Main cast: GS!Xi Lu Han, Oh Se Hun.
-Jongdae
-Minseok
-Jongin
-Kyungsoo
-Krisseu
-Tao
-Joonmyun
[Review yang kemarin aku balas disini ya
HyunRa
Oh Hai dear we met again ~.~ HunHan masih di kamar mereka lagi mempersiapkan untuk episode ber-anu /salah Oke well Maksud Kyungsoo terjawab di ch ini oke saya tau bakalan aneh banget dan absurd oke iya saya tau iya iya tau /jedotin kepala ke tembok/ dan please ChenMin masih SMA mereka belon nikah okay. Saya juga engga tau kenapa suka ngeromantisin banyak pair di ff ini for excptd KrisHan ~.~ tapi for da last terimakasih masih sedia reviiew ff saya gyahaha /gigit meja/
Lisnana1
HunHan hilang saya kurung dikamer barengan oke? Si Kyungsoo mau numpang caper ya sama Jongin gitu /g. oke terimakasih masih bersedia review sampe ch 2 yaayyyy ~~~~ /hugs.
Magnaenya HunHan
Karena kalau Luhan jadi ngikut badass kaya Wupan itu bukan termasuk ff HunHan jadi Luhan mesti di kalemin dulu dek /? Heum, perasaan Luhan ke Sehun ya.. nanti aku tanya mereka dulu yang lagi persiapan buat nc scene di ff ini /g. Si Kyungsoo mau caper oke sama si Jongin ~.~ /g iya dek, itu anak dari kamu yang semalem itu kan… /g. ChenMin emang sengaja aku bikin manis karena aku juga naksir sama mereka, mungkin step parents aku setelah HunHan .oke saya salah fokus. Well makasih magnaeh kesayangannya papi dan appa sudah mau review! /kecup manis/
Lee Hae Eun
Luhan aja belum tau berita si Sehun ngehamilin Kyungsoo /tepok jidat/ btw terimakasih reviewnya!/hugu ]
Warn: Alternative Universe, Out Of Character, Miss Typo(s), For a lil bit crack pair (sumpah ga rela) (+) Fanfic abal-abalan, Multipair yang berharap engga bakalan absurd
Pair: KaiSoo;ChenMin;HunHan;KrisTao;(and some crack pair)
xieveah 's present
Sebelumnya di Taster :
"Ini !" Kyungsoo menunjuk perutnya dengan jari telunjuk. Dengan tampang yang seyakin-yakinnya seorang Kyungsoo membuat mata Jongin membulat hebat. Mulutnya membentuk huruf O dan langsung menutupnya ketika Kyungsoo memberikan tatapan mematikan pada Jongin. "Aku hamil anak Sehun!"
"APA!"
Taster
.
.
Jongin menautkan kedua alisnya sambil menatap wajah Kyungsoo dengan tatapan tidak biasa. Pandangan perempuan itu memolos seolah yang baru saja dia katakan bukanlah sebuah perkara yang sangat besar sehingga membuat Jongin melotot kaget sebelumnya. Kyungsoo berkacak pinggang didepan lelaki berkulit tan itu.
"Suruh Sehun langsung menikahiku!" Ucap Kyungsoo dengan senyumannya yang menyeringai, namun bagi Jongin, tampang itu lebih tepat ditempel didepan wajah badut Disneyland agar membuat banyak orang tertawa karena terlalu lucu. Bagaimana bisa, perempuan bermata bulat nan menyiratkan kesan polos ini mengatakan bahwa dirinya dihamili Sehun yang setau Jongin sendiri bahwa Sehun belum menyentuh Kyungsoo di beberapa bagian intim milik Kyungsoo. Aneh. Namun pertanyaannya bukan hanya itu, sekarang, kenapa perempuan ini malah kelihatan bangga karena dihamili Sehun? Berkacak pinggang kemudian mengatakan 'Suruh Sehun menikahiku'. Don't you thought its too funny.. "Hey! Kau jangan melihatku terus-terusan! Sehun harus bertanggung jawab atas janin yang ada dalam perutku ini!" Perempuan itu menegaskan Jongin yang malah menatapnya dengan lekat dan mencari sebuah titik dari maksud ucapan hamil yang sebenarnya. Ya, sebenarnya Jongin tidak pernah menyangka, orang seperti Kyungsoo, si perempuan dengan tampang wajah tanpa dosa ini menyimpan sejuta sifat galak hanya karena sepasang mata memandangnya dengan lekat. Tapi, bagaimana malam yang dia lalui bersama Sehun? Tidakkah dia marah, bahkan bisa dibayangkan jika hal itu sungguhan terjadi, Sehun akan mendapatkan memar di sekujur tubuhnya akibat perlakuan kasar Kyungsoo yang tidak suka ditatap oleh lelaki, contohnya oleh Jongin, eum, atau memang Kyungsoo yang tidak suka ditatap oleh Jongin?. Entahlah
"Eum.., Kyungsoo –ssi, Jangan asal menuduh Sehun dulu. Mungkin.. ayah dari anak itu.. bukan Sehun" Jongin mengatakannya ragu-ragu yang berhasil membuat mata Kyungsoo membulat dan meledakkan seluruh amarahnya. Wajahnya memadam panas. Dia menatap sengit lelaki yang terlihat menampilkan tampang ketakutannya itu.
Kyungsoo mengepalkan satu tangannya, berniat akan melesatkan kepalan tersebut tepat dipipi mulus lelaki yang telah lancang mengatakan hal demikian.
"JADI KAU MENGIRA AKU INI JALANG!?" Kyungsoo menunjuk-nunjuk wajah Jongin dengan tampang kesal dan marah. Jongin ketakutan dengan tampang lembut yang sedang marah itu. Entah kenapa, begitu saja Jongin merespon segala apa yang di katakan Kyungsoo dan belum melesatkan sebuah kalimat menyesakkan darinya karena sudah mengganggu acara tidur siangnya dan menuding teman karibnya bahwa dia berhasil menghamili perempuan sinting ini.
"Eoh, b-baiklah, Kyungsoo –ssi aku minta maaf. Tapi, bukankah kau sendiri memang.. eum, sudah bisa disebut sebagai..eum..eum.. m-ma'af.. bisakah kita bicarakan didalam. Aku tidak mau percakapan seperti ini didengar orang lain" Suara Jongin memelan. Sementara hal itu menarik sebuah teriakan keras dari mulut Kyungsoo dengan mengeluarkan suara lembut yang mencekat kuping itu.
"TIDAK MAU!" Kyungsoo menunjuk wajah Jongin lagi dengan telunjuknya membuat Jongin menjauh dengan ekspresi tidak sewajarnya. Astaga, kenapa perempuan gila ini mendadak menyerangnya dan menjadi sosok arrogan? "Aku tau kau lelaki hidung belang seperti Sehun yang pura-pura mengajakku bicara baik-baik kemudian mengajakku tidur dan kemudian sama bajingannya seperti Sehun!" Kyungsoo menetapkan kalimatnya dengan mantap. "Laki-laki tidak mau tanggung jawab!"
Astaga, Jongin mati rasa. Perempuan didepannya memang dipastikan jauh lebih cantik dan manis dibandingkan Tao sang primadonna kelas, namun, apa sifat gila dan arrogan nya ini bisa menjamin orang akan tahan dengannya? Pantas saja, Sehun bilang pada Jongin bahwa dia belum siap menghadapi Kyungsoo yang ternyta..
"Uhuk ehem.." Kyungsoo menarik jari telunjuknya dan menempatkannya ketempat semula, berada disisi pinggulnya. Kali ini dia mengubah posisinya agar menjadi perempuan yang lebih manis. dia mengatur suaranya karena mengingat apa yang baru saja dia lakukan sebelumnya adalah hal buruk. Adalah hal yang seharusnya dia buang dalam bertemu setiap laki-laki. "Ma'af, terbawa emosi" Kyungsoo sok sibuk dengan aktivitasnya menepis debu imajiner di setiap sudut seragam yang dia kenakan siang ini. kemudian merapikan gaya rambutnya yang sebenarnya dari awal juga sudah rapi dengan rambut panjang original hitam itu.
What da fvck hell this shit ,Kyungsoo –ssi?
Hal yang baru saja sedang Jongin lihat berhasil membuatnya makin mati rasa dengan keadaan Kyungsoo yang sangat sinting labil sikap dalam kurun waktu kurang dari 1 jam. Jongin hanya bisa menelan ludahnya secara paksa. Astaga, kenapa tidur siangnya mesti terganggu dengan datanganya perempuan gila yang sudah pasti ngaku-ngaku dengan kehamilannya itu, Jongin meringis dalam hati.
"Baiklah, kau mau aku menghubungi Sehun dan membiarkan kalian berdua membicarakan hal ini secara langsung?" Tawar Jongin dengan suara lembut nan ramahnya. Dia tidak mau membuat Kyungsoo yang dia klaim sebagai perempuan sakit jiwa ini kambuh dan kembali menyerangnya dengan cara menunjuk-nunjuk dirinya yang tidak bersalah. "Baiklah"
"Eh?!" Kali ini keadaan Kyungsoo yang membulatkan matanya ketika melihat Jongin yang sedang mengeluarkan balok persegi panjang multifungsi itu dari saku celananya. "Kau mau apa ?!"
"Menghubungi Sehun"
"Untuk apa?!" Suara lembut Kyungsoo seperti membentak dan menyorotkan pandangan tidak sehati dengan apa yang ingin Jongin lakukan kedepannya. Sedang Jongin alih-alih mengangkat satu alisnya melihat perlakuan aneh Kyungsoo lagi.
"Kau bilang mau minta pertanggung jawaban dari Sehun 'kan? Aku menghubunginya agar dia bisa langsung bicara denganmu dan mengklarifikasi semuanya. Jika Sehun tidak mau mengaku, aku yang ada dipihakmu dan membantumu tes DNA setelah anak itu lahir" Semuanya berbalik, kali ini Kyungsoo yang menganga mendengar tawaran Jongin. Dalam hatinya menyeruak ketakutan mendalam disertai debaran jantung yang tak mampu terhitung berapa kali detakkannya dalam sedetik. Tapi, meski begitu, Kyungsoo mesti berada dalam keadaan tenang. Dia menarik nafas pelan-pelan dan menetralisir emosinya yang siap menyemprot Jongin sewaktu-waktu dia merasa terusik dengan perkataannya.
"Eum, kenapa tidak menikahiku saja dulu?"
"Mwo?!" Jongin menyorotkan pandangannya tajam. Sebenarnya, sejak tadi mau perempuan ini apa? astaga, tidak sadarkah dia membicarakan aibnya didepan umum tanpa secuil malu yang tersempil didirinya? ..dalam hati Jongin hanya bisa menahan nafas sambil memikirkan dan menebak-nebak apa yang ada dipikiran perempuan ini. "Oke, Kyungsoo –ssi, Kau tentu tau bagaimana seorang Sehun, Dia akan bersikeras menolak ajakanmu tanpa adanya bukti yang akurat bahwa janin dalam kandunganmu adalah buah dari yang kalian lakukan. ada baiknya, kau menunggu sampai bayi itu lahir kemudian melakukan tes DNA agar membuat Sehun yakin nantinya dan mau bertanggung jawab" Jelas Jongin. "Aku tau Sehun adalah lelaki yang bertanggung jawab atas semua yang dia lakukan pada setiap perempuan yang pernah menjalin kasih dengannya" Jongin meyakinkan Kyungsoo yang membuat perempuan berwajah polos itu terdiam dalam hening sambil merenungkan sesuatu. Sambil merenung dia mendengarkan ucapan Jongin barusan. Memang ada benarnya. Sehun memang tidak mudah melakukan suatu hal dan bertanggung jawab begitu saja tanpa adanya bukti. Kenapa rasanya Kyungsoo bodoh sekali telah melakukan hal ini dan mengatakan hal kotor seperti dirinya sudah tak lagi suci ini pada Jongin yang jelas dalam hatinya akan menertawai Kyungsoo karena kebodohannya itu. Sekarang. Kyungsoo tau, siapa orang yang harus dimintai pertanggung jawaban.
Zhang Yi Xing.
"Eum.. Jongin –ah," Pertama, Kyungsoo memainkan kesepuluh jarinya a la orang ayan kemudian menyembunyikannya dibelakang badan ramping Kyungsoo. Dia sempat merunduk namun kini dia menegakkan kepalanya dan menatap Jongin dengan tampang –Senyumannya-seperti-orang-idiot-tolong. "Hehe.. aku bercanda .."
COBA ULANGI LAGI KYUNGSOO –SSI.
"Aku engga hamil anak Sehun ,hehe" THIS SHIT STILL FVCKING HIM OKAY.
Jongin menampilkan wajah kaku serta tidak percayanya. Dari wajah tampan itu tersirat ekspresi kekopongan yang dirasa Jongin. Mulai dari mengatakan dirinya –Kyungsoo, hamil sampai melihat perempuan itu tertawa kaku kemudian berkata semuanya bohong. Permainan apa yang sedang dia mainkan siang ini. perempuan ini berhasil membuat Jongin mati rasa sepenuhnya dan memakukan diri diambang pintu sambil menatap perempuan itu yang masih menampilkan senyum idiot nan polosnya.
Oh, bunuh Jongin sekarang juga.
"Jangan bilang-bilang Sehun ya, sungguhan aku malu.."
.
.
"Ya ya ya~ Jongdae –ah, Sup Kimchi favoritemu sudah jadi yeay~ Aku siap, Aku siap" Minseok menghampiri Jongdae dengan membawa semangkuk Kimchi dengan tampilan super lezat yang sayang untuk dimakan karena akan merusak tampilan indah tersebut. Sesampainya, Minseok mendudukan diri disamping Jongdae yang masih asik mengutak-atik remote televisi nya yang belum mengantarkannya pada acara yang membuat keadaan moodnya membaik. "Heum~ aroma nya lezat 'kan?" Tanya Minseok sambil meresapi aroma yang dia hirup melalui hidung mancungnya itu. Jongin melirik dengan tampang kurang yakin. "Coba ya?" Minseok mengarahkan pandangannya kearah Jongdae kemudian tersenyum ketika pandangan mereka bertabrakan bersama. Keraguan yang dibalas dengan pandangan meyakinkan dari Minseok.
Jongdae menelan ludahnya kasar.
"Aku tidak memberinya racun kok. dari awal sampai sekarang aku sudah mencobanya, dan hasilnya aku tidak mati 'kan? oke, tapi agar membuatmu lebih yakin, aku akan mencobanya lagi. didepanmu, lihat ya" Minseok memegang posisi sumpitnya dengan baik kemudian mengambil salah satu potongan ikan tuna dari dalam mangkuk kimchi berlabur pasta cabai yang mengelilingi potongan ikan tuna serta sawi putih dan lobak. Minseok melahapnya lembut dan mengunyahnya sebentar yang berlarut untuk menelannya kemudian ditutup dengan senyuman manisnya. "Yak! Aku masih hidup kan? sekarang kau yang coba. Tapi ini agak sedikit pedas dan asin.. nanti aku bilang ibumu ya kalau aku memakai persediannya untuk memberikanmu makan siang hehe" Minseok nyengir kuda yang dibalas senyuman manis yang terpaksa dari sudut bibir Jongdae. Ya, mau tidak mau apapun yang akan terjadi pada perutnya nanti, setidaknya dia harus menghargai semua yang dibuat oleh perempuan, contohnya seperti Minseok, sebenarnya memang kesalahannya jika beberapa waktu kedepan perutnya akan sakit dan mules, tapi, karena penolakan sebelum mencoba adalah lebih buruk. Jadi Jongdae berpikir bahwa ada baiknya dia mencicipi makanan buatan Minseok dan mengatakan kurang dan lebihnya setelah itu.
Minseok menyodorkan mangkuk berisi sup kimchi itu pada Jongdae yang kemudian diambil alih oleh Jongdae.
Lelaki itu menghirup aroma sedap dari dalam mangkuk tersebut. Menggiurkan. Dia mengambil posisi untuk menempatkan sumpitnya kemudian memilih untuk mengambil potongan bulat-bulat lobak yang menghiasi mangkuk tersebut. Sepotong lobak berhasil diambil dan berniat menjalankan tangannya untuk memasukkan lobak tersebut kedalam mulutnya yang sudah mengap tidak tahan. Namun, ada saja ganjalannya seperti..
"Aku tidak mau memakannya kalau kau tersenyum seperti itu terus" Jongdae melirik dari ekor matanya ketika menyadari firasat buruk menimpa hatinya karena senyuman mengerikan dari Minseok –pikirnya.
Minseok cepat-cepat menormalkan keadaannya sambil mengangguk-ngangguk. Jongdae mengabaikannya kemudian melahap tanpa ragu, memasukkan potongan lobak kedalam mulutnya, mengunyahnya, menikmatinya, merasakan setiap kunyahan itu hingga lembut, tak lama ketika lobak itu hancur barulah Jongdae menelan lobak tersebut dan memikirkan rasa yang baru saja dia cap di lidahnya.
"Enak …" Satu kata yang berhasil membuat Minseok kembali dengan cengiran setannya. Dia berteriak antusias dalam hati sambil menahan diri yang sebenarnya ingin meninju angan dengan tangannya bahwa makanan yang dibuatnya berhasil membuat Jongdae merasakannya dengan khidmat.
"N-ne, terimakasih ,Jongdae –ah" Dia menundukkan kepalanya dalam bentuk sopan karena satu kata tersebut kepada Jongdae. Dalam hatinya belum juga bisa menghentikan senyuman itu. Masih berteriak-teriak dan mengoceh tidak jelas dalam batinnya. Seperti sedang berlari dan menaburi bunga di taman. Senang sekali intinya!
"Ya, tidak buruk setidaknya. Kau membuatkan makanan favoriteku dengan rasa yang bisa dibilang diatas standar dari kimchi yang biasanya aku coba" MINSEOK JAGA HIDUNGMU AGAR TIDAK TERBANG OKE. Seketika dalam hati Minseok yang sedang berlari dan menaburi bunga di sekeliling taman itu langsung terhenti dan menjatuhkan dirinya diatas tajamnya hamparan rumput yang menusuk tubuhnya dibagian belakang. Dia jatuh, dengan senyumannya.
.
.
"Bodoh!" Kyungsoo menampar lengan pemuda bersurai pirang-pirang coklat itu dengan kesal dan jengkel setelah masuk kedalam mobil orang tersebut. "Ini melecehkanku namanya!" suara Kyungsoo menekan dan sedikit berteriak yang malah digubris dengan suara kekehan dari lelaki tersebut ,Zhang Yi Xing.
"Kkkh. Apa salahku ,Kyungsoo?" Tanya Yixing masih dengan kekehannya dan menggelengkan kepala mengingat apa yang baru saja Kyungsoo lakukan didalam apartmen sana.
"Ha?! Kau bilang salahmu apa setelah aku balik dari acara menelanjangi diriku didepan Kim Jongin kemudian memperlihatkan betapa kotornya aku dimatamu karena menuruti semua solusi sinting itu ,heh?!" Dia menerobos setiap titik koma. Kekesalannya memuncak. Dia benar-benar kesal kali ini. "Sekarang kau yang harus bertanggung jawab!" Kyungsoo menunjuk sang terdakwa. Menatapnya dengan sinis namun berlalu singkat akibat dia yang kelelahan. Perempuan itu memegang kepalanya dengan dua telapak tangan dan membaringkan kepala yang berat nan pening itu pada kepala jok mobil Yixing. Sementara, Yixing belum bisa menghentikan tawa kecilnya. Jadi, Kyungsoo yang polos menuruti solusinya begitu saja? Jadi, dia benar-benar bilang pada Jongin bahwa dia dihamili Sehun? Astaga.. Trap konyol Yixing yang benar-benar berhasil membuat seorang Kyungsoo tidak dikenal sebagai orang yang polos lagi. "Kau tau, tadi Jongin berniat menelfon Sehun agar mau mengklarifikasi semuanya. Tapi, aku kan tidak hamil.. astaga, yang sebenarnya bodoh sekarang siapa.. aku baru saja menelanjangi diriku didepan umum. Bahkan aku ingat, aku masih bisa berkacak pinggang setelah mengatakan diriku hamil. Aku jadi jijik.. laki-laki brengsek kau!" Kyungsoo memukul lengan Yixing dari samping kemudian memejamkan matanya agar membuat perasaan malu itu lenyap –meski sulit. "Ini juga gara-gara Sehun, tukang pemberi harapan palsu"
Yixing menggelengkan kepalanya lagi. menyalakan mobilnya kemudian bersiap untuk perjalanan yang selanjutnya.
"Kau jangan banyak berharap sama Sehun yang gila cicip sana cicip sini. Dan soal aku yang memberi solusi untukmu pura-pura hamil. Sungguhan, aku hanya bercanda dan tidak bermaksud seperti menyuruhmu mempraktikannya dengan mengaku-ngaku dihamili Sehun ,Astaga." Dia melirik Kyungsoo yang masih memejamkan matanya. Poni panjangnya menyingkir yang menampilkan jidat yang cukup lebar milik Kyungsoo yang sedang mencoba melelapkan diri melupakan apa yang sebelumnya dia lakukan.
"Oke, aku akan mengajakmu ke toko boneka, agar kau bisa membeli satu boneka pororomu itu"
"Satu mana cukup menebus semuanya" Bibir Kyungsoo bergerak yang jauh dari keadaan matanya yang seolah hening dalam kedamaian.
Yixing memutar kedua bola matanya. "Dua"
"Setelah kau membuatku malu didepan Jongin?" Kyungsoo baru membuka matanya dan melirik Yixing dengan sinis.
"Huft" Yixing menghela nafas yang sempat terpenggal itu. "Satu tidak cukup, dua juga tidak cukup. Baiklah, Kau bebas memilih apapun yang mau ,puas?!" Yixing melirik Kyungsoo sepintas kemudian menancap gas yang membawa mereka keperjalanan menuju toko dimana berisi boneka disetiap sudut ruangannya. Lebih tepatnya, boneka pororo favorite Kyungsoo.
Dan hal itu berhasil membuat Kyungsoo menyeringai lembut dan kembali menutup matanya menunggu sampai ditempat tujuan.
"Kau satu-satunya lelaki yang bertanggung jawab ,Yixing –oppa"
Sehun memasuki kelasnya, arah pandang lelaki itu tertuju pada salah satu bingkai foto berukuran besar yang berisi sebuah ketikan yang berjudul jadwal piket. Bingkai itu seperti memberi sebuah tarikan pada diri Sehun sehingga membuat kakinya melangkah mendekati bingkai yang berada disamping papan tulis putih itu.
Sesampainya, dia meletakkan jari telunjukkan yang beralasan untuk mencari dimana posisi hari Selasa, dimana hari dia bertugas untuk piket. Karena kemarin Sehun menyempatkan diri menempatkan piketnya bersama Luhan, jadi dia memilih hari Selasa agar bisa piket bersama Luhan. Namun, yang dilihatnya kali ini didalam bingkai dengan kaca bening itu bukanlah seorang Sehun yang menempatkan dirinya di hari Selasa, melainkan Joonmyun. Karena satu-satunya yang terasa sangat ganjil adalah adanya nama perempuan itu di kolom hari Selasa, sementara dia berada disebelah Joonmyun, mendapat piket hari Rabu.
Sehun sempat kesal dengan apa yang baru saja dia lihat. Selain hari yang sama, kapan lagi Sehun dan Luhan bersama? Sialan! Ini ulah sang Ketua Kelas atau memang Joonmyun yang memindahkan posisinya dengan posisi Joonmyun yang semula Sehun tempatkan dan sepakat oleh Jongdae dan Tao ada di hari Rabu.
Sehun melirik sekeliling isi kelas ini, mencari sosok Joonmyun yang kemudian didapatnya dengan mudah. Perempuan itu tengah melakukan operasi dengan rambut keriting panjang yang bergelombang itu. Sambil menatanya secara pelan-pelan dan membetulkan kacamata trendynya itu. Dia tersenyum, bukan kearah Sehun, lebih tepatnya kearah Luhan. Sehun bergegas mendekati perempuan tersebut dan menanyakan apa yang sebenarnya dia lakukan selagi membuat jadwal piket tersebut sehingga namanya bertukar tempat.
"Hey Hey Hey, tunggu dulu" Sehun menghentikan langkah Joonmyun yang hendak berangkat dari kedudukannya untuk mendekati Luhan. Sehun seolah mendorong tubuh Joonmyun agar kembali duduk yang malah dibalas dengan tatapan sinis nan sengitnya dari Joonmyun.
"Apa-apaan kau ini, pabo!" Joonmyun terduduk dengan kesal.
Astaga, perempuan yang baru dikenalnya berani sekali mengatakan dirinya pabo. Astaga, betapa sopan perempuan ini.
"Kau, seksi kreatifitas? Menukar namaku dengan namamu ,hm?" Tanya Sehun langsung pada inti dari alasan kenapa dia tiba-tiba melakukan hal ini pada Joonmyun.
Semetara, perempuan itu hanya mengangkat satu alisnya dibalik kaca mata besar itu.
"Kau melakukan dua kesalahan. Pertama memindahkan namaku ke hari Rabu asal saja, kedua kau berlagak seolah kau yang menjadi Ketua Kelas sehingga bisa mengatur semuanya begitu mudah" Sehun menatap Joonmyun dengan tampang datar namun tersirat sebuah ejekan. Membuat beberapa pasang mata melekat untuk memandangi mereka yang sedang beradu.
"Yak! Pertanyaannya, masalahmu?" Joonmyun menggubris seorang Sehun dengan entengnya. Dia memangku dagunya diatas tangan yang mengepal dengan sikut menekuk diatas meja. Memandang lelaki itu dengan senyumannya.
"Aku sudah menyebutkan apa yang kuanggap masalah bukan?" Tanya Sehun.
"Hmm…" Joonmyun menagguk namun belum melepas tatapan yang sesungguhnya lebih tepat diisyaratkan menggoda itu.
Tao yang baru datang langsung melihat keadaan buruk tersebut dan langsung menghampiri keduanya.
"Ada apa ini?" Tanya gadis bersurai blonde yang sebagian dikepang dua kebelakang itu. Dia menghampiri tempat duduk Joonmyun dan mendelik kearah Sehun menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Sehun bilang, dia protes Karena merasa tersaingi posisinya oleh aku yang hanya seksi kreatifitas tapi bisa berkuasa ,Tao -ya" Joonmyun mengubah posisinya sambil menoleh kearah Tao. Membuat Sehun menbidikkan mata yang menyipit jengkel itu pada Joonmyun. "Padahal aku Cuma menukar posisi saja, sungguh" Joonmyun memberikan V Sign –tepat diakhir kalimat, pada Tao yang didapatinya memandangnya dengan pandangan semu.
"Tsk. Ini bukan masalah tersaingi atau tidak. tapi ini menyangkut posisimu dan aku yang tidak sama. Tidakkah kau menghormatiku sebagai wakil ketua kelas dan tidak asal saja menukar posisiku?" Sehun semakin sengit dengan tingkah Joonmyun yang ternyata si Drama Queen.
"Astaga, Oh Sehun gila hormat. Baiklah, aku akan menukar kembali seperti posisi awal. Apa kau puas, Oh Se Hun?" Joonmyun bergaya seolah otaknya pusing akibat sesuatu menimpanya secara tiba-tiba. Dia membangkitkan dirinya sambil melirik keadaan kelas yang berhasil melihat dua orang manusia berbeda jenis itu bertengkar adu mulut. Tidak sedikit murid mencibir Sehun karena sikapnya yang mengadu mulut dengan perempuan. Mereka mengolok-olok secara non verbal dan meliriki lelaki bersurai pirang kecoklatan itu dengan sinis.
"Tunggu dulu ,Joonmyun." Tao menahan Joonmyun sebelum berangkat mengambil bingkai yang sudah dia rancang sedemikian rupa. "Oh Sehun, aku pikir ini masalah sepele, kenapa kau kelihatan begitu tidak terima..?" Tanya Tao yang terfokus pada Sehun. Dia sendiri bingung, kenapa hanya jadwal tiket yang ditukar secara sengaja dia langsung merasa terusik dan memberi alasan bahwa hal seperti itu tidak sopan karena secara langsung Joonmyun tidak menghormati posisi Sehun yang lebih tinggi. Tapi oh ayolah, ini kan hanya jadwal piket.
Sementara Sehun yang tidak kehabisan akal mengelak bahwa alasan utama dia tidak senang posisinya ditukar itu karena Luhan.
"Aku hanya mau kedisiplinan ditegakkan, meski itu hanya masalah sepele sekalipun, tetap saja orang itu melanggar aturan yang sudah kita sepakati 'bukan?" Sehun memandangi perempuan dengan surai pirang tersebut. Sama-sama saling membalaskan tatapan. Tao memang tau apa yang dimaksud Sehun memanglah benar, tapi, bagaimanapun dia juga tidak bisa membiarkan Luhan dekat bersama laki-laki lain.
"Hey Hey, kau jangan sok disiplin ,Oh. Tao yang sebagai ketua kelas saja tidak menanggapi begitu penting. Oohhh, aku tau. atau jangan-jangan…" Joonmyun melipatkan kedua tangannya didada. Kemudian melirik Luhan yang ikutan berbalik kebelakang dari mejanya untuk melihat acara ribut-ribut yang mengusik telinganya itu. "Ooh.. iya benar, sepertinya Oh Sehun menyukai Luhan, astaga.. kemarin dia memandangi Luhan terus. Ooh.. iya benar aku tau. Astaga… sepertinya dia mau menyelip Wu Yi Fan pacarnya Luhan itu ..ooh. Yaampun aku takjub atas keinginan besarnya menjadi seorang perusak hubungan orang itu ..Oohhh" Joonmyun mendelik kesampingnya tepat dimana Sehun berada dengan tampang panasnya itu. Joonmyun hanya bisa menampilkan senyuman manisnya seolah bahwa dirinya tidak pernah salah dalam mengatakan hal yang baru saja dia ucapkan sebelumnya.
Dan hal itu berhasil membuat penghuni kelas tak terkecuali Luhan memandangi Sehun. Luhan hanya memiringkan kepalanya dengan tampang innocent seperti biasanya. Dalam hati bertanya, apakah benar?
"Aku suka kata-kata Joonmyun!" Kata Minseok yang sedari tadi memperhatikan keduanya yang beradumulut sejak awal. "Nanti aku mau coba mempraktikannya. Dia seperti sedang main drama 'kan ,Jongdae –ah?" Tanya Minseok pada Jongdae yang berada tepat disamping ia duduk.
"Jangan berani menjadi perempuan seperti Joonmyun" Jongdae memberi saran tanpa melirik kearah Minseok sedikitpun. Sementara Minseok dengan bingungnya menampilkan tampang polos itu menatap Jongdae dari samping.
"Lho? Itu kan keren ,Jongdae –ah"
"Tapi tidak baik. Istilah dalam drama, dia adalah tokoh jahat yang dibenci semua orang. Kau mau dibenci semua orang?"
"Loh, biarin aja mereka membenciku, yang penting kau tidak-"
"Aku juga akan membencimu"
Minseok terkejut dengan pengakuan Jongdae jika Minseok berniat ingin menjadi seperti Joonmyun. Dia membuat mulutnya berbentuk huruf O kemudian mengatupnya perlahan. Sepertinya sedikit koneksi membuat Minseok mengerti maksud Jongdae.
"Aku mau jadi seperti Luhan atau Tao saja boleh kan? Kau tidak membenci mereka kan?" Tanya Minseok. Membuat Jongdae menghadapkan pandangannya tepat didepan wajah Minseok.
"Jadi dirimu sendiri. Aku lebih menyukai itu." OH BLUSH
Keadaan berubah lagi, ketika mendengar Sehun terkekeh dan tersenyum tidak percaya akan tingkah salah satu Drama Queen ini. Dia menggeleng pelan kemudian menatap Joonmyun dengan senyumannya.
"Cocok untuk jadi aktris" Ucapnya. Sehun hanya mencoba menjadi pribadi yang tidak terbawa suasana dan tidak membiarkan banyak orang tau fakta yang sebenarnya. Sehun hanya mau menutupi hal itu dan memendamnya sendirian. lagipula, untuk apa juga Luhan tau sementara statusnya masih bersama pemuda tinggi bernama Wu Yi Fan itu. "Baiklah, aku mengalah pada perempuan" Dia mengangkat tangannya kemudian berlalu meninggalkan Tao dan Joonmyun serta mengabaikan tatapan-tatapan aneh dari penghuni kelas. Dia berjalan menuju mejanya yang diikuti oleh pasang mata Luhan dan memandangnya, memandang punggungnya dan kembali memutar arah ketika Sehun berhasil menyamankan bokongnya mesti bukan menyamankan diri karena lepas dari satu perkara, masalah kali ini dia agak risih dengan keadaan murid-murid sialan ini yang memandanginya terus-terusan. Seolah-olah bahwa Sehunlah yang memiliki peran paling bersalah di kelas ini.
"Yak. Tadi yang mengajakku adu mulut benar-benar seorang manly?" Joonmyun mengeraskan suaranya yang mengisyaratkan bahwa itu adalah sindiran untuk Sehun. Sehun tidak memperdulikan hal itu dan mengambil buku Fisikanya dari dalam tas.
.
.
"Jangan bicara yang macam-macam pada Kris" Tegas Tao yang menghampiri Joonmyun setelah bel istirahat nyaring melengking pagi ini. Joonmyun hanya melirik Tao dengan pandangan meremehkannya.
"Kau ikutan membela Sehun itu? Astaga, Kris akan kecewa, satu-satunya yang dipercaya menghianatinya" Joonmyun menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang baru saja Tao katakan.
"Berhenti bermain drama didepanku atau rambut menjijikan itu aku gunting"
Joonmyun membulatkan matanya menatap Tao. Dia tidak percaya, kesadisan Tao belum juga menghilang, meski yang sebenarnya Tao memiliki jiwa yang lembut, khusus untuk Joonmyun dia akan berlaku kasar jika Joonmyun tidak bisa menghentikan hobinya berakting itu. Sementara kali ini Joonmyun hanya diam dan berdecak kesal. Dia tidak mau rambut kesayangannya habis dipangkas Tao. Dia tidak mau kehilangan kecantikannya seperti dulu. Tao selalu tega padanya.
"Katakan apa saja, asal jangan soal tadi pagi. Kita kesana" Tao menarik Joonmyun menuju tempat Luhan yang kali ini sudah berisi Wu Yi Fan yang biasa dua orang tersebut panggil Kris.
"Haaiii Krisseu~" Joonmyun mendudukkan dirinya diatas meja didepan Kris. Sementara Kris yang selalu mendapatkan perlakuan manis dari Joonmyun hanya bisa tersenyum dengan seringai badass itu. Joonmyun tak habis-habisnya menampilkan senyuman itu didepan Kris yang membuat Kris jadi curiga jika sesuatu yang membuat Joonmyun bahagia adalah latar belakang senyumannya itu.
"Kau kelihatan senang 'eh, Joonmyun?" Kris merangkul bahu Luhan yang membuatnya semakin dekat. Sementara, Luhan hanya bisa membuat dirinya lebih rapat dan mendekat bersama Kris. Dia milik Kris saat ini, tugasnya hanya menuruti apa saja yang Kris mau. dipeluk, dicumbu, dia menyerahkan dirinya. Meski sempat membuat Tao cemburu, namun dia hanya merasakan seolah dialah yang berada diposisi Luhan saat ini. Ya, jelas yang diri Tao sadari sendiri, Tao memang sudah menyukai Kris sejak dia mengenalnya, namun, keberuntungan lebih berpihak pada Luhan sehingga membuatnya hanya bisa meringis dalam hati dan menanyakan banyak hal dalam dirinya, kenapa dia bisa dikalahkan oleh ..Luhan?!
"Umm.." Joonmyun tersenyum sambil mengangguk. "Tadi pagi aku habis bermain dengan anak tikus got. Menjijikan tapi membuatku senang karena berhasil membuangnya ,kkh" Joonmyun terkekeh. Diikuti Kris namun tidak dengan dua orang yang berada didekat Joonmyun dan Kris. Mereka hanya diam mendengarkan obrolan tidak mutu itu.
"Aku tau, kau sangat jijik untuk membuang anak tikus got yang asli" Kris menggelengkan kepalanya. Inti dari ucapannya, dia tau, bahwa tikus got yang Joonmyun maksud bukanlah tikus got yang asli berada di got. Tapi, manusia yang berhasil mengusik keadaanya tadi pagi. Ya, teman lama sejak SMP, siapa yang tidak mengetahui hobinya yang selalu mencari masalah dengan mulut pedasnya itu.
Joonmyun hanya bisa menutup mulutnya sambil tertawa. "Kau benar"
"Hentikanlah berbicara tidak mutu. Tidakkah kalian berdua mengganti topic selain tikus got?" Tao melirik sinis keduanya. Entah kenapa Tao jadi mual membanyangkan tikus got yang sebenarnya dipegang, kemudian dibuang oleh Joonmyun.
"Kau sedang memainkan permainan baru 'kan, Joonmyun?. Astaga, Tikus got" Kris terkekeh geli.
Sementara Tao hanya memutar kedua bola matanya jegkel. "Kalian menjijikkan sekali"
"Pirang! Bilang saja kau iri tidak punya mainan baru. Oh iya, kau ketua kelas yang tidak mau bermain bersama tikus got. Nanti harga dirimu jatuh ,yaampun" Joonmyun menepok jidatnya. Membuat Tao kembali memutarkan kedua bola matanya. Kemudian Tao mengambil salah satu kursi. Daripada harus duduk diatas meja seperti Joonmyun, lebih baik dia menarik satu kursi untuk didudukinya.
"Sayang, kau kaku sekali hari ini" Kali ini liputan Kris yang menempelkan tangannya didagu Luhan yang kemudian menariknya perlahan untuk memandang wajahnya, Dekat. Dekat sekali. Dan Luhan hanya bisa menampilkan senyuman lembutnya pada Kris. "Apa seseorang mengusikmu disini?" Tanya Kris khawatir. Sambil mengelus pipi mulus Luhan yang tidak berubah sejak dua tahun lalu. Masih sama lembutnya sampai sekarang.
Luhan menggelengkan kepalanya pelan.
"Sungguhan?"
Luhan mengangguk.
Setiap hari bersama Kris diluar rumah, pekerjaannya hanya mengangguk menggeleng, mengiyakan tanpa ada izin menolak. Mungkin pertanyaannya, apa Luhan tertekah berpacaran dengan Kris? Tidak, dia hanya menikmati apa yang sama-sama Kris rasakan selama ini. namun tidak dia tunjukkan didepan banyak orang.
Joonmyun mulai mengabaikan dua sejoli itu dengan mengalihkan diri pada ponselnya. Sementara Tao dipanggil Wali Kelasnya bersama Jongdae dan Minseok untuk diberikan beberapa wejangan akibat sudah menjadi pemegang kekuasaan tertinggi dikelas 10-2. Sementara Sehun, dia baru kembali dari kantin dan meminta izin untuk menghabiskan makanannya terlebih dahulu sebelum menghadap wali kelas. Mungkin bisa dibilang makan dikelas adalah kesukaan Sehun dan Jongin, daripada harus di kantin yang bising. Ya, baru saja balik kekelas bersama Jongin, lelaki itu langsung dikejutkan dengan keadaan Luhan dan Wu Yi Fan yang sudah merapat bagai lem sudah merekat pada pinggul mereka.
Luhan yang menyadari kehadiran Sehun memasuki kelas hanya bisa merunduk. Entah kenapa, rasanya ada perasaan aneh dan melarangnya untuk bermesraan didepan Sehun. Padahal, Sehun dan Luhan baru kenal hari kemarin. Baru hari kemarin. Baru hari kemarin. Baru hari –stop
"Kau seperti orang tidak nyaman berada dikelasmu sendiri. Pindah kekelasku?" Tawar Kris. Luhan menggelengkan kepalanya.
"Lebih baik kau kembali kekelasmu, kelas kita saling menyudut dari Sekolah ini. aku tidak mau kau terlambat masuk kelas dihari kedua" Ucap Luhan. Dia hanya menyudutkan senyuman tipis nan manisnya ketika melihat tampang Kris yang begitu dekat. Melekat dengan paduan pandang dari mata mereka. Seperti memberikan sensasi yang berbeda setiap kali bertatapan.
Kris mengecup bibir lembut Luhan yang awalnya sempat membuat Luhan terkejut. Matanya belum sempat mengatup ketika bibir itu menempel. Namun, ketika melihat Kris yang menutup matanya, Luhan jadi mengikuti apa yang Kris lakukan. bukan untuk menikmati, melainkan tidak sanggup melihat keadaan sekitar yang pasti memperhatikan mereka.
Satu tusukan paku supertajam menusuk hati Sehun. Merusak hatinya sehingga pecah menjadi kepingan puzzle yang takkan bisa tersusun kembali. hatinya hancur melihat pandangan menyesakkan jiwa yang secara tidak langsung itu. Sementara, Jongin yang mengetahui hal itu hanya bisa menundukkan kepala Sehun dan fokus memakan makanannya. Jongin hanya tidak mau Sehun sakit hati, tapi, meski begitu, Sehun pasti akan berkata bahwa sakit hati juga masuk dalam metode pelajarannya. Karena hatinya sudah mengicip bahkan mengerti apa yang selalu membuatnya sakit.
"Aku tidak peduli, aku mau numpang belajar dikelasmu" Kris membisikannya ketika kecupan singkat itu berlalu.
"YEAY! Satu foto nanti aku pasang di mading oke?!" Joonmyun nyengir kuda yang kemudian ditatap kaget oleh Luhan.
"Joonmyun! Ash!" Luhan mendengus kesal. Dia hendak menjambak rambut panjang bergelombang itu namun Joonmyun langsung berlari keluar kelas dengan tampang mengejek dari sana. Dia tertawa puas setelah mengambil satu foto ciuman Kris dan Luhan dari ponsel kesayangannya itu.
Sementara Kris sendiri hanya bisa terkekeh dengan sifat Luhan yang mulai jengkel. Entah kenapa tampang itu semakin lucu jika terlihat marah. Membuat Kris semakin gemas!
.
.
Sehun kembali kekelasnya setelah mendapat beberapa arahan dari wali kelasnya itu. Hanya dia yang baru selesai diberi pengarahan, sementara Tao, Jongdae dan Minseok sudah keluar sejak masuknya pelajaran baru yang ternyata hanya membagikan buku cetak gratis tanpa belajar. Astaga, Sekolah ini saking elite nya di hari keduapun belum ada kegiatan belajar mengajar. Oke mungkin itu tidak penting. Yang lebih penting saat ini adalah, Sehun kembali lagi bertemu dengan Luhan yang masih mengerjakan tumpukan tugas dari Kris seperti kemarin. Entah kenapa, semenjak kejadian tadi pagi, perasaan gugupnya hilang ketika bertemu Luhan dan menganggap Luhan adalah perempuan asing dan tidak masuk dalam daftar incarannya. Ya, tentu mengingat keadaan Wu Yi Fan. That's PHO is not his style! Jadi Sehun memilih untuk diam dari Luhan dan berjalan nyeleweng untuk mengambil tas nya yang tertinggal. Ya, kelas hanya berisi Luhan dan Sehun kali ini sedangkan murid yang lain dipulangkan akibat rapat guru yang katanya akan mengganti kurikulum menjadi lebih baru di sekolah ini.
Sementara itu, Luhan yang melihat Sehun nyeleweng begitu saja membuat hatinya sedikit remuk. Entah kenapa, entah kenapa semuanya datang begitu saja. melewatinya tanpa ucapan dingin seperti hari kemarin. Luhan merasa diasingkan oleh Sehun.
Meski mereka baru mengenal satu sama lain –meski belum sepenuhnya dekat, tapi bagi Luhan keadaan mereka jauh lebih dekat dan Sehun yang kali ini lebih dingin dari hari kemarin membuat jiwanya benar-benar mati.
Jika boleh jujur, alasan Luhan bertahan di kelas sambil mengerjakan tugas Kris adalah menunggu kedatangan Sehun.
Untuk memintanya tidak melupakan piketnya?
Bukan.
Tapi dia mau keadaan kemarin diulang kembali dengan uraian yang lebih manis dan obrolan yang lebih lama.
Apa yang Luhan kali ini rasakan jauh diluar jangkauan otaknya. Apa dia berpikir untuk berpaling dari Wu Yi Fan? Luhan rasa itu tidak mungkin. Melakukan hal itu sama saja seperti menjeratnya masuk kedalam lubang buaya yang siap menerkamnya hidup-hidup. Tapi, bagaimana lagi, rasa tertarik yang dia pendam dalam hati selalu menuntunnya untuk mengagumi lelaki yang memikat pandangannya dihari pertama itu.
Ah, Luhan merasa benar-benar bimbang. Keadaannya seperti berada diambang jembatan yang sudah rusak. Siap menjatuhkannya atau malah sekedar menggantungnya disana jika suatu saat nanti semuanya yang dia pijak dijembatan itu semakin merapuh.
Luhan memegang kepalanya. Dia bertanya pada dirinya sendiri, kenapa begitu bodoh!?
Sehun berjalan menuju dan melewati Luhan. Langkah kakinya membuat gema di kelas ini. sedikit memekakan telinga Luhan yang sadar bahwa itu adalah langkah kaki Sehun. Ya, dia mengetahui hal itu dari belakang sampai akhirnya dia melewati keadaan tempat duduknya sendiri. Dan hal itu membuat Luhan meremas kepalan tangannya gemas, Memukul-mukul mejanya yang nyaris ambruk itu dan mengetuk-ngetuk jidatnya akibat dia yang terlalu bodoh.
Ah yang perlu kau lakukan adalah memanggilnya. ya, Panggil dia ,bodoh! Panggil! Panggil! Cepat panggil jangan berdiri tengak tengok terus! Sekarang! Sekarang ,Luhan!
"SEHUN !" Dia terkejut dengan apa yang baru saja dia teriaki. Luhan hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat dengan apa yang baru saja dia lakukan. "Tsk. Bodoh" dia memarahi dirinya sendiri.
Sementara Sehun yang berada di kelas 10-3 itu menoleh kearah Luhan yang terlihat dari jendela kelas 10-2. Dia memiringkan kepalanya sambil memberikan isyarat apakah Sehun yang Luhan maksud adalah dirinya. Dan Luhan merasa semakin idiot ketika dia menganggukkan hal itu.
"Ah, acara kabur-kaburan piket yang tertunda" Sehun meringis menyadari bahwa Luhan akan menyuruhnya menyapu dan membereskan sampah yang ew itu. Dia berjalan memutar arah kembali kekelasnya.
Memasukinya hingga menemukan pasang mata cemerlang meraihnya.
Luhan menyamankan bokongnya itu seperti semula kemudian tersenyum kearah Sehun. Sehun terduduk di tempat kemarin dia duduk, didepan bangku Luhan. Dia ingat ucapan Luhan bahwa dia seharusnya berbicara ketika posisinya sudah sama dengan orang yang dia ajak bicara.
"Hmm"
"Mau menyuruhku piket ya? kelas ini sudah terlalu bersih sayangnya" Kata Sehun. Luhan menggeleng.
"Bukan-bukan. Sehun –ah." Ucap Luhan dengan senyuman manisnya itu. Entah kenapa, untuk hari ini dia akan mencopot urat malunya itu. Dia akan membicarakan apa yang semestinya tidak dia bicarakan entahlah.
"Sebenarnya, aku mau bertanya soal pernyataan Joonmyun tadi pagi" Ucap Luhan. Membuat memori Sehun terlintas.
Astaga, Oh Sehun gila hormat
Sepertinya bukan.
Ooh.. iya benar, sepertinya Oh Sehun menyukai Luhan, astaga.. kemarin dia memandangi Luhan terus. Ooh.. iya benar aku tau. Astaga… sepertinya dia mau menyelip Wu Yi Fan pacarnya Luhan itu ..ooh. Yaampun aku takjub atas keinginan besarnya menjadi seorang perusak hubungan orang itu ..Oohhh
Dua kemungkinan. Tapi, untuk apa pernyataan itu diperjelas jika Luhan sendiri menyandang gelar kekasih Wu Yi Fan. Kelihatannya Luhan berkomplot dengan Joonmyun dan mungkin memiliki niatan buruk untuknya dihari kedepan.
"Apa kau benar menyukaiku.. eum.." Luhan kelihatan gugup. Dia menggigit bibir bawahnya dan melirik setiap sudut yang ekor matanya tangkap. Dia belum melepas kegugupan itu. Entah kenapa, baru kali ini. baru setelah mengenal Oh Se Hun dia menyadari bahwa dia juga memiliki sisi gugup kepada seorang laki-laki.
Sehun melemparkan pandangan membingungkan itu. Pertanyaan yang amat vulgar yang bisa diucapkan oleh perempuan seperti Luhan. Sehun hanya tersenyum menanggapi hal itu.
"Lagipula kau tau jawabannya, jadi untuk apa aku mengurai semua sementara aku tau keadaanmu masih bersama Wu Yi Fan. Itu tidak penting kan?" Senyumannya terkesan miris. Hatinya tersayat pisau supertajam yang baru saja diasah. Dan jawaban itu membuat Luhan terdiam, bungkam belum bergeming.
"Aku bukan tipe perusak ,Luhan –ssi" lanjut Sehun. Lelaki itu berpikir dua kali untuk bertahan. Ada baiknya dia pergi dari sini daripada mendapati Wu Yi Fan yang salah paham tentang hubungannya dan Luhan. Sehun membangkitkan dirinya dengan memberikan penutup yang manis untuk Luhan. Senyuman lagi.
"Aku pulang dulu" Kata terakhirnya sebelum mengambil langkah keluar kelas. Namun deketika, semuanya tercekat diambang pintu ketika ungkapan Luhan meledak dan memberhentikan langkah Sehun jauh disana. Membuat matanya tak mampu berkedip. Kakinya yang terasa berat untuk melangkah. Desir darah yang semakin terasa mengalir didalam sana. Apa iya? Kenapa tidak mentulikan telinganya terlebih dahulu sebelum Luhan mengatakan hal itu!
"Sehun –ah, aku menyukaimu" Perempuan itu tertunduk tidak tau diri.
.
.
TBC
Mager oke. Chapter terpanjang dan teraneh sip. Semoga masih tertarik baca dan bisa nerobos batas TBC. Maaf atas kekurangan dan keoonan saya ngasih scene HunHan sebagai closing -_- but full disini banyak offi pair dan cracknya. Semoga menyenangkan hati para pembaca /bungkuk-bungkuk ngambil recehan/bangkit lagi/ Yep, for da last. Review n-ne? /aegyo
Lav
-Eve