Tsundere?! Tsundere!

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto, saia cuma numpang minjem

Rated T

Genre : Romance, Fantasy

Pair : NaruHina

Warning : Typo, OOC, plus rada-rada gaje hihi~

.

.

.

Chapter 1 : My New Day~


Pernah melihat orang dengan kepribadian ganda? Mungkin di cerita ini akan membahas tentang hal itu. Hal yang sangat jarang di temui, dan sangat-sangat langka.

...

Di sebuah rumah bergaya jepang, di lengkapi dengan pemandangan yang asri nan hijau, terlihat sangat mewah tapi terkesan elegant. Cerita ini dimulai~

"Buku pelajaran siap, tas siap, seragam siap! Hari ini kehidupan sma ku pasti akan berubah!" seorang gadis kini tengah berteriak kecil di kamarnya, maniknya terlihat sangat bersemangat. Senyum manis yang terus mengembang di wajah cantiknya,

"Pokoknya hari ini semuanya akan berubah, aku yakin itu~" ujarnya sekali lagi, seraya berbalik melihat kaca di belakangnya. Membuat rambut indigo panjang yang sengaja ia gerai bergerak ke kanan dan ke kiri.

Gadis itu menghembuskan napasnya pelan, melihat penampilannya hari ini membuatnya semakin percaya diri. Seragam sekolah yang sangat ia sukai dengan gaya penampilan kesukaannya, rona merah kecil langsung terlihat di pipinya

"Aku tidak menyangka kalau Tousan akan mengabulkan permintaanku, hihi~" gumam gadis itu senang, sifatnya yang tergolong sedikit pemalu sejak dulu ini menjadi senjata yang ampuh untuk membujuk kedua orang tuanya untuk sekolah di tempat yang ia sukai.

Jauh dari sekolah smpnya dulu~

"Hm, sudah saatnya~" ujarnya kecil,

Maniknya perlahan-lahan menutup tidak melakukan apa-apa, sampai tiga detik berdiam diri, kemudian..

"Jadi sekarang ini adalah giliranku, Hime-neesan~" ucapnya tiba-tiba, entah kepada siapa, hanya dia yang tahu.

"..."

"..." beberapa saat suasana terlihat masih sunyi, sampai..

"Hah! Kau bercanda, aku tidak puas kalau hanya tiga tahun saja Hinata!"

Suara yang terdengar sama namun berbeda intonasi langsung terdengar. Membuat gadis bernama Hinata Hyuga itu tersenyum kecil, maniknya masih tertutup rapat.

"Nee-san sudah berjanji, jadi sekarang adalah waktuku." Ujarnya sekali lagi.

"Aku tidak ingat pernah berjanji apa-apa padamu?!" seru suara itu lagi.

Hinata menggeleng cepat, "Aku ingat Nee-san, kumohon biarkan aku yang menjalani kehidupan baruku. Aku ingin menjalani hidup sebagaimana seorang gadis lakukan. Aku akan berusaha." Rujuknya pada suara itu.

"..."

Tidak mendengar jawaban, "Nee-san?"

"Hah~ baik, baik, tapi ingat! Aku tidak tahan terkurung di sini terus menerus, jadi kalau ada orang yang berani mengganggumu, panggil aku dengan cara 'itu'! Oke!" seru suara itu akhirnya, membuat Hinata sontak tersenyum senang dan mengangguk kecil.

"Un, Arigatou Nee-san~"

"Ya sudah, sekarang aku ingin isthirahat dulu. Jaa!"

Suara itu perlahan menghilang. Hinata kembali membuka maniknya, memperlihatkan warna Lavender di sana.

OoOoOoOoOoOoO

Hinata Pov :

Salam kenal, namaku Hinata Hyuga. Gadis berambut indigo panjang, yang memiliki warna mata Lavender, umurku sekarang adalah lima belas tahun. Dan hari ini adalah hari pertamaku masuk Sma. Oh, Kalian pasti bertanya-tanya kenapa tadi aku bisa berbicara sendiri di kamarku ini bukan?

Aku tidak berbicara pada hantu atau apapun itu, tapi yang pasti aku hanya berbicara dengan diriku sendiri. Terdengar aneh Tentu saja.

Tapi itulah kenyataan, entah sejak kapan aku baru sadar apa yang terjadi pada diriku. Dapat berbicara pada seseorang di dalam tubuhku sendiri. Pertama kali aku mendengar suara yang sangat familiar di otakku saat aku berumur sepuluh tahun.

….

"Hahaha, dasar pemalu! Jangan hanya bisa menangis saja, hahaha!" dulu aku memang selalu di ejek saat berada di tempat tinggalku yang lama, di ejek pemalu atau lemah. Alhasil yang bisa kulakukan hanya.

"Hiks, hiks, ja..jangan mengejekku, hiks.." menangis, menutupi seluruh wajahku dengan kedua tangan, dan meringkuk saat teman-temanku di sana mengejekku. Mereka terus mengatakanku pemalu, sampai akhirnya puas dan pergi meninggalkanku sendiri di taman.

"Hahaha, cengeng!" seru mereka sebelum pergi dari taman itu sepenuhnya.

"…."

"Hiks, hiks, hiks, aku..aku takut.." isakku terus, membiarkan air mata menjatuhi pipiku.

'Kenapa aku lemah sekali, tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menangis. Aku pemalu, lemah, dan cengeng.' Batinku kembali.

"Hiks, hiks, andai saja, ada yang mau menjadi temanku..menjadi teman seorang yang pemalu sepertiku, hiks, hiks.." isakanku entah kenapa semakin keras, aku tidak peduli dengan sinar matahari sore yang semakin redup.

"Hiks, hiks, Kaasan, Tousan.."

Saat aku terus terisak, terisak, sampai tanpa kusadari…

"Arghh! Kau berisik sekali!" sebuah suara entah darimana mengagetkanku. Sontak saja aku mengadahkan wajahku ke sumber suara itu, tapi..

"…."

Nihil, tidak ada siapa-siapa di sana, hanya aku.

"Si..siapa?"

"Bisakah kau berhenti menangis!" suara itu lagi.

Pandanganku saat itu semakin kabur, panik dan takut bercampur menjadi satu. "Aaa..siapa?! Ja..jangan menakutiku.." seruku kecil.

"Hah! Siapa yang menakutimu! Tentu saja kau tidak bisa melihatku! Baka!"

"E..eh?"

"Aku ada di dalam dirimu sendiri, kau takut pada suaramu sendiri. Hah~ berubahlah sedikit Hinata Hyuga!"

"A..apa!"

Tentu saja aku kaget, apalagi saat suara itu tiba-tiba saja membentakku, mengatakan kalau diriku ini terlalu pemalu dan harus berubah. Dan saat ingin menjelaskan tentang hal ini pada kedua orang tuaku, suara itu menolak dan tidak memperbolehkanku melakukannya.

"Kau tidak boleh memberitahu hal ini pada siapa pun!"

Alhasil mendengar itu, aku hanya bisa mengangguk paham. Kami pun perlahan-lahan mulai berinteraksi, aku yang terus menerus menanyakan bagaimana suara itu bisa muncul di otakku, yang hanya di jawab dengusan keras darinya.

"Hah! Aku juga tidak tahu, tapi yang pasti aku ada di sini karena sifat pemalumu yang terlalu akut itu!"

Dia muncul karena sifatku? Oke, saat itu aku masih kecil dan belum mengerti tentang hal seperti ini. Jadi yang bisa kulakukan hanya mengangguk kecil seolah-olah paham.

Tapi setelah beberapa tahun kulewati bersamanya, perlahan-lahan kami berdua semakin dekat, bahkan suara itu menyebut namanya sebagai Hime, dan menyuruhku memanggilnya Nee-san. Sifatnya yang sangat berbanding terbalik denganku, kasar, pemberani, dan tidak takut akan apapun membuatku sadar kalau..

"….."

Hime Nee-san memang tercipta karena angan-anganku yang terlalu kuat ingin menjadi seseorang yang sempurna sepertinya, tidak pemalu dan lemah. Nee-san yang akan selalu muncul dan menggantikan tubuhku, di saat-saat tertentu.

Dan Nee-san yang menggantikan kehidupan smpku dulu, dari seorang gadis yang pemalu menjadi salah satu orang yang di takuti di sana. Bahkan sampai-sampai Nee-san di sebut Setan Otogakure Gakuen, karena terlalu banyaknya orang yang ia taklukan dengan pukulan mautnya. Dan gara-gara itu juga tubuhku pun perlahan-lahan jadi semakin kuat dan tak jarang sering terluka dimana-mana, benar-benar membuatku cemas~

Tak hanya itu, hal lain yang tidak bisa kulupakan, kalau perbuatan Nee-san tentu saja membawa keuntungan dan kerugian bagiku, keuntungan karena tidak ada lagi yang berani mengejekku pemalu, kerugian tidak ada yang berani mendekatiku! Mereka semua takut, bahkan saat aku kembali menjadi seorang Hinata mereka masih takut.

Hah, tidak tahukah kalau hal yang lebih penting adalah aku sangat cemas saat melihat Nee-san berkelahi dengan para berandal yang terlihat sangat kuat darinya. Aku tidak ingin lagi melihat Nee-san terluka karena sifatku ini~

"…."

Karenanya kali ini aku ingin mencoba menjalani kehidupan Smaku sebagai Hinata, meminta pada Kaasan dan Tousan agar memindahkanku dari Otogakure ke Konoha. Daerah yang cukup jauh, untuk menutupi identitas Setan Otogakure Gakuen.

Lagi pula, Nee-san sudah janji akan membiarkan aku yang menjalani kehidupan Smaku, karena pada dasarnya ini adalah tubuhku sendiri, yah walau mungkin nanti aku akan membutuhkan kemampuannya~

Jadi apa kalian sudah mengerti? Memang hal ini terdengar tidak masuk akal, tapi apapun bisa terjadi di dunia ini bukan? Termasuk hal aneh yang terjadi padaku sekarang~

Hinata Pov End

OoOoOoOoOoOoOoO

Hinata mengamit tasnya dengan cepat, tak lupa memakai jaket putih kesayangannya, dan segera berjalan keluar dari kamarnya dengan tidak sabar. 'Semoga saja, hari pertamaku bersekolah di sana, tidak terjadi hal yang aneh-aneh~' harapnya.

.

.

.

.

"Kalau begitu aku berangkat dulu, Kaasan, Tousan!" ujar Hinata kecil, berusaha memperbaiki sifat pemalunya itu dan menghilangkan kebiasaan berbicara gugupnya.

Kedua orang tua Hinata yang melihat perubahan putrinya merasa senang, tak ayal senyuman mengembang di wajah mereka masing-masing.

"Sepertinya kita tidak salah mengikuti permintaannya untuk pindah ke Konoha, sayang~" ujar seorang wanita berambut indigo panjang, Hikari Hyuga pada suaminya, Hiashi Hyuga.

"Hn, aku juga tidak percaya kalau sifat pemalu Hinata berubah~" ucap laki-laki itu, terdengar nada bangga pada suaranya.

"Ya~"

OoOoOOoOoOoOoO

"Hm, Hm~ jadi sekolahku ada di sini, tidak terlalu jauh~" gumam Hinata pada dirinya sendiri, telunjuk gadis itu menunjuk pada sebuah peta kecil di tangan kanannya. Maniknya segera teralih saat melihat sebuah bus melaju pelan di sampingnya.

"Sepertinya itu tempat pemberhentian busnya," ujarnya kecil, saat melihat bus itu berhenti tepat di sebuah tempat duduk panjang di pinggir jalan. Konoha memang sebuah kota yang tidak besar seperti Otogakure, tapi yang pasti kota ini memang terlihat pas bagi Hinata, dan entah kenapa gadis itu nyaman berada di sini~

Langkah kaki Hinata segera bergerak cepat, berlari kecil menghampiri bus itu.

"Tu..tunggu!" serunya cepat, ah bicara gugupnya kambuh lagi~

"..."

Diiringi dengan kemampuan berlarinya, akhirnya Hinata berhasil menghampiri bus itu. 'Sampai di sini, tidak ada yang aneh. Hihi~ Konoha memang kota kesukaanku~' batin Hinata senang. Kalau tempatnya di Otogakure dulu, memang banyak sekali para berandal yang ingin berkelahi dengannya, ah bukan, pada seorang gadis yang berdiam di tubuhnya saat ini. Hime.

Tapi biarpun nanti Hinata bertemu dengan para berandal di daerah sini, Ia tidak akan mau ikut campur. Atau dengan kata lain, melarikan diri~

"Hah~ syukurlah~" desahnya lega.

Gadis indigo itu segera mendudukkan dirinya di tempat duduk yang masih kosong. Maniknya menatap pemandangan kota Konoha dengan senang, membiarkan bus kembali melaju menuju tempat tujuannya.

'Setidaknya hari pertama di Konoha Gakuen, tidak ada masalah yang menimpaku~'

.

.

.

.

Oke, sekarang juga, detik ini juga Hinata menarik kembali kata-katanya. Tubuh gadis itu membeku saat melihat pemandangan di depannya, pemandangan yang terlihat sangat amat familiar di matanya.

"Aahahaha, Kau benar sekali!"

"Memukul orang memang menyenangkan, benar bukan?!"

"Hn,"

"..."

"..."

Untuk pertama kalinya Hinata merutuki perbuatannya tadi, menyesali semua perkataannya. Dan berdoa pada Kami-sama untuk membalikkan kembali waktu, tapi percuma..

"..."

Semuanya sudah terjadi,

"Ga..gawat.." bisik gadis itu kecil saat maniknya menangkap sekelompok pemuda tengah berkumpul di depannya. Menghalangi langkahnya untuk pergi ke Konoha Gakuen.

...

Oh, mari kita lihat kejadian sewaktu Hinata masih duduk santai di bus.

Flash Back On :

Mata Hinata kini terpaku kembali melihat peta di tangannya, saat bus masih melaju. "Hm, sepertinya aku berhenti di sini saja. Lagipula jarak Konoha Gakuen tinggal sedikit lagi, hitung-hitung menghemat biaya~" bisiknya kecil.

Dan saat Hinata melihat pemberhentian bus lain, bus yang sedang ia naiki berhenti lagi. Dengan cepat gadis itu mengamit tasnya dan segera berjalan keluar dari sana.

"..."

Brum, saat ia turun bus itu kembali melaju. Sekarang Hinata hanya perlu berjalan sedikit lagi, dan masalah pagi ini selesai.

Tapi...

"I..itu kan.." langkah kaki Hinata terhenti,

Sepertinya dia salah besar, tepat ketika Hinata berjalan mengikuti peta, maniknya segera tertumbuk pada sekumpulan pemuda yang tengah saling tertawa dan berteriak bersama. Mereka tepat sekali menghalangi jalan menuju Konoha Gakuen, dan Hinata tahu siapa mereka, dari segi pakaian dan tingkah laku...

"Aaa..ja..jangan bilang mereka.."

Flash Back Off

...

Tangan Hinata meremas roknya tanpa sadar, hari pertama di sekolahnya. Ia harus bertemu dengan orang-orang seperti itu?! Hell No!

"Ba..bagaimana ini.." gumamnya panik.

"Hoo! Hinata, dekati mereka!" seruan Hime tiba-tiba, membuat gadis indigo itu hampir terjungkal jatuh.

"A..apa! Hime Nee-san, bukannya sudah kubilang kalau aku tidak mau berurusan dengan berandal seperti mereka lagi?" ujarnya cepat, dapat ia dengar decihan kecil dari Hime.

"Kalau kau tidak segera menyingkirkan mereka, itu artinya kau tidak bisa berangkat sekolah Hinata~"

"Aku akan mencari cara lain."

"Cari saja~"

Seketika Hinata terdiam, memikirkan cara untuk menjauh dan tidak mendekat dari pemuda-pemuda itu. Tapi..

"..."

"Hu..huwa, Nee-san aku tidak tahu!" gadis itu tidak menemukan cara apapun, mencoba menyebrang dan memutar jalan. Itu hanya akan menghabiskan waktunya, mengingat waktu sekolahnya tinggal beberapa menit lagi. Menunggu bus datang, itu lebih lama lagi!

"Makanya coba saja jalan ke sana, siapa tahu mereka tidak akan memperdulikanmu."

"Ta..tapi.."

"Ah, lihat waktunya tinggal lima belas menit lagi!" seruan Hime, lagi-lagi membuat Hinata tersentak dan tanpa sadar melangkahkan kakinya mendekati sekumpulan pemuda itu.

'Hiks, hiks, hari pertamaku hancur sudah..' batinnya.

.

.

.

.

Hinata berusaha keras tidak menatap kelima pemuda yang tengah berbicara satu sama lain, 'Kami-sama, kami-sama lindungi aku!' pekiknya terus menerus. Dan tepat saat ia berjalan melewati mereka...

"Hahaha! Benarkah!"

"Kuso!"

Suara itu masih berdengung di telinganya, sampai,

'Kami-sama!' merasa tidak ada tanda mereka mengikuti atau tertarik padanya, Hinata menghela napasnya dalam-dalam.

'Arigatou Kami-sama!' jeritnya senang, Ia berhasil melewati para berandal itu! Berhasil, berhasil,

"Apa kubilang~"

'Un, ternyata dugaanku salah~'

Tak henti-hentinya Hinata mengucapkan kata berhasil, setidaknya hari ini dia tidak terlibat dengan orang-orang yang suka berkelahi itu. dan hari pertamanya di Konoha Gakuen bisa berjalan lan...

"Oi, gadis itu sepertinya manis juga~"

-car, "..."

Kaki Hinata membeku saat mendengar kata-kata tadi, "Oi, kau yang di sana!"

'I..itu pasti bukan aku, mereka tidak memanggilku! Pasti!' seru Hinata dalam hati, gadis itu berusaha keras melangkahkan kakinya.

"Jangan bergerak, diam di sana!" suara itu makin keras.

'Bukan aku! Bukan aku!'

"Hinata, yang mereka maksud itu sudah pasti kau." perkataan Hime, membuat keringat dingin mengucur dari pelipisnya. Jadi..jadi yang memang dirinya! Mereka memanggilnya!

"A..aku tidak akan berhenti Nee-san!"

"Yah, tidak seru~"

"Nee-san!"

"Hah~ baik, baik sesukamu saja!"

"Oi, tunggu! Berhenti kubilang!" suara itu serasa semakin dekat. Hinata bahkan bisa mendengar suara derap langkah mendekatinya. Pasti pemuda berandal itu mengejarnya! Gawat!

"Hyaa! Go..gomen, jangan ganggu aku!" seru Hinata kecil, seraya terus berlari. Tapi, seperti yang ia tahu, kalau kecepatan larinya benar-benar kalah telak dari orang yang meneriakinya.

"Kubilang jangan lari!"

Sret, sekarang sebuah tangan kekar menangkap tangannya cepat. Hinata tercekat, 'Ha..habislah sudah..'

"Kau mau kemana, hm~" maniknya dapat melihat jelas kalau sekarang, seorang pemuda bertato segitiga terbalik tengah mengeluarkan seringain padanya.

"Le..lepas.."

Seakan tidak peduli, "Oi, Sasuke, Sai, Shikamaru, Gaara, aku mendapatkannya!" pemuda itu malah berteriak memanggil teman-temannya.

'Nee-san bagaimana ini!' jeritnya pada Hime.

'Kau tinggal melakukan seperti biasanya, dan kita bertukar, gampang kan~' Hime malah membuat perasaannya campur aduk.

'Ti..tidak mau, bukannya sudah kubilang tidak mau Nee-san!'

'Oh, ayolah Hinata. Nee-san belum melakukan perenggangan hari ini~'

'Tidak!' tanpa ia sadari Hinata tengah menggeleng kencang. Membuat pemuda bertato segitiga yang memegangnya mengernyit heran.

"Oi, kau kenapa?"

"E..eh! Le..lepaskan aku!"

"Nanti~"

"Aku bisa terlambat sekolah.."

"Aku tidak peduli, nona manis~"

'Huwa, Kami-sama! Kumohon seseorang tolong aku!'

'Kau hanya tinggal melakukan hal 'itu' Hinata, dan Nee-san akan membantumu~'

'Ku..kubilang tidak!'

Keringat dingin di pelipis Hinata makin berjatuhan saat, keempat pemuda lainnya berjalan semakin mendekatinya.

'Ba..bagaimana ini!'

"..."

"Apa yang kalian lakukan?" sebuah suara menyentakkan baik Hinata maupun pemuda bertato segitiga itu.

Hinata langsung saja berbalik mengadahkan wajahnya untuk melihat siapa itu, dan berharap kalau suara tadi bisa menolongnya.

"To..tolong aku.." ujarnya saat melihat seorang pemuda pirang jabrik kini berdiri tak jauh darinya. Dalam hati Hinata sudah bersorak senang, ia sudah memikirkan apa yang terjadi. Pemuda pirang itu akan menolongnya, melepaskannya dari sekumpulan orang yang tidak ia kenal ini, dan dia bisa kembali sekolah dengan selamat!

"Oh!" pemuda bertato segitiga itu terlihat kaget. Itu semakin membuat Hinata senang~

"..." sedangkan pemuda pirang itu terdiam beberapa saat.

'Lihat Nee-san, dia pasti akan menolongku~' batin Hinata yakin.

"Ya, ya kita lihat saja~"

'Eh?'

"..."

"..."

Manik Hinata masih menatap penuh harap pada pemuda itu, sampai...

Sampai..

"Hm~"

"..."

"Bisakah kau..."

'Un, lanjutkan lagi! Bilang kalau jangan menggangguku!' entah kenapa Hinata jadi setengah OOC.

"Berhenti,"

'Ya!'

"Mengambil mangsaku sekali saja, jangan bertindak sendirian seperti ini Kiba."

"..."

Kretek, seperti ada sesuatu yang pecah, bibir Hinata menganga tanpa sadar. Otaknya seakan-akan terhenti, mendengar perkataan lanjutan pemuda pirang itu!

Apa dia bilang tadi?!

Mangsanya?!

Mangsanya?!

Mang...sanya..

'Ja..jadi dia tidak ingin menolongku?!'

"Aahaha, gomen, gomen, habis kau terlihat malas sekali di sana, Naruto~"

"Hah~ jangan meremehkanku Kiba~"

Manik Hinata masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, kemana perginya bayangan seseorang yang akan menolongnya tadi?! Menghilang bagai debu!

"..." napas gadis itu tiba-tiba saja memburu, tangannya terkepal kuat.

'Jadi mereka ini berteman, semuanya hanya khayalanku saja..'

"Apa kubilang~"

"Jadi sepertinya gadis kali ini cukup manis juga, sepertinya dia juga tergila-gila saat melihatmu tadi Naruto, sampai tidak bisa bicara seperti ini~"

"Ya~"

Kesal, Hinata seperti di bohongi. Jantungnya berdetak keras, pipinya mengembung kesal. Dan pikiran murninya sekarang, sudah menghilang entah kemana.

"Jadi apa yang mau kau lakukan sekarang, Hinata~" tanya Hime.

'...'

'Nee-san,'

"Hm~"

'Gantikan aku.' tegas Hinata dalam hatinya. Membuat senyuman kecil terlihat di wajah Hime, meski tak dapat di lihat saat ini. Tapi yang pasti ia sangat senang kalau bisa melakukan perenggangan pada pemuda-pemuda ini~

"Kenapa tidak bilang dari tadi~"

"Oi, kenapa kau diam saja?! Sakit, atau terpesona sama ketampananku~" ujar pemuda bernama Kiba itu. Membuat kekesalan Hinata makin memuncak.

"..."

Tanpa aba-aba lagi.

"Menangislah Hinata." Ucap Hime pelan.

"..."

Tes, setetes air mata jatuh di pelupuk Hinata. Membuat Kiba dan Naruto saat itu juga panik. "O..oi! Kenapa malah menangis!"

"Kiba, kau membuatnya menangis!"

"Apa!"

"..." masih terdiam.

"O..oi! Jangan menangis, cengeng sekali kau!"

"..."

"Lepas.."

Samar-samar baik pemuda bertato segitiga aka Kiba ataupun Naruto mendengar suara dari gadis indigo itu.

"Apa kau bilang?!"

"Kubilang lepas.."

"Arghh, gadis ini menyebalkan sekali!" seru Kiba. Sedangkan Naruto tiba-tiba saja merasakan sesuatu yang tidak enak akan menimpa dirinya.

"Oi." pemuda pirang itu mencoba memanggil gadis indigo di depannya.

Dan

Detik itu juga...

"Kubilang lepaskan! Dasar bocah!" seruan keras terdengar darinya. Membuat mata Naruto terbelalak seketika, begitu juga Kiba.

"A..apa.."

Pandangan mata Hinata kini sudah berubah, dari gadis yang tadinya selalu menunduk. Sekarang dengan lantangnya berteriak kencang di depan berandal pirang itu.

'Kenapa dengannya?' batin Naruto bingung.

"Beraninya kalian menyentuhku!" tanpa aba-aba, tangan Hinata memiting lengan yang tadi memeluknya. Mengangkatnya dengan seluruh tenaga dan...

Brugh! Membanting Kiba dengan keras, mengeluarkan suara debaman kuat.

"I..Ittaai! Oi! Kusoo, beraninya kau!"

"Dasar bocah-bocah sombong! Kalau memang lemah tidak usah melawanku! Baka!"

Manik Hinata segera beralih pada Naruto, dan dengan cepat dan menggunakan refleknya yang cukup kuat. "Sepertinya aku harus berterima kasih padamu~" ucap Hinata aka Hime saat itu juga.

Dan tanpa basa-basi lagi...

Bugh!

Sebuah pukulan kuat sudah melayang tepat ke wajah Naruto!

"Oaghh!" membuat pemuda pirang itu terpelanting.

"Yah, sepertinya akan ada yang datang lagi~"

"Hime Nee-san! Sudah cukup, sebentar lagi bel sekolah berbunyi!" seruan Hinata menghentikan gerakan Hime.

"Aku belum puas Hinata~"

"Nee-san, ayo cepat! Sebelum teman-teman mereka datang!"

"..."

"Hah~ baik, baik," Hime segera mengusap air matanya tadi, dan menutup matanya sekilas. Lalu..

"..."

"Hah~ Arigatou Nee-san, berkatmu mereka dapat pelajaran juga~" dirinya sudah kembali lagi seperti sedia kala. Hinata tersenyum kecil melihat bagaimana kondisi kedua pemuda itu. Ada yang terpelanting dan masih mencoba bangun dari posisinya.

"Oi, jangan lari kau!"

Dan seolah tidak memperdulikannya..

"Ups, waktunya tinggal lima menit lagi!" Hinata segera berlari menjauh tempat itu, meninggalkan kedua pemuda tadi dengan perasaan ringan.

.

.

.

.

Tanpa Hinata sadari, Naruto yang tadinya masih berusaha membangunkan dirinya lagi. Melihat gerak-geriknya,

"..."

"Ada yang aneh dengannya," ujarnya kecil, tangan tannya segera menghapus darah segar yang mengucur di sudut bibirnya. Pukulan gadis itu memang kuat sekali.

Dan entah mengapa melihat sikap gadis indigo itu tadi, membuatnya..

Membuat Naruto..

"Aku harus mencari tahu tentangnya~" desahnya senang, seraya mengeluarkan seringaian di wajah tampannya. Yah, seorang Naruto Uzumaki tidak akan melewatkan mangsa semenarik itu dari hadapannya.

Hm~

Tidak akan~

To Be Continued~

A/N :

Nah mushi buat cerita ini buat mengganti fic LOST yang akan mushi hapus. Karena entah kenapa mushi jadi WB dengan fic itu dan malah muncul ide lain, jadi fic itu akan mushi hilangkan. Gomen buat yang udah nunggu hehehe, yah biarpun fic ini nggak kalah gajenya dengan fic LOST, tapi fic ini mushi dapet inspirasi dari komik Air Gear lho. Kalau yang udah pernah baca pasti udah tahu,

Kepribadian ganda Hinata, sama dengan kepribadian punya Agito/Akito di komik sana. Hehehe, dan itu artinya Hinata Shippuden yang pemalu di gabung jadi satu sama Hinata RTN yang pemberani (tapi namanya di sini Hime) XD

Ya udah deh segitu aja cuap-cuapnya, Fic ini akan mushi apdet lagi kalau banyak peminatnya #plak# kalau nggak ya di apus lagi hehehe XD. Bercanda kok, fic ini akan mushi apdet lagi kalau fic 'Can I Love Him' sama 'MLWY' terbit. Jadi di tunggu aja yaa XD

Untuk akhir Kata, Mushi nggak akan capek-capek bilang~

SILAKAN RIVIEW~ \^0^/\^V^7

JAA~