Sori buat kengaretan penpik ini guys..., daku sibuk. Sibuk ibadah *?*, sibuk MOS, sbuk ngurusin sekolah, sibu—ahhhhh ! sibuk lah intinya ! dan komputerku masih rusak. Cepat sembuhlah lovely. Aku sepi tanpamu. udahlah saya buru-buru ! jes cek dit ot !
SLEEPING TSUNDERE by UTR
Disclaimer :MASASHI KISHIMOTO
Rate : T
Warn :*apaan yak ?* bad language, semi ShoAi, typo maybe, AU, OOC. Sisanya abisin sendiri *lu kira makanan ?*
Summary : (chapter ini kelanjutan dari summary yang kemaren, jadi tinggal gue copas—mkey ?)Kyuubi sudah besar !/ hohoho, mama dan papa bikin adek baruuu~/ Hidan, jangan mengajarkan yang tidak-tidak dengan Kyuubi !/pertemuan Itachi dan Kyuubi untuk yang kedua kalinya./ "Kushina dan Minato belum mati ?!"
"ada apa, Kyuubi ? senyum-senyum sendiri ?" tanya Ruru pada Kyuubi. Saat ini mereka sedang bermain di lantai dua. Di antara kamarnya dan kamar Hidan, ada ruangan tanpa dinding yang hanya beratapkan dedaunan dari pohon. Biasanya dia dan Hidan sering melihat bintang dari sini, tinggal menyibak sedikit dedaunan itu, lalu pertunjukan yang sangat mengagumkan dari sang Maha Pencipta dimulai. Indahnya langit malam yang gelap, dengan bintang-bintang terang yang bertaburan di sana. Sebuah mahakarya yang sangat indah. Ditemani sejuknya angin malam, suara hewan yang bersayup-sayupan lembut. Kyuubi sangat menikmati dan menyukai masa-masa dia melihat bintang. Dan biasanya Hidan menemaninya sambil bercerita.
Dan sekarang, dia bersama Ruru menikmati angin sepoi-sepoi siang hari yang sejuk di sana. Melihat danau biru yang terlihat dari sini. Sungguh suasana yang romantis. "hm..?, gak ada pa-pa. Hanya saja, gue ngerasa senang" jawab Kyuubi, masih dengan senyumannya. "rasanya..., gue.., permohonan gue kayaknya terkabul" ujarnya.
"permohonan ? apa ?" tanya Ruru penasaran. Hidan yang sedang bersandar di dinding kamar Kyuubi sambil membaca buku itu juga menyimak, walaupun kelihatannya dia cuek.
"gue memohon punya adik yang manis" jawab Kyuubi.
"Hah ? eh, maksudku..., aku tidak menyangka kalau kau memohon seperti itu" ujar Ruru. Kyuubi meliriknya, "tenang saja Ruru. Gue tidak akan pilih kasih. Loe tetep jadi adik gue sekalipun ntar adik kandung gue benar lahir" ujarnya dengan senyuman manis yang berubah menjadi senyuman mengejek "loe gak usah kecewa"
"Si-siapa yang kecewa ?! aku enggak tuh" elak Ruru. Dia menyembunyikan wajahnya yang memerah. Kyuubi tertawa melihatnya. "tapi gue maunya adik perempuan. Tapi..., kalau yang lahir nanti laki-laki, yahh..., seenggaknya wajahnya imut. Kayak lo" ujarnya sambil tersenyum jahil ke Ruru. "tapi tetep aja..., seimut-imutnya adik gue ntar, dia gak boleh cengeng sebagai anak cowok. Biar ntar gue yang ngajarinnya sendiri"
"well...," Hidan yang sedari tadi diam sambil baca buku 'The Book of Clinical Soul IX' (buku yang hampir sama dengan buku-buku mahasiswa psikologi-nya kita, tapi ini khusus makhluk mitologi macam mereka. Dengan judul yang ngarang), mulai ngomong. Dia sudah selesai membaca buku yang sepertinya ±560 halaman itu. "Kyuu-chan memang pengen banget ya punya adek ?" tanyanya. Kyuubi malah membuang muka. "hhmm.., kokokokok gitu sihh ? katanya mau punya adek yang manis, tapi kalau kakaknya jutek kayak gini, gimono ding ?" tanyanya gak niat dapat jawaban.
"yang pengen punya adek kan gue, bukan lu !" kata Kyuubi
"duhh, egoisnya. Apa gak kesian sama Mama Papa, hm ? .kasian kan nanti Mama kerepotan bawa perut yang isinya dedek bayi yang Kyuu-chan mau, trus kesian juga ntar Papa yang begadang buat ngurusin dedek bayi ntar" ujar Hidan sambil merangkul pundak Kyuubi, tapi ditepis sama tuh cewek. Lalu dia jongkok di sebelah kanan Kyuubi, "memangnya Kyuu-chan gak kasian sama Mama papa ?" tanyanya lagi. "lagian, adeknya Kyuu-chan, adeknya abang juga…"
"..."
"apa Kyuu-chan gak kesian ntar ngeliat mama yang berjuang diantara hidup dan mati pas neglahirin dedeknya Kyuu-chan ?. Iya kalau nanti mama selamat dan bisa tinggal bareng kita lagi sama-sama adek baru. Tapi kalau mama udah gak bisa bangkit lagi dan meninggal karena melahirkan adek yang Kyuu-chan pengenin, gak miris ngeliatnya ? apa gak egois namanya ?" tanya Hidan bertubi-tubi. "memangnya Kyuu-chan gak mikirin gimana capeknya papa kerja buat ngehidupin kita ? ditambah dengan adek yang Kyuu-chan pengenin, apa gak tambah ngerepotin papa ?. Papa itu ya, pulang kerja itu kadang siang, kadang sore, kadang malam. Tergantung kalau pekerjaan papa dan perintah Ratu peri" ujar Hidan lagi. Dilihatnya Kyuubi mulai merileks, mendengarkan ucapannya. Karena pegel jongkok mulu, Hidan duduk dengan kaki yang dibiarkan menggantung (mereka duduknya di ujung, kayak duduk di balkon rumah).
"Kadang tuh papa pulangnya malam karena dokumen-dokumennya belum selesai saking banyaknya" ujar Hidan mulai lagi, "kadang sore, soalnya rekan-rekannya sudah pada balik dari misi jadi ada yang bantuin. Kadang juga pulangnya pagi buat siap-siap Misi besoknya. Jadi kerjaan papa itu capek banget. Tanggung jawabnya juga sebagai kepala divisi pertahanan dan penyerangan itu berat lho. Jangan dikira kerja sebagai pemimpin itu enak"
Kyuubi berbalik dan menatap kakaknya itu, "tapi..., Mama kan sudah dua kali melahirkan. Ngelahirin gue and loe, bang. Kalo gitu kan gak usah khawatir lagi karena sudah ada pengalamannya" sergah Kyuubi.
"yahh.., yang namanya takdir gak bisa diubah. Kalo takdir nyatetnya Mama meninggal pas ngelahirin anak ketiga, yahh..bisa aja kejadian. Bisa aja karena faktor fisik yang sudah atau mulai lemah, psikisnya juga diperhatikan. Soalnya ibu hamil itu kan rentan banget stress. Bisa aja karena pendarahan saat melahirkan. Segalanya bisa aja terjadi di dunia ini"
"wah.., iya juga ya. Tidak disangka kalau yang berbicara seperti itu adalah Hidan-nii" puji dan ledek Ruru secara tidak langsung. Hidan Cuma tersenyum mendengarnya. Sekarang dia dalam mode Good Brother : On dan pikirannya belum ngeres karena habis baca buku tebel.
Kyuubi termenung mengetahuinya. Dia gak akan nyergah lagi, soalnya yakin sama omongan kakaknya itu. Kakaknya itu sudah bekerja di divisi penyembuhan mistik dan fisik juga di divisi pertahanan dan penyerangan yang dipimpin sama papanya sejak umurnya baru 18 tahun. Kakaknya bisa dibilang bertalenta, tapi ya, emang kakaknya itu suka seenaknya. Ngomong seenaknya, pakaian seenaknya (walaupun semuanya kelihatan bagus aja), pokoknya kakaknya itu emang seenak dengkulnya aja. Bandel iya, mesum iya, ngeselin iya, pinter juga iya.
"yaudah lah. Yok, turun. Udah laper banget nih, apalagi abis baca buku. Kayaknya bentar lagi makan siangnya siap" ajak Hidan. Dua bocah tadi saling berpandangan lama lalu kemudian saling mengangguk. Hidan yang merasa heran dengan mereka, berjalan mendekati mereka. "Hey, kalian tidak apa-ap—"
"huuaaa ! Hidan-nii aneh ! omongannya bener !" dua bocah tadi berlarian dan mendorong Hidan sampai jatuh. Sengaja. Lalu mereka kabur dan berlari menuju ruang makan. Sambil berlari mereka tertawa-tawa seperti anak kecil yang biasanya bermain kejar-kejaran dengan temannya.
Hidan yang tadi sudah dalam mode Good Brother : On, langsung berubah menjadi Hidan yang biasanya. Hidan yang ngomong kasar. "eh brengsek. Sini lo bedua, bocah-bocah ngeselin ! awas ya loo..., gue kejar lo. Sampai ketangkep gua mampus lu" kata Hidan sambil mengejar mereka. Sedangkan dua bocah tadi tertawa-tawa menganggap semua ancaman Hidan adalah angin lewat, dan terus berlari menghindari Hidan. Mereka benar menganggap ini adalah sebuah permainan. Dasar bocah.
Deidara yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa sepanci Kari, hampir saja tertabrak Kyuubi yang sedang dikejar Hidan. "ya ampun, Hidan, Kyuubi. Jangan kejar-kejaran di dalam rumah dong un. Nanti kalau ada yang terluka kan bahaya un !" omelnya
"ada apa sih Dei..?" tanya Sasori sambil membawa setengah pasang lusin sendok garpu di tangan kanan dan 6 buah piring di tangan kiri. "taruh aja dahulu karinya. Nanti tumpah.." katanya sambil menata piring dan sendok garpu tadi di meja.
"biasa, Danna. Hidan sama Kyuubi sedang lari-larian di rumah un" jawab Deidara. "ya sudahlah, panggil sja mereka. Makan siang. Aku mau ambil gelas dan minumnya dulu" kata Sasori dan berjalan menuju dapur.
"Kyuu ! Hidan ! Ruru !, ayo makan siang ! un"
"yaa !"
"yeeyy.. Makann~ !"
"duh akhirnya. Gue udah lapar banget nehh"
Anak-anak tadi *termasuk Hidan* duduk dengan damainya di meja makan setelah cuci tangan. Deidara juga sudah duduk di sana. Dia sedang menyiapkan makannya. Sedangkan Sasori sepertinya masih di dapur membuat minuman. Kyuubi celingak-celinguk. "kenapa alat makannya 6 pasang, Ma ? bukannya kita Cuma 5 orang ?" tanya Kyuubi. Bukannya menjawab pertanyaan Kyuubi, Deidara malah hanya tersenyum.
"he ?" Kyuubi heran melihatnya, lalu bertanya pada Hidan. "bang, bang. Itu..., Mama kenapa ya ?" tanyanya. Hidan hanya menaikkan bahunya, tidak tahu.
Tak lama, Sasori kembali dengan membawa minuman kemudian duduk di kursi tunggal yang berada di samping kiri kursi Deidara. Lalu acara makan siang mereka berlangsung dengan tenang. sampai Sasori akhirnya berhenti makan dan berdehem.
"ehem" Sontak semuanya melihat padanya. Lalu dia melihat Hidan, "Hidan, apakah kau menyadari ada yang beda hari ini ?" tanyanya. Hidan terdiam.
"cangkir tehnya. Warnanya baby blue. Biasanya makan siang kita menggunakan yang warna Sunny gold. Baru beli ya, pantesan baru liat." jawab Hidan santai dan meminum tehnya khidmat. Saat dia minum tehnya, tiba-tiba dia tersedak.
"Hidan-nii kenapa ?" tanya Ruru. "dia tersedak, bodoh. Masa gitu saja tidak tahu" sahut Kyuubi.
"Hidan, baik-baik saja ? un" tanya Deidara khawatir. Hidan mengangguk. "ini..., aku baru sadar" gumamnya
"apanya ?" tanya Kyuubi
"kau sudah menyadarinya, Hidan?" tanya Sasori, dan alisnya terangkat. Hidan kembali mengangguk. "ternyata, yang beda dari hari ini adalah...adalahh..."
"Kariku tidak ada kentangnya" sambungnya. Sasori yang berharap jawaban tepat dari Hidan, malah mendapatkan yang tidak penting seperti ini. "iya, itu ! Kariku tidak ada kentangnya. Itulah bedanya ! biasanya aku makan kari dengan kentang !" yakin Hidan menggebu-gebu.
"oh, betulkah un ?" tanya Deidara lalu mengambil piring Hidan, "iya. Aku lupa tadi. Maaf un. Nih, kentangnya" ujarnya lalu mengembalikan piring Hidan setelah mendapatkan kentang
"yup. Ini baru namanya kari.." ujar Hidan sambil melahap karinya dengan nikmat. "Hhmm~, masakan Mama memang paling enak deh~" puji Hidan dan menaikkan ibu jari kirinya. Deidara hanya tersenyum membalasnya.
"Hh…Hidan" ucap Sasori dengan gusar. "maksudku bukan itu~. Duh, kenapa kamu itu bisa dapat predikat Peri termuda yang masuk di divisi pertahanan dan penyerangan sama divisi penyembuhan mistik dan fisik yang persyaratannya tinggi sih ?! mana dibilang peri bertalenta juga. Masa yang kayak gini gak ngerti ?" omelnya sambil memijit pelipisnya yang terasa berat. "heran…"
"duh Papa~, ngiri ya sama anaknya yang ganteng ini ?... kan Papa seharusnya bangga dengan prestasi bertumpuk anaknya yang ganteng ini. Kok malah pening ?" ujar Hidan sambil narsis dikit dan disahut tatapan kesal dari Sasori. "huhh…, iya-iya. Tau kok. Mama udah isi kan ? Mmm.., kira-kira sebulan lebih" tebaknya yakin. Sedangkan Sasori manggut-manggut dengan jawaban Hidan dan kembali duduk. "aku tadi itu Cuma bercanda~" ujarnya lagi sambil menyendok Kari dan memakannya.
"hah ? isi ?maksudnya ?"Tanya Kyuubi Ruru hanya diam namun dilihat dari ekspresinya, dia juga tidak mengerti maksud Hidan.
"Hohoho, Mama dan Papa bikin adek baruuu~" jawab Hidan dengan tawa jahil. "wah, ternyata beneran terkabul. Eh tapi, gimana caranya ?"Tanya Kyuubi lagi makin itu masih polos sebenarnya, tapi yaa.., kepolosannya itu makin sering ngobrol dengan Hidan makin terkikis sedikit demi sedikit. Kalian kira Kyuubi dapat istilah 'incest' dan 'maho' itu darimana dan siapa ?, Hidan kan pasti.
"caranya itu ya, begini. Pertama, Mama dan Papa itu—"
"HIDAN ! JANGAN MENGAJARKAN HAL YANG TIDAK-TIDAK DENGAN KYUUBI !" seru Deidara dan Sasori bersamaan. Hidan hanya nyengir menanggapinya sambil bilang, "ma-ap". Perhatian mereka beralih dari Hidan, ke wajah penasaran dan minta penjelasan dari Kyuubi. ugh, wajah yang sangat polos itu sangat sangat sangat menggemaskan. Kalau saja dia itu anak cowok, udah kupeluk dia sampe puas *woy*
"emm…, Kyuu.." Panggil Deidara kali dia menggigit bibirnya sendiri pelan, gelisah. "eehh..umm, Tadi, Mama dengar Kyuu ada bilang permohonan un. Permohonan apa, sayang?" tanyanya lembut.
"oh, itu. Ginii~, Kyuu kan pernah liat ada bintang jatuh lewat waktu Kyuu lagi liat bintang, terus Kyuu sekalian aja minta permohonan. Iseng aja, eh tapinya malah terkabul" ujarnya sambil memainkan makanannya yang hampir habis. Deidara dan Sasori menatapnya penasaran. "Kyuu.., Kyuu….memohon supaya Kyuu punya adik yang manis. Adik kandung" jawabnya sambil gak enak minta yang hal semacam begituan dengan orang tua. Apalagi ingat apa yang Hidan bilang tadi, beratnya perjuangan hidup matinya orang tua."Eh-T-T-t-t-t-tapi, Kyuu gak maunya secepat ini. Kyuu..Kasihan sama Mama sama papa…" ujarnya lagi.
"Kasihan kenapa ?" Tanya Sasori
"ehh.., Kyuu gak mau Mama nanti kerepotan membawa adik bayi di perut dan mati-matian melahirkan. Kyuu gak mau.." Kyuubi menelan ludahnya sejenak, "mama nanti meninggal karena ngelahirin adeknya Kyuu..." katanya. Dia menggenggam tangannya dan meletakkan begitu saja sendoknya di piring, lalu dia berdiri dan berjalan ke arah Deidara.
"eh, ada apa Kyuu ?" tanya Deidara heran. Tiba-tiba Kyuubi memeluknya begitu saja dan menangis di sana. "Kyuu...Kyuu..Hiks, Kyuu gak mau Mama meninggall ! hueee..." isaknya.
"Aeghh...lutunaaa~" ujar Hidan. Lalu dia mengambil serbet putih di meja dan membersihkan darah yang keluar dari hidungnya dengan benda itu. Wahh.., Hidan mimisan...
Sasori yang jiwa kebapakannya keluar, ikut memeluk mereka. "ush ush ush ush. Sudah Kyuu, jangan menangis lagi. Tenang aja, Mamamu itu akan sama-sama kita terus kok. Kan ada Papa dan Kakakmu ?" katanya sambil mengusap rambut Kyuubi pelan, menenangkan anak itu. "Papa dan kakak akan berusaha sampai mati untuk menjaga Mama. Lagipula, Mama kan juga kuat. Iya kan, Ma ?" tanyanya pada Deidara. Deidara hanya mengangguk dan tersenyum. "iya sayang, tenang saja ya un ?"
Kyuubi menatap kedua orang tuanya itu dengan mata yang masih sembab. Hidungnya juga memerah karena menangis. Kyuubi lalu tersenyum dan menggosok hidungnya yang memerah, "Hm !". setelah itu, Kyuubi kembali ke kursinya dan kembali makan dengan tenang. dia tersenyum pada Ruru, dan Ruru juga membalas senyuman Kyuubi. Anak itu benar-benar senang hari ini. dan Ruru berdoa dalam hatinya supaya kesenangan Kyuubi akan terus berlangsung lama.
"jadi..., adik Kyuu nanti...cowok atau cewek ?"
Drap Drap Drap Drap
Suara derap sepatu kuda yang memecah kesunyian sore hari. Terlihat ada 2 ekor Kuda Hitam dan 2 ekor Kuda cokelat memasuki hutan dimana keluarga kyuubi tinggal. Masing-masing kuda ditunggangi satu orang, dan ada 14 orang lainnya yang ikut mengiringi di belakang dengan berjalan kaki dan mengenakan pakaian serba besi.
"Pangeran muda, apa pangeran yakin menggunakan kuda hitam ? seharusnya seorang pangeran seperti anda menggunakan kuda putih sebagai simbol keluarga bangsawan" tanya salah satu dari yang menunggangi kuda cokelat. Mata ungunya itu terlihat tajam dan awas, sedangkan wajahnya yang datar itu walau sebenarnya dia juga khawatir dengan keselamatan tuannya ini. Yagura, pemuda dengan tubuh kecil ini merupakan salah satu komandan besar di kerajaan Serigala Putih. Dengan tinggi badan 145 dan keahlian bertarung yang diancungi jempol, juga keloyalan yang tinggi terhadap raja, dia dapat dengan mudahnya mendapat kepercayaan untuk menjabat sebagai komandan besar.
Yagura, pemuda pendek tadi melirik rekannya yang juga naik kuda berwarna cokelat, "hey, Sai. Kenapa kau hanya membawa pasukan sedikit seperti ini ? apa kau tidak mengkhawatirkan keselamatan Pangeran muda ?" tanyanya. Dia sedikit curiga dengan rekannya yang selalu tersenyum itu. Walaupun dia tahu kalau pemuda yang memiliki rambut hitam klimis dan iris obsidian itu merupakan rekan belajarnya Pangeran muda mereka, yang juga tergolong orang penting, tapi tetap saja dia akan bersikap tegas kalau yang berhubungan dengan keselamatan Pangerannya.
"Itachi yang memintanya, Yagura" jawab Sai, masih dengan senyumannya. "tapi tetap saja—" Yagura menghentikan ucapannya saat salah satu dari kuda hitam itu berhenti berjalan. Kuda yang berada paling depan itu merupakan kuda yang ditunggangi oleh sang Pangeran muda, Uchiha Itachi. Pangeran muda itu berbalik, "Hhh.., Yagura-san. Saya hanya ingin berjalan-jalan saja di hutan. Tidak perlu banyak pasukan. Juga, seharusnya mereka tidak perlu ikut" ujarnya
"tapi pangeran muda, saya dipercayai oleh raja untuk menjaga anda kemana pun anda pergi. Jadi saya harus selalu siap siaga—" lagi-lagi ucapannya terhenti. Kali ini sang pangeran muda mengangkat tangan kirinya, "pulangkan saja mereka ke istana. Mereka perlu istirahat setelah pulang bertugas. Dan, ini perintah" ujarnya. Yagura tak dapat mengelak dari kata 'perintah'. Jadi dia hanya terdiam menerima perintah pangerannya.
"Sai.." panggil Itachi pada rekan belajarnya. "ya, Itachi" sahutnya. "kau antar pasukan itu kembali ke istana. Sekalian kau juga pulang. Besok pagi aku ingin kau berdebat denganku. Topiknya semua buku deret 300 sampai 500" ujarnya. "aku ingin kau berdebat dengan sportif denganku" katanya lagi.
"baiklah, Itachi. Kalau begitu, aku pergi dulu. Permisi, Yagura, Kakashi-san" ucap Sai, tersenyum. Itachi membalas senyumannya dan kembali meneruskan perjalanan. Dua orang yang disebutkan tadi hanya mengangguk menanggapinya. Oh ya, orang yang menunggangi kuda putih lainnya adalah kakashi-san, Komandan utama dan merupakan pengawal serta pengasuh Itachi. Umur memang masih muda, tapi tetap saja, dia seorang tangan kanan raja. Kemampuannya yang memang luar biasa untuk seumurannya, dan untuk yang terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Dia diangkat atas keinginan
"wah wah, sepertinya Pangeran muda sedang dalam perasaan yang tidak senang ya ?, bagaimana kalau kita batalkan saja jalan-jalannya hari ini dan—" pria berambut perak itu menghentikan ucapannya saat melihat pangeran muda itu menatapnya kesal, lalu dia tersenyum. Walaupun itu tertutup oleh masker hitamnya. "itulah Tuan muda yang kukenal. Seharusnya kau tidak perlu berwajah baik dan bersikap sopan dengan Sai, juga sudah tau peringaimu" ujarnya lagi sambil tersenyum dibalik maskernya itu.
Sang pangeran muda tadi, Itachi, atau lengkapnya Young Prince Uchiha Itachi WhiteBlood, menghela nafasnya panjang. "hhhh..., aku bosan. Aku ingin sedikit hiburan, tapi bukan dalam bentuk berdebat. Well, aku memang menikmatinya. Tapi itu semua membuatku cepat bosan" ujarnya lalu turun dari kuda hitamnya.
"Pa-pangeran muda !" cegah Yagura. Tapi pangeran muda berumur 12 tahun itu mengangkat tangannya lagi,
"aku lelah dengan peraturan kerajaan—maksudku tata kramanya. Terlalu ketat. Yah.., walau tak seketat kerajaan Holyleaf. Aku tidak tahan dengan semua itu. Ayahanda memang Dicipline-freak, gesturnya harus beginilah, begitulah, hhh..." katanya sekalian kritiknya. Dia kelihatannya sedang mengolok-olok ayahnya sendiri yang notabene adalah seorang raja, tapi sebenarnya dia hanya meluapkan uneg-unegnya saja. Sedangkan Kakashi sebagai pengasuhnya hanya tertawa kecil sambil mengangguk-angguk sesekali, membenarkan uneg-unegnya, lain lagi dengan Yagura yang wajahnya sudah seperti melihat hantu. Pucat dan cemas.
"Pa-pa-pangeran muda !, ti-tidak baik berkata seperti itu !" teriak Yagura
"pangeran muda !, jangan berkata seperti itu !" ulang Itachi, "heh" dengusnya. Dia lalu terus berjalan sambil membawa kuda hitamnya itu. Dia memilih kuda itu karena tidak mau dianggap seperti bangsawan. Karena orang-orang terkadang melebih-lebihkan dengan bangsawan. Sampai ada yang bermuka dua. Oleh sebab itu Itachi tidak mau dianggap seperti bangsawan. Dia hanya ingin hidup normal dan sederhana seperti orang lain, yang bebas berlaku semaunya dan tanpa peduli tata krama. Padahal orang lain ingin menjadi seperti dia, hidup mewah di istana. Tapi malah pangeran muda yang memiliki rambut hitam panjang sebahu yang dikuncir kuda longgar ini berpikiran sebaliknya. Dan, heyy.., kau pikir orang biasa itu benar-benar bebas ? kami tidak berlaku yang seperti kau bayangkan Itachi. Orang biasa punya adat istiadat tau. Kadang lebih keras (ngaku dianya orang biasa)
"jadi..., kita mau kemana ? Tuan muda Itachi.." tanya Kakashi juga ikut turun dari kudanya. "jalan kaki terkadang terasa lebih enak daripada berkuda. Duhh~, pantatku rasanya kebas" keluhnya dan melakukan peregangan kecil. Tiba-tiba Yagura menghampirinya dan menarik rambut perak jabriknya. Walaupun pangkatnya lebih tinggi Kakashi, Yagura tak segan-segan dengan orang yang suka bicara seenaknya dan tak tata seperti tadi. "itu adalah bukanlah kalimat yang digunakan oleh seorang komandan besar" geramnya.
Kakashi menatap pemuda seumurannya walau badannya yang menjadi penghalang ke-drajat-annya itu (Yagura sering dianggap anak kecil oleh lawan bertarungnya) tajam. Bukannya kesal, tapi yaa.., melihat orang yang sebenarnya lebih pendek dari kita dari bawah, rasanya menyebalkan bukan ? (Yagura masih naik kuda).
Tanpa A-I-U-E-O lagi Kakashi menurunkan Yagura dari kudanya. "He-hey ! apa yang kau lakukan ? jangan perlakukan aku seperti anak kecil !" teriaknya. Dia menggoyang-goyangkan kakinya selagi Kakashi mengangkatnya, bermaksud menendang wajah Kakashi. Tapi Kakashi langsung menurunkannya setelah menatapnya beberapa saat. Yagura melihatnya heran.
"kenapa ? mau kuangkat lagi ? anak kecil memang suka diangkat yaa..." baru saja tangan Kakashi akan menyentuh pinggang Yagura, pemuda pendek itu mengacungkan pedangnya yang lebih tinggi 15 centi dari tingginya sendiri. "hm..?, baiklahh..." ujarnya dan mengangkat tangannya.
Itachi melirik mereka sebentar lalu kembali menghadap kedepan, "aku tidak tahu mau kemana. Asalkan itu tempat yang menyenangkan, walaupun jauh aku tak peduli. Ayo" ucapnya lalu meninggalkan dua komandan tadi. "Oh ya, Yagura. Kalau kau tak ingin ikut juga tidak apa-apa. Aku bisa saja dengan Kakashi" ujarnya lagi.
"tentu saja saya ikut, pangeran muda" katanya dan menghadap Itachi, lalu kembali menghadap Kakashi yang menepuk-nepuk kudanya. "saya tidak bisa membiarkan anda sendirian dengan pria aneh ini. saya baru mendapatkan informasi bahwa dia ini homoseksual.." ujarnya dan memicingkan mata sembari melirik Pria berambut Jabrik itu. Kakashi mengangkat kedua alisnya, "wah..., kau menguntitku untuk mendapatkan semua informasi tentangku ya ?, duh, maaf ya. Aku sudah punya target" kata Kakashi dan meletakkan tangan kanannya di kepala Yagura dan menggosok-gosoknya. Tapi ditepis secara kasar oleh Yagura, "tch" decaknya.
Itachi tertawa kecil, "Yagura, Kakashi sudah menjadi pengasuhku sejak aku kecil. Sejak bayi malahan. Dan dia sudah kuanggap seperti kakak sendiri. Untuk apa aku cemas dengan orang ini?" tanyanya tak bermaksud bertanya dan menunjuk Kakashi dengan dagunya sambil tersenyum mengejek. "neerrddd~. Lagipula aku juga tahu siapa incerannya, hehe" Kakashi mengangguk-angguk lagi sambil mengiringi Itachi. Meninggalkan Yagura sendiri yang terbengong-bengong sendiri sampai akhirnya sadar dan segera menyusul dua orang tadi.
.
.
.
"Mama ! Papa ! aku pergi main dulu !" seru seorang bocah yang menarik seorang bocah lainnya keluar rumah. Disusul seorang pemuda berambut perak klimis yang berjalan santai mengikuti mereka.
"Ya ! jangan main terlalu sore ya ? jangan jauh-jauh !" sahut ibunya dari dalam rumah. "Hidan juga jagain adek-adeknya ya un !" serunya lagi dan kali ini teriaknya dari jendela.
"yaa.."
"jangan ajak Kyuu sama Ruru main ke hutan dalam lagi un ! bahaya !"
"yaaa..."
"jangan lepasin pandangan dari adek-adekmu un ! jangan biarin dia berenang ke sungai deras ! jangan biarin dia main dekat jurang un !"
"iya iya ah !"
"janga—"
"iya~ !, udah sono beduaan aja sono ngapain kek sama Papa sonoh ! ribut amat" teriak Hidan. Padahal dia baru beberapa langkah dari rumah, tapi setiap langkahnya Mamanya itu selalu peringatin dia jagain dua bocah itu.
Mau gak mau, dibilang begitu membut Deidara, Mama Hidan dan dua bocah tadi memerah wajahnya. Entah malu karena perkataan Hidan tadi atau marah karena anaknya sudah kurang ajar sama dia. Walau bukan anak kandung sih. Kalau kalian yang masih ingat chap 1-nya pasti tau dah.
"jaa~, ikuyo.." pamit Hidan.
"un"
"Abang/Hidan-nii ! ayo cepetan" seru Kyuubi dan Ruru, dua bocah tadi memanggil Hidan. Dan orang yang dipanggil hanya mengangkat dagunya sambil terus berjalan santai. Dan bocah-bocah tadi berlari kembali lalu menarik Hidan untuk jalan lebih cepat, "ayooo buruaan~, katanya mau ngajarin gue nyari batu besi! Ayo buruaann ! nanti kesorean !"
"iyalahh..."
"bibi ! paman ! kami berangkat dulu !" pamit Ruru pada Deidara dan Sasori yang tiba-tiba muncul di samping Deidara. "ya.."
"D-danna ! kapan ada di sini ?" tanya Deidara. "baru saja.." jawab Sasori santai. "masuk yuk. Temenin aku tidur siang gih" kata Sasori sambil mengeluarkan senyum seme—eh, senyum ganteng yang bia bikin siapa aja kelepek-kelepek dan memeluk pinggang Deidara. "U-un.."
"pangeran muda, apakah anda yakin dengan jalan yang anda pilih ini ?" Tanya Yagura ragu.
"hmm, entahlah. Aku juga tidak begitu yakin. Tapi kalau kita tersesat, setidaknya kita bisa membuat peringatan kepada warga untuk tidak ke jalan ini." Jawab Itachi serius sambil terus berjalan memasuki salah satu cabang jalan setapak yang mereka lewati tadi." Itupun kalau kita selamat hehehe.." ujarnya lagi sambil tertawa kecil. Kakashi yang berada di sampingnya ikut tertawa.
"T-tapi Pangeran muda !, seharusnya anda tak perlu berkorban hanya untuk mengetahui jalan-jalan setapak yang tak tau keadaannya demi Rakyat anda !. Anda adalah seorang pewaris tahta yang akan menggantikan Ayahanda raja. Biarkan para prajurit yang akan menyelubungi hutan in—"
"Yagura, apa pantas jika seseorang yang dihormati begitu saja tanpa adanya perjuangan ?apa pantas seseorang mendapatkan penghargaan tanpa adanya kerja keras dan pengorbanan ? apa pantas seorang pemimpin yang seharusnya mengabdikan dirinya untuk rakyat, mengorbankan rakyat lainnya untuk menggantikannya tanpa ada sebab ?" Tanya Itachi. Dia berhenti berjalan dan berdiri membelakangi Yagura sambil terus bertanya.
"untuk apa Mozart bisa terus mempelajari music hingga menyebabkan dia tuli ? yang akhirnya dengan hasil pembelajarannya mengenai music itu, kita bisa mendengarkan alunan-alunan nada yang indah, music yang menawan. Itu memerlukan pengorbanan" Yagura mendengarkan dalam diam perkataan pangeran mudanya itu. "juga dengan Aviceina yang menemukan semua rumusan obat-obatan. Columbus yang menemukan benua Amerika,Darwin yang menemukan teori revolusi, dan banyak lagi orang-orang yang telah menemukan penemuan hebat. Mereka menemukan itu juga melakukan pengorbanan kan ?" Tanya Itachi
"itu benar sekali, pangeran Muda. Tapi seharusnya Anda tidak perlu ikut berkorban—"
"Hahh.., kau itu kolot sekali Yagura." Hela Itachi. Lalu dia menoleh pada Kakashi, pengasuhnya yang kini sedang tersenyum entah karna apa. Padahal dia mengenakan masker."Kakashi tolong urusi dia" perintahnya.
"baiklah, Tuan muda"
Kakashi yang masih senyum-senyum dan menghampirinya itu, entah kenapa membuat perasaan Yagura tidak dia tetap menjaga wajah Pokernya dan terus waspada. "Ugh.."
Ughh…untuk apa Pangeran Muda percaya dengan homoseksual seperti dia ini ?apa dia tidak khawatir ? Eh tapi, Pangeran Muda sudah diasuh Kakashi sejak kecil, berarti Kakashi pernah melakukan sesuatu hal yang Kurang ajar pada Pangeran Muda ?!AAahhh ! tidak-tidak-tidak !
Aku yakin pangeran Muda masih aman. Soalnya Kakashi kalau ketahuan melakukan hal-hal kurang ajar pada pangeran muda pasti dia dijagal atau diseret dengan kuda keliling kerajaan sampai jantungnya lepas !, tapi kalau Kakashi benar melakukan itu, berarti dia..
Yagura terlalu sibuk berfikir sampai tidak sadar kalau Kakashi sudah ada di depannya."ada apa Yagura ? kau terlihat takut…" Tanya Kakashi tepat di wajah Yagura. "UUwwaah ! Paedofil !" teriak Yagura sampai dia terjatuh dari Kuda. Kakashi dan Itachi heran melihatnya tiba-tiba berteriak dan jatuh begitu. Itu bukanlah karakter Yagura samasekali..
"Yagura, kau baik-baik saja ?"Tanya Itachi dan Kakashi menjulurkan tangannya untuk membantu, tapi lagi-lagi tangan itu wajib ditepis kasar oleh tangan mungil Yagura. "saya baik-baik saja, Pangeran Muda. Tak usah khawatirkan saya" ujarnya."Maafkan Hamba karena telah lengah" ucapnya dan menunduk dengan telapak kanan di pundak kiri dan tangan kiri di lutut kiri.
"siapa yang mengkhawatirkanmu ? itu hanya sebuah keformalitasan" ujarnya, lalu kembali berjalan menuruni bukit kecil melewati jalan setapak yang sepertinya sering dilewati. Tapi kalau dilihat-lihat lagi dari jejaknya, jalan ini hanya beberapa orang saja yang melewatinya. Pangeran muda itu berhenti sejenak dan melirik pemuda berambut Honeydew ini "Sebenarnya… Kakashi-lah yang khawatir, Yagura"
Perkataan itu membuat Yagura mendongak dan menatap punggung pangeran Muda itu dengan telinga yang memerah.
AAaaa ! Apaan sih Pangeran Muda ini ?!, inginnya Yagura segera berteriak begitu. Tapi dia sadar diri dan mengontrol dirinya. "Hahh…" Pangeran Muda hanya ingin bercanda denganku
"Puhh.."
"U-uwaaaahh !"Yagura kembali berteriak saat seseorang meniup belakang telinganya. Dia lalu menoleh, "Ka-kakashi !ngapain sih ?!" bentaknya sambil memegangi tengkuknya
"telingamu merah. Kupikir aku bisa mendinginkannya dengan ?" Tanya Kakashi. Orang ini tidak pernah menyerah untuk bertanya dengan Yagura walaupun diacuhkan. Yagura hanya diam membalasnya, masih dengan memegang tengkuk. Wajahnya terlihat lucu walau sedang kesal. Lagi-lagi Kakashi tersenyum, dan menepuk kepalanya.
"kau itu manis sekali yaa...apalagi kalau marah. Hahaha !"
"jaga perkataanmu !"
"hey, jangan berisik..."
Dua komandan muda yang akan kembali beradu mulut itu terhenti saat pangeran muda mereka menoleh dan menyuruh mereka lebih tenang. "baik, Tuan Muda/Pangeran Muda" ucap mereka bersamaan. Lalu mereka mengikuti Itachi yang mengendap-endap sambil melihat sesuatu dibalik semak. Mereka terkejut saat melihat dua bocah sedang bermain air di sungai dangkal. Yang satunya berambut pirang kemerahan dan satunya pirang. Mereka bermain dengan riangnya sampai tidak menyadari bahwa ada 3 orang asing yang sedang melihat mereka.
"Pa-pangeran muda.., ada apa ?" bisik Yagura. "mereka hanya dua bocah yang sedang bermain kan" ujarnya lagi.
"tidak. Hanya saja.., aku merasa tertarik." Jawab Itachi. Dia tidak bisa berhenti tersenyum melihat dua orang tadi. Walau senyum kecil, tapi Kakashi dan Yagura sadar kalau pangeran muda itu sedang tertarik terhadap apa yang dilihatnya. Mereka bertahan untuk beberapa saat di sana, sampai Iachi kembali membuka suara.
"ayo kita melihatnya lebih dekat" Itachi beranjak dari jongkoknya dan mundur secara perlahan. Dua komandan beda tinggi itu juga mengikutinya. Tapi secara tidak sengaja Itachi menginjak ranting kayu dan menyebabkan dua orang bocah tadi menengok ke sumber suara.
"siapa di sana ?" tanya yang berambut pirang. "heh, siapa lo ?! beraninya ngintip !, kalo lo jantan keluar ! jangan jadi pengecut, sialan !" bentak yang pirang kemerahan.
Sunyi.
"bagaimana ini Pangeran mudaaa...?" lirih Yagura, dia memberanikan diri untuk melihat wajah pangeran mudanya itu. Tapi ternyata pangeran mudanya itu tengah tersenyum cerah!.
Apa yang dipikirkan oleh Pangeran muda ? kok dia sampai tersenyum begitu. Padahal kata-kata tadi kasar, kok—Oh !, iya, betul juga !. bocah pirang kemerahan itu sudah berani kurang ajar dengan Pangeran muda. Akan ku hukum dia—
"heheheh..." perdebatan alam sadar Yagura saat mendengar Itachi terkekeh. Bahu pangeran muda itu sampai terguncang karena menahan tawanya. Dia menutupi wajahnya dengan telapak tangan. "hehehehe.."
"ada apa pangeran Muda ? apa sesuatu hal yang lucu ?" tanya Yagura penasaran. Itachi menatapnya lalu tertawa lagi. "ada apa pangeran Muda ?" ulangnya semakin penasaran. Itachi berhenti tertawa dan mulai mengatur nafasnya supaya lebih tenang.
Bukannya menjawab pertanyaan Yagura, Itachi malah berdiri dan membalas bocah-bocah tadi. Ia masih tersenyum. "Aah, maaf. Kami hanyalah pengembara yang kebetulan lewat di jalan ini tadi lalu kami tertidur karena kelelahan."Ucapnya bohong. "maafkan kami jika kami mengganggu Anda berdua.." ujarnya lagi sambil membungkuk sopan.
Bukannya membalas membungkuk, bocah berambut pirang kemerahan tadi malah mendecih dan sangat tidak sopan, apalagi dihadapan seorang Pangeran. Bisa mendapatkan hukuman karena dia tidak mengetahui orang itu adalah anggota kerajaan, jadi hukumannya juga bukannya kesal, malah dia semakin tertarik dengan bocah enak jadi orang biasa dan polos, bahkan seorang pangeran sepertiku dia tidak .
"karena inilah Pangeran muda, saya bilang jangan dilepas jubah kerajaan anda. Minimal lambang kerajaan Anda atau pakaian yang orang bangsawan anda terlalu biasa" ujar Yagura dan berusaha memasangkan jubah hitam merah dengan rantai kecil di depannya yang dikaitkan dengan sebuah bros berbentuk lingkaran yang serigala kembar perak saling berbelakangan. Ada pahatan tulisan dalam bahasa Rusia yang berarti 'Dua Ksatria yang bersatu pada satu hati, melahirkan semangat bertempur bagai seekor serigala putih'. Jubah tadi dilepaskan Itachi saat mereka mulai masuk ingin merasakan sejuknya udara sekarang dia hanya mengenakan kemeja putih rapi dengan rompi berwarna krem beserta dasi berbentuk serbet putih yang diikat (kraf atau apalah itu kalo gak salah namanya), juga celana dan sepatu pantofel hitam.
Cucok.
"hh.., terserahlah" sahut Itachi.
Bocah pirang satunya yang sekilas melihat lambang serigala perak itu, kaget dan mengguncang-guncang punya si bocah songong tadi. "ck, apaan si ?" tanyanya, dan bocah pirang itu membisikkan sesuatu padanya hingga membuatnya sedikit terkaget.
Itachi yang telah selesai mengenakan jubah—walau dipaksa—melirik dua bocah tadi. "ehem" dehemnya, membuat dua bocah yang asik berbisik itu menoleh padanya. "ada apa ? kalian jadi melihatku seperti hantu saja.." tanyanya
"aa..tidak-tidak-tidak. Kami tidak tahu kalau anda adalah seorang bangsawan. Maafkan kelancangan teman saya tadi" ujar bocah pirang tadi gelalapan dan membungkuk, dia menarik kepala bocah pirang lainnya untuk ikut membungkuk. "Kyuu.., ayo membungkuk !" bisiknya
"heh ! aku tidak akan menunduk pada orang lain kecuali orang tuaku. Dan kau, tidak bisa memerintahku. Termasuk lo ! Ruru.." ujar Kyuubi, bocah songong berambut pirang kemerahan bocah pirang satunya malah memucat dan memasang wajah cemas. "maafkan teman saya, Tuan. Dia memang kurang ajar !. Maafkan dia !" ucapnya sambil menunduk meminta maaf. Kyuubi tidak mengelak atau marah karena disebut kurang ajar. Karena menurutny memang begitu adanya.
"ahahaha.., tidak apa-apa. Kami juga yang salah. Oh ya, boleh saya tau nama kalian berdua ?" tanya Itachi sembari sedikit membungkuk dan menadahkan tangannya ke arah dua bocah tadi. "Oh, maafkan saya. Sebelumnya izinkan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu, sesuai dengan tata krama."ujarnya lalu meletakkan tangan kanannya di dada kiri, "nama saya—"
"A-a-a-a-a-a-a~, tidak. Berhenti di sana. Untuk apa kau mengenalkan diri ? toh kau juga akan pergi kan ?" sela Kyuubi, si bocah songong tadi. Itachi kembali tersenyum, "ini hanya tata krama" jawabnya.
"huh."
"boleh saya lanjutkan lagi ?" tanya Itachi. Tapi melihat tidak adanya respon balik, jadi dia ingin melanjutkan lagi. Tapi baru saja dia membuka mulutnya, mata dengan iris hitam legam miliknya menangkap sebuah cahaya berwarna ungu terang yang melesat cepat melewatinya dan sekarang menuju ke arah bocah songong tadi.
Bhooftt !
Itachi terkejut melihat Cahaya ungu tadi berubah menjadi seorang pemuda berambut putih dan mengenakan atasan berwarna ungu.
"Kyuu-chhaaaannnn !"
"Ap—"
"Hidan-nii ! Kyuu ! awas—"
Byuurr !
"Kyuu...Hidan-nii..., kalian baik-baik saja ?" tanya Ruru, mendekat kepada dua orang yang tercebur sungai tadi. Wajahnya terlihat sedikit cemas karena melihat temannya yang songong tadi membentur batu kali. Sedangkan seorang lainnya yang menabrak tadi mengapung di air dengan mulut terbuka.
Itachi dan dua pengawalnya mendekat dan memperhatikan dua orang yang baru saja bertabrakan tadi. Dengan segera dia memerintahkan Yagura untuk mengeluarkan peralatan untuk membantu mereka. "kalian baik-baik saja ? apa kalian terbentur sesuatu ?" tanya Itachi.
"ughh..." pemuda yang menabrak tadi sadar dan segera bangkit sambil memegangi kepalanya, "My head..." gumamnya. Rambut putih klimisnya menjadi acak-acakan dan basah, sampai menutupi sebagian wajahnya.
"Dddduhh..., sshh.."
Seseorang yang tak jauh darinya juga siuman dari pingsan singkatnya. Rambut pirang kemerahan acak-acakannya, basah karena air. Pandangannya masih buram karena terbentur batu kali. Pakaiannya juga basah sampai memperlihatkan lekuk tubuh ideal dan indahnya.
"sialan lo, bang. Ngapain si pake berubah di depan gue..." geramnya.
"Kyuu ! Kyuu kamu gak papa kan ?! kepalamu gak papa kan ?! berdarah ? luka ? memar ?" tanya Ruru beruntun. Anak itu memang terkadang kelihatan gentlenya. Cowoknya berasa gitu. Mata kuningnya dan pupil berbentuk oval miliknya yang biasanya terlihat sangat Kawaii itu, sekarang terlihat sangat tajam dan Kakkoii. Sedangkan Kyuubi hanya terdiam sambil memejamkan matanya. Kepalanya terlalu berat untuk terbuka.
"hoyy..hoyy. Kyuu doang ? gua gimana nih ? bokong gua sakit abis kena batu tau..." ujar pemuda berambut putih tadi. Dia membetulkan rambutnya dengan menyisirnya ke belakang. Sekarang terlihat mata ungu kemerahannya yang terlihat baddas itu. Dia masih duduk di sungai dengan bertumpukan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menggaruk pinggangnya yang juga sedikit sakit.
"itu salah Hidan-nii sendiri karena menabrak Kyuu sampai begini." Jawab Ruru cepat dan menatap Hidan, pemuda berambut putih tadi. Sampai pemuda tadi terpana melihat tatapan matanya yang begitu menusuk. Dia lalu tersenyum dan mendengus, "kalo udah begini kejadiannya, pangkat kakak gue bisa jatuh ke Ruru nih.." ujarnya sambil berusaha bangkit.
Kakashi yang sedari tadi masih memikirkan apa yang baru saja terjadi, baru saja tersadar. "Eh ?..., mau bantuan ?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya pada pemuda tadi. "Yo. Thanks.." ujar pemuda itu dan menerima ulurannya.
"bagaimana Yagura, peralatannya sudah siap ?" tanya Itachi. Dia mendekati Ruru yang mendekap Kyuubi yang masih kurang sadar. "sini, biar saya membantu" tawarnya dan melepaskan jubahnya yang tak kurang dari beberapa saat yang lalu baru dipasangnya itu dan memasangkannya pada Kyuubi.
"dia kedinginan. Angin sore memang akhir-akhir ini menjadi dingin. Yagura, ambilkan aku kain hangat !" soraknya. Ruru agak heran juga dengan orang satu ini. bukan siapa-siapanya, apa urusannya, baru ketemu juga tadi. Kok pedulinya sampai begitu ?, kakaknya sendiri saja santai saja.
"Baik, pangeran Muda !"
"Yagura !"
"hah..? pangeran muda ? Anda.., Anda seorang pangeran ?!" tanya Ruru panik. Sedari tadi dia memang merasa ragu kalau ketiga orang tadi itu hanya bangsawan yang sedang mengembara. Dilihat dari jubahnya tadi, itu pasti jubah kerajaan yang besar dan berpengaruh. Tapi, rasanya tidak mungkin kalau berpergian lama tapi hanya membawa peralatan sepentingnya saja, dan hanya membawa kuda biasa pula. Kalau bangsawan yang berpergian kan biasanya membawa kereta minimal untuk tempat barang-barangnya. Jadi mungkin mereka ini dari kerajaan sekitar sini.
Itachi menatap Ruru yang melihat mereka ragu, lalu dia menghela nafas. "Haah.., ya sudahlah. Sudah terlanjur ketahuan. Yagura, mana kain hangatnya ?" tanya Itachi pada Yagura. Yagura yang tadi menunduk karena takut dimarahi, mendongak dan menatap Pangeran mudanya itu seolah tidak percaya. "apalagi yang kau tunggu ?"
"pangeran muda tidak marah kepada saya ?" tanyanya hati-hati
"tidak. Untuk apa. Sudahlah, mana kain hangat yang aku minta tadi ? kau membawanya kan ?" kata Itachi. Dia memang tidak mudah marah, ramah, dan bersikap adil ke semua orang. Tanpa pandang kasta. Kecuali untuk orang-orang penjilat. Dia akan bersikap sebaliknya dengan mereka.
"b-baik, pangeran muda ! segera !"
"kakashi.." panggil Itachi. "tolong kau siapkan kuda, kita akan pergi" ujarnya lagi.
"siap, tuan muda"
"pergi ? kalian mau kemana ?!" tanya Ruru pada Itachi. Pangeran muda itu pun menoleh, "tunjukan kami arah jalan pulang ke rumahmu. Temanmu yang menyebalkan ini harus ditolong secepatnya" jawabnya dengan nada yang serius. Ruru pun mengangguk patuh.
"ya ampun..., dia kan mintanya ke rumah lo, Ruru. Kenapa lo giring mereka ke rumah kami ?" tanya Hidan saat di perjalanan. Ruru hanya melirik sekilas dan menjawab, "kan Hidan-nii tau aku tidurnya di dalam gua. Nanti kasihan Kyuu-nya"
"iya juga sih.."
"kau tidurnya di gua ?" tanya Itachi penasaran "bagaimana bisa ?"
"bisalah. Aku kan rubah. Biasa saja" jawab Ruru enteng. Tapi Ruru menyadari kalau Itachi masih menatapnya kebingungan, melanjutkan jawabannya "hh.., aku sebenarnya bukan manusia. Aku itu siluman, siluman rubah" ujarnya lagi.
"..., kok...bisa ?" tanyanya lagi.
"entahlah. Terjadi begitu saja" Ruru tidak meneruskan penjelasannya karena dia sendiri juga bingung bagaimana menjelaskannya. Nanti kalau aku sudah tau bagaimana bisa siluman berubah jadi manusia, akan kujelaskan. Atau mungkin dia bisa mencari tau sendiri, batin Ruru.
Suasana menjadi sepi selama di perjalanan. Masing-masing sibuk dengan gadget—eh, maksudnya dengan pikirannya sendiri. Setibanya di rumah SasoDei (kan BoNyok-nya mereka, jadi ini rumah mereka kan ?), Deidara sudah menyambut mereka dengan raut panik.
"ada apa dengan Kyuu, Hidan ? Ruru ?" tanyanya cemas.
"Kyuu tadi kecebur, bibi" jawab Ruru
"kenapa bisa kecebur ?!" Ruru tidak langsung menjawab pertanyaan bibi Dei, dan melirik ke arah Hidan—si pelaku penceburan Kyuubi ke sungai di saat air sedang dingin. Berharap kalau Hidan akan merasa bersalah, minimal memasang raut wajah sperti itu ?, woho..sepertinya harapan anda tidak diterima. Karena sang pelaku sedang duduk santai di atas batang kayu yang tak jauh dari halaman sambil ngupil. Dimana letak rasa kebersalahannyaaa ?!—" tadi dia terpeleset bibi. Sepertinya ada lumut di batu yang dipijak Kyuubi sewaktu kami bermain di pinggir sungai" jawabnya bohong dan menyalahkan lumut.
"aduhh..., gimana sih. Kan sudah bibi bilang hati-hati kalau main.." dengan sigap Deidara menyiapkan alas tidur di ruang tamu untuk Kyuubi, "sini un. Tidurin dia di sini" katanya. Itachi yang masih menggendong Kyuubi mengangguk dan meletakkan tubuh yang diselimuti dengan mantelnya itu dengan hati-hati.
"dia masih kedinginan. Tolong ambilkan selimut lagi dan siapkan air hangat juga kain" pinta Itachi.
"baiklah. Tunggu sebentar un.." Deidara kembali ke dapur untuk mengambil air hangat dan Ruru mengambil selimut di ruang peralatan. Bagaimana dengan Hidan ?, dia sudah berinisiatif sendiri untuk kembali ke kamarnya dan mengganti pakaiannya sekaligus pakaian Kyuubi. Seenggaknya dia masih punya kesadaran untuk menolong, kan ?
"ini selimutnya" ujar Ruru tak berapa lama kemudian sambil menyerahkan selimut berwarna peach hangat. "terima kasih" balas Itachi dan langsung menyelimutkannya pada Kyuubi. "juga..." Ruru melirik pada Hidan yang memegang sebuah pakaian kering.
"dia harus diganti bajunya. Kalau tidak, dia akan kena Flu" ujar Hidan. Itachi mengangguk dan akan menerima baju itu, tapi Ruru menghentikan tangannya. "ada apa ?" tanyanya
Ruru terlihat kebingungan, "eh..bagaimana ya ? uhh..., eh maksudku, biar...biar aku saja yang menggantikan bajunya. Iya, itu..aku saja hehe" Itachi heran dengan sikap Ruru yang mencurigakan, lalu dia mendengus geli. "memangnya kenapa ? toh, kami sama-sama laki-laki" ujarnya
"tapi bukan—bukan itu maksudnya..."
"lalu maksudnya apa ?" Ruru semakin bingung untuk menjelaskannya. Dia berpikir kalau orang ini tidak mengerti atau apa, Kyuubi itu kan perempuan. Masa yang menggantikan bajunya laki-laki sih ! mana baru kenal.
"maksudku—"
"maksud bocah ini, biar kami saja yang keluarga untuk menggantikan baju Kyuubi. Duh..., mikir gak sih" sahut Hidan dan bersiap mengangkat Kyuubi, tapi dia merasakan sesuatu di punggungnya.
"berbicaralah dengan sopan kepada Pangeran muda" tekan Yagura. Dia mengarahkan pedang yng lebih tinggi 15 cm darinya itu ke arah Hidan. Hidan hanya melirik santai dan mengerling, "duhh..., alot banget sih jadi orang. Pantes aja tinggi cuman segitu. Kekikis tata krama" sindir Hidan. Panas mendengarnya, Yagura semakin mengarahkannya dan mendekatkan pedangnya itu ke Hidan "apa kau bilang..., kau jangan main-main denganku" geramnya
"ada apa ini ribut-ribut un ?" tanya Deidara sambil membawa wadah berisi air hangat dan sebuah kain kecil kemudian meletakkannya di samping kepala Kyuubi. "lho ? ini kenapa Kyuu-nya belum diganti bajunya ? kasihan dia nanti flu un..." ujarnya. "sini bajunya un. Biar aku saja yang menggantikannya"
Baru saja Deidara akan membuka baju Kyuubi, dia kembali berbalik menghadap para laki-laki tulen di rumahnya itu (Dei kan semacam metamorfosis kupu-kupu. Yang bisa berubah gender disaat puber), "heh ! kalian keluar sana !" teriaknya. Sontak saja para laki-laki tulen tadi berlari pontang-panting karena takut akan semburan nafas api—eh, maksudnya omelan Deidara. Kecuali Hidan.
Sebenarnya yang takut itu Cuma Ruru karena dia yang paling berpengalaman melihat ganasnya amarah bibi Deidara diantara mereka semua. Sedangkan Itachi lari karena ditarik oleh kakashi yang membopong Yagura—yang orangnya juga ngamuk-ngamuk minta diturunkan.
"hei.., bibi tadi itu emosian sekali" ujar Yagura ketika mereka menunggu di bawah pohon rindang yang berada di depan rumah SasoDei. Hidan melirik sekilas dan mendengus, "begitulah. Biasa. Orang hamil muda" katanya.
Itachi terkejut mendengarnya, "betulkah itu ?, ibu ku juga sedang mengandung adikku" ujarnya riang. "wah..., sepertinya adikku akan mempunyai teman nanti" ujarnya lagi
Hidan hanya melirik tanpa menyahutinya. Lalu berbalik pada Kakashi yang duduknya paling dekat dengannya, "hey, sebenarnya kalian itu darimana sih ?". pemuda 17 tahun dengan rambut perak jabrik—kontras dengan Hidan yang klimis—menatapnya sejenak dan menjawab , " dari kerajaan".
"oh ya..? untuk apa ke sini ?"
"hanya menuruti keinginan Tuan Muda"
"hooo..." Hidan berbalik dan melompat ke dahan terendah, kemudian bergelantungan di dahan itu. "Tuan muda yang mana ? yang perak atau yang hitam ?" tanyanya lagi. "yang hitam"jawab Kakashi, kemudian dia mendengus geli, "Kalo yang perak itu rekanku".
Hidan tertegun sebentar, "hee...,ku kira sepupunya atau apa. Nyatanya—puhhhft, pendek" ejeknya. "eh tapi tunggu sbentar, tadi gua sempet denge kalo kalian itu bangsawan. Tapi tidak mengatakan bangsawan mana" ujarnya.
"lalu ?"
"jadi lo dari kerajaan mana ?" tanya Hidan.
"itu.., kami dari—"
"Kakashi. Saatnya pulang. Hari sudah semakin gelap. Aku tidak ingin kehilangan kepercayaan dari Yang Mulia" potong Yagura. Kakashi yang tadi ingin menjawab pertanyaan Hidan, tidak jadi menjawab. "Hhh.., Yare-yare. Baiklah, karena ini sudah waktunya pulang, jadi...kapan-kapan akan ku jawab. Itu kalau kita bertemu kembali" ujar Kakashi.
"oke, lagipula gua juga gak terlalu ngarepin jawabanmu. Iseng nanya aja" kata Hidan. "kalau begitu, Jaa, sampai bertemu lagi" ujarnya lagi.
"ya. Titip salam untuk adik dan orang tuamu" kata Kakashi. "sip" sahut Hidan sambil menaikan ibu jarinya. Kakashi membalasnya dengan meletakkan dua jari—telunjuk dan jari tengah di pelipis, kemudian menurunkannya lagi. "ciao"
"sok akrab sekali" komentar Yagura dengan sinis. Kakashi hanya mendengus geli mendengarnya. "sirik ?"
"GAK"
"hahahaha.."
"apa yang kau tertawakan, Hah ?" heran Yagura.
"tidak ada" jawab Kakashi. "Tuan muda saatnya pulang" ujar Kakashi. Itachi dan Ruru yang sedang asik berbincang, terhenti begitu saja saat Kakashi mengatakan 'pulang'.
"sekarang ?" ulang Itachi. "sekarang Tuan Muda. Atau kalau Anda ingin mendengarkan ceramah Yang Mulia Raja". Itachi merengut begitu saja mengingat betapa membosankannya mendengarkan ceramah dari ayahnya itu. Kadang sampai lupa waktu. Dia mendecih mengingatnya, "lebih baik aku pulang", kemudian dia kembali berbalik pada Ruru, "sampai jumpa lagi" ucapnya sambil tersenyum.
"ya, sampai jumpa lagi" balas Ruru juga balas tersenyum. tiba-tiba dia teringat sesuatu, "Oh ! jugaa..., sekalian maafkan kelakuan temanku tadi ya !" ujarnya sambil membungkuk. Itachi kembali tersenyum, "lupakanlah..., sampaikan salamku padanya juga ya"
"tenang saja !" ujar Ruru dan meletakkan ibu jarinya di dada sebelah kanan yang berarti 'serahkan saja padaku'.
setelah itu, Itachi, Kakashi, dan Yagura kembali ke kerajaan mereka. dengan harapan bisa kembali bertemu, mereka kembali ke kehidupan mereka masing-masing. tanpa saling mengetahui asal-usul kehidupan mereka yang sebenarnya dan saling menyembunyikan identitas. baik itu untuk Privasi, ataupun untuk keselamatan jiwa seseorang.
Arrghhh ! enough ! enough ! enough !
Sasori : ada apa lagi sih ?
Arika : aku lelah. jadwalku padat. pikiranku menumpuk. peer bertebarannnn. terutama kombinasi angka dengan huruf itu sangat memusingkaann !
Kyuubi : heh, bilang aja gak bisa n gak ngerti
Arika : ember.
sudahlah, aku tidak terlalu banyak cincong kali ini. karena aku juga sibuk. ini minggu benar-benar sibukk. okelah, saya tunggu review kaliannn. semoga kalian tidak terlalu kecewa untuk fanfic kali ini (berarti kecewa dong *hooh*). untuk sekedar cuplikan untuk chap depan, aku udah rencanain. untuk chap berikutnya, itu kita back ke 9-10 tahun yang lalu. masa-masa di mana Kyuubi diurus oleh 3 peri gak becus (hei). dan buat kalian yang nanya-nanya mulu kenapa Dei jadi CEWEK dan KENAPA BISA HAMIl ?!, itu chap depaannn. okeh ?! sip.
BALASAN REVIEW :
yuichi :
d tunggu lanjutanya ya...
Arika : ini sudah mba'eee. masih nunggu kannnn ?
hueee... siapa pasangan suami istri misterius itu, un? #digaplok deidara
dan kemana peran itachi, un?
Arika : uumm.., siapa ya ? siapa yaa ? kasih tau gak yaaaa ? #kick mereka itu tetangga baru saya hwaahahaha #emberegul
Kyuubi : jiah, korban iklan dianya
Hidan : Emeseyuuu..
Arika : Bahrelway.., Bahrelwayy... *CUT !*
dan kemana peran Itachi ? di sini dia hampir full kan ? gimana ? PUAS ?!
akbar123
keren... Lanjut senpai :D
Arika : oke, gimana Kouhai ? masih keren gak ? (ciee...yg dipanggil senpai)
Kyuubi : baru gitu doang seneng.
Arika : Kyuuboi jahat Ah !
Kainaru Aikorinchapter 2 . Jun 12
Salam kenal.
Ini itafemkyuu ya? Eheheh, awalnya sih ngira kyuu nya cowo. Terus, dei nya kan cowok ya. Dan dia pregnant. Si dei ini ngalamin m-preg atau ngerubah diri jadi cewe? Mengingat statusnya dia yg seorang fairy? Yosh, semangat ne!
Arika : hooh, iyaloh ! aku jga pengennya Kyuu-nya cowok. tapi yaa...aku pengen segera bertobatt...
Kyuubi : itu HOAXX !
Arika : dan.., Dei cowok, tapi Hemdong. M-PREG ?!...emmm.., chap depan deh yaa
Kyuubi : Modus.
Arika : itu bukan Modus, tapi trik.
minae cutechapter 2 . Jun 10
Kyuubi tomboy ya,, bahkan melebihi cowok..
Hidan jadi kakak? Lucu juga..
Itu yang terakhir MinaKushi ya?
Arika : iya. kan aku sukanya Kyuu Cowok. jadi sekali bikin cewek, tetep kecowok-cowok-an.
Kyuubi : sekali suka yaoi tetep suka selamanya yaa..
Arika : ih, nggak dong. aku masih suka cowok ! contohnya kamyuuu..
Kyuubi : *muntah*
Hidan jadi kakak lucu ?, oh...aku juga mikir yang sama. dia itu masuk list sebagai salah-satu 'Abang favorit'ku. dia itu emanggg...Okeh. iya kan bang ?
Hidan : yoi brohh !
yang terakhir itu siapa yaaa ? coba tebaakkk...
Ahn Ryuuki
hoo..
ternyata MinaKushi masih hidup..
Mina gak jadi 'Dark', dan Kushi hidup lagi.?
Naruto malah jadi Ruru, si Rubah.,
dan, hei, kapan Dei-chan berubah jadi cewek.? bahkan Dei-chan lagi hamil muda.!? (Anak Sasori.! Kyaaaa.!)
ini cerita GaJe kenapa makin GaJe.?
katanya bakalan ketemu Itachi, tapi ini belum..
Arika : duuhh..jangn spoiler dungg.. kan aku authornya. kalo udh ketebak duluan kan gak seru jadinya...
Kyuubi : tadi katanya suruh tebak !
Naruto malah jadi Ruru ?, oh bukaann. Ruru dengan Naruto itu beda. ingat gak waktu Hidan bilang "mata kuningmu itu sangat blablabla-lupa saya",
nah ! Naru itu kan Biruuu Mba'eee
Hellooo~, Dei jadi cewek kenapanya itu chap depannn..., lagi hemdong tuh. doa'in anaknya cakep yee. trus ntar kupajang di dinding kamar(lu kira boneka !)
Sasori : anak gueee...
ini cerita GAJEHHHH ?! Apaaah ?! (jeng jeng jeng jeng jenggg...), makasih. banyak yang bilang gitu kok. termasuk BF ku sendiri. dan ini smekain gaje, berarti aku sudah berhasil meningkatkan skill-ku.
ini udah ada Itachinya kan ?
Yehhh..., THX yang udh mau ngereview lagi... and jgn kecewa yaa.., dan jgan nyesel udha ngereview sayaaa...