The Half Vampire by AK

Naruto by Masashi Kishimoto

.

maaf nggak Kuu edit. dan cuman dikit.

Chapter 7

.

.

Sinar mentari pagi sudah menyinari hampir sebagian besar kamar bernuansa biru langit tersebut, namun sang penghuni kamar sama sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda akan bangun. Naruto masih asik bergelung dengan selimut rubahnya, membenamkan seluruh tubuhnya didalam selimut kesayangannya tersebut.

"Naruto… bangun…" sebagai seorang tunangan yang baik, Itachi rela membangunkan Naruto berulang kali. Dengan sabar, sang pangeran terus berada disisi putri tidur tersebut dan membangunkannya. Dan seperti serita asli putri tidur, Itachipun mengecup bibir mungil Naruto dengan lembut untuk membangunkannya. Dan, berhasil!

"ngg… Tachi? Ohayo…" Naruto mendudukan dirinya yang masih bergelung dengan selimut, mnegusak pelan sebelah matanya dengan rambut yang masih berantakan.

"ohayo, Hime-chan... bagaimana tidurnya? Nyenyak?" Itachi dengan telaten membenahi letak selimut Naruto dan merapikan rambut acak-acakan kekasih hatinya tersebut.

"uhum… nyenyak sekali…" mendengar jawaban Naruto membuat Itachi tersenyum kecil. Tanpa ia sangka, Naruto bergelayut manja di lehernya dan memberikan sebuah kecuoan manis di pipi kirinya. Mtentu saja hal tersebut membuat si pemilik surai raven ini senang bukan main.

"morning kiss, eh?" godanya. Sedangkan Naruto hanya tersenyum riang menanggapi godaan Itachi.

"dasar…" Itachi balas memeluk tubuh ramping Naruto dan mengankat gadis tersebut untuk duduk dipangkuannya. Ia menyatukan kening mereka dan menatap dalam ke manik blue sapphire milik Naruto.

"kamu mulai manja ya?"

"nggak kok..."

"lalu apa, hum? Tapi aku senang kamu hanya manja padaku…" Naruto tersenyum manis dan mengeratkan pelukannya di leher Itachi.

"kalian ingin sarapan bersama atau tidak?" suara bariton dan datar dari Sasuke akhirnya mengiterupsi kegiatan Itachi dan Naruto.

"ah, nii-chan? Tentu saja. Tunggu sebentar.." Naruto mendorong Itachi pelan dan bergegas menuju kamar mandi, meinggalkan Itachi dan Sasuke.

"kalau mau bermesraan, jangan lupa tutup pintunya."

"kenapa? Apa kau cemburu, adikku?" sahut Itachi, Sasuke hanya mendecih tidak suka dan pergi meninggalkan kamar Naruto tersebut. Itachi hanya menatap punggung Sasuke sampai menghilang di balik pintu kamar.

"maaf Sasuke, untuk kali ini, aku tidak mau mengalah darimu. Naruto adalah milikku" kalim Itachi atas Naruto. Meski terlihat diam, ternyata Uchiha Sulung ini sangat posesif terhadap miliknya.

.

.

.

Waktu berlalu, Naruto akhirnya bisa kembali bekerja di rumah sakit. Sejak kejadian Naruto yang tiba-tiba pingsan itu, Itachi memutuskan untuk mengantar jemput kekasihnya ini. Ia tidak mau Naruto pulang bersama Sasuke, Itachi terlalu takut kalau-kalau Naruto sampai jatuh hati pada Sasuke. Naruto yang diantar jemput Itachi, terlihat senang. Siapa yang tidak senang kalau setiap bekerja selalu diantar jemput orang yang dicintai? Seperti saat ini.

"kalau ada apa-apa, segera hubungi aku. Mengerti?" pesan Itachi saat keduannya kini sudah ada di depan rumah sakit.

"iya, iyaa… kamu udah mengulangi kalimat itu untuk yang kesepuluh kalinya Tachi…" Naruto merasa gemas dengan sikap khawatir Itachi yang berlebihan.

"apa aku nggak boleh menghawatirkan calon istriku?"

"tentu saja boleh. Tapi kan dirumah sakit ini ada Sasuke nii-chan juga. Jadi kamu nggak perlu terlalu cemas Tachi. Aku yakin aku akan baik-baik saja kok." Naruto memeluk lengan Itachi dan menyandarkan kepalanya di bahu sang kekasih.

"Naruto… kamu tau kan kalau Sasuke itu suka padamu? Aku hanya nggak suka berbagi dirimu dengannya. Kamu hanya milikku." Tegas Itachi, membuat wajah Naruto mau tidak mau merona merah. Jantungnya pun berdegup dengan cepat.

"dasar posesif!" seru Naruto, dibuat sekesal mungkin. Meskipun hal itu sama sekali tidak berhasil. Karena Itachi tau kalau Naruto juga mencintainya. Itachi dengan berani, mengecup bibir mungil Naruto yang mengerucut sebal itu. Membuat si empunya terbelalak kaget.

"apa yang kau-"

"apa? Bukankah itu hal yang wajar?" mendengar penuturan Itachi yang disertai seringaian itu, membuat Naruto bungkam dan memilih mengalihkan wajahnya yang sudah semerah apel tersebut, tidak mau beradu pandang dengan sang kekasih.

"sudah sana masuk." Naruto yang merasa seperti diusir oleh Itachipun hanya mendecih pelan dan segera meraih gagang pintu mobil disebelahnya.

"aku mencintaimu sayang.." lanjut Itachi yang membuat gerakan Naruto terhenti sejenak, lalu tanpa menoleh sedikitpun, ia segera membuka pintu tersebut dan keluar dari mobil Itachi.

Itachi tersenyum senang mendapati reaksi dari gadis tercintanya ini. Meskipun Naruto sama sekali tidak menoleh dan tidak membalas ungkapannya tadi, tapi Itachi tahu kalau Naruto juga mencintainya, terbukti dari rona merah yang sempat Itachi lihat tadi. Setelah memastikan gadisnya tersebut memasuki rumah sakit itu, Itachi segera melajukan mobilnya menuju ke perusahaan.

.

.

.

Ino terlihat sangat senang hari ini, gadis bersurai irang pucat itu tengah menenteng sebuah tas kecil berisi undangan pernikahannya untuk ketiga temannya. Saat perjalanan menuju ke ruang praktiknya, Ino tidak sengaja bertemu dengan Naruto yang sepertinya baru selesai bertugas.

"Naru-chan.." panggil Ino. Gadis tersebut menghampiri Naruto dengan sedkit tergopoh.

"ada apa Ino?"

"ahh… untung bertemu denganmu disini... ini aku ada sesuatu untukmu. Datang ya... ajak kekasihmu juga.." Ino mengerlingkan sebelah matanya dan berlalu pergi setelah menyerahkan undangan tersebut ketangan Naruto.

Dengan sedikit gemetar, Naruto membuka udangan tersebut. Gadis keturunan Uzumaki ini berusaha untuk mengendalikan emosinya, dia tidak mau terbayang-bayang masa lalu terus. Meskipun untuk hal itu, membutuhkan usaha yang benar-benar keras. Sekarang saja tubuhnya melemas, dan hampir saja terjatuh, kalau saja tidak ada Menma dan Shisui.

"ada apa?" tanya Menma, Naruto diam.

" kau baik-baik saja?" kini giliran Shisui yang bertanya, namun sekali lagi, tidak ada respon dari Naruto. Tunangan Itachi tersebut hanya diam dan sedikit gemetar. Menma dan Shisui hanya menatap diam pada Naruto yang masih bersandar pada keduannya, menunggu gadis pirang ini memulihkan diri.

"aku nggak apa. Makasih..." meskipun masih sedikit gemetar, Naruto berusaha untuk berdiri sendiri. Ternyata traumannya memang sedikit sulit untuk ia kendalikan.

"kau yakin?" Naruto mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Menma. Kedua vampire tersebut membantu Naruto untuk duduk dibangku terdekat.

"baiklah, kalau ada apa-apa, panggil kami." sekali lagi Naruto mengangguk. Sedetik kemudian, Menma dan Shisui menghilang dari hadapan Naruto. Datang tidak diminta, pergipun seenaknya. Naruto menatap udangan berwarna kuning pucat itu sejenak. Dia ingin sekali datang kepernikahan temannya, tapi dia juga takut untuk bertemu dengan orang itu lagi.

"aku harus bagaimana...?" lirihnya, genggamannya di undangan tersebut mengerat. Seperti mengerti kegundahan hati sang kekasih, Itachi menghubungi Naruto saat itu juga.

"halo?"

"Tachi? Ada apa?" sedikit heran, karena Itachi menelponnya disaat jam tugas seperti ini.

"apa aku nggak boleh menghubungi kekasihku, hm?"

"bukan begitu maksudku... dasar..." perlahan, mood Naruto kembali lagi. Semuanya berkat Itachi.

"aku merindukanmu, Hime... apa kamu juga merindukanku?"

"dasar tukang rayu.. menyebalkan." Entah kenapa, mendengar rayuan Itachi saja sudah membuat wajah Naruto merah merona.

"hahaha, itu hanya berlaku padamu saja, sayang..."

"humph!"

"jadi... kenapa tadi terdengar lesu, ada masalah?" tanya Itachi. Naruto tertegun sejenak. Apakah mungkin, kalau seorang mate dapat merasakan kegundahan hati pasangannya?

"uhm... sebenarnya... ada."

"apa itu? Mau bercerita?"

"aku mendapat undangan dari temanku. Dia teman baikku..."

"lalu?"

"uhmm... aku, aku bingung Tachi... calon suami temanku itu... Sai." Itachi terdiam senjenak.

"jadi, kamu nggak akan datang?"

"tapi... dia temanku, aku nggak mungkin nggak datang..."

"lalu?"

"aku, harus bagaimana?" Naruto meremat ujung roknya.

"kalau begitu, datang saja. Aku akan menemanimu. Aku pasti menjagamu Naru.." mendengar jawaban dari Itachi, membuat hati Naruto menghangat. Dia memiliki Itachi sekarang, jadi apa salahnya kalau ia datang ke pesta pernikahan itu?

"uhm. . baiklah..."

"tenang saja Naru. Kalau ada apa-apa, Menma dan Shisui pasti akan membantu kita." Naruto mengangguk kecil, meskipun Itachi tidak dapat melihatnya saat ini.

"nah, kamu pulang jam berapa hari ini?"

"uhm... jadwalku hanya sampai jam 5 sore ini."

"berarti dua jam lagi ya? Baiklah aku akan menjemputmu. Jadi, jangan pulang dulu ya..."

"memangnya pekerjaanmu bisa ditinggal? Nggak sibuk?"

"kalau untukmu, tidak pernah ada kata sibuk, sayang." Lagi-lagi Itachi merayunya. Yah, meskipun ia sering dirayu oleh kekasihnya ini, tapi tetap saja, wajahnya tidak pernah berhenti merona.

"uhh.. dasar perayu ulung..." sungutnya lagi. mendengar nada merajuk dari calon istrinya ini membuat tawa Itachi pecah. Putra sulung dari Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto ini benar-benar sangat senang mendapat reaksi Naruto yang sesuai dengan harapannya.

"perayu memang, tapi perayu pribadi milik Uchiha Naruto seorang..." dan untuk sekian kalinya, rona merah suka rela menghiasi wajah cantik Naruto. Bagaimana Naruto bisa lepas dari jerat Itachi, kalau setiap saat Itachi selalu membuat jantungnya berolah raga?

"Tachi... terima kasih..." ucapnya lirih, dia benar-benar berterima kasih atas segala hal yang telah Itachi lakukan untuknya.

"Everything for you, my love" balas Itachi. Naruto tersenyum kecil. Lalu mematikan sambungan telepon tersebut. Hatinya kini terasa lebih ringan, ia harus berusaha untuk melupakan masa lalunya, dan bergerak maju. Memikirkan hal positif dari undangan pernikahan yang ada ditangannya ini. Gadis bersurai pirang ini kembali bertugas.

.

.

.

Pesta pernikahan Ino akan digelar satu jam lagi, dan kini Naruto sedang berdiri didepan lemari bajunya. Handukpun masih melilit tubuhnya yang baru keluar dari kamar mandi. Ia baru sadar kalau dirinya sama sekali tidak memiliki gaun pesta.

"jadi... aku harus pakai apa dong?" tanyanya pada udara kosong. Naruto kembali mengobrak abrik isi lemarinya, mencari baju yang pantas untuk mendatangi pesta pernikahan sahabatnya. Saking seriusnya, Naruto sampai tidak menyadari akan kehadiran Itachi yang kini berdiri dibelakangnya.

"mencari sesuatu?" suara berat yang sangat ia kenali membuat Naruto segera menoleh kebelakang dan memekik kaget.

"Itachi..!"

"ya, sayang?" sahutnya dengan santai, sama sekali tidak memperdulikan delikan sebal dari belahan jiwanya ini. Malah dengan beraninya, Itachi memeluk tubuh Naruto dan mendaratkan kecupan ringan dibahu telanjang Naruto, lalu menghirup aroma citrus yang menguar kuat dari tubuh kekasihnya ini.

"hmmh.. kamu wangi..." ucapnya, tidak memperdulikan wajah Naruto yang sudah memerah malu.

"lepaskan, Tachi..." meskipun berat, Itachi tetap menuruti keinginan kekasihnya. Dia melepaskan pelukannya dan menarik Naruto menuju tempat tidur gadis tersebut, dimana diatas tempat tidur berukurang King tersebut sudah terletak sebuah kota berwarna biru muda.

"apa itu?"

"buka saja." Dengan sebelah tangan, Naruto membuka kota tersebut, dan terlihatlah sebuah gaun dengan warna soft pink yang terlihat halus dan lembut. Naruto mengambil gaun tersebut dan mengepasnya didepan tubuhnya.

"ini untukku?" anggukan Itachi menjadi jawaban dari pertanyaan Naruto.

"pakailah..."

"uhm..." Naruto membawa gaun tersebut kedepan lemari. Kini gadis bersurai pirang ini mengambil satu set pakaian dalam, tapi sejenak kemudian ia diam membatu.

"ada apa sayang?"

"kenapa kamu masih disini?"

"tentu saja menunggumu..."

"keluar sana.. aku mau ganti baju." Usir Naruto, tapi Itachi masih bergeming di tempat.

"kenapa? Kalau mau ganti, ya ganti saja."

"Tachi... keluar. Aku nggak mau kamu melihatku ganti baju, dasar mesum." Semprot Naruto, wajahnya kini kembali merona. Itachi terkekeh melihat reaksi yang ditunjukan Naruto.

"iya, iya... kalau begitu, dandanlah yang cantik. Aku tunggu dibawah.." sebelum Naruto melemparkan sebuah pakaian yang ada dilemari tersebut, Itachi terlebih dulu melenggang pergi. Ahh... betapa senangnya ia menggoda sang kekasih hati.

.

.

.

Pesta pernikahan Ino dan Sai berlangsung sangat meriah, keduanya terlihat serasi dan bahagia, terutama Ino. Wanita bersurai pirang pucat ini terlihat begitu cantik dan memukau mengenakan gaun pengantin berwarna putih gading. Rambutnya yang memang panjang dihias dan di tata sedemikian rupa hingga terlihat manis. Siapapun pasti menginginkan dandanan yang sempurna dihari pernikahannya. Dan hal itu juga tidak jauh beda dengan Naruto.

Gadis yang bersanding di samping kiri Uchiha Itachi ini terpaku menatap penampilan sahabatnya. Ingin sekali rasanya di pernikahannya nanti, ia berpenampilan secantik mungkin. Setidaknya jangan sampai dia mempermalukan nama keluarga Uchiha. Itachi sadar saat Naruto terus memperhatikan setiap detail dekorasi ruangan dan riasan pengantin, bukan hal aneh karena seminggu lagi ia dan gadis di sampingnya ini akan menikah.

"kamu inginkan pesta pernikahan kita yang seperti ini?" tanya Itachi, berbisik tepat didepan telinga kekasihnya. Pernikahan Ino dan Sai berlatar belakang putih gading yang terlihat elegan juga sakral. Bahkan disetiap sudut ruangan tersebut berhiaskan bungan mawar putih, tulip putih, tsubaki putih dan masih ada beberapa bunga lainnya yang bernuansa putih.

"uhm... aku hanya terkesan dengan pilihan dekorasi pernikahan mereka... kalau mengingat siapa suami Ino..." ucap Naruto lirih diakhir kalimatnya.

"sayang... apapun yang terjadi, aku akan selalu melindungimu. Jangan khawatir, oke?" sembari menyatukan kedua kening mereka, Itachi menatap lurus jauh kedalam kedua manik biru cerah milik sang kekasih. Meyakinkan Naruto untuk percaya pada komitmen dan kata-katanya. Seulas senyum kecil, terlihat diwajah manis bermake-up tipis tersebut.

"kupikir, dia pasti sudah berpaling darimu, kalau nggak, maka nggak mungkin Sai menikahi Ino, bukan?" meskipun masih ada sedikit keraguan dihatinya, tapi Naruto percaya dengan apa yang dikatakan oleh Itachi. Bagaimanapun, ia harus bisa terlepas dari bayangan masa lalunya, dan mulai berpikiran positif.

Itachi meraih tangan Naruto dan menggenggamnya kedalam tangannya sendiri, yang dibalas oleh si pirang dengan senang hati. Setelah yakin kekasihnya sudah memantapkan hatinya, Itachi membawa Naruto menuju ke arah dimana Sai dan Ino tengah menerima ucapan selamat dari para tamu undangan. Saat mendekati tempat berdirinya kedua pengantin tersebut, Itachi dapat melihat adiknya yang ditarik oleh gadis bersurai pink.

"selamat ya Ino... akhirnya diantara kita berempat, kau duluan yang sudah menikah..." ucap Sakura yang memeluk Ino dan mengecup pipi sahabatnya tersebut sayang.

"Sai... awas kau kalau sampai membuat Ino-pig menangis, kuhajar nanti." Ancam Sakura yang sudah mengeluarkan kepalan tangannya, disambut tawa riang dari beberapa tamu yang ada disana, bahkan ada Hinata dan Neji yang ikut tersenyum menanggapi, kecuali Sasuke tentu saja.

"Ino... selamat atas pernikahanmu ya..." ucap Naruto, setenang mungkin, gadis ini memeluk Ino sejenak sebelum menyalami Sai. Entah datang dari mana keberanian yang ada didalam dirinya. Mungkinkah dari tangan yang bertaut dengan tangannya saat ini?

"selamat atas pernikahan kalian... semoga bahagia selalu..." Itachi menyalami Ino dan menatap Sai datar saat mengetahui pemuda bersurai raven dari keluarganya tersebut memperhatikan Naruto. Itachi belum bisa bernafas lega meskipun ia dapat melihat pancaran kesalahan dikedua bola mata Sai.

"wah, wah... terima kasih Itachi-san... kupikir sebentar lagi kalian akan menyusul kami..." ucap Ino mulai menggoda pasangan Itachi dan Naruto

"aah... aku hampir lupa. Berarti sebentar lagi kita akan menghadiri pesta lagi? sepertinya aku nggak punya uang lagi untuk memberikan Naru-chan hadiah..." timpal Sakura yang ikut-ikut menggoda Naruto dan Itachi.

"bukankah Naru-chan akan lebih senang kalau kita memberinya kupon makan ramen gratis?" Hinatapun ikut menyahuti candaan Sakura dan Ino, mengahsilkan tawa yang kembali pecah. Sedangkan yang menjadi objek kejahilan ketiga gadis tersebut malah terlihat tidak begitu terusik. Justru senang saat mendengar akan mendapatkan kupon makan gratis makanan kesukaannya dulu.

"kalian... aku masih sanggup untuk memberikan kupon gratis untuk calon istriku ini..." sahut Itachi, memeluk pinggang Naruto dengan mesra. Menggumbar keintiman keduannya di depan umum. Dua pasang mata memperhatikan gerakan Itachi dengan ekspresi yang berbeda-beda. Sepasang menatapnya datar dan dingin, sedangkan sepasang lagi terlihat lega dan rela untuk melepaskan sang gadis ke tangan pemuda bersurai raven yang masih ada hubungan kekerabatan dengannya.

.

.

.

Pesta berakhir tengah malam, sedangkan Naruto dan Itachi sudah meninggalkan pesta tersebut dua jam yang lalu, kini keduanya berada didalam kamar milik Naruto di kediaman Uchiha. Menikmati waktu berdua mereka dengan duduk berdampingan dengan tangan yang saling bertautan.

"apakah kamu merasa lega sekarang?"

"uhm... kuharap Sai benar-benar mencintai Ino. Aku nggak mau melihat Ino bersedih nantinya."

"hmm.. tapi aku sangat bersyukur karena kini bayang-bayang gelap Sai yang akan merebutmu dariku, sudah bisa kutepis meski sedikit."

"uhmm... Tachi, apa kau akan menolong Ino jika Sai berbuat macam-macam?" tanya Naruto, ia memeluk lengan Itachi yang kini berada di pinggangnya.

"apapun akan kulakukan demi gadisku ini... kau mau minta apapun, pasti aku akan mengabulkannya. Asal jangan memintaku untuk meninggalkanmu ataupun berpisah darimu." Mendengar ucapan Itachi yang tulus, membuat wajah Naruto merona seketika.

"dasar perayu...!"

"aku bukan perayu sayang... itulah kenyataannya..." sahut Itachi santai. Bahkan pemuda bersurai hitam tersebut dengan mudah mengangkat tubuh ramping gadisnya dan mendudukan Naruto diatas pangkuannya, kemudian memeluknya dengan erat.

"aku sangat, sangat mencintaimu. Semua yang ada didalam dirimu. Kekurangan dan kelebihan yang kau miliki, bahkan kelemahanmulah yang sudah menjerat hatiku sampai aku nggak bisa lepas lagi..." dengan wajah yang semakin merona, Naruto mengembungkan pipinya dan bersungut kecil,

"kau benar-benar perayu ulung, Tachi! Sok romantis... humph!" dengan gemas, Itachi mengecup bibir Naruto yang saat ini tengan mem-pout-kan pipi dan bibirnya dengan lucu.

"aku perayu ulung yang hanya bekerja exclusive untuk Nyoya Uchiha Naruto. Lelaki romantis milik Naruto seorang..." goda Itachi, yang kini menenggelamkan kepalanya keceruk leher Naruto. Hatinya senang karena bisa membuat Naruto merona seperti itu. Bahkan detak jantung sang gadispun terdengar merdu di telinga Itachi. Pemuda ini sangat bersyukur karena Tuhan mau membantu mahkluk seperti dirinya untuk mendapatkan Naruto.

.

.

.

.

.

To be continued...

No coment deh... #nyengirkuda

Paypay…