Survivor

"Bom!? Yang benar saja!"

"Cluenya hanya Seoul!? Astaga, dia kira Seoul sangat kecil!? Apa tidak ada petunjuk lain?"

"Sampai saat ini belum ada. Unit lacak, dimana posisi peneror tersebut?" tanya seorang namja paruh baya dengan rambut yang hampir memutih. Walaupun begitu, namja itu tetap memberikan kesan tegas dan disegani oleh banyak orang.

"Di sebuah kereta dari Dongdaemun History and Culture Park menuju Sookmyung Women's University," ujar seorang operator wanita dengan baju kepolisian berwarna hitam.

"Baik kalau begitu. Kita langsung berrgerak tetap dibagi dua kelompok. Mengingat peneror itu bilang bom itu bersamanya, berarti dia sedang memegang bom itu sekarang."

Semua yang ada di sana mengangguk dan memperhatikan seorang kapten yang sedang memberikan arahan kepada anak buahnya yang berumur 20-22 tahun.

"Tim pertama: Minho, Yunho, Junsu, kemudian tim kedua: Yoochun, Jaejoong, Changmin. Tim pertama fokus pada pelaku dan tim kedua fokus kepada bom. Saat kalian bertemu dengan keduanya, langsung ringkus pelaku, bawa ke mobil tahanan dan tim kedua akan menjinakan bom tersebut jauh dari para penduduk. Pasangkan alat komunikasi ini di telinga kalian," Kapten itu memberikan alat dengan ukuran sebesar kacang merah dan berwarna bening untuk dipasangkan di telinga, HT seukuran kartu nama, dan microfon kecil seukuran kancing kecil. Mereka menerimanya dan langsung memasangnya.

"Tes tes Agen Hero mengetes alat komunikasi"

"Tes tes Agen U-know mengetes alat komunikasi "

"Tes tes Agen Mickey mengetes alat komunikasi "

"Tes tes Agen Xiah mengetes alat komunikasi "

"Tes tes Agen Max mengetes alat komunikasi "

"All clear. Agen Ho mengkonfirmasi,," ucap seseorang dengan potongan rambut ke samping kanan sambil ikut memasukkan alat komunikasi ke dalam sakunya. Tak lupa dia mengambil senjata api Beretta 92 berwarna abu-abu buatan italia yang sudah tersusun rapi di dalam koper.

Kelima polisi muda tersebut mengambil masing-masing senjata Mark 25, senjata yang juga digunakan oleh pasukan khusus lupa mereka memakai baju antipeluru berwarna hitam dan jaket berwarna hitam.

"Jihye ah, hubungi stasiun asaookmyung untuk memberhentikan keretanya di sana tetapi jangan bilang kepada penumpang kalau ada bom di dalam kereta," ucap Yunho a.k.a Agen U-know kepada adiknya, Jung Jihye.

"Jja, ikuze~," ucap Jaejoong a.k.a Agen Hero sambil menuju ke mobil polisi.

.

Semua mobil berjalan serempak, membelah jalanan kota Seoul yang cukup ramai sore hari itu, saat semua orang pulang bekerja.

Mereka mengemudikan mobil mereka dengan cepat mengingat waktu yang diberikan oleh peneror itu hanya setengah jam.

Ckit.

Seluruh mobil polisi berhenti di depan akses menuju kereta bawah tanah di Sookmyung dan langsung menuju ke dalam kereta yang sebelumnya sudah diberhentikan oleh kepala stasiun dengan alasan adanya perbaikan kereta.

Mereka semua berpencar, masing-masing menuju ke delapan gerbong untuk mencari pelaku yang terduga teroris tersebut. Tak lupa unit bantuan juga datang ke lokasi dengan membawa anjing pelacak yang berjaga di sekitar universitas itu.

Para agen terlihat seperti penumpang yang mencari teman mereka dan mereka masuk ke dalam kereta berganti-gantian agar tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka sambil memperhatikan gerak-gerik orang yang sedang menjadi penumpang yang terbilang cukup padat di dalam kereta etrsebut.

Masing-masing dari mereka memakai earphone atau bluetooth earphone yang biasa digunakan untuk menelpon, tetapi kali ini hanya digunakan untuk penyamaran saja, agar penumpang tidak curiga. Selain itu, mereka mempunyai bahasa sendiri.

"U know, apa kamu sudah naik kereta?" tanya Jaejoong

"Sudah, cukup padat di sini, kamu dimana?" tanya Yunho sambil mengamati penumpang yang bisa saja diduga sebagai pembawa bom.

"Di gerbong 2. Ah, kamu ingin bertemu Bum Ahjussi kan? Kamu bisa meminta Jihye untuk menelponnya (arti: Untuk melacak peneror tersebut, kita bisa menelponnya sekali lagi. Jihye mohon coba menelpon peneror tersebut)," ucap Jaejoong sambil berhenti di dekat pintu keluar sebelah kanan untuk melihat orang-orang sekitar.

Jihye menerima signal tersebut langsung mencoba menelpon orang tersebut.

"Ah, Hero, jangan lupa ajak teman-temanmu untuk ikut bersama kita ke acara pariwisata nanti (arti: Perlu bantuan tambahan untuk bisa memperhatikan kondisi di masing-masing gerbong)" ucap Yunho yang juga berdiri di sisi kanan pintu, menghadap ke depan.

Tak lama sekitar 2 orang wanita dan 1 orang pria juga ikut masuk. 2 orang wanita tersebut langsung menuju ke gerbong wanita sedangkan yang pria untuk ke gerbong lain.

"Agen, aku sudah berusaha menghubungi peneror tetapi tidak diangkat," ucap Jihye sambil menunggu peneror tersebut mengangkat telponnya.

"Coba lagi, pasti bisa," ucap Junsu a.k.a Xiah yang sedang berada di tengah-tengah gerbong dengan posisi berdiri, sambil terus mengamati sekitar.

"Ah, sudah berapa lama ya tidak menelponmu? (arti: sudah berapa kali kamu menelpon peneror tersebut?)," ucap Mickey a.k.a Yoochun.

"Sudah 3 kali."

"Oh ya? Akhirnya aku mempunyai 3 ekor kucing di rumah tgetapi belum ada yang berwarna hitam. Andai kamu memberikannya 1 lagi, aku akan senang (arti: Aku menemukan orang dengan 3 kali handphonenya bergetar di sakunya tetapi tidak dia angkat. coba kamu telpon sekali lagi untuk memastikan)," ucap Changmin a.k.a Max sambil memperhatikan seorang namja memakai jaket berwarna hitam, bercelana jeans biru muda, bersepatu sneakers warna putih, dan kaus warna kuning. Mukanya tampak kusut, dan ada tas berwarna coklat di atas bagasi kepalanya. Untungnya orang itu duduk di samping pintu sehingga Changmin bisa mendekati orang itu, berpura-pura akan turun.

Jihye langsung mencoba menelpon orang itu kembali, "Aku menelponnya lagi."

Drrt drrrt

Saku orang tersebut kembali bergetar dan orang itu langsung mengangkatnya karena kesal ada panggilan untuknya terus.

"Ya! Kamu tidak tahu kalau aku sedang sibuk!?" ucap orang yang diduga sebagai teroris tersebut.

"Ah, maaf tuan, saya ingin menawarkan kartu kredit. Kami dari perusahaan kartu kredit baru bernama Dongbang Credit. akah anda-," ucapan Jihye sengaja dibesarkan suaranya dan juga ucapan dari pelaku tersebut dibuat menjadi speaker agar Changmin dan semua agen dapat mendengarkan percakapan tersebut dan Changmin dapat memastikan apakah ornag tersebut benar pelaku atau bukan.

"Ah iya betul-betul (Betul ini orangnya) ," ucap Changmin sambil membenarkan tasnya yang merosot sampai ke tangan, "kita bertemu di rumah Tuan Go ya, besok jam 3 sore. Rumahnya di sebelah kiriku kok hahaha. Ok, bye. (sekarang kalian ke sini, aku di gerbong 3, posisinya ada di samping kiriku.)," ucap Changmin lalu mematikan telponnya dan bersikap biasa.

Semua agen langsung menuju ke gerbong 3, bertemu dengan Changmin yang memberikan signal dengan menjatuhkan uang koin di depan orang yang diduga pelaku.

"Ah, lama sekali ya keretanya. Pasti perbaikkannya parah dan kita semua disuruuh turun," ucap Jaejoong basa-basi kepada Junsu yang sebenarnya adanya sinyal kepada Jihye untuk memberitahu kepada kepala stasiun untuk menyuruh semua penumpang turun.

Jihye langsung menghubungi kepala stasiun untuk memberitahu kepada semua penumpang agar keluar dari gerbong kereta.

Setelah itu kepala stasiun mengumumkan sendiri kalau ada kerusakan pada sinyal di stasiun sehingga kereta belum bisa melanjutkan perjalanan.

Sontak semua orang merasa kecewa, mereka ngedumel lalu keluar gerbong meninggalkan kedelapan agen yang sedang mengobrol di sekitar pelaku.

Pelaku yang hendak keluar dengan langkah perlahan lalu mengambil tas coklat yang diduga berisi bom itu langsung dihadang oleh Jaejoong.

"Mau kemana, tuan?" tanya Jaejoong diikuti dengan yang lain mengerumuni orang tersebut.

"Minggir, bukan urusanmu," ucap orang yang diduga pelaku tersebut berlalu tetapi Minho langsung menggenggam tangan orang tersebut dan kemudian memelintir tangan orang tersebut dengan cepat.

"Argh!" orang tersebut memekik, membuat penumpang lainnya menoleh ke arah mereka dengan tatapan kaget, khawatir, dan bingung dengan apa yang terjadi.

"Kami polisi. Kami ingin memeriksa tasmu," ucap Jaejoong sambil merampas tas yang diduga berupa bom.

Pelaku itu sempat memberontak tetapi tidak bisa melawan dan tangannya langsung diborgol.

"Itu bukan punyaku," ucap pelaku itu.

"Ini punyamu. Jelas-jelas kamu yang mengambilnya," ucap Junsu sambil ikut menghalangi pelaku yang memberontak tersebut untuk mengambil tasnya kembali.

Jaejoong langsung membuka tas tersebut,"Ini bom dan belum diaktifkan. Kita bawa saja ke markas sebagai barang bukti."

Semuanya mengangguk dan langsung menggiring pelaku tersebut ke kantor polisi tanpa adanya perlawanan berarti dari orang tersebut.

"Mission clear," ucap Minho kepada kantor pusat, membuat Kapten Lee selalu bangga dengan kerja anak buahnya.

Para penumpang yang menunggu di luar terpana ketika ke delapan orang tersebut meringkus penjahat dan membawa bom yang ada di kereta mereka.

Beberapa orang mengucapkan terima kasih kepada mereka dan juga memberikan selamat.

"Ini sudah menjadi tugas kami," ucap Yoochun sambil menjawab tangan seorang gadis dan mendapatkan bonus sikutan dari Junsu pada perutnya.

"Aww," ucap Yoochun refleks saat Junsu menyikut perutnya.

Junsu hanya mendelikkan mata dan memasang wajah cembetut lalu pergi menyusul Jaejoong.

Yoochun hanya terkekeh, dia sangat senang menggoda kekasihnya itu.

"Boleh minta nomormu, oppa?" tanya gadis itu malu-malu.

"Telpon saja ke kepolisian Seoul, kamu bisa menemukanku di sana," ucap Yoochun dengan senyuman cassanovanya.

"Hei Cassava, cepat jalannya," ucap Junsu kepada Yoochun. Ya, begitulah Junsu apabila sedang merajuk kepada Yoochun, dia akan memanggil kekasihnya itu dengan sebutan cassava alias singkong.

"Sudah ya, aku harus pergi," ucap Yoochun yang kemudian berlari menyusul Junsu lalu merangkul pundak Junsu walaupun Junsu selalu menepis rangkulan Yoochun.

"Aish dasar kalian ini," ucap Yunho yang sedikit merasa risih karena YooSu menebar kemesraan mereka walaupun sudah sampai di dalam mobil van khusus mereka.

"Kenapa Yun?" tanya Jaejoong bingung dengan tingkah kekasihnya yang menatap iri ke arah YooSu.

"Lihat mereka, bikin iri," ucap Yunho sambil memanyunkan bibirnya dan menatap YooSu yang tidak merasa terganggu sekalipun dan tetap menebar kemesraan.

Jaejoong hanya terkekeh lalu mengecup kilat bibir Yunho.

Yunho yang sempat kaget lalu memasang smirknya ke arah Jaejoong dan membuat Jaejoong bergidik ngeri.

"Hei, jangan memasang tampang seperti itu atau kau akan aku pindahkan ke belakang bersama penjahat itu," ucap Jaejoong dengan tampang mengancamnya.

"Aduh aku takut," ucap Yunho dengan takut dibuat-buat membuat Jaejoong makin bergidik ngeri.

"Hyung aku lapar," ucap Changmin sambil mengelus perut six packnya dan nyengir ke arah Jaejoong.

"Meyday meyday dompatku terancam," ucap Jaejoong sambil merengkuh tasnya erat-erat, membuat semua agen tertawa karena alat komunikasi mereka belum dimatikan.

"Jja, hari ini aku yang teraktir semua kru. Agen, kembalilah ke kantor, kita makan dulu sebentar baru introgasi para penjahat," ucap Kapten Lee disertai sorakan semua kru, terutama sang food monster, Changmin.

.

"Katakan apa motifmu mau melakukan pemboman di dalam kereta," ucap Yunho sedang mengintrogasi pelaku tersebut, bedua dengan Junsu.

"Apa urusanmu," ucap pelaku itu dengan inisial LSM.

"Tentu saja urusan kami karena ini menyangkut tindakan kriminal," ucap Junsu sambil memutar pulpen yang ada di atas lantai dengan tangan kanannya searah jarum jam.

"Katakanlah, jangan menyulitkan pekerjaan kami," ucap Yunho sambil menyenderkan badannya pada bantalan kursi.

Pelaku itu terdiam sejenak.

"Minumlah terlebih dahulu," ucap Junsu yang mempersilahkan pelaku tersebut minum.

"Kereta itu...," ucap pelaku itu yang akhirnya membuka suaranya. HoSu memperhatikan orang itu dengan seksama.

"Kereta itu adalah kereta yang menabrak kekasihku beberapa hari yang lalu," ucap pelaku itu lirih.

Deg

Sekelebat bayangan muncul kembali di benak kepala Yunho, bayangan akan kekasihnya yang dahulu meninggal karena ditabrak oleh kereta. Memori yang seharusnya dikubur dalam-dalam olehnya kembali menyeruak dan memaksa dirinya untuk mengingat kenangan yang sangat ingin dilupakannya.

Jaejoong, Yoochun, dan Changmin yang memperhatikan dari balik kaca yang bisa melihat langsung ke dalam ruangan hanya terdiam. Mereka hanya mengamati pelaku dan HoSu dari luar sambil mendengarkan pembicaraan mereka dari balik kaca.

"Dia meninggal dengan mengenaskan... Apa salahnya.. mengapa dia pergi meninggalkanku begitu cepat, mengapa dia bisa meninggal dengan cara seperti itu,,," ucap pelaku dengan lirih dan terselip nada frustasi di sana. Pelaku yang bekerja di perusahaan kimia itu mengacak rambutnya dengan kasar, tanda dia benar-benar sangat frustasi.

"Sebentar lagi hari pertunangan kami.. tapi kenapa dia meninggal..," ucap pelaku yang sendari tadi menundukan wajahnya itu.

"Kasus yang baru-baru ini terjadi di Sookmyung? Seorang wanita tertabrak kereta saat dia menyebrang pelintasan? Aku tahu kasus itu. Kasus itu dinyatakan sebuah kecelakaan. Masinis sudah melakukan sesuai dengan prosedur. Para satpam juga sudah memperingati wanita tersebut tetapi wanita tersebut tidak menghiraukan dan terus berjalan," ucap Junsu sambil mengingat-ingat kasus yang pernah ditanganinya tersebut.

"Itu bukan salahnya!" ucap pelaku itu dengan bentakan, membuat Junsu sedikit kaget sedangkan Yunho hanya terdiam.

"Itu salah masinis, satpam, dan kru kereta yang lalai dalam menjalankan tugas mereka sehingga kekasihku meninggal dengan mengenaskan seperti itu.. itu salah mereka!" Ucap LSM dengan penuh emosi, terlihat dari matanya yang memerah.

"Berkacalah dari fakta yang ada, itu bukan salah mereka. Kekasihmu sendirilah yang menyebrang dengan sembarangan," ucap Junsu penuh penekanan.

"Itu salah mereka!" ucap LSM dengan penuh emosi. Dia menggebrak meja dan membuat Junsu marah sementara polisi yang ada di luar ruangan masih melihat keadaan.

"Jaga kelakuanmu!" ucap Junsu berdiri, hendak memborgol kembali orang tersebut.

"Aku juga akan marah apabila aku menjadi dia, Junsu," ucap Yunho sambil menahan tangan Junsu untuk tidak memukul orang tersebut.

"Tapi hyung-"

"Tapi aku tidak akan membenci masinis tersebut kalau itu murni kecelakaan."

"Tau apa kau!" ucapan Yunho barusan membuat pelaku tersebut naik pitam.

"Lebih baik memaafkan masinis tersebut, bukankah itu lebih baik? Utuk apa saling membenci."

"Tutup mulutmu! Kamu tidak tau apa-apa!"

"Aku tau karena aku juga sama sepertimu!" Bentakan Yunho membuat pelaku itu terdiam "Kekasihku, ah tidak, mantan kekasihku meninggal karena tertabrak kereta untuk menyelamatkanku! Memang hanya kamu saja yang merasa sakit hah!? Mau sampai kapan merasa sakit!? Apakah hidupmu hanya dihabiskan hanya untuk terus merasa sakit!?" ucap Yunho penuh emosi.

Jaejoong hanya menatap kekasihnya dengan sendu. Dia tahu betapa sakitnya Yunho saat mantan kekasih Yunho dahulu terbunuh dengan cara yang mengenaskan, tertabrak kereta, tapi Yunho tidak pernah mengatakan kalau itu karena Yunho sendiri.

"Sepertinya malam ini aku tidak akan tidur," gumam Jaejoong tapi bisa didengar oleh Changmin dan Yoochun yang kemudian langsung menepuk pundak kanan dan kiri Jaejoong.

"Dia membutuhkanmu hyung," ucap Yoochun sambil menatap Yunho yang sekarang ini sedang mengepalkan tangannya.

"Aku tahu," ucap Jaejoong kemudian mengusap tengkuknya dan merenggangkan otot lehernya.

Mereka bertiga masih melihat Yunho yang penuh emosi di dalam ruangan itu.

Jaejoong membiarkan Yunho dalam keadaan seperti itu karena Yunho sudah besar, dia pasti bisa menahan dirinya.

Mereka terus memperhatikan percakapan Yunho dan LSM sampai akhirnya pelaku itu merasa bersalah.

"Jadi, jangan sampai terulang lagi mengenai ini. Orang yang tidak bersalah juga ikut terlibat. Kalau kalian semua saling balas dendam, kapan dendam itu akan berhenti? Lebih baik menerima apa yang terjadi, mengikhlaskan, dan memulainya dari awal. Biarlah segala hal hari ini menjadi kenangan untuk esok. Kamu masih punya banyak hal yang dilakukan dan sepertinya kekasihmu juga ingin kamu terus melanjutkan hidup, bukan ikut pergi bersamanya dengan keadaan menyedihkan," ucap Yunho sambil menepuk bahu pelaku itu yang mulai menyesali perbuatannya.

"Maafkan saya. Saya tidak akan mengulanginya," ucap LSM.

"Hukum tetap berjalan, kamu tetap akan mengikuti persidangan sampai dengan hasil keputusan yang akan dilayangkan padamu," ucap Junsu yang kemudian memborgol pelaku tersebut dan membawanya ke dalam sel tahanan.

Yunho masih di dalam ruangan itu sepeninggal Junsu dan LSM. Kemudian Jaejoong masuk dengan Yoochun dan Changmin, ingin menghibur Yunho yang sedang menumpukan kepalanya ada kedua tangannya yang bertumpuk di atas meja.

"Yun," panggil Jaejoong sambil mengusap lembut punggung Yunho.

"Ne Boo?" ucap Yunho masih pada posisinya.

"Kita kembali ke asrama. Kita semua harus tidur," ucap Jaejoong sambil mengusap lembut rambut Yunho.

"Nanti saja, aku mau jalan-jalan. Bagaimana kalau kita ke Myeongdong?" tanya Yunho yang mendongakkan kepalanya menatap Jaejoong dan mengembangkan senyumnya.

"Arraseo, kita berangkat setelah Junsu kembali," ucap Jaejoong masih terus mengusap lembut rambut Yunho sementara Yoochun dan Changmin menaruh kepala mereka di meja, tanda mereka cukup lelah hari ini.

.

Setelah mereka berjalan-jalan dan makan sebentar di Myeongdong, Yunho dan Jaejoong kembali ke kamar mereka di asrama.

"Lelah hm?" tanya Yunho saat melihat Jaejoong langsung merebahkan dirinya di ranjang Yunho.

"Lumayan," jawab Jaejoong sambil tersenyum kemudian bangun dan memeluk pinggang Yunho dari belakang saat Yunho duduk di pinggir ranjangnya.

"Ada apa?"

"Kamu yang ada apa Yun," ucap Jaejoong mempoutkan bibirnya.

"Aku tidak apa-apa," Yunho mengelus sayang tangan lembut Jaejoong.

"Katakan padaku. Jangan menanggung semuanya sendiri," ucap Jaejoong sambil menggesek-gesekkan pipinya di punggung tegap Yunho.

Yunho terdiam.

"Aku tau kamu masih mengingat kekasihmu yang dulu. Rasa sedih itu memang sulit hilang. Berbagilah denganku, mungkin aku tidak dapat menghapuskan semua rasa sedihmu, tetapi aku bisa menguranginya sedikit demi sedikit," Jaejoong mengeratkan pelukannya.

"Terima kasih. Tapi, aku ingin menghapus rasa sedih ini sendirian," ucap Yunho membuat Jaejoong melepaskan pelukannya.

"Baiklah kalau memang begitu. Kalau kamu butuh aku, aku selalu di sampingmu," ucap Jaejoong saat Yunho membalikan badan dan menghadap Jaejoong.

Jaejoong mengelus sayang rambut Yunho.

Yunho merasa bersyukur memiliki kekasih seperti Jaejoong, selalu perhatian padanya walaupun di depannya Jaejoong terkesan cuek.

Menerima sentuhan lembut dari Jaejoong, pertahanan Yunho runtuh, dia langsung memeluk Jaejoong dengan erat, seakan tidak mau dipisahkan.

Yunho menangis sesunggukan, sampai Jaejoong juga ikut menangis. Dia tahu kekasihnya itu masih begitu terpukul dengan kematian mantan kekasihnya.

Mereka terus berpelukkan sampai tangis Yunho reda.

"Jangan menahannya kalau memang kamu ingin menangis. Kami tidak keberatan. Setiap orang punya perasaan dan berhak untuk menangis, termasuk kamu," Jaejoong kemudian mengecup bibir Yunho dan melumatnya dengan lembut.

Yunho perlahan menutup matanya, merasakan sentuhan bibir cherry Jaejoong yang lembut dan mungil. Mereka terus berciuman sampai Yunho merasa lebih tenang.

"Jja, kita tidur, besok masih banyak kasus yang harus ditangani," ucap Jaejoong sambil merebahkan diri di ranjangnya.

"Kita tidur bersama, Boo," ucap Yunho yang merangsek keranjang Jaejoong yang membuat Jaejoong mempoutkan bibirnya.

"Sempit Yun."

"Tidak Boo kalau kita berpelukan~"

"Dasar pervert."

"Tapi kamu suka kan?"

"Aish"

"Ayolah mengaku saja"

"Aish Jinjja"

Mereka terus mengobrol sampai akhirnya Jaejoong tertidur duluan, meninggalkan Yunho yang masih memeluk tubuh Jaejoong dengan erat.

.

.

TBC

Hi all hehe

Seperti yang saya janjikan, ini sekuel dari Get Ready.

Bagaimana ceritanya? Hehehe ^^

Di sini banyak adegan action dan juga scene dari masing-masing pair. Mungkin sekuel ini akan lebih panjang daripada Get Ready.

Terima kasih kepada readers yang sudah mampir untuk membaca dan memberi review.

Untuk Survivor dan Wasurenaide saya usahakan cepat update hehehe ^^ Semoga kalian senang dengan semua karya saya^^

See you ^^ Please review readers ^^