Boa Hancock, berjalan mondar-mandir. Ia sudah yakin, bahwa Luffy pria yang ia cintai sekarang meminta sebuah permintaan. Permintaan ini sebenarnya simpel, hanya saja membuatnya menemui seseorang yang paling tidak ingin dia temui. Jujur ia membenci keadaan ini, melihat wajah manis Luffy yang memohon bantuannya. Tentu iya harus membantunya, walaupun bertemu dengan Donquixote Doflamingo di kediamannya, Dressrosa.

.

.

Bittersweet

Disclamer " Eichiro Oda"

Author " Constantinest"

Pairing "Doflamingo x Hancock, Hancock x Luffy"

Family, Romance.

T semi M.

.

.

-Flashback-

"Hamcock, kudengar kau berteman dengan Doflamingo? Penjahat yang menyekap kru milikku," erang Luffy,

Hancock menggigit bibirnya, "I-iya," ucapnya yaris tak terdengar, tetapi Luffy mendengarnya.

"Hamcock, bisakah aku minta tolong kepadamu? Kau tahu bukan Nami dan Sanji adalah orang yang penting. Jika aku meminta diriku untuk bertarung dengannya—"

"JANGAN ! jangan bertarung dengannya, kau pasti mati!" Luffy sedikit terkejut dengan reaksi wanita itu. "Baiklah, jika itu maumu. Aku akan bernegosiasi dengannya, kau tak perlu khawatir. Dia tak mungkin membunuhku,"

"Tetapi Doflamingo itu licik! Kau harus berhati-hati," ucap Luffy sedikit khawatir.

"Tidak apa, dia tak mungkin melakukan hal yang buruk!"

-Flashback off-

Justru karena perkataan yang meluncur dari mulut bodohnya, membuat dia kini berada didepan pintu besar, ruangan kerja milik pria itu.

"Kau yang mengetuk atau aku?" Tanya Vergo sopan. "Jika anda belum siap—"

"Tak apa Vergo, aku bisa mengetuk pintu sendiri. Aku sangat siap, kau boleh pergi," ucap Boa Hancock, mengetuk pintu ruangan itu dengan sedikit gemetar. Dia sedikit takut, lebih tepatnya. Perkataan apa yang akan dilontarkan Doflamingo kelak.

"Masuk," suara beratnya membuat jantung Hancock nyaris berhenti. Boa hancock membuka pintu ruangan itu, melihat pria yang mengenakan kaos putih, ia membiarkan kancing-kancing itu terbuka sehingga menampilkan bentuk tubuhnya yang sempurna, kulitnya coklat menggoda, tersenyum lebar. "Boa Hancock, tamu yang paling kutunggu, duduklah." Sapa Doflamingo ramah.

Hancock berjalan dengan perlahan, mendekati kursi dan segera duduk. Walaupun ia ragu, tapi ia tak menampilkan kecemasan apapun dari wajahnya.

"Apa yang membuatmu kemari? Begitu mendengar kapal bajak laut suku Kuja, aku senang sekali. Lama aku tak menerima kunjungan, fufufu."

"Kau tentu sudah tau bukan, kenapa kedatanganku sekarang?"

Doflamingo tersenyum lebar. "Tentu, kini kau berhianat dan masuk kedalam aliansi Luffy. Kau dan Law sama saja, penghianat!"

"Aku tak pernah tertarik dengan krumu Doflamingo."

"Aku mengerti, tetapi kenapa kau bergabung dengan Luffy,"

"Aku datang kesini, untuk memintamu membebaskan Nami dan Sanji,"

Doflamingo berdiri dari kursinya, berjalan mendekati Hancock, "Apa yang kau berikan kepadaku? Kalau aku melepaskan mereka," bisiknya dengan menggoda.

"Tidak ada,"

Tawa Doflamingo pecah, ia merendahkan Hancok. "Tidak ada? Apa itu, kau bercanda? Apa yang kau pikirkan Hancock?"

Hancock diam, ia benci dengan pria yang sedang tertawa dengan senangnya.

"Padahal aku sempat berpikir aku bisa tidur denganmu, walaupun cuma sekali,"

"Aku tak mau melakukannya lagi,"

"Boa Hancock, kau adalah wanita yang kuanggap cukup berharga. Kau mantan pacarku yang paling mempesona, kau harus tau itu."

"Aku tak tertarik,"

"Atas semua masa lalu itu? Ketika kita masih muda?"

"Lupakan!" seru Hancock dingin.

"Ditambah lagi, hadiah kecilmu yang membuat Doflamingo Family gempar? Kau tak rindu dengannya?"

Jantung Hancock berdetak, inilah perkataan yang membuat Boa Hancock memilih terluka daripada mendengar ini.

"Kau tak merindukannya? Dia sehat sekarang, dia sedang kulatih agar bisa sama sepertiku."

Hancock berdiri, "Kau bercanda?! Aku tak mau dia sama sepertimu?!"

"Salah sendiri tak peduli kepadanya? Seingatku kau sendiri yang mengirimkannya, menyuruh Vergo mengantarkan kepadaku lalu menghilang. Denden mushimu juga tak berfungsi. Pintar sekali wanita ini?"

"Itu karena, kau tahu alasannya bukan?" Hancock mulai ragu.

"Baiklah, kumaklumi itu atas hukummu yang kolot. Tetapi kau tak mau melihatnya?" Doflamingo senang, ia senang menggoda wanita ini. Walaupun Hancock bukanlah wanita yang mudah untuk digoda.

Hancock diam. "Aku mau, aku mau melihatnya."

"Tidak bisa, dia milikku sekarang." Kekehnya.

"Doflamingo kumohon, kau tidak tahu perasaanku betapa hancurnya kehilangan dia?"

"Tetap tidak, kecuali kau mau menciumku,"

Hancock berjalan, ia harus berjinjit mengingat pria itu tinggi. Mendekatkan bibirnya lalu menciumnya pelan, dan sebisa mungkin melepaskan ciuman itu sesingkat mungkin.

Tetapi Doflamingo mengeluarkan jurusnya, mengontrol tubuh wanita itu agar tak bisa bergerak, melumat bibirnya dengan perlahan, memaksa Hancock untuk melayani kerinduan akan tubuhnya selama ini.

Hancock berusaha melawan, tetapi pria itu terlalu kuat. "Doflamingo bodoh, lepaskan aku."

Pria itu tersenyum, "Baiklah, karena kau sudah menciumku. Akan kutunjukan dimana dia," Doflamingo melepaskan Hancock, berjalan keluar ruangan. Rumah Doflamingo begitu besar, jika salah masuk tentu bisa tersesat. Hampir dua puluh menit mereka berjalan, Doflamingo menunjuk sebuah pintu. Pintu yang besarnya sama dengan ruangan kerjanya, hanya saja ada sebuah ukiran nama di pintunya. "Doflamingo Jr?! kau memberikannya nama pergabungan akan namamu?"

"Tentu, dia pria yang sangat mirip denganku tentu aku akan memberikannya namaku," ucapnya tersenyum, mendorong pintu yang besar itu. Didalamnya terdapat box bayi dan beberapa penjaga yang membereskan mainannya.

Boa Hancock berjalan cepat, mendekati ranjang itu, tersenyum tulus dan rindu. Ia rindu terhadap mahluk kecil yang berada didalam box itu. Bayi itu terdiam, begitu melihat Doflamingo bayi itu tersenyum dan mengangkatkan tangannya meminta digendong. Hancock belum berani memegangnya.

Doflamingo mengendong bayi kecil itu, "Lihat mirip bukan denganku," kekehnya tersenyum lebar, bayi yang digendong Doflamingo itu terlihat mirip dengannya, rambutnya berwarna kuning, kulitnya putih hanya saja matanya sama persis dengan milik Hancock.

"Aku ingin mengendongnya," ucap Hancock, mengambil bayi itu dari gendongan ayahnya. Hancock mencium keningnya, menatapnya lembut. "Dia begitu tampan,"

"Lihat. Kau sendiri bilang dia tampan, dia memang tampan." Kekehnya. "So Hancock, aku belum jelas akan kedatanganmu."

Hancock terdiam, "Lepaskan Sanji dan Nami."

Doflamingo terdiam, senyumannya pudar. "Aku tak akan melepaskan mereka berdua sampai Luffy sendiri yang datang kemari."

"Kumohon Doflamingo,"

"Tidak, maaf kali ini aku tak bisa, sekali tidak ya tidak. Aku tak akan menyerahkan mereka, mereka adalah bahan percobaan yang luar biasa."

"Apa yang kau inginkan dariku? Agar kau bisa melepaskan mereka?"

Doflamingo kembali tersenyum, mengulus pipi bayi yang dipengang Hancock. "Permintaanku masih sama, jadilah ratuku dan tinggal disini."

"Itu tak mungkin! Kau seorang raja akan Dressrosa dan aku seorang Ratu kerajaan wanita mana mungkin!"

"Baiklah, tinggallah disini selama sebulan. Akan kurubah pikiranku,"

Hancock terdiam, tinggal dengan pria yang ada dihadapannya sama dengan penjara model baru.

Ditambah lagi masa lalu yang membuat traumanya akan masa lalunya terulang.

Hancock membenci kaum bangsawan, sangat teramat. Dan pria dihadapannya ini adalah kaum bangsawan.

Pengakuan itu juga yang membuat Hancock memilih lupa ingatan daripada mengingat semuanya.

"Bagaimana kau tertarik?"

Menghela nafas berat, "baiklah Doflamingo,"

"To Be Continued"

"Review please"