Disclaimer: I Own Nothing. I take no profit from this. Thank you.

Warning: Alternate Universe – Werewolf world... actually, supernatural world. Just see. A little bit of Out of Character. Typo (s). Ino's PoV.

Note: Hasil rewrite nih (2 hari doang), so enjoy!


Naruto © Masashi Kishimoto

Serigala Mencari Cinta

1


Sunset di tempat ini bagaikan gambaran surga.

Matahari yang tertelan batas garis horizontal; burung-burung laut menari di langit merah; laut biru-oranye tanpa sedikit pun hal non-alami mengganggu.

Tidak ada hiruk pikuk keramaian masyarakat. Tidak ada bunyi bising yang diciptakan oleh mesin-mesin buatan manusia. Hanya suara hewan kecil yang bernyanyi, bercampur dengan suara angin yang berhembus cukup kencang di pepohonan beberapa meter dari tebing itu.

Satu perempuan berdiri di dataran kosong dekat dengan batas tebing. Berkutat serius dengan kamera yang berdiri di atas kaki tiga. Rambut pirang yang dikuncir kuda menari seiring dengan lambaian angin. Baju lengan panjang yang bagian bawahnya mencapai lutut dan celana jeans juga selutut menjadi pertahanannya untuk suhu dingin.

Satu.

Dua.

Tiga.

Kamera itu berbunyi. Kilatan cahaya keluar dari lensanya. Kepala yang berkutat di bagian belakang kamera terangkat. Iris biru melihat pemandangan di depannya, lalu kembali berkutat dengan kamera itu.

Satu tas besar dan satu tas sedang bertengger manis beberapa senti dari kakinya. Meratakan hamparan rumput yang tadi berdiri tegak. Satu terbuka lebar dan satu terbuka sempit. Satu menyimpan kamera dan satu menyimpan Tripod.

Kamera itu berbunyi lagi.

Wajah perempuan tadi dihiasi senyuman penuh kebahagiaan, seolah melupakan ketakutan yang tadi muncul karena beberapa alasan. Membawa mundur kamera tiga langkah, mengutak-atiknya lagi, lalu berjalan ke tempat di mana kamera tadi berdiri. Pose merentangkan tangan dilakukan, menunjuk ke arah matahari meleleh. Senyum lebar dan menunggu.

Satu.

Dua.

Tiga.

Kamera berbunyi dan menghasilkan cahaya putih. Mata biru mengerjap beberapa kali, mengeluarkan titik hitam yang muncul. Senyum tetap di tempat sambil melihat hasil yang didapat.

Sekali lagi.

Mengulang proses yang sama dengan pose yang berbeda. Kamera berbunyi lagi. Dan Yamanaka Ino benar-benar bahagia.

Melakukan tantangan dari Sakura kini terasa begitu mudah. Dan memuaskan. Sangat memuaskan, setelah perjalanan yang harus dilewati dari tempat mobil diparkir ke tempat ini. Memikul kedua tas ini lagi. Tapi sudah terbiasa karena pekerjaan dan beberapa hobi.

Memang perjalanannya tak terlalu jauh, tapi medannya sangat tidak mendukung. Setidaknya tak perlu melewati pohon-pohon lebat yang membentuk hutan menyeramkan.

Lalu suasana berubah total. Seperti sebuah film horor, burung-burung mengeluarkan suara pekik khas mereka dan mulai terbang dari tempat hinggap di pohon. Angin berhembus keras, lebih keras dari sebelumnya seolah ingin membentuk puting beliung. Dan hutan seperti mengeluarkan aura mengerikan.

Dia baru menyadari kalau matahari sudah hampir tertidur. Lupa waktu karena terbawa suasana.

Sial.

Sesuatu yang buruk akan terjadi.

Kamera dilepaskan dari dudukannya dan dibereskan bersama kaki tiga. Dimasukkan dan dikancing.

Lolongan memekikkan datang dari arah hutan. Oh tidak. Satu dari alasan mengapa ketakutan menyapa gadis itu sewaktu dia memarkirkan mobil tadi, kembali melabraknya.

Binatang buas. Serigala.

Tantangan Sakura tak terasa begitu mudah lagi. Naik beberapa tingkat hingga berbahaya. Oh, Sakura kau benar-benar akan menanggung akibatnya nanti. Percayalah.

Lupakan kenyataan soal medan yang tak mendukung, karena begitu kau ketakutan dan adrenalin mengalir dalam darah, semuanya terasa begitu mudah. Sayang, sesuatu yang kuat membutuhkan pengendalian yang luar biasa. Jadi dia berlari dengan tubuh yang bergetar.

Sedikit lagi akan tiba. Setengah jalan lagi.

Tiba-tiba muncul dari sudut mata, Serigala yang ukurannya dua kali lebih besar dari ukuran normal. Mata hijau pucat, bulu merah gelap menutupi seluruh tubuh, gigi taring tajam dipamerkan, liur jatuh bercampur dengan rumput di bawahnya.

Sedetik berlalu, mata biru menyaksikan serigala itu melompat... dan mendarat di depannya.

Oh sial.

Tak ada gunanya berteriak minta tolong. Tempat ini jauh, sangat jauh dari pemukiman. Itulah mengapa tempat ini tak tersentuh tangan-tangan usil manusia. Dan karena orang-orang yang ingin datang kemari selalu menyebut ada hewan buas yang akan mengusir mereka. Sebuah rumor yang harusnya dia tanggapi. Sakura juga sudah memberi peringatan saat menantangnya.

Dia pasti mati.

Kenapa dia nekat melakukan ini?

Serigala itu menggeram. Suaranya terdengar di sela-sela keramaian detak jantung dalam telinga. Satu langkah mundur diambil sebagai respon dari ketakutannya. Kaki-kaki yang gemetar tak sanggup menahan bobot tubuh saat sang Serigala menerjang.

Kepala membentur keras ke tanah, membuat cahaya putih muncul di matanya dan rasa sakit menusuk di bagian belakang kepala.

Hembusan napas menyapa wajahnya, membuat rambut di lehernya berdiri. Mata biru itu menutup, tak sanggup menyaksikan wajah serigala yang akan mengoyak dagingnya. Napas tertahan saat kedua cakar menahan bahunya. Sakit, tapi semoga saja tidak luka.

Moncong serigala menyentuh lehernya, lalu wajahnya dan kembali ke leher. Dingin dan basah. Tiba-tiba ada lidah merayapi lehernya. Sekali, dua kali. Ugh... menjijikkan.

Mata itu membuka kembali begitu moncong tak lagi menyentuh leher. Sang Serigala mengangkat kepalanya dan melolong keras beberapa kali.

Pikirannya melayang ke sosok laki-laki dewasa dengan rambut sama persis sepertinya; Ayahnya. Rasa takut merasuk ke dalam diri, lebih mengerikan daripada rasa takut akan Serigala ini. Ayahnya sudah ditinggalkan Ibunya. Jika dia ditinggalkan putri tunggalnya, Ino tak yakin Ayahnya sanggup bertahan hidup. Tak mungkin membiarkan Ayahnya seperti itu.

Satu tetes air mata merayapi pipi tanpa disadari.

Lalu semuanya menggelap.


XxX


Yamanaka Ino, wanita berusia dua puluh lima tahun, adalah seorang reporter di salah satu stasiun tv terkenal di Konoha. Alasannya karena dia senang mencari tahu tentang berbagai hal, baik yang pernah terjadi dulu, atau yang terjadi sekarang (dan memberitakannya. Selalu membawa kepuasan sendiri). Itu dan popularitas. Popularitas selalu membuatnya bahagia.

Pemberani. Itu adalah kata yang sering digunakan orang untuk mendeskripsikannya. Dia menemukan kepercayaan diri di usia yang terbilang cukup muda. Sangat muda malah menurutnya. Pemberani dan cantik... oke, itu mungkin hanya perasaannya saja.

Keluarganya punya sebuah penyakit turunan; kecintaan terhadap bunga. Entah mengapa hal ini terus menjalar dalam darah mereka. Terkadang hal ini dikagumi oleh orang lain tapi banyak juga yang membuat candaan. Seperti bunyi iklan; tidak tahu apa-apa soal bunga? Jadilah Yamanaka. Dan orang yang mengatakannya selalu berakhir dengan hidung berdarah.

Tapi terima kasih Tuhan karena itu bukan satu-satunya hobi yang dimiliki Ino.

Fotografi. Ini adalah sesuatu yang membuatnya ceria, membuatnya puas. Di mana ada pemandangan indah, Ino pasti akan ke sana untuk mengabadikannya sendiri.

Dan karena inilah dia datang ke tempat ini.

Dia memimpikan kejadian dua hari yang lalu, ketika Sakura dan dirinya sedang menghabiskan waktu di kamarnya.

Ino tengah melihat-lihat album foto miliknya. Mencoba mengingat kapan dan di mana dia mengambil setiap foto sambil menikmati rasa puasnya. Tiba-tiba wajah Sakura muncul di depannya.

"Ya ampun, Sakura. Jangan pasang jidatmu di depan wajahku. Mengotori pemandangan tahu," katanya sambil mendorong kening Sakura.

Terlihat jelas ada empat siku kecil di kening lebar gadis berambut pink itu. Tangannya mencakar pinggang. Sambil memutar bola mata, Sakura mengambil album Ino.

"Hey―" Ino berhenti memprotes saat Sakura meletakkan jari telunjuknya di bibir.

Melihat Sakura yang sekarang, kalian tak akan percaya saat Ino memberi tahu kalian seperti apa Sakura dulu. Saat mereka baru berteman, Sakura adalah definisi yang kalian cari untuk anak yang manja. Penakut, tak percaya diri, cengeng, dan semua hal menyusahkan lainnya. Dan yang paling buruk, dia tidak tahu cara berdandan. Jangan tanya bagaimana Ino bisa berteman dengannya karena sampai sekarang pun dia masih mempertanyakannya.

Bahkan saat dia di-bully dia tidak bisa melawan balik. Harus Ino yang menakuti anak-anak perempuan menyebalkan itu.

Tapi sekarang, kalau ada dari kalian yang berani macam-macam dengan mahasiswa kedokteran ini, kalian akan melihat sisi jahat dari seorang malaikat.

Mereka berdua hebat dalam berbagai hal... kecuali percintaan. Ino hanya akan menceritakan kisah Sakura saja.

Dulu mereka sama-sama mengejar satu orang. Uchiha Sasuke; Tampan, keren, pandai, hebat dalam hampir segala hal. Keduanya sama-sama menyukai anak ini, bersaing untuk menjadi pacarnya. Singkat cerita, mereka terus mencoba mendapatkannya... tapi melakukan itu seolah mencoba mengakses ingatan mereka saat baru lahir; dekat tapi tak mungkin diraih.

Tetap saja Sakura terus mengejarnya. Ketika Ino menyerah, Sakura terus mengejarnya. Bahkan ketika Sasuke pergi, Sakura masih belum bisa move-on. Di satu sisi, Ino kagum akan semangatnya. Di sisi lain, Ino kasihan dengannya. Mengharapkan seseorang yang belum pasti seperti itu dan membawa begitu banyak kesedihan karenanya.

Jadi Ino sebagai sahabat yang baik selalu mencoba untuk membuat Sakura bahagia. Mengalihkan pikirannya dari beban.

"Foto-foto ini masih belum seberapa."

Dan inilah mengapa dia membenci Jidat ini. Sakura membalik lembar demi lembar lalu mengomentari mereka.

"Memangnya kau bisa!?"

Gadis merah mudah itu mengangkat bahunya. "Bukan hobiku,"

"Kalau begitu jangan komentar!"

Sakura tiba-tiba tersenyum lebar. "Oh ini hobimu kan, Pig? Kalau begitu aku tantang kau mengambil foto di suatu tempat. Beberapa kilometer ke utara Konoha ada sebuah hutan yang namanya Hutan Terlarang. Konon katanya ada sebuah tempat di dalam sana, di mana kau bisa mengambil foto matahari tenggelam yang seperti 'surga'. Tapi tak seorang pun pernah mengambil fotonya."

"Kenapa?"

"Menurut legenda setempat, di hutan itu tinggal mahkluk buas yang mengerikan. Dia akan memakan setiap orang yang berani masuk ke sana. Warga melarang orang-orang untuk pergi ke sana, dan entah bagaimana tempat itu belum tersentuh sama sekali oleh tangan manusia," kata Sakura tapi ekspresinya mengatakan bahwa dia tak percaya perkataannya sendiri. "Dan tak ada seorang pun yang pernah menemukan tempat ini."

"Lalu bagaimana bisa ada rumor seperti ini?"

"Entah."

"Apa nama desanya?"

Sakura tampak mencoba mengingatnya, "Nanokuni atau apa itu―entahlah, aku tak terlalu ingat. Tapi desa itu jaraknya masih terlalu jauh dari Hutan Terlarang. Dan desa itu sangat terpencil―seperti yang kubilang, belum tersentuh tangan manusia. Jadi kau berani, Ino-pig? Atau kau takut?"

Semangat Ino langsung membara di tempat. "Apa maksudmu Jidat!? Di antara kita berdua, aku yang paling berani. Apa yang kudapat kalau aku berhasil?"

"Aku bersedia menjadi pembantumu selama seminggu penuh. Dan kalau kau gagal mendapatkan fotonya... kau yang jadi pembantuku. Setuju?"

"Oke. Dan aku akan melakukannya sendiri." Entah mengapa dia mengatakan itu. Mungkin untuk membuktikan keberaniannya.

Lalu mimpinya berubah.

Dia berdiri di depan konter toko bunganya. Melihat sekeliling untuk mencari keberadaan Ayahnya. Di mana dia?

Di kedua bahunya tergantung dua tas berisi peralatan fotografi.

"Ayah!" serunya. Dia meletakkan dua tas itu di atas meja konter, lalu berjalan ke bagian belakang. Ayahnya juga tak ada di sana.

Dia pergi ke mana?

Kakinya melangkah menuju halaman depan rumah. Di sana juga tak ada tanda-tanda Ayahnya.

Aneh.

Dia kembali ke meja konter dan menulis nota untuk Ayahnya.

Pergi melakukan hobiku. Kembali sebentar malam. Love you.

P. S. Ayah di mana?

Mimpinya berubah lagi.

Gelap. Semuanya gelap.

Entah bagaimana, dia tahu bahwa tanah yang dipijaknya berumput. Tapi dia tak bisa merasakannya, tak bisa merasakan rumput-rumput itu. Sama seperti dia mengetahui kalau angin berhembus keras walau dia tak bisa merasakannya. Dan sama seperti dia mengetahui bahwa ada seorang yang mengintainya walau kelihatannya tak ada seorang pun.

Bulu kuduknya berdiri. Kakinya mulai berjalan tak tentu arah. Langkah semakin cepat hingga dia berlari. Dan seseorang mengejarnya.

Lari, lari, dan terus berlari. Memacu jantung melebihi kemampuan batas. Napas satu-dua hingga mengatur sirkulasi begitu sulit. Kaki gemetar tak sanggup berjalan.

Lalu tersandung.


XxX


Mata biru itu terbuka dengan cepat. Jantung terpacu dalam dada, napas keluar tak teratur, sedikit keringat di tubuh; dampak dari mimpi buruk. Itu mimpi yang mengerikan.

Lalu dia sadar kalau dia berada di tempat yang tidak familiar. Dan dia tidur di tanah. Hah?

Apa yang terjadi?

Ingatannya sangat kabur. Belakang kepalanya sedikit sakit. Tubuhnya juga nyeri di beberapa bagian karena tidur di permukaan yang keras.

Di depannya adalah dinding tanah... gua mungkin. Dia duduk―berhenti sebentar untuk sedikit meredakan sakit di kepalanya. Saat dia berbalik―ada seorang pria yang menatapnya.

Seketika dia melompat―mendesis saat sakit di kepala bertambah. "A―apa, siapa... kau?" suaranya serak dan sulit untuk dikeluarkan. Dia mundur hingga bersandar di dinding gua.

Si pria tak menjawab untuk waktu yang lama. Cukup lama hingga sakit di kepalanya sedikit mereda, tapi tak cukup lama untuk rasa takut dan terkejutnya menghilang.

"Serigala."

Hah? Oke ini semakin aneh.

Lalu seperti ombak keras menghantam karang, ingatannya kemarin membanjiri kepalanya. Sementara memegang kepala akibat sakit yang luar biasa, bayangan bagaimana dia lari menuruni bukit itu, seekor serigala keluar dari hutan dan menerjangnya.

Dia menahan teriakannya menggunakan tangan yang tak memegang kepala. Butuh beberapa saat untuk menganalisa apa yang terjadi, tapi untungnya Ino cukup pintar. Serigala yang menyerangnya sama sekali tidak normal. Dan jika pria di depan ini adalah serigala itu... maka dia adalah manusia serigala.

Sedikit tidak mungkin, tapi Ino sangat terbuka akan setiap kemungkinan.

Apa dia akan membunuh Ino? Tapi jika dia ingin melakukannya, seharusnya sudah dari kemarin―benar kan kemarin? Dia baru sehari saja pingsan kan? Semoga saja perasaannya benar. Sinar matahari yang masuk ke dalam gua menyatakan kalau sekarang masih pagi.

Jadi apa yang pria ini inginkan?

Tiba-tiba pria itu berdiri, membuat jantung Ino yang semula sudah mereda mulai berdetak tak karuan lagi. Mata hijau pucat menatap Ino dengan tajam. Sungguh tak nyaman. Lalu pria itu berjalan ke mulut gua. Sedikit melegakan.

Pria itu berbalik lagi, dan Ino mencoba untuk tidak menatapnya. Di antara perasaan takut dan sakit, ada sesuatu yang bangkit dalam tubuhnya saat melihat tubuh sempurna pria itu. Tak ada yang menutupi tubuh bagian atasnya, dan tubuh bagian bawahnya hanya ditutupi celana jeans pendek yang sudah termakan waktu.

Serius, tubuhnya adalah tubuh impian setiap pria.

"Jika kau berani kabur..." dia berhenti―mungkin untuk efek dramatis. Lalu wajahnya mulai berubah, telinga sedikit memanjang, rambut merah tumbuh di sisi wajah, dan taring memanjang. Oke, itu sama sekali tidak dramatis. Itu menakutkan (dan entah mengapa Ino bersyukur dia melakukan itu karena pikiran untuk mengapresiasi tubuh itu hilang begitu saja). "Kau akan menyesal."

Lalu dia menghilang keluar.

Lalu pertanyaan-pertanyaan kembali muncul di kepala Ino. Apa yang dia inginkan? Mengapa dia menculik Ino. Apa yang sedang terjadi pada Ayahnya? Ayahnya yang sudah pasti mengkhawatirkannya.

Dia menangis. Untuk waktu yang lama.


XxX


Ino bertahan berada di dalam gua itu hanya sejam saja.

Sembari berdiri di mulut gua, Ino memikirkan beberapa kemungkinannya.

Kabur. Ayah sudah pasti merindukannya (mungkin saja sudah menyuruh orang untuk mencarinya). Dan jika dia bisa mencapai mobilnya, dia bisa pergi dari tempat ini. Ah, tapi hal ini sangat tidak mungkin. Lihat saja pohon yang tumbuh di sini; besar sekali. Yang ada malah Ino tersesat, dan dimakan hewan buas. Entah hewan apa lagi yang ada di sini selain serigala tadi. Belum lagi kalau pria itu mengetahuinya, entah apa yang akan dia lakukan.

Terlalu banyak resiko.

Tapi tinggal di sini sendirian bisa membunuh Ino perlahan. Oleh kebosanan. Dan kelaparan. Jika dia diam saja, rasa lapar akan sangat kentara.

Jadi setelah waktu yang lama, Ino memutuskan untuk keluar saja. Semoga dia tidak tersesat.

Lima menit kemudian, Ino menyesali keputusannya. Dan setelah tersandung, lagi, Ino memutuskan untuk kembali ke gua itu. Untunglah dia belum terlalu jauh jadi dia berhasil menemukan jalan kembali.

Biarlah Ino menunggu dalam kebosanan. Karena ketika pria itu kembali, dia benar-benar akan melihat sisi jahat dari Ino. Serigala atau bukan.


TBC


First thing first, I want to say this. Ahhhhhhhh, hancur banget chapter satu yang sebelumnya, T.T so i decide to rewrite this. Sebenarnya karena sesuatu di chapter 4 makanya aku harus rewrite ini.

Chapter 2 juga di rewrite. Jadi silahkan dibaca kembali. XD. soalnya di chapter 2 itu ada yang salah, besar banget, T.T

Jadi cerita foto itu macam cerita ikan legendaris di harvest moon. Tapi ini tempat legendaris untuk ngambil pemandangan legendaris. Kay?

Dan satu lagi... gaya nulisku ternyata tergantung mood. Artinya kalian bisa lihat beda dikit kan di atas itu. Tapi cuman dua kok gaya nulisnya. XD.

Revieww please!