Haii Risa balik dengan sebuah fic yang mungkin membuat readers berteriak : "Aaaa! kenapa Sasu jadi kayak gitu?"
Karena banyak yang minta kisah SasuSaku highschool, Risa kasih disini deh.
Ini kisah tentang perjuangan seorang wanita mendapatkan seorang pria yang benar-benar ia cintai meskipun sang pria memiliki sebuah orientasi kelainan.
Dedicated for someone who loved me. My twin :p Goryukanda.
Disclaimer : Om Kishi, maaf ya Sasu dan chara yg lain jadi kayak gini
Warning : Typo, AU, OOC, Gaje, Alur kecepatan, Yaoi, Dll ….
# # # # #
"Hai tampan, sendirian?"
Seorang pria menoleh dengan malas ke sebelahnya dan mendapati seorang wanita seksi menatapnya. Ia hanya mendengus sinis melihat pakaian minim bak kurang bahan yang dipakai wanita itu dan kembali memperhatikan minumannya seolah tak tertarik pada semua keseksian yang ditawarkan.
"Pergilah. Aku gay," ucapnya dingin
Wanita itu tertawa dan menepuk pundak sang pria,"Tidak mungkin kau gay. Kau berada di bar hetero, kau tahu?"
"Yea, tentu aku tahu."
"Itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa kau bukanlah gay."
Pria itu menghela nafas. mata hitamnya melihat sesaat bartender yang sedang memberikannya segelas berisi wine lagi padanya dan pria itu menarik lengan tersebut hingga sang bartender kehilangan keseimbangannya membuat sang pria mengambil kesempatan itu untuk mencium sang bartender yang juga seorang pria.
Jelas saja wanita seksi tadi langsung shock melihat live show secara nyata seperti itu. apalagi sang pria bukan hanya menempelkan bibirnya, tetapi juga menjilat dengan menggunakan lidah ke bibir sang bartender.
"Lihat sendiri, bukan? Aku tidak berbohong," ucapnya dengan nada mengejek
Sang wanita seksi itupun langsung menatap jijik dan meninggalkan sang pria setelah mengeluarkan makian yang mengatakan bahwa pria tersebut begitu tidak normal atau semacamnya. Sang pria hanya bisa tersenyum setelahnya dan melepaskan sang bartender yang daritadi ia tahan tangannya.
"Kau benar-benar menyeramkan, Sasuke. Menciumku hanya untuk membuktikan kau gay," ucap sang bartender mengusap bibirnya
"Tidak masalah, bukan? Lagipula Kau seorang bi," ucap Sasuke santai
"Dan tidak mencium pria seenaknya di bar hetero, Sasuke."
Sasuke meneguk vodka miliknya,"Tidak perlu sungkan, Neji. Kau tahu aku disini hanya untuk bersenang-senang."
"Suatu saat kau akan ketahuan sekolahmu," ucapnya kesal
"Tidak selama masih ada Shikamaru yang menghalau ketua osis dan pengikutnya."
Neji menggeleng-gelengkan kepalanya,"Kuharap kau bisa menyukai wanita, Sasuke."
"Mustahil, Neji. Harapanmu sia-sia," jawab Sasuke cuek
"Lebih menyenangkan berhubungan dengan wanita kau tahu? Walau berhubungan dengan pria juga, tapi rasanya tetap berbeda."
"Jangan menceramahiku tentang hubungan perempuan dan laki-laki jika kau tidak ingin aku muntah di barmu, Neji."
Neji terkekeh,"Ya, ya. Untuk apa kau datang kemari? Pergilah ke barmu yang biasanya."
"Aku sudah bosan disana. Tidak ada pria yang menggantikan dia."
"Kau ingin mencari pria seperti dirinya? seleramu terlalu tinggi, Sasuke. Jika kau seorang hetero atau bi, wanita seperti yang tadi pun bisa kau dapatkan dengan mudah."
Sasuke berdecih,"Menjijikan."
# # # # #
Sasuke POV
Aku turun dari mobil milikku dan telingaku sudah mendengarkan suara-suara tidak mengenakan yang membuatku tidak ingin mendengarnya. Suara wanita. Teriakan mereka hampir bisa membuatku merasa membutuhkan dokter telinga saat itu juga.
Ya, aku mengakui bahwa aku tampan dan kaya. Faktor utama yang menarik wanita untuk memuja seorang pria, tapi dalam kasusku, aku ingin pria yang memujaku. Tidak banyak yang mengetahui aku seorang gay, hanya sahabat-sahabatku saja termasuk si bartender bi di bar hetero itu.
Meskipun mereka selalu menyuruhku untuk menjadi seorang hetero alias pria yang normal penyuka wanita, aku tidak bisa. Aku tidak mengerti sudah sejak kapan aku menjadi seorang gay, yang jelas aku menikmatinya. Pria jauh lebih baik dari wanita.
"Sasukeeeee!"
Aku menoleh saat mendengarkan suara cempreng yang sangat kukenal itu. lihat, dia memang tampan dan terlihat sangatlah terkesan preman seperti diriku tetapi dia adalah sahabatku. Si rambut pirang jabrik yang menyebalkan.
"Ada apa Naruto?"
"Kau tahu apa?! Hinata akhirnya menerimaku dan semalam kami-"
"STOP," potongku cepat
Dia terlihat tersinggung dan tidak suka dengan apa yang kukatakan. Oh, ayolah. Apakah perlu kuulangi hingga mulutku berbusa?
"Aku tidak ingin mendengar hubungan perempuan-pria," sambungku
"Arrgghh! Teme kau menyebalkan sekali. Kau tahu apa? Kau butuh perempuan yang dengan sabar menuntunmu ke jalan hetero! Kemudian kau akan jatuh cinta dengan wanita itu, bercinta dengannya dan melahirkan anak-anak yang lucu!"
"Hoek …."
"Sial kau, Teme," ucapnya kesal
"Aku benar-benar akan muntah disini, Naruto."
"Apakah setelah muntah kau akan berubah menjadi hetero?"
Aku tertawa,"In your dream, man."
Ia mengerucutkan bibirnya,"Sudah kuduga itu."
Menyenangkan bersama dengannya. Ia menerimaku apa adanya meski aku seorang gay. Ia tidak pernah menatapku dengan jijik seperti wanita atau pria normal lainnya meski ia selalu paling bawel dengan menyuruhku menjadi hetero kemudian mempengaruhi sahabat-sahabatku yang lainnya untuk mendukung aksinya.
Aku berjalan melewati taman dan melihat seorang wanita berambut merah muda unik sedang bertengkar dengan seorang pria bertubuh besar dengan seragam sama dengan kami. sepertinya wanita itu adalah teman sekelasku yang biasanya dipanggil Haruno Sakura.
Wajar kalau kami tidak terlalu saling mengenal karena kelas khusus tidak pernah bergaul satu sama lain atau saling tertarik. Kami sibuk dengan dunia kami sendiri dan mengejar pelajaran untuk mendapatkan fasilitas yang menjadi hak kami di kelas khusus.
"Kau menabrakku duluan!" ucap pria bertubuh besar itu
"Jangan bercanda, kau buta atau bagaimana?! Jelas-jelas kau dengan tubuh menjijikanmu itu menabrakku dengan sengaja agar dapat menyentuh dadaku!"
Heh, kata-kata yang bagus. Wanita itu ternyata berani juga meskipun kulihat ia selalu diam di kelas dan akan menjadi wanita penggosip pada umumnya saat bertemu dengan teman-teman wanitanya. Penilaianku padanya, dia lumayan.
Aku memang paling bersemangat jika sudah ada yang bertengkar seperti ini. mungkin aku akan menyoraki gadis itu? atau bergabung dengannya membantai pria bertubuh besar tapi menjijikan itu?
"Teme, kau tidak mau membantu Sakura-chan?" tanya Naruto
"Aku ingin melihatnya dulu," jawabku santai
Naruto memukul lenganku membuatku meringis. Pukulannya memang tidak menyakitkan, tetapi tetap saja tenaganya yang hampir sama denganku dapat membuatku meringis perih. Mata Onyx ku pun kembali memperhatikan Sakura dan ternyata ia berada dalam posisi terjepit.
Entah apa yang terjadi tadi, Sakura sudah berada dikurungan kedua lengan pria itu yang memojokkannya ke dinding agar tidak bisa kabur. Sakura berusaha mendorong pria itu tetapi tidak berhasil. Pria itu terlalu besar untuknya.
"Cih, dasar pengecut! Aku yang akan ma-, Teme?!"
BUG!
Kulayangkan tinjuku pada pria besar itu membuatnya tersungkur di tanah saat itu juga. Oke, aku memang menyukai pria, tapi tidak suka jika ada pria yang melecehkan wanita di depan mataku bahkan memaksanya dengan cara menjijikan.
"Lay a fucking finger on her again, and you're dead!" ucapku dengan dingin
Pria yang tampaknya menyadari siapa lawannya, langsung berdiri dan pergi begitu saja meninggalkan kami. sialan, kenapa ia tidak meminta maaf seperti layaknya pria sejati? Aku paling benci pria seperti itu.
"Teme!" teriak Naruto menghampiriku "Kau keren sekali!" ucapnya memberikanku satu jempol di udara
"Hn, aku benci pria seperti itu," jawabku
"Ehm … Sasuke?"
Aku menoleh ke suara feminim di belakangku. Kulihat mata hijaunya yang jernih memandangku penuh kekaguman. Ia kemudian menunduk beberapa kali di hadapanku.
"Terima kasih sudah menolongku!" ucapnya tulus
"Aaah, Sakura-chan kau tidak apa?" tanya Naruto
Sakura tersenyum manis,"Tidak apa. Aku hanya ditabraknya. Lain kali aku akan menendang bokong besarnya jika bertemu dengannya!"
Aku menyunggingkan senyum mendengar jawabannya,"Aku setuju denganmu."
Ia tampak mematung sesaat sampai akhirnya ia membuang mukanya dan pergi dari hadapan kami. aku tidak mengerti wanita, kenapa ia harus pergi begitu saja setelah ditolong pria? Apalagi dengan wajah memerah seperti yang kulihat sekilas tadi.
"Kita masuk kelas, Teme. Sebelum pria besar tadi melaporkan tinjumu padanya seperti sebelum-sebelumnya," ucap Naruto
Benar juga, sudah berapa kali aku dipanggil oleh kepala sekolah yang menasehatiku untuk berhenti berkelahi? Terlalu susah bagiku untuk tidak melayangkan tinju saat ada orang yang menantangku atau sekedar menggangu wanita seperti tadi.
Title seorang preman sekolah memang benar-benar menyusahkanku.
.
"Kau menolong Sakura tadi pagi, huh?"
Kupandangi pria dengan rambut dikuncir ke atas bagaikan nanas disampingku. Ia menanyaiku dengan nada malasnya yang membuatku tidak tertarik dengannya dan aku ragu ada wanita yang tertarik padanya meski ia pria terpintar di seluruh angkatan.
"Kau tahu darimana?" tanyaku
"Aku melihatnya dari sini. Kupikir aku akan menolongnya dan meminta Temari untuk berkencan denganku sebagai imbalannya. Kau merusak rencanaku."
Satu lagi seorang hetero yang sedang mengejar wanita. Si pemalas Shikamaru yang tidak tertarik dengan wanita bisa menjadi sangat bersemangat jika sudah menyangkut ketua osis sekolah, Temari. Wanita yang terkenal galaknya itu.
"Sedang apa kau di atap? Tidur menatap langit?" tanyaku
Ia tidak menjawab dan kembali memejamkan matanya yang kuyakin pasti tebakanku benar. Ia selalu berada di atap dan kelas atau di ruang osis untuk menggangu Temari. Apakah di sekolah ini tidak ada gay seperti dia?
Ah, aku mulai merindukannya lagi.
"TEMEEEEE!"
"Tidak perlu berteriak, Naruto."
Naruto berlari ke arahku dengan tangan sebelahnya menarik Hinata, sepupu Neji. Sepertinya benar kata Naruto tadi pagi. Mereka sudah menjalin hubungan.
"Aku sudah mengatur kencan buta untukmu!"
Aku membesarkan mata Onyxku. Baru saja aku mendengar kata 'kencan buta' keluar dari mulut Naruto. Dia mengatur hal itu untukku? Seperti wanita yang kesepian dan terlihat tidak ada peluang untuk menjalin hubungan?!
"Jangan marah dulu, Teme. Ini demi kebaikanmu dan kupastikan kau akan menyukainya!"
"Dengan pria?" tanyaku
Hinata tampak tidak terkejut dengan ucapanku. Ya, dia sepupu Neji. Tentu saja ia mengetahui diriku yang menyukai pria dibanding wanita. Toh, Hinata bukanlah wanita bodoh yang bisa tertipu hanya dengan penampilanku.
"Tidak! mana mungkin aku mengatur kencanmu dengan pria?!"
"Dengan wanita?" tanyaku tidak percaya
Naruto mengangguk mantap dengan cengiran khasnya yang sangat menyebalkan itu. tanganku sudah mengepal bersiap untuk meninju mukanya tidak perduli ia sahabatku. Ia tahu aku akan mual dan menyakiti hati wanita itu jika terpaksa berkencan dengannya, bukan?
"Sasuke, aku dan Naruto sudah memikirkannya matang-matang. Aku yakin kau akan … menyukainya," timpal Hinata
Oh bagus. Kali ini Hinata pun setuju dengan pemikiran pendek Naruto.
"Ya jika ia seorang pria," ucapku kesal
"Teme, aku ingin kau menyukai wanita. Meskipun hanya sekali, aku ingin mendengarmu bercerita bagaimana kau bersama dengannya, jalan dengannya bercin-"
"Siapa wanita ini?" potongku yang mulai mual
"Dia sekelas kita," jawab Hinata
Aku mengacak-acak rambutku. Aku harus mematahkan hati wanita di kelasku. Sepertinya ini akan menjadi suasana canggung setahun kedepan. Biasanya wanita yang ditolak oleh pria, akan menjadi diam dan menjauh setelahnya. Aku yakin itu.
"Jadi?" tanya Naruto tidak sabar
"apalagi yang harus kuperbuat? Kau sudah mengaturnya dan aku harus menjalaninya."
"BAGUS!" teriak Naruto menepuk punggungku dengan keras
"Tapi, ada imbalannya," ucapku
Ia tampak binggung meskipun masih dengan cengiran khas miliknya,"Apa itu?"
BUG!
Aku meninju keras perutnya hingga ia meringis dan menunduk untuk memeganginya. Hinata terlihat panik dan berusaha untuk membantu Naruto yang wajahnya sudah membiru karena pukulan kerasku.
"Itu untuk mengatur kencanku dengan wanita," ucapku kemudian berjalan meninggalkan atap
Yah, inilah hidup sebagai seorang gay tersembunyi. Tidak bisa dengan gamblang mengatakan bahwa aku seorang pecinta pria daripada wanita. Terkadang aku mengutuki diriku yang terlalu tampan bagi wanita dan membuat para pria berbalik membenciku karena iri.
Tapi untuk berada di sebuah tempat tertentu dimana semua penduduknya adalah gay, aku yakin aku akan populer. Itu terbukti dengan beberapa pria yang mendekatiku selama aku bergaul di bar gay saat aku masih bersama dengannya.
Tapi bukan itu sekarang masalahnya.
Masalahnya sekarang adalah, aku harus berkencan dengan salah satu wanita di kelasku sendiri! Apakah si bodoh Naruto itu tidak tahu aku akan membuatnya merasa sakit hati? Bagaimana aku harus menolaknya nanti?
Tidak mungkin aku mengatakan bahwa aku gay, bukan? Tunggu saja sehari, gosip akan menyebar dan membuatku harus berada di rehabilitiasi pembentukan kepribadian remaja. Aku yakin orang tuaku akan mengirimku kesana.
Siapapun wanita itu, kuharap aku tidak muntah di depannya dan tidak membuatku merasa bersalah. Aku menghormati wanita meskipun aku seorang gay.
# # # # #
Si bodoh Naruto.
Dia menyuruhku untuk segera berada di sebuah café yang cukup romantis untuk seorang hetero yang bersiap untuk menyatakan cintanya atau melamar. Sialnya lagi, entah sudah berapa kali para pelayang yang tidak mempunyai pekerjaan berlalu lalang dihadapanku hanya untuk sekedar menarik perhatianku.
Aku menunggu wanita kencanku yang katanya adalah salah seorang dari teman sekelas. Sebenarnya aku cukup penasaran, siapa wanita ini. seharian aku memperhatikan tidak ada yang terlihat antusias atau bersikap aneh di kelas. Bahkan mereka cenderung biasa saja.
Kemeja yang berbalutkan jas hitam ini semakin membuatku sesak dengan kegugupanku. Seperti menunggu dia akan menembak diriku dulu. Hah, aku mulai melantur. Mengingat kejadian yang dulu indah dan sekarang menjadi menyakitkan.
"Sasuke?"
Aku mendongak saat mendengar suara jernih yang kukenali itu. rambut merah muda yang diikat ke atas dan membentuk sebuah cepolan dan ada beberapa helaiannya jatuh menutupi leher putihnya membuatku yakin siapa dia.
"Haruno Sakura?!"
Ya, dia gadis yang tadi pagi aku tolong. Gadis yang menurutku aneh dan tidak biasa. Dia teman kencanku?! Oh Naruto, kau memang tidak lagi sayang nyawamu, bukan?
Ia tersenyum gugup padaku. Apa yang biasanya pria sejati lakukan pada wanita? Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan. Sial.
"Du-duduklah," ucapku akhirnya
Ia duduk di depanku dan beberapa saat kemudian seorang pelayan laki-laki mendatangi kami. aku melirik pelayan pria yang memperhatikan Sakura dengan intens. Aku mengenal tatapan itu, tatapan yang tertarik pada wanita.
"Aku pesan lemon tea saja," ucap Sakura akhirnya
Sakura menyerahkan menu pada sang pelayan pria yang secara sengaja menyentuh tangan mulus Sakura. Itu benar-benar trik klise para hetero. Tidakkah mereka sadar aku ada disini? sebagai teman kencan.
"Maaf, kau menungguku lama ya?" tanya Sakura
Aku menggeleng,"Tidak. kau tepat waktu," ucapku jujur
"Ehm … maaf, sepertinya aku dikerjain oleh Hinata dan Naruto. Mereka mengatakan ingin menemuiku di café ini. ternyata aku hanya menemukanmu dan kuputuskan untuk menyapamu …. "
Sakura dikerjain. Aku dijebak.
Naruto memang benar-benar tidak sayang nyawanya. Aku masih terlalu baik memberinya tinju di perut. Mungkin di wajahnya dan piiiip miliknya akan menjadi pelajaran baginya untuk tidak bermain-main lagi denganku.
"Tinggalkan mereka. aku senang bisa berbicara denganmu," ucapku lagi
Ia terlihat semakin gugup saat aku mengatakan hal tersebut. ekspresi berbeda yang pernah ia berikan tadi pagi. Heh, wanita ini menarik. Tidak buruk juga.
"Aku yakin jika ada fansmu yang melihat kita, besok pagi aku pasti sudah tidak berwujud."
Aku terkekeh,"Jika itu wanita, kau pasti bisa menghalaunya dengan mudah."
"Entahlah, jika musuhku adalah seluruh penghuni KHS," ucapnya lagi
"Berikan saja mereka tinju."
Ia melotot padaku,"Kau gila? kau mau mewariskan title premanmu padaku?"
Aku mengangkat bahu,"Tidak masalah, bukan?"
Ia mendengus,"Tidak terima kasih. Aku merasa terlalu terhormat untuk itu."
Aku tertawa. Tidak buruk juga untuk berbicara dengan wanita. Maksudku, bukan berarti aku tidak pernah berbicara dengan wanita. Aku sering berbicara dengan makhluk bernama wanita, tetapi dalam suasana berbeda dengan ini.
Bahkan biasanya jika tidak kukenal, aku akan berterus terang dengan wanita itu bahwa aku gay. Seperti yang aku lakukan di bar Neji. Mencium bi seperti dirinya pun aku rela, asal wanita itu menjauh. Mereka hanya mengincar tampangku.
# # # # #
TBC
segini dulu deh,
menarik ga sih ini? semoga iya *maksa
reader, REVIEW yaa
komen, kritikan dan saran selalu diterima kok
see ya!