Seorang pemuda pendek—ehem—mungil terengah-engah. Mulut mungilnya terlihat sedikit terbuka, membantunya meraup sebanyak mungkin oksigen untuk mengisi paru-parunya yang serasa kosong. Kulit pucatnya dibasahi oleh peluh—membuatnya terlihat ehem. Mata bulat beriris biru secerah langit musim panas itu bergerak liar kesana-kemari. Ia mengernyit heran, meskipun wajahnya terlihat tanpa ekspresi.

Kemana perginya botol minumku?

Ia menghela nafas ketika manik matanya jatuh kepada botol minum berwarna putih disamping tas—yang disinyalir merupakan miliknya. Tanpa pikir panjang pemuda itu langsung meminum minumannya. Ia mengernyit ketika merasakan tubuhnya memanas dan tubuhnya terasa begitu lemah. Pandangannya memburam. Ia merasa kesadarannya semakin menipis. Sebelum kegelapan menjemputnya, ia melihat sang kapten mendekatinya dan menatapnya dengan wajah—khawatir?

What the Hell?

1/?

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

OC © Kuro Kid

AkashixKuroko

GoMxKuroko

YAOI. Chibi!Kuroko. OOC. Typo

Merah. Biru tua. Hijau. Ungu. Kuning. Merah jambu.

Bukan. Itu semua bukan warna balon ataupun segelintir warna pelangi. Itu adalah warna rambut dari orang-orang yang terlihat mengerubungi suatu tempat.

"Ano~" si Merah jambu membuka suaranya. Ia terlihat menatap kelima orang lainnya yang tengah fokus—tenggelam dalam pikiran mereka.

"Diamlah Satsuki." Potong si Biru tua dengan nada jengkel. Ia terlihat tengah berpikir—walau sebenarnya ini sangatlah diragukan. Entah keajaiban apa yang sudah terjadi hingga si Biru tua ini bisa berpikir.

"Huaaa~! Apa yang terjadi-ssu!" seru si Kuning, wajahnya terlihat menahan tangis.

PLAK!

Kali ini si Hijau yang bertindak, ia memukul kepala si Kuning dengan kipas kertas—entah dia mendapatkannya darimana—dan menaikan kacamata yang sebenarnya tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya, "Kau berisik nanodayo!"

Si Ungu hanya melihat dengan tampang malas, tangannya memegang sebungkus besar potato chips sedangkan mulutnya sibuk mengunyah snack itu. Ia mengalihkan pandangannya pada si Merah yang hanya terdiam dan menatap datar kedepan.

"Aka-chin?"

Si Merah itu merespon, ia menatap si Ungu yang kembali sibuk dengan snacknya. Dahi si Merah berkedut jengkel, apa ini? Dia diacuhkan? Cih. Baiklah, lupakan si Ungu dan pacarnya itu.

Manik dwi warna miliknya masih terfokus pada apa yang tersaji didepannya. Otak jeniusnya sedang memproses apa yang sedang terjadi disini.

"Oi Kise! Jangan sentuh!"

"Mou~ hidoi-ssu~!"

"Aomine-kun, Kise-kun, jangan bertengkar~"

"Ahomine! Apa yang kau lakukan nanodayo?!"

"Aa? Aka-chin~ snackku habis. Bisakah aku mendapatkan snack lagi?"

CKRIS.

"Daiki. Ryouta. Satsuki. Shintarou. Bisakah kalian tidak berisik dan tidak menyentuh'nya'? Atsushi. Kau tidak akan mendapatkan apapun kali ini. Apa kalian mengerti?"

GLEK.

Mereka semua otomatis menganggukkan kepalanya, membuat si Merah tersenyum senang—yang terlihat justru senyum pembawa maut dimata kelima orang lainnya.

Kise Ryouta—si Kuning, memandang Akashi Seijuurou—si Merah—dengan tatapan bingung, "Sebenarnya, itu apa Akashi-cchi?"

Akashi terdiam, sedangkan Aomine Daiki, Midorima Shintarou, dan Momoi Satsuki—Si Biru, Hijau, dan Merah muda—lebih memilih untuk meneliti kembali 'benda' yang tergeletak dihadapan mereka.

Sejenak, mari kita lupakan sang raksasa Ungu—Murasakibara Atsushi yang tengah dalam masa pundungnya karena tak mendapatkan snacknya.

Akashi hendak berjalan mendekat, menyentuh 'benda' itu, namun sebelum itu terjadi, 'benda' itu bergerak terlebih dahulu—disertai dengan teriakan heboh dari Kise.

"Ung~"

Terlihat warna biru muda melambai-lambai—Kise sudah berteriak heboh kembali—dan disusul dengan kepala mungil yang keluar dari handuk tebal berwarna putih—kali ini tidak ada teriakan Kise yang menghiasi.

Kenapa?

Karena mereka semua membatu melihat pemandangan didepan mereka.

"Siapa kau?" tanya Akashi dingin. Sosok itu justru memiringkan kepalanya bingung. Mata bulatnya menatap polos Akashi.

Krik

Krik

"Ugh! Satsuki kau saja yang menanyainya." Ucap—perintah Akashi. Ia menutup hidungnya dengan tangannya, dan jangan lupakan wajahnya yang kini ternodai dengan semburat merah. Sebenarnya, keadaan yang lainnya tak jauh berbeda.

Momoi yang mendengar perintah Akashi pun mengangguk, ia mati-matian menahan dirinya untuk tidak memeluk sosok didepannya yang benar-benar sudah membuatnya gemas setengah mati.

Momoi—berusaha—tersenyum manis, "Ne~ jadi siapa namamu?"

Sosok itu masih terdiam, ia menatap kelima manusia warna-warni yang masih setia menatapnya. Sosok itu menundukkan kepala biru mudanya. Ia memainkan tangan mungilnya yang tersembunyi dibalik kaos putih yang terlihat sangat kebesaran itu. Wajahnya sedikit memerah.

"Ku-Kuloko Tetcuya desu."

HAAAAAAH?!

To Be Continued

a/n:

Hai minna~

Saya author baru di fandom ini. Ini adalah fiction debut saya, jadi maafkan saya jika memang masih ada kesalahan, entah saya terlalu membuat karakternya OOC atau gaya bahasa saya yang masih berantakan. Saya masih butuh bimbingan~

Oh ya, katanya (kata teman saya) ff saya mirip dengan ff Hocus Focus. Temanya sama—Kuroko yang menyusut jadi anak kecil. Saya sudah cek, dan memang iya. Sama. Tapi saya sama sekali tidak memplagiat karyanya. Mungkin kebetulan idenya sama. Saya bingung, mau diapakan ff ini, karena kebetulan saya sudah buat sampe 3 chapter, dan baru sempat dipublish sekarang.

Jadi, lebih baik saya bagaimana?

Keep or Delete?

So review minna?^^~