintu, kedua matanya membelalak melihat nanas dan kuning itu membuka pintu apartemen Sakura, "Apa yang kalian lakukan?" Katanya sinis.
"Membuka pintu" kata wanita pirang itu polos. "Ayo Shikamaru, aku tidak menyangka ada orang bodoh yang mau menjual apartemen di bawah harga standart."
Shikamaru mendengus, "Dia temanku Temari."
"Hehehe... maaf, aku hanya bercanda. Hwaa... Sakura-chan baik sekali ya." Temari menatap kagum apartemen barunya. Tidak begitu besar tapi sangat rapih dan mengagumkan.
Ini hari terburuk dalam hidupnya, apa maksud dari semua ini, dadanya sesak kedua matanya memanas tanpa sebab. "Sakura..."
"Aku tidak bisa mempercayakan hatiku pada laki-laki yang tidak bisa menjaga kehormatanku." Sakura mengisak.
Kimimaro jatuh bersandar di dinding.
"Kau menganggap aku sama seperti mereka..."
Bersamaan dengan itu sambungan pun terputus.
Fin.