Someone's POV
Sakit.
Perih.
Tapi itu tidak sebanding dengan cintaku padamu..
Setiap tahun, setiap hari, setiap jam, setiap detik.
Setiap debaran jantung ini, setiap kedipan mata ini, setiap jentik jemari ini.
Semuanya.. kuserahkan padamu..
Hanya padamu, Yang Mulia..
.
Wasurenaide
Dengan langkah perlahan dan dibantu orang tuanya, seorang namja cantik dengan kulit putih pucat itu menggerakan kakinya ke kerajaan.
Bibir cherry yang berwarna pink cerah itu mengembangkan senyuman, seperti pada hari biasanya. Senyuman malaikat yang bisa membuat setiap orang terhipnotis saat melihat lengkungan merah muda yang terhias di wajah putih susu namja itu.
Penampilannya sangat menawan hari ini. Dengan kemeja berwarna putih dan bolero warna biru soft serta dipadu dengan celana jeans cocok dikenakan pada tubuhnya.
Matanya mengerjap. Memberikan asupan air mata agar matanya tidak kering, dia mengusap keningnya yang sedikit berkeringat, dan menyisir surai lembutnya dengan sisiran tangan.
Mata doe itu begitu indah, sangat indah, membuat siapapun terpana ingin melihat matanya.
Pengawal kerajaan membukakan pintu untuknya, mendengar sapaan dari para pengawal, dia mengembangkan senyumnya dan mengucapkan terima kasih dengan menunduk.
'Ramah dan cantik', batin pengawal kerajaan yang baru saja membukakan pintu untuk namja dengan rambut almond itu.
"Joongie sayang, apa kamu gugup?" tanya Mrs. Kim sambil mengelus rambut yang lembut itu sayang.
Namja yang bernama Kim Jaejoong itu tersenyum manis, menggelengkan kepalanya, dan mengelus punggung tangan Mrs. Kim dengan lembut.
"Anak Appa sangat cantik, pasti Pangeran akan senang," ucap Mr. Kim sambil mengelus punggung Jaejoong.
Jaejoong mempoutkan bibirnya lucu, tanda dia tidak suka dipanggil cantik oleh Appanya, membuat kedua orang tuanya terkekeh melihat tingkah lucu putra sulung mereka.
"Umma, Appa, apa hyung akan langsung tinggal di istana?" ucap adik namja cantik itu, Kim Junsu.
"Tentu tidak, hari ini hanya acara pertunangan," ucap Mrs. Kim sambil mengusap lembut pundak Junsu.
"Syukurlah, jadi Suie tidak sendirian," ucap Junsu dengan senyum manisnya dan memeluk Jaejoong dengan sayang dengan dibalas Jaejoong mengelus pipi Junsu.
Jaejoong sangat bergelimangan kasih sayang. 4 tahun lalu, setelah peristiwa kecelakaan yang menyebabkan dia tidak bisa mengeluarkan suara lembutnya, tidak ada satu orang yang berani mencelanya.
Mengapa? Hatinya begitu hangat, dia dapat meluluhkan siapa saja yang berada di dekatnya. Teman-temannya mengerti keadaan Jaejoong yang tidak bisa mengeluarkan suaranya dan terus memberikan semangat untuk Jaejoong.
Saat ini Jaejoong memang tidak gugup. Dia khawatir dengan apa yang terjadi nanti. Apakah pangeran akan menerimanya, apakah raja dan ratu akan senang dengan keberadaannya, banyak hal yang ada di pikirannya.
"Joongie tenang saja, semuanya akan baik-baik saja," ucap Mrs. Kim mencium pipi Jaejoong. Sebagai seorang ibu tentu dia tahu kalau anaknya khawatir dengan apa yang terjadi nanti.
Jaejoong menganggukkan kepalanya, dia tidak ingin membuat keluarganya khawatir. Dia sudah siap menerima konsekuensi yang akan terjadi nanti.
.
Sampailah mereka sekeluarga di depan ruangan raja dan ratu. Seorang pengawal mempersilahkan mereka untuk masuk.
Saat masuk, tampaklah raja dan ratu yang sudah menunggu kedatangan mereka.
Jaejoong tersenyum dan kemudian membungkuk setelah melihat raja dan ratu yang tersenyum ke arahnya.
Mereka sekarang berkumpul di ruang tamu kerajaan yang dihiasi perabotan jati, lampu gantung besar dengan kristal menghiasi sekelilingnya, lantai kayu kokoh, dan kursi kayu dengan bantalan dari bulu angsa yang tebal pada alasnya.
Mereka bertiga takjub melihat ruangan mewah itu. Ada juga ukiran burung phoenix di sisi kiri dan juga batu kristal yang cukup besar berada di sisi kanan.
Tidak lupa di lemari hiasan terdapat banyak cindera mata dari berbagai negara, sebagai bukti bahwa banyak tokoh negara yang banyak berkunjung ke kediaman raja dan ratu.
Mrs. Jung dan Mr. Jung sangat senang ketika melihat keluarga Kim sudah sampai di kediaman mereka. Mereka tersenyum, menyapa sahabat lama mereka.
"Sudah 4 tahun kami tidak melihat kalian, Heechullie dan Hangeng-ah ," ucap Mrs. Jung sambil memeluk sahabatnya itu, Mrs Kim.
"Betul, sudah lama, semenjak kalian akhirnya memutuskan untuk tinggal di istana, Tae Hee-ah," Heechul ikut membalas pelukan hangat dari Mrs. Jung sementara Hangeng dan Mr. Jung, Jung Ilwoo bersalaman dan juga berpelukan. Melepas kerinduan masing-masing.
"Senang bertemu dengan anda, ratu, raja," ucap Junsu sambil berdiri dan membungkukkan badannya.
"Aigoo, apa ini Suie?" ucap Mr. Jung setelah menyuruh Junsu duduk kembali.
"Betul, raja," ucap Junsu sambil tersenyum.
"Jangan formal seperti itu Suie, panggil aku Taehee dan suamiku Ilwoo," ucap Mrs. Jung dengan senyum manisnya.
"Taehee Umma, Ilwoo Appa," ucap Junsu lagi sambil membungkuk dibalas dengan tersenyumnya raja dan ratu.
"Aigoo Suie sudah besar. Joongie juga sudah besar," ucap Mr. Jung sambil berjalan ke arah Jaejoong dan Junsu.
Jaejoong tersenyum dan membungkuk dalam kepada raja dan ratu.
Mata Mrs. Jung melihat mata doe Jaejoong yang sangat indah dan mengusap pipi namja cantik itu.
Jaejoong menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Mrs. Jung pun ikut tersenyum. Setetes cairan bening keluar dari mata Taehee, menggigit bibir bawahnya, menahan isakkannya.
Mrs. Jung mengusap lembut kelopak mata Jaejoong. Seakan tau apa yang Mrs. Jung lakukan, Jaejoong menutup mata doenya. Usapan lembut terus dilakukan Mrs. Jung, mengingat dulu suara merdu Jaejoong akan selalu terdengar di telinganya.
"Mianhae Joongie..," ucap Mrs. Jung mencoba menahan isakannya tetapi isakannya ternyata sudah keluar. Jaejoong kemudian meraih tangan Mrs. Jung yang masih mengusap tangannya dan kemudian mencium tangan itu.
Jaejoong terus mengecup tangan Mrs. Jung dan menggelengkan kepalanya pelan, lalu tersenyum manis.
"Maafkan Appa, Joongie," ucap Mr. Jung sambil mengelus surai almond milik Jaejoong dengan sayang.
Jaejoong mengerucutkan bibirnya lucu, ingin mengatakan kalau dia baik-baik saja. membuat pasangan Jung yang merasa sedih itu kini terkekeh melihat tingkah lucu namja yang sudah mereka anggap seperti anak mereka itu.
"Hmm Taehee Umma, mana pangeran?" tanya Junsu sambil melihat-lihat ke sekeliling ruangan.
"Sebentar Umma panggil dulu ya," Mrs. Jung kemudian beranjak pergi ke kamar pangeran,ah bukan, lebih tepatnya putra mahkota.
Belum sampai ke depan pintu ruang tamu, sang putra mahkota sudah berdiri di depan pintu dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.
Kulitnya berwarna tan tampak berkeringat dan membuatnya terlihat sexy. Dia memakai celana basket berwarna silver dan tangan kanannya memegang handuk berwarna putih bersih. Baju basketnya yang berwarna biru sudah basah karena keringat.
"Ah putra mahkota, ayo sini duduk," ucap Mrs. Jung sambil berjalan ke arah Jaejoong dan duduk di dekatnya.
Namun apa yang dia dapat? Sang putera mahkota, Jung Yunho hanya berdecih dan tersenyum mengejek.
"Untuk apa Omonim?" tanya Yunho, sambil mengangkat kaca mata hitamnya dan ekor matanya menangkap Jaejoong yang menatap dirinya.
Mata musangnya menatap mata orang yang ada di sana satu per satu, begitu tajam, sedikit membuat Jaejoong ketakutan.
Jaejoong terpana dengan wajah tampan Yunho tetapi dia juga merasa kasihan pada Yunho. Jaejoong melihat sorot mata kesendirian dalam diri Yunho.
"Ingat dengan perjodohanmu hari ini? Jja, duduk lah di sini. Ini Joongie yang Omonim ceritakan kemarin," ucap Mrs. Jung sambil menepuk bantalan kursi rotan di sebelahnya dengan ukiran daun itu.
"Aku sibuk," ucap Yunho berlalu tetapi sudah dicegah oleh para pengawal.
"Kemari, atau Aboji akan menarik semua fasilitasmu," ucap Mr. Jung dengan tegas, membuat Yunho membalikan tubuhnya dan menatap tajam ke arah Mr. Jung.
Keluarga Kim hanya terdiam, memperhatikan putra mahkota yang mendesah lalu berjalan ke arah tempat duduk yang ditunjuk Mrs. Jung.
"Joongie, ini Jung Yunho, putra mahkota," ucap Mrs. Jung sambil meraih tangan lembut Jaejoong, "dia akan menjadi tunanganmu."
Jaejoong tersenyum manis meski takut-takut dengan orang yang ada di sebelahnya.
Namun, apa yang dia dapat? Yunho menunjukan tatapan tidak senang dengan Jaejoong, seperti mengejek, membuat Mr. Jung mulai habis kesabarannya.
"Jung Yunho, kau-,"
Jaejoong menggelengkan kepalanya, tanda kepada Mr. Jung untuk tidak memarahi Yunho.
"Apa kamu bisu?" tanya Yunho sambil melihat doe eyes Jaejoong dengan tatapan tidak senang.
Jaejoong tersenyum, mengangguk, dan kemudian membungkuk.
Yunho tersenyum meledek dan melihat Jaejoong dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Yunho, jaga sikapmu," ucap Mr. Jung sambil mendeath glare putranya itu.
Jaejoong menggelengkan kepalanya.
"Joong-," Mrs. Jung hendak protes tetapi Jaejoong menggelengkan kepalanya. Dia tahu kalau putra mahkota seperti enggan bertemu dengannya.
Jaejoong kembali membungkukkan badannya, meminta maaf apabila permintaannya lancang. Yunho hanya tersenyum kecut dan mengejek. Dia tidak mungkin tersenyum di hadapan Aboji dan Omonimnya, dia melihat ke arah lain untuk menyembunyikan senyumnya.
"Yunho, kembali lah ke kamarmu," ucap Mr. Jung sambil memijat pelipisnya, "dan setelah itu kita bicara."
Yunho hanya berdecih kemudian membungkuk dan berjalan ke arah luar, tanpa melihat ke arah Jaejoong.
Jaejoong hanya menundukkan kepalanya, dia merasa ini semua salahnya. Mungkin putra mahkota tidak menyukai dirinya yang cacat, tidak bisa bersuara. Jaejoong juga merasa tidak pantas bersanding dengan putra mahkota yang tampak sempurna.
"Joongie, jangan bersedih, mungkin putra mahkota kecapaian," ucap Mrs. Kim sambil mengusap lembut punggung Jaejoong. Jaejoong mengangguk dan menyunggingkan senyumannya, supaya semua orang di sekitarnya tidak khawatir.
Mr. Jung dan Mrs. Jung meminta maaf kepada Jaejoong, tetapi Jaejoong malah menggelengkan kepalanya, menunduk, dan bersimpuh di hadapan Mr. dan Mrs. Jung.
"Aigoo Joongie, ini bukan salah Joongie," ucap Mrs. Jung sambil menyuruh Jaejoong berdiri.
"Benar, ini bukan salah Joongie. Putra mahkota memang keterlaluan dan harus diberi pelajaran," ucap Mr. Jung dan mendapatkan gelengan kepala sekali lagi dari Jaejoong.
Mr. Jung mendesah menghadapi putra dan calon menantunya kali ini.
Jaejoong kemudian menatap lekat mata Mr. Jung dan kemudian memeluk pria dengan umur setengah abad itu.
Mr. Jung kaget dengan pelukkan yang diberikan Jaejoong padanya.
Mr. Jung menoleh, menanyakan apa maksud dari pelukkan Jaejoong.
"Itu artinya Jaejoong ingin kamu tenang, Ilwoo-ah," ucap Hangeng menghampiri mereka dan mengusap kepala Jaejoong.
Mr. Jung mengusap kepala Jaejoong yang menaruh kepalanya di pundak Ilwoo, dia merindukan seseorang yang sudah dianggap seperti ayah keduanya itu.
.
.
Setelah berbincang-bincang, mereka pamit pulang. Jaejoong tersenyum dan melambaikan tangannya, sementara Yunho menatapnya dari jauh, tatapan tidak suka.
Jaejoong sadar kalau ada orang yang menatapnya. Dia berbalik dan mendapati Yunho yang sudah memakai kemeja berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru gelap dengan sepatu berwarna coklat tua dengan tali tertengger rapi di atasnya.
Jaejoong tersenyum dan menunduk, tanda dia pamit pulang.
Yunho hanya tersenyum kecut dan berdecih lalu naik ke mobil audi hitamnya. Dia menyalakan mesin lalu melajukan mobilnya dengan cepat melewati Jaejoong.
Jaejoong menggigit bibir bawahnya. Ada rasa sakit pada dadanya sekarang. Tapi coba dia tepis dan terus berpikir positif kalau suatu hari Yunho akan menerimanya.
.
.
TBC / delete
.
Hello readers, ini cerita baru yang saya janjikan. Cerita ini terinspirasi dari Princess hours. ^^
Maaf kalau terkesan pasaran ehhehe ^^"a
Genrenya saya taruh di Angst karena di sini cerita Jaemma cukup pedih tapi akan happy ending.
Mohon review dan masukkannya untuk kelanjutan ff ini ^^
Ah, mengenai sekuel 'Get Ready' akan saya buat karena banyaknya permintaan untuk penambahan scene dari masing-masing karakter. Ditunggu ya ^^
See you readers ^^