Seme VS Seme chapter 3

By: yanz

Masashi Kishimoto

Enjoy it

-Sasuke POV-

"Tadaima..." sapaku saat masuk ke apartement, kulonggarkan dasiku saat berdiri di depan kaca.

Terlihat dari pantulan cermin Naruto memakan ice cream sambil menatapku nakal, tapi dia tetap berbaring disana. "Okaeri.." ucapnya sambil tersenyum.

"Well masalah apa yang kau buat hari ini?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya.

"Yaampun Teme, hanya hal negative yang ada di pikiranmu. Yaa aku hanya berkeliling sekitar sini menghilangkan bosan."

Aku tersenyum sinis, "Bertemu hal yang menarik?"

"Lumayan, banyak cowok mulus disini..." ucapnya sambil menjilat sendok ice cream rasa jeruk itu.

Aku hanya diam dan kembali berbalik ke arah kaca. Dia mendekat, memeluk pinggangku dari belakang, "Kau terlihat lelah bekerja seharian, mau aku mandikan?" godanya. Dia asik memainkan lidahnya di kupingku.

"Tidak, hmm bagaimana kalau kita berjalan-jalan ke Sentosa Island? Kau butuh jalan-jalan kan karena tiga hari lagi kau mulai bekerja."

Naruto membalik tubuhku, memeluk dan bergelayut manja, "Yeah.. Aku memang mau berkeliling hanya saja kau terlihat lelah, lebih baik kita berbaring di atas kasur, saling bermanja dan berbagi cerita."

"Im fine, kita bisa bercerita di jalan."

"Teme, kau sangat pengertian dan rela berkorban waktu demiku."

Aku menjentik hidungnya, "Tak usah drama..."

Kami pun tertawa.

Setelah sampai di mall Vivo City dengan menggunakan mobilku rupanya Naruto tidak langsung tertarik ke tempat tujuan awal.

Matanya itu loh, selalu lapar. Tidak bisa lihat makanan sedikit langsung nanya dengan udiknya, "Itu apaan Teme? Kayanya enak... Beli yook ayook beli!" yaa ngerengek seperti anak kecil dan sukses menjadi pusat perhatian.

Dengan susah payah plus kekuatan ekstra menyeret keinginan Naruto yang selalu makan akhirnya aku singgah untuk beli cemilan sebentar, setelah itu lanjut ke Sentosa Broadwalk.. Yaah aku rasa jalur itu cukup bijak kami lalui, secara Naruto masih baru disini pasti dia ingin melihat banyak pemandangan secara detil.

Kalau naik kereta ekpress terlalu instan, lagi pula mahal.

Melewati Sentosa Broadwalk cukup membayar 1$

Well, boardwalk tidak membuat kami jalan kaki dalam artian sesungguhnya karena seperti halnya di bandara atau di stasiun-stasiun MRT, di sana juga disediakan travelator di bagian tengah pedistriannya. Dan, tak usah takut kepanasan, kehujanan atau kena badai halilintar karena sepanjang atap boardwalk tertutup manis dengan kanopi.

Yeah aku menikmati ekspresi manis Naruto yang bermacam-macam, kadang menganga kagum, menunjuk sana-sini, berteriak heboh sambil berjingkrak-jingkrak jika ada hal yang menarik.

Aku hanya geleng-geleng heran sambil menahan malu.

Sampai tujuan, mata kami disuguhi dengan view di kanan-kiri yang sangat indah, yakni berupa pemandangan pelabuhan dengan suasana pedistrian yang cozy, genangan air yang tenang, tanaman-tanaman berwarna-warni, dan yang keren adalah itu boardwalk serasa cuma kami berdua yang punya. Entah apa karena hari itu hari kerja atau emang saking jarangnya ada orang yang memilih jalur ini karena lama, cukup memakan waktu yaitu setengah jam.

Sampai di tulisan Sentosa Naruto pun kembali udik, melenyerahkan kameranya kepadaku sambil merengek, "Foto dong foto! Keren nih... Biar mereka yang di Konoha percaya aku benar-benar ke Singapore!" ucapnya riang gembira dengan wajah yang terlalu ceria.

Sedangkan aku hanya memasang muka masam seperti ini -_-

Klik...

Jalan beberapa langkah dari pintu masuk, kami langsung menemukan icon-nya Univerrsal Studio, yaitu bola dunia besar yang berputar-putar.

Lagi-lagi Naruto udik sambil teriak histeris, "Aaarghh ini kan! ini kan! Fotoin aku lagi Teme! Aku sering liat nih icon di TV TV, sumpah keren banget!"

Ok Klik.. lagi.

Lelah berdiri dan berjalan aku pun memutuskan menaiki kereta ekspres yang merupakan fasilitas gratis di Sentosa Island ini.

Yeah begitulah, berkeliling, berfoto-foto di merlion raksasa, air terjun, taman air dan terakhir kami makan malam.

Tidak puas membuat Naruto heboh, aku masih ingin menunjukkannya wahana I fly yang sangat keren itu, wahana di mana seseorang bisa ngerasain menyelami langit di dalam tabung tertutup yang tekanan udaranya sudah disesuaikan dengan ketinggian di atas langit. Jadi bisa melayang-layang di udara gitu lah.

Aku tertawa-tawa melihat wajah gembira Naruto yang menyayuhkan tangannya kesana kemari layaknya orang berenang, sesekali dia nakal mendekatiku sambil memelukku walau aku tendang hingga dia melayang tak jelas kesana kemari.

Dan terakhir... Cable car, yeah kami naik sebuah tempat yang berjalan di atas udara dengan penahan kabel, apa ya namanya kalau di Konoha? Eumm sejenis kereta gantung lah..

Disini kami bisa melihat Indahnya pemandangan malam gemerlapan Singapore di atas ketinggian.

Kami duduk berhadapan dengan wajah yang mengarah ke jendela kaca, "Indah kan, Dobe?"

"Fantastik!" teriaknya girang, dia langsung menggenggam tanganku. "Thanks buat semuanya, Teme.." mendadak dia kembali melankolis.

Aku langsung menarik tanganku dan meletakkan tanganku di jendela.

"Teme.. Bukannya dulu zaman di bangku pendidikan kau bilang dirimu itu nakal?" tanya Naruto antusias sambil menatapku lekat.

Aku pun memalingkan wajah menghadap ke arahnya, "Yeah.. Sangat malah... Mengerjai guru/dosen, rektor, teman-teman, menggunakan pistol bius, bahan-bahan kimia..."

Naruto meletakkan tangannya di pahaku, aku langsung mendelik, "Tapi yang aku lihat sekarang seorang Sasuke yang tenang, bertanggung jawab dan menyenangkan." ucap Naruto tersenyum tulus.
wajahku memerah saat dia memanggil nama panggilanku, bukan 'Teme' ataupun 'Uchiha'.

Aku tersenyum pahit, "Aku hanya berusaha serius, hidupku terlalu banyak bermain-main dan aku lelah. Masalah yang menimpa membuatku semakin lelah sehingga aku ingin melakukan yang terbaik dan menyeselesaikan tugasku satu persatu.."

Naruto tertawa gelak, "Kau serius? Bagaimana dengan hubungan kita? Memangnya apa itu serius bagimu? Kau ingin membawaku ke pelaminan?"

Aku tertawa getir mendengar pertanyaan Naruto, aku tak perlu berpikir lama untuk menjawabnya karena sebelum menjalani semua ini aku sudah pikirkan matang-matang, "Pernikahan, siapa yang tau kan? Yang aku lakukan hanya menjalani apa yang ada di hadapanku dengan benar dan lakukan yang terbaik. Mungkin ini terdengar basi, tapi aku ingin menjagamu."

Naruto mengusap dagunya, "Kita baru kenal, bagaimana kau yakin jika aku orang yang tepat untuk kau jaga? Bagaimana jika aku penipu?"

Aku menatap datar ke arahnya kemudian tersenyum tipis, "Aku tak perduli, bukankah aku sudah memilihmu. Singkatnya waktu perkenalan kita tak bisa menjadi patokan apakah hubungan ini gagal atau berhasil. Nyatanya aku dan Neji yang lima tahun saja gagal, aku hanya ingin menjalaninya.. Haha.." aku tertawa lirih dengan mata yang berkaca-kaca, dengan cepat aku menunduk.

Naruto menarik daguku dan mengecup singkat bibirku, terdengar dia mendesis untuk menyuruhku diam sejenak. Kami saling melumat secara perlahan. aku senang, sikap Naruto yang awalnya sangat agresif menggebu-gebu akhirnya mulai melunak, terasa dari gaya ciumannya yang sensual namun lebih berperasaan. Aku meremas bahunya sedangkan dia meremas pinggangku, aku menguatkan hisapan dan ciuman kami semakin panas hingga akhirnya Naruto yang kehabisan nafas melepaskan ciuman.

Kami masih terdiam dengan wajah yang berdekatan, hidung kami bergesekan, sesekali aku kembali mengecup bibir basahnya, melepaskannya kemudian kembali mengecupnya. Naruto tertawa singkat kemudian menahan leherku untuk menciumnya lebih dalam.

Aku yang merasakan mulai panas langsung melepaskan ciuman, tak lucu kan aku harus berjalan dengan gundukan besar di depan celanaku nantinya.

Naruto tertawa dan mengecup pipiku gemas, "Aku punya satu pertanyaan.."

"Apa?" aku menaikkan satu alisku.

"Apakah kau mencintaiku?" tanyanya dengan tatapan serius.

Aku terdiam sejenak kemudian tertawa, "Aah drama king, haruskah kau menanyakan itu?"

"Jawab saja!"

"Well, apa sih cinta? Aku tak mengerti. Kau ada untukku, dan aku ada untukmu."

Naruto kembali tertawa, "Hahaha kau itu lucu sekali, maksudku ada kah jantungmu berbedar kencang atau kau mendadak merinding di dekatku."

Aku mengangkat bahu, "Jantungku selalu berdetak, karena aku masih hidup. Yeah.. Aku merinding jika melihatmu telanjang bulat."

Mendadak Naruto membuang muka, menatap jendela, "Dengan kata lain, kau hanya nafsu denganku?"

Kugenggam tangannya, "Aku mengerti arah pembicaraan ini, maaf jika aku seolah tak mau menjawab. Honestly aku tak mencintaimu. Kau tau hidupku selama dua tahun ini? Aku bekerja pagi sampai sore, malam hari aku fitness, pulang terus tidur. Terus terulang setiap harinya, flat.. Tak ada rasa, tak ada gairah. Suatu hari aku berkeinginan, ketika aku pulang kerja ada seseorang yang menyambutku, membuatku merasa nyaman disini, membuatku semangat bekerja agar segera pulang, aku bisa tersenyum memandang orang itu karena aku tau dia pilihanku."

"Astaga Teme..." desis Naruto menatapku.

"Kenapa?"

"Apakah aku orang itu?"

"Tentu, kenapa tidak?"

Naruto mengerutkan kening, "Selama dua tahun kau sendiri? Hei bro.. Apa kau sadar kau tampan, sexy, mapan dan pintar. Kualitas sepertimu bisa dapatkan siapapun yang kau mau."

"Tak ada yang kumau." ucapku dingin, Naruto membuat percakapan ini menjadi rumit.

"Lalu aku?"

"Kau kan yang menginginkanku, aku membutuhkan orang yang menginginkanku terlebih dahulu."

Naruto tertawa, "Di luar sana banyak yang menginginkanmu! Wake up!"

"Kau ingin membuatku meyakinkan bahwa kau berarti buatku? Tak usah segeer itu, kau sama saja seperti yang lain. Yang membuatmu berbeda, kau to the point dan berani. Yang lain kebanyakan memberi kode tanpa bertindak, hanya menunggu aku yang bertindak lebih dahulu. No, aku tak membutuhkan mereka. Dari dulu aku bukan type agresif yang selalu mengejar orang, beberapa kali aku pacaran pun karena pasanganku yang menembakku."

Naruto mengangguk, "Sayang, akhirnya aku mengerti. Tak salah aku melakukannya waktu itu."

"Berhenti memanggilku sayang!" ketusku.

"Hahaha kau menggemaskan! Lalu bagaimana dengan kebutuhan biologismu? Tidakkah kau mencari pelampiasan? Sekedar one night stand?"

"Aku lebih memilih onani dari pada menjadi penjahat kelamin."

Naruto langsung memanyunkan bibirnya dan menatapku dengan wajah masam. Tapi kemudian tersenyum lebar, "Kau terlihat rumit, ternyata sangat simple."

-

Tengah malam menjelang pagi akhirnya kami sampai juga ke parkiran mall untuk mengambil mobilku, Naruto terlihat sangat lelah sehingga saat masuk dalam mobil pun dia memakai sabuk pengaman kemudian langsung menyandarkan kepalanya di bahuku. Terlihat dia memejamkan mata.

Aku memiringkan kepala sedikit untuk mengecup bibir ranumnya yang membuatku candu. Kemudian menyalakan mobil.

Perjalanan ke apartement cukup jauh, terasa mataku juga sangat berat. Aku sangat ngantuk.

Sampai di jalanan yang agak sepi aku melajukan mobilku lebih kencang agar aku cepat sampai namun mendadak ada cahaya mobil di depanku menyilaukan mata. Mobil di depan ugal-ugalan!

Kami akan tabrakan namun dengan cepat aku banting setir..

BRUUUUUKK!

BERSAMBUNG

Luangkan beberapa detikmu untuk mengetik review, reviewnya sangat berarti n_n