"Takao? Kau sudah tidur?" Midorima membuka pintu kamar itu perlahan, dan yang tertangkap oleh sepasang iris jade miliknya membuat napasnya tercekat.
.
"Engghh~ M-master—ahh—okae—nghh-rihh~"
.
Takao, dengan wajah memerah dan keringat yang membanjiri tubuhnya, bergerak menggeliat tidak karuan diatas ranjang. Kedua tangannya yang dipertahankan untuk tidak bergerak menandakan bahwa pemuda itu mencoba untuk tidak menyentuh dirinya sendiri sedari tadi.
.
.
.
"DEMI TUHAN! TAKAO! APA YANG KAU LAKUKAN-NANODAYO?!"
.
.
.
Mendengar teriakan dokter muda itu, sepertinya lelahnya sudah menguap entah kemana.
.
.
.
[I Will be a Good Pet, Master!]
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
I Will be a Good Pet, Master!© Velia Michaelis
Pairing : MidoTaka
WARNING :
RateM ; Yaoi ; BL ; MalexMale ; AU ; OOC ; maybe typo
Don't like don't read
.
.
.
Happy reading~
.
.
.
Midorima melemparkan tas miliknya ke sembarang arah dan bergegas menghampiri Takao. Wajahnya terlihat panik dan keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya.
.
.
'Oh, Kami-sama… Aku mohon supaya apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang Aku pikirkan…'
.
.
"Takao, ada apa-nodayo?" Midorima menempelkan punggung tangannya ke kening Takao, berniat untuk mengecek suhu tubuhnya ketika yang menjadi objek malah mendesah keras saat tangan Midorima baru menyentuh kening itu selama beberapa detik– membuat ia membatalkan niatnya.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan sampai seperti ini-nanodayo?"
"Nghh– A-aku tidak tau, Master~ Ahn~ Mendadak tubuh ku terasa panas dan– hngg– y-ya seperti ini– Ngmm~" Takao menggigit bibir bawahnya, berusaha meredam erangan dan desahan yang akan keluar.
.
'INI GAK MUNGKIN LAGI MUSIM KAWIN KUCING KAN YAAA? ENGGAK KAN YAAA? DAN KALAU PUN IYA HARUSNYA TAKAO GAPAPA KAN YAAA?'
Midorima berteriak seriosa OOC –dalam hati tentunya.
Ketika Midorima masing tercengang –berusaha untuk mengembalikan akal sehat lebih tepatnya– Takao, yang sudah tidak tahan pada masa in-heatnya, meringsek maju dan menggesekkan kepalanya ke perut Midorima yang masih membeku berdiri di sisi ranjang.
Midorima kaget, wajahnya memerah sampai ke telinga begitu menyadari bahwa Takao sudah begitu dekat dengannya. Wajah Takao yang memerah dan rambutnya yang basah oleh keringat serta mata sayu dan usahanya untuk terus menggesekkan kepalanya ke perut Midorima –Oh dan jangan lupakan lidah yang sesekali muncul untuk menjilati kancing kemeja Midorima– sukses membuat kerongkongan Midorima terasa kering seketika. Midorima dengan panik berusaha mendorong kepala Takao menjauh darinya.
"H-hentikan, Bakao! Memangnya kau kira apa yang sedang kau lakukan-nanodayo!?" Bentak pria bersurai lumut itu susah payah, berusaha menahan sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya.
"Master…" Takao memanggil lirih, ia mendongakkan wajahnya untuk menatap sang majikan dengan tatapan sayu dan memohon. Perlahan-lahan, telinga dan ekor kucingnya keluar menghiasi tubuh yang terlihat mengkilap karena keringat dan cahaya lampu. Taring kecil –yang membuatnya terlihat semakin manis– juga mulai tampak.
"Ku mohom bantu Aku, nyaa~ Aku janji akan melakukan apapun yang Master minta jika mau membantu ku nghh~"
Takao mencoba memeluk Midorima ketika pria itu mendorongnya kasar hingga terjerembab ke ranjang dan menatapnya dengan pandangan horror.
.
.
.
Bukan, Midorima bukan takut akan jadi korban pemerkosaan, tapi dia takut akan hilang kendali dan menyerang Takao habis-habisan.
.
.
.
"Jangan bicara sembarangan-nodayo! Aku tidak mau! Sana main sendiri!" Midorima memalingkan wajahnya seraya menaikkan kacamata yang ia kenakan walau tidak turun sama sekali.
"Mou~ Master~! Kalau bisa Aku sudah melakukannya nghh dari tadi! Tapi rasanya tidak puas nyaa~!" Takao balas berteriak, dia juga malu! Tapi dia butuh. Dan Master NYA tidak mau membantu. Hal itu cukup untuk membuat seorang Takao Kazunari merasa galau.
Takao kembali merangkak mendekati Midorima dengan ekor yang bergerak-gerak, sementara Midorima sendiri mundur perlahan. Takut tergoda sebenarnya.
Midorima merasakan celananya mulai sesak saat melihat Takao yang keukeh merangkak mendekatinya, walau harus meringsek turun dari ranjang. Tatapan mata Takao terlihat sayu dan seringai seduktif terlukis di wajahnya dengan sempurna, membuat Midorima mendadak merasa kesulitan untuk bernapas.
"M-mundur, Bakao! Atau akan ku hajar Kau-nodayo!" Midorima mencoba menggertak ketika merasakan punggungnya sudah menabrak jendela di belakangnya.
"Aku tidak keberatan kalau master ingin menghajarku, nyaa~" Takao menyeringai, menjulurkan lidahnya untuk menjilat gundukan besar di selangkangan Midorima, membuat napas sang empunya tercekat.
"Master boleh menghajarku, atau mengikatku, atau menutup mataku juga boleh nyaa~ Aku akan dengan senang hati mengikuti 'gaya permainan' Master~" Takao berkata dengan nada menyebalkan, seratus persen gagal paham, tetapi pipinya terus menggesek milik Midorima yang masih terbungkus celana.
"BUKAN ITU MAKSUD KU-NANODA—NGHH-!"
Ucapan Midorima terputus ketika Takao dengan santainya malah menjilati gundukan besar di selangkangan dibalik celana Midorima.
"Nee~ Master sudah sangat keras lho~" Jemari Takao bermain di risleting celana pria bersurai hijau itu, menaik-turunkannya dengan lambat, seakan ingin menggoda Midorima agar mau bermain bersama.
"Yakin, tidak ingin ku bantu, nyaa~?" Takao menyeringai sebelum memberikan gigitan lembut ke milik Midorima dengan taring kecilnya.
"Bakao! Menyingkir dari ku seka—ah! Menyingkir dari ku sekarang atau kau akan menyesal-nodayo." Suara Midorima terdengar lebih berat dan berbahaya, membuat Takao mendesah pelan dan menarik turun risleting pria dihadapannya dengan giginya. Wajah Midorima memerah sempurna, sama seperti miliknya yang juga sudah menegang sempurna dan minta dibebaskan.
Midorima tidak berbohong soal 'Kau akan menyesal', belajar dari pengalaman saat menjadi kekasih Akashi Seijuurou dulu, Midorima tidak akan merasa puas hanya dengan satu atau dua ronde jika sudah bercinta. Mungkin hal ini yang menyebabkan MidoAka putus enam bulan setelah mereka pacaran dengan alasan 'Aku lelah menjadi uke, Shintarou. Aku mau mencoba menjadi seme.' Yang dikemukakan oleh sang titisan raja iblis.
"Aku tidak akan menyesal, Master… Selama Aku bersama Master, Midorima Shintarou, Aku tidak akan menyesali apapun!" Takao menampilkan cengiran polosnya, telinganya bergerak senang sementara ekornya melingkar di satu kaki Midorima.
.
.
Krak.
.
.
Pertahanan Midorima runtuh melihat cengiran itu.
Dengan segera dia mengangkat tubuh ringan Takao –membuat pemuda bersurai raven itu refleks melingkarkan kedua kakinya di pinggang Midorima– dan membaringkannya di ranjang. Sebelum Takao sempat bertanya apapun, Midorima sudah membungkam bibir plum itu dengan bibirnya sendiri, memberikan lumatan-lumatan lembut yang membuat pemuda dibawahnya mendesah nikmat.
Ciuman itu mulai memanas. Takao menggigit-gigit pelan bibir Midorima, meminta pria bersurai hijau itu membuka mulutnya. Midorima membuka mulutnya, tetapi tidak mengizinkan lidah Takao masuk dan malah menyusupkan lidahnya sendiri ke dalam rongga mulut milik pemuda setengah kucing dibawahnya. Takao sontak memejamkan matanya, tidak menyangka kalau masternya yang terlihat kaku dan freak ternyata adalah seorang great kisser. Suara decakan lidah terdengar, saliva mulai menetes dari sudut bibir Takao yang sudah mulai kehabisan napas. Tangannya menarik-narik kemeja pria diatasnya, memberikan sinyal, membuat Midorima dengan enggan melepaskan ciumannya.
"M-master… Izinkan Aku bernapas sebentar, nyaa~" Takao terengah-engah, wajahnya memerah sampai ke leher, tatapan matanya terlihat sayu dan memelas, telinganya terlihat 'turun' dan saliva masih mengalir dari sudut bibirnya.
Midorima merasakan napasnya tercekat.
"Tch…" Midorima melihat ke arah miliknya yang sudah sangat keras.
"Oi Takao, b-bukannya Aku butuh bantuan mu atau apa –nodayo." Ternyata sekalinya tsundere tetap saja tsundere.
"T-tapi–" Midorima mensejajarkan wajahnya dengan telinga Takao sebelum berbisik dengan suara yang berat dan serak. "–selesaikan apa yang Kau lakukan ini." Dan menggesekkan selangkangannya ke selangkangan Takao dengan keras.
"N-nyaa~!" Takao mencengkram sprei dibawahnya, mencoba mengatur napas sejenak sebelum kembali memperlihatkan seringai andalannya.
"Dengan senang hati, Master~"
.
.
.
BRUKK
.
.
.
Takao memutar-balik keaadan. Sekarang pemuda itu duduk di atas perut Midorima setelah menarik lepas celana milik majikannya itu, sementara Midorima hanya diam membiarkan Takao berbuat sesukanya.
.
Pengecualian jika Takao ingin menjadi seme dadakan disini, Midorima PASTI tidak akan membiarkannya.
.
Takao membuka kancing kemeja Midorima dengan tidak sabaran, sesekali ekornya menggesek lembut dan membelai halus milik Midorima yang sudah terbebas dari celana. Midorima mendengus meremehkan ketika melihat Takao yang mengagumi tubuh miliknya di balik kemeja kerja.
"Kenapa Bakao, kagum hm?"
"Iya! Tubuh master benar-benar indah, nyaa~!" Takao menjawab antusias membuat Midorima ingin menepuk dahi keras-keras. Lupa kalau pemuda ini adalah pemuda dengan urat malu yang tipis.
Takao perlahan menjelajahi tubuh Midorima dengan jarinya. Menikmati setiap lekuk dan otot yang terbentuk. Midorima mengerang perlahan, sinar matanya meredup saat Takao mulai menjilati lehernya dan semakin naik ke rahang, dan mulai mencium lembut bibirnya. Midorima melepaskan ciuman mereka, membuat Takao mengerang protes sebelum kemudian Midorima menggigit bahu Takao, menjilat dan menghisapnya kuat sehingga meninggalkan bekas merah-keunguan yang tidak akan hilang dalam waktu dekat.
Perlahan Midorima bangkit dan duduk bersandar pada bantal dibelakangnya, mulutnya terus menciumi dan memberikan tanda di seluruh tubuh Takao sementara jarinya mulai menyiapkan Takao di bawah sana. Membuat Takao mendesah dan menyusupkan wajahnya ke dada bidang Midorima, seraya sesekali menjilati apa yang ada dihadapannya.
Midorima mengerang perlahan saat mulai memasuki Takao, yang mulai menangis ketika kenikmatan menyelimuti tubuhnya. Tangan sang pemuda raven melingkar kepada leher pria yang lebih tua, menaik-turun kan tubuhnya dengan cepat. Takao mendesah keras saat milik Midorima menghantam sesuatu jauh di dalam sana.
"M-master… Cium~"
Takao mengecup bibir Midorima saat tangan pemuda itu menyingkirkan kacamata dari wajah pria yang memangkunya. Matanya obsidian nya terlihat tidak fokus dan ekor miliknya bergerak kesana-kemari, membuat Midorima tahu kalau pemuda itu sudah hampir mencapai puncak kenikmatan.
Midorima melumat bibir Takao saat satu lengannya melingkari pinggul Takao dan menghentakkannya keras-keras. Membuat Takao meneriakkan nama sang master penuh kenikmatan, membuat sang pria hijau menyusul ke puncak kenikmatan yang sama.
.
.
Takao terengah, iya tidak menyangka bahwa Midorima sangat hebat di ranjang. Wajahnya memerah saat menyadari kalau milik Midorima masih tertanam di dalam dirinya. Saat takao mencoba untuk menyingkir, Midorima menahan pinggangnya.
"M-master..?" Takao bertanya bingung. Telinganya bergerak-gerak.
"Kau tidak berpikir kita selesai secepat ini kan, Bakao?" Midorima menyeringai, membuat Takao meneguk salivanya ketika pria dihadapannya membantingnya untuk berbaring di ranjang.
"T-tunggu Master—time out—"
"Ronde dua, Bakao."
"HYAAAA— nggh~~!"
.
.
Dan malam itu kediaman Midorima dipenuhi oleh suara derit ranjang, erangan, dan desahan yang membuat sebuah simfoni.
.
.
Tbc
.
.
.
a/n : Sebelumnya saya mau minta maaf karena telat update (banget). Saya binguuunngg, wifi yang di pake di rumah saya nge-block ffn huhuhu ;;;; Dan iya, ini chap full of lemon yg gak asyem ehehe #dukh. Saya mau mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada silent readers, dan readers yang sudah berbaik hari mau review, follow, dan fav cerita ini ^w^
.
.
.
Last, rnr please?