Chap.4

Title : Marry me?

Cast : Chanyeol || Baekhyun || Other

Summary :

Mereka mulai menyangkal diri mereka, tidakkah mereka tahu jika Cinta dapat datang secepat kereta listrik Jepang?

.

.

.

"Pindah? Kau tak serius kan, hyung?" Sehun menarik sebuah kursi di samping ranjang Baekhyun. Dia memilih untuk menyerah membangunkan Baekhyun dan berniat untuk mendengarkan rencana koyol yang sedang dirancang hyung yang sejak 1 tahun telah tinggal dengannya itu.

Sehun tahu betul jika Baekhyun sudah menyarankan hal yang aneh-aneh pasti ada sesuatu. Karena tak ada hal yang terlalu biasa yang bisa membuat Baekhyun hingga pindah sekolah, Kecuali itu sangat mengganggu Baekhyun. Asal tahu saja, Hyungnya itu sedikit egois dan –keras kepala dan –mau menang sendiri.

Baekhyun mengusap wajahnya dengan raut kesal, "Ku rasa, aku cukup mengatakannya sekali."

Sehun memutar matanya dua kali, kemudian dia mulai membuka baju seragamnya dan meninggalkan begitu saja di lantai kamar Baekhyun. Sembarangan.

Baekhyun berjengit, mereka memang sesama lelaki, tapi, membuka baju di depan orang lain apalagi ini masih pagi –

Bukankah terlalu –menjijikkan?

Bahkan Baekhyun belum sempat sarapan.

"Ya! Jangan buka baju sembarangan di depan orang. Dan –jangan membuka lemariku!" Baekhyun berteriak histeris saat Sehun menarik asal kaus lengan pendeknya dan memakai baju itu di tubuh kurusnya. Oh, yang benar saja itu kaus yang baru di belinya 3 hari lalu. Memang dengan harga discount, tapi sejak pertama membelinya Baekhyun sudah menentukan jika itu adalah Kaus kesayangannya.

"Ini hanya sebuah kaus, Hyung dan kau punya banyak di lemarimu."

"Ya!Sehun!"

Sehun memilih menulikan telinganya dan kembali duduk seperti semula.

"Itu kaus kesayanganku, kau tahu?" Baekhyun masih membahas masalah kaus kesayangannya yang –demi apapun belum pernah dia kenakan.

"Oh Tuhan, Hyung. Apa semua hal yang kau beli kau katakan kesayangan? Lihat betapa banyak baju di lemarimu dan kau tidak menggunakan satupun dengan alasan 'baju kesayangan'? kau bahkan memakai baju yang itu-itu saja."

Baekhyun membuka selimutnya lebar-lebar,kemudian dia beranjak duduk dikasurnya. Pria tingkat dua sekolah menengah atas itu merasa gerah yang berhubungan dengan 'barang kesayangan' nya akan membuat dia gerah tanpa sebab.

"Sudah ku katakana, itu kaus kesayanganku. Apa kau tidak pernah belajar tata krama atau setidaknya kau harus tahu jika yang namanya 'kesayangan' tidak boleh dipakai orang yang bukan pemiliknya. Dan –"

"Hyung. Hentikan kata-kata abstrakmu itu. Dasar aneh."

"Aku belum selesai, anak kecil,"Baekhyun mulai mengintimidasi Sehun dengan matanya yang sipit itu seperti beberapa waktu lalu.

Sehun menghembuskan nafas pelan. Tidak berpengaruh. Tentu saja.

"Baiklah, berhenti membahas itu. Omong-omong apa alasan Hyung untuk pindah sekolah?aku malas jika harus mencari teman baru lagi." Sehun bukan seorang anak yang dengan mudah mau berteman dengan orang baru.

Baekhyun menepuk dahinya pelan, dia hampir saja melupakan hal yang telah mengganggunya sejak semalam.

"Aku sedang mencari alasannya."

Sehun memandang aneh pada Baekhyun yang sepenuhnya telah turun dari Kasur dan kini tengah berjongkong di depan lemari pakain di sampingnya.

"Kau benar-benar sudah gila hyung," sehun mengacak rambutnya,kemudian meraih bantal peluk Baekhyun dan memilih untuk berbaring di kasur sembari memperhatikan hyungnya yang tengah mengacak lemari yang berisi'barang-barang kesayangan'nya itu.

"Dapat!" terak Baekhyun riang.

"Apanya?"

"Alasan itu. Ini adalah alasan mengapa kita harus pindah ke XO high School –"

Baekhyun membuka penutup kotak kayu kecil yang tadi di temukannya di bawah tumpukan baju dan buku-buku masa lalunya. Dengan perlahan dia mengeluarkan sebuah album usang , selanjutnya mata sipit Baekhyun membesar kepada ukuran maksimal.

"Ini – "

Sehun yang berbaring di ranjang Baekhyun mulai jengah memperhatikan tingkah hyungnya, namun dia menangkap sebuah nama sekolah yang terdengar tak asing, XO High School?

"XO High School? Krystal noona? Luhan Noona? Kita akan pindah kesana hyung?" sehun tiba-tiba meloncat dari ranjang Baekhyun, ada bunyi decit yang kuat saat dia melakukan itu.

Namun Baekhyun bergeming. Sebuah photo usang dari album lamanya menarik perhatian pemuda itu seketika. Ada sebuah tulisan samar di balik kertas photo di genggamannya. Jelas itu tulisan anak kecil yang baru belajar menulis,tapi baekhyun bisa membacanya dengan jelas.

Channie&Baekkie

Menikah di Gereja

Kami akan hidup bahagia selamanya.

"Jadi dia Channie yang itu?!"

.

.

.

"Jadi dia Baekkie yang itu?!"

"Kau kenapa, dude? , sejak tadi kau berbicara sendiri dan sekarang kau berteriak dengan sebuah album usang. Jangan bilang kau mulai gila!" Kai mundur satu langkah menjauhi Chanyeol.

Chanyeol memutar matanya sebal. Mereka sedang berada di kantin pada jam pelajaran pertama dan si hitam itu sudah membuat keributan. Mereka bisa saja ketahuan sedang membolos.

" Berhentilah bersikap mendramatisir Kim Jongin." Chanyeol mendengus sebal pada pemuda itu.

"Baiklah, sekarang ceritakan apa masalahmu, dan mengapa kau berteriak pada sebuah photo?," terdapat nada mengejek di suaranya, Jongin menarik sebuah kursi di samping Chanyeol dan meletakkan dagunya dia antara telapak tangan –seperti pendengar yang baik.

Chanyeol melirik dengan ujung mata, namun dia memilih untuk bercerita, " Semuanya berawal saat aku kelas 1 sekolah dasar – "

.

.

.

11 years earlier…

"Menikah?"

"Ayo kita ke gereja, semua orang menikah disana!" Chanyeol menarik jemari Baekhyun, mengajak teman kecilnya itu untuk berdiri.

Baekhyun mengikuti Chanyeol untuk berdiri, namun dia menatap teman sekelasnya itu dengan tatapan bingung, "Tapi Chanyeol – "

Baekhyun menggantung kalimatnya, dia terlalu kaget, dia tidak tahu apa itu menikah dan apa yang harus dilukan jika akan menikah.

Chanyeol mengerjap dengan lucu, dia menundukkan tubuhnya yang lebih tinggi, menunggu teman kecilnya menyambung kalimatnya.

"Tapi – kita masih di sekolah, kita tidak bisa pergi kegereja sekarang. Nanti sonsengnim mencari kita dan melaporkan pada eomma dan appa" Baekhyun menatap ragu pada Chanyeol, senyum teman tingginya itu memudar.

Chanyeol melepas genggaman tangannya pada Baekhyun, dan seketika membuat yang lebih kecil menunduk dalam. Namun Chanyeol tidak marah seperti pemikiran Baekhyun, Chanyeol melepaskan genggamannya untuk mengusap lembut rambut halus temannya.

"Baekkie benar, kita tidak boleh pergi dari sekolah. Bagaimana kalau hari minggu besok Chanyeol menjemput Baekkie di rumah dan kita pergi kegerja sama-sama dan menikah. Baekkie mau kan?," Kaki Chanyeol mengetuk-ngetuk tanah di bawahnya sekali lagi, dia hampir meloncat karena terlalu senang dengan pemikiran hebatnya.

"Baekkie – ? " Baekhyun tidak menjawab Chanyeol, dia menangkap nama aneh yang dipakai Chanyeol untuk menyebut dirinya. Baekkie?

Chanyeol sadar kalau dia baru saja menyebut nama panggilan tersayangnya untuk Baekhyun. Asal tahu saja, dia sudah memberi nama Baekkie untuk Baekhyun sejak mereka bertemu pertama kali. Hanya saja Chanyeol terlalu malu untuk memanggil Baekhyun dengan nama itu secara langsung.

Chanyeol menangkupkan kedua telapak tangannya di mulut, dia takut sekaligus malu, matanya yang bundar berpencar-pencar ke kiri dan kekanan, dia sedang berusaha menghindari tatapan penasaran temannya itu.

"Um, itu panggilan kesayangan," Chanyeol berbicara cepat kemudian menutup mulutnya kembali.

"Apa – "Baekhyun tidak bisa menyelesaikan perkataanya karena Chanyeol sudah berlari menuju kelas.

Baekhyun mengulum senyumnya. Dia masih terlalu hijau untuk mengerti cinta. Yang dia tahu Chanyeol selalu berada di sampingnya saat dia butuh seseorang yang lebih dari teman. Chanyeol selalu tertawa tanpa alasan, membuat Bakehyun diam-diam belajar tertawa seperti temannya itu. Baekhyun jelas tidak tahu arti menikah dan pada kenyataanya menikah bukanlah untuk pria dan pria namun untuk pria dan wanita. Baekhyun tidak tahu, namun dia mengulang-ulang dalam hatinya.

Menikah.

Baekhyun akan menikah dengan sahabatnya Chanyeol.

.

.

.

Pagi itu Chanyeol meminta kepada eoma nya untuk di pakaikan stelan jas yang di beli saat natal tahun lalu. Sebuah jas ukuran kecil yang membuat Chanyeol merasa sepetrti appanya yang setiap ke kantor mengenakan jas yang serupa. Sebenarnya Chanyeol juga diam-diam mengingat pernikahan pamannya kemarin yang juga mengenakan jas.

Menikah.

Jas.

Chanyeol tersenyum dalam fikirannya saat mobil mereka melaju di jalan, saat itu hari minggu dan Chanyeol telah memandang cermin dengan stelan jas di tubuhnya bahkan sebelum fajar merekah. Chanyeol menutup mulutnya dengan sebelah tangan saat mobil mereka sudah memasuki lingkungan gereja. Dia membanyangkan betapa manisnya Baekhyun dengan sebuah gaun.

Ya, Chaneyol berfikir kalau Baekhyun memakai gaun hari itu. Karena bibinya mengenakan gaun saat menikah.

Chanyeol melompat turun dari mobil bahkan sebelum mesin mobil benar-benar mati, mengabaikan teriakan ibunya yang memanggil namanya berkali-kali. Anak laik-laki yang tertinggi di kelasnya itu berlari kencang saat ekor matanya menangkap sebuah mobil yang juga sedang akan parkir, sebuah mobil warna hitam metalik, mobil Baekkie-nya.

Chanyeol harap-harap cemas saat pintu mobil terbuka perlahan dan seorang wanita muda tengah menuntun dua orang anak laik-laki turun dari mobil. Chanyeol mengernyit, dia tidak mengenal seseorang anak laik-laki yang sedang bersama Baekhyun. Tapi Chanyeol memilih tidak perduli karena Baekhyun ada di depannya kini dan sedang menatapnya dengan pipi yang bersemu.

Chanyeol sesaat merasa sedih karena Baekhyun tidak memakai gaun seperti harapannya, Namun Chanyeol tetap mengakui bahwa Baekhyun terlihat manis hari itu dengan sebuah kemeja lengan panjang berwarna putih dan sebuah rompi biru laut.

Itu lebih dari sebuah kata manis.

"Chanyeol ganteng sekali," nyonya Byun –ibu Baekhyun tersenyum pada Chanyeol yang seketika menunduk di hadapannya.

"Oh ya Tuhan,kalian bertiga ganteng sekali," Tuan Byun tersenyum pada Chanyeol dan melirik Baekhyun dan seorang lelaki yang sejak tadi menatap Chanyeol tak suka.

Chanyeol sudah bersemu karena malu tak ubahnya dengan Baekhyun namun anak laki-laki di sebelah Baekhyun hanya melipat tangannya di depan dada. Terlihat bosan sekali.

"Ahh… kalian harus berfoto bersama," Nyonya Byun mengambil kamera pocket dari tas tangannya dan menarik Chanyeol mendekat.

Chanyol beringsut di sebelah Baehyun dan tanpa malu menggenggam tangan Baekhyun.

"Satu, dua , tiga"

Sebelum mereka tersenyum pada kamera, Baekhyun membisikkan sesuatu pada Chanyeol dengan wajahnya yang sudah seperti tomat matang.

"Channie tampan sekali."

Channie?

Oh, itu nama kesayangan dari Baekhyun rupanya.

.

.

.

"Channie? Astaga! Aku membutuhkan kantong muntah sekarang. Hahaha" Kai tertawa dengan suara paling ribut yang dia punya tepat di depan wajah Chanyeol. Pria dengan kulit gelap itu memukul-mukul meja dihapannya.

Chanyeol baru saja bercerita tentang masa kecilnya dan Kai memotong certitanya. Satu alasan. Channie.

Nama itu menggelitik perut Kai. Bukankah itu lucu?

Kai menghapus setetes air mata di ujung matanya "Oh dude, nama itu manis sekali. Hahaha!".

"Sudah cukup tertawanya tuan Kim" Chanyeol mencibir Kai yang memotong ceritanya hanya karena sebuah nama. Apanya yang lucu dengan nama Channie, dia merasa nama itu manis. Oh tunggu apa dia baru saja menyebut manis?

"Jadi kau sudah menjadi gay sejak kecil?," Kai mengabaikan tatapan membunuh Chanyeol karena dia sibuk tertawa dengan pemikirannya barusan.

"Oh Tuhan, kau gay Chanyeol. Kau bahkan sudah melamar teman laki-lakimu. Kau hebat teman!" Kai menghapus air matanya yang telah tergenang di ujung matanya. Kebiasan buruknya adalah dia akan mengeluarkan air mata jika sudah tertawa hebat.

"Ya!" Chanyeol memukul meja kantin dengan kuat, dia tidak perduli lagi jika mereka harus tertangkap oleh guru karena harga diri seorang Chanyeol sedang di pertaruhkan disini.

"Diamlah kau Kim Jongin, kau membuatku ingin memukul wajah pervertmu itu"

Kai memilih menutup mulutnya daripada harus membiarkan wajah tampannya tesakiti oleh chanyeol. Dia menarik nafas perlahan-lahan, karena kalau saja Chanyeol menyebutkan nama 'Channie' dia bisa meledak lagi.

"Ok, Ok, jadi mengapa kau lupa dengan Baekkie, um, Baekhyun mu itu?" Kai segera menutup mulutnya saat tawanya akan keluar.

Chanyeol mendengus dengan keras, "Aku tidak lupa, aku hanya tidak menyangka jika dia itu Baekkie yang dulu. Mereka terlihat berbeda dari segi manapun."

"Berbeda?"

"Iya, Baekkie itu lembut dan manis" Chanyeol menerawang membayangkan masa kecilnya dulu.

"Hahahahha. Apa aku baru saja mendengar pengakuan dari seorang gay?"

"Ya!"

Chanyeol mengepalkan tangannya hendak memukul wajah Kai, namun pria dengan rambut hitam itu sudah berlari meninggalkan Chanyeol yang menahan marah.

Aku bukan gay.

.

.

.

"Namaku Baekhyun. Byun Baekhyun."

Chanyeol merasakan matanya membulat sempurna, begitu juga dengan Baekhyun, namun pria dengan rambut coklat madu itu bisa menguasai dirinya dengan cepat. Chanyeol dapat mendengar kikikan Kai dari bangku depan, sejak Kai mengatai Chanyeol tadi pagi, lelaki dengan kemampuan dance melebihi rata-rata itu memilih duduk di depan di sebelah Suho –ketua kelas mereka yang pendiam, daripada harus merelakan wajahnya membiru esok pagi.

"Baiklah Baekhyun kau bisa duduk di – " Lee sonsengnim menyapu pendangannya kesekitar kelas.

Chanyeol merasakan gugup yang tidak biasa saat manik hitam Lee sonsengnim mengarah padanya. Dia bergetar di kursinya.

"Jangan"

"Chanyeol, kau duduk sendiri? Bukankah biasanya dengan tuan Kim? Bagaimana jika kau duduk disana?" lee songsengnim melirik Baekhyun yang kaget dengan pertanyaaan itu. Tak terkecuali Chanyeol, pria denga tinggi di atas rata-rata itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Dia mengangkat tangannya untuk protes.

Namun Baekhyun menjawab lebih dulu dengan senyum manisnya "Saya mempunyai masalah dengan pengelihatan, jadi bisakah saya duduk di depan?"

Lee sonsengnim mengangguk tanda setuju membuat Chanyeol mengusap dadanya diam-diam.

"Tuan Kim, silahkan pindah ke tempatmu semula, dan – Luhan berhenti berbicara dengan Krystal dan bawa tasmu ke meja Suho.

"Tapi – " Luhan mencoba menolak.

"Lakukan!"

Kai mulai menyeret kakinya ke bangku belakang, dia berhenti tepat di meja Chanyeol. Lelaki berkulit tan itu tersenyum canggung kepada Chanyeol.

"Duduklah" Chanyeol berbicara singkat, karena matanya masih mengawasai seseorang yang masih berdiri didepan kelas mereka.

Kai menatap sahabatnya itun dengan bingung. Namun, dia memilih untuk duduk saja daripada harus bertanya karena alasan Chanyeol diam dan focus kedepan sudah sangat jelas.

"Nah, tuan Byun, kau bisa duduk dengan Krystal, dia ketua Osis dan dia siswa yang sangat cerdas. Kau bisa belajar banyak darinya"

Baekhyun tersenyum tipis dan menunduk kepada Lee sonsengnim, namun sekilas, hanya sekilas, dia melirik Chanyeol yang tengah menatapnya dengan intens.

.

.

.

"Baekkie sedang menulis apa?" Chanyeol berjingkat-jingkat kearah Baekhyun yang sedang berbaring di atas rumput di taman belakang sekolah. Chanyeol merebahkan tubuhnya di samping Baekhyun, mata bundarnya mengawasi Baekhyun yang sedang meulis sesuatu pada selembar photo.

Baekhyun tersenyum malu-malu, kemudian menyerahkan selembar photo sama yang.

"Ayo Channie tulis juga, sama seperti Baekkie," Baekhyun tersipu malu saat menyebutkan nama kesayangannya untuk Chanyeol.

Chanyeol memutar badannya dan tengkurap seperti Baekhyun, dia mengambil kertas photo itu dan menuliskan hal yang sama seperti yang telah di tulis Baekhyun pada kertas photo satunya.

Channie&Baekkie

Menikah di Gereja

Kami akan hidup bahagia selamanya.

"Sudah" Chanyeol menyerahkan kertas photo itu, tapi Baekhyun menolaknya.

"Itu untuk Channie, yang ini untuk Baekkie" Baekhyun menunjuk kertas photonya dan kertas photo di tangan Chanyeol bergantian.

Chanyeol mengangguk tanda mengerti "Oh, ini hadiah pernikahan Baekkie untuk Channie ya?" Chanyeol memiringkan kepalanya agar bisa meilhat wajah seseorang di sebelahnya dengan jelas.

Baekhyun mengangguk dengan ragu, tapi senyum manisnya masih terukir di wajahnya yang putih.

Chanyeol memandang kertas photo itu dan dahinya mengernyit seketika. Di dalam photo itu ada dirinya yang menggenggam tangan Baekhyun dan Baekhyun yang bersemu karena malu, namun seseorang di sebelah Baekhyun yang ikut berfoto dengan mereka membuat Chanyeol tak suka. Seseorang itu tidak terlihat bahagia, dia melipat tangannya di dada dan matanya menatap malas pada kamera.

Chanyeol meletakkan jari kelingking dan ibu jari di antara gambar Baekhyun dan anak laki-laki itu untuk merobeknya.

Namun Baekhyun menarik tangan Chanyeol dengan cepat, "Channie, jangan. Biarkan saja"

Chanyeol cemberut, dia meletakkan photo itu di atas rumput, dia tidak suka saat Baekhyun lebih memilih anak itu dari dirinya.

Baekhyun sedikit terkejut dengan tingkah Chanyeol, dia meraih pohoto itu dan menyelipkannya pada tangan chanyeol yang terkepal, "Channie jangan marah ya, ini hadiah dari Baekkie. Terimalah, biarkan saja photonya seperti itu, jangan di robek nanti jadi jelek."

"Tapi kita harusnya photo berdua tanpa anak jelek itu!" Chanyeol menunjuk wajah anak laki-laki itu.

"Channie, tapi dia sepupu Baekkie. Dia saudara Baekkie. Dia juga sedang sakit" Baekhyun hampir menangis, dia bangkit untuk duduk, kemudian menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Chanyeol terkejut dengan reaksi Baekhyun, dia kemudian meraih tangan Baekhyun dan menggenggamnya lembut, "Baekkie jangan menangis, maafkan Channie."

Baekhyun tersenyum dan mengangguk pelan.

"Baiklah Channie punya hadiah pernikahan juga untuk Baekkie" Chanyeol mendekatkan wajahnya dan menyentuh dahi Baekhyun dengan bibirnya, dia melihat hal seperti itu di televisi kemarin malam.

Baekhyun menunduk dalam begitu juga dengan Chanyeol. Dia mengingat kembali bagaimana Chanyeol menuntunya ke altar hari minggu kemarin saat gereja tengah kosong dan orang tua mereka sedang berbincang di luar gedung.

Chanyeol menuntun Baekhyun untuk berlutut, mereka mengucapkan doa seadanya, karena hanya itu yang mereka tahu. Kemudian Chanyeol membawa Baekhyun untuk berdiri dan sejurus kemudian anak laki-laki yang lebih tinggi mengeluarkan selingkar cincin dari saku jasnya.

Baekhyun terkejut, namun dia membiarkan Chanyeol memasangkan cicin itu pada jari telunjuknya –cincin itu kebesaran omong-omong.

Baekhyun tersenyum begitu pula dengan Chanyeol.

Mereka telah menikah.

Menikah dalam persepsi mereka.

.

.

.

Note :

Hi guys, sorry lama update karena aku keburu masuk kuliah sebelum sempat selesain. Dan writers block itu menyiksa banget. Lagi pula beberapa hari kemarin FFN ga bisa di buka.

Oh ya, ada yang nanyain kenapa Sehun dan Kai bukan penyuka sesama jenis dan kenapa Luhan jadi cewek sedangkan Baek tetap cowok.

Jawabannya : Aku mau buat cerita se-realistis mungkin, jadi cuma Chanbaek yang yaoi couple, dari awal aku juga udah bilang kalau fic ini tentang Chanbaek kan? Buka Hunhan atau Kaisoo?

Mungkin banyak yang buat cerita dengan semua anak Exo as Yaoi, tapi aku gak mau. Aku mau buat fic dimana dua orang anak laki-laki yang saling suka tanpa bisa memilih dengan siapa mereka suka. Nah soal udah remajanya apakah mereka langsung saling suka setelah tahu satu sama lain?

Bisa baca next chap.

Btw, thank's udah review.