Disclaimer : SM Entertainment

Warning : AU, OOC, GS, Straight-Yaoi, Incest, Lime-Lemon, NC, Threesome, PWP

Kris x Fem!Luhan x Sehun

_Love My Siblings_

Sehun membuka pintu rumah yang diyakininya kosong. Tentu saja, ini hari selasa, masih jam 2 siang. Kakak sulungnya tentu saja masih di kantor, atau sudah berada di kantor lagi setelah jam makan siang, sementara kakak perempuannya mungkin masih di pesawat, baru pulang dari Osaka, setelah pemotretan untuk edisi akhir musim semi salah satu majalah terkenal di Korea.

"Haah, bosannya…" keluhnya. Seharusnya dia masih ada di kampus hingga jam 4 sore nanti untuk presentasi. Namun entah mengapa dosennya di jam terakhir ini tidak hadir, jadi dia dan teman-temannya memutuskan untuk pulang atau melakukan hal lain di luar kampus saja.

Ia memasuki kamarnya dan melemparkan tasnya di kasur, sementara dirinya menuju ke jendela kamarnya dan membukanya, membuat ruangan yang lumayan luas itu terang oleh cahaya matahari.

Lama dia berdiri di sana, sembari menikmati pemandangan kebun belakang rumahnya yang hari minggu kemarin baru saja dibersihkan dan ditata oleh tukang kebunnya yang memang biasanya datang tiap 2 hari sekitar jam 9 untuk merawat kebun di rumah ini, pikirannya mulai melayang ke kejadian beberapa minggu lalu. Kejadian dimana dia dan kakaknya berhubungan intim untuk pertama kali di kamar mandinya.

Sehun menoleh untuk melihat pintu kamar mandinya. Ia lalu memilih untuk berbaring di kasurnya dan mencoba untuk tidur, untuk mengusir pikiran kotor dari otaknya.

~''_''~

Sehun terbangun begitu mendengar suara pintu rumahnya berdebam. 'Siapa?' pikirnya. Diliriknya jam dinding dan mendapati jarum pendeknya berada di angka 4. Kris biasanya pulang jam 5, berarti yang pulang adalah Luhan. Perlahan ia bangkit dari tidurnya dan keluar dari kamarnya, "Noona?" panggilnya sembari turun perlahan dari tangga.

"Ya, Sehunnie?" terdengar suara halus Luhan menjawab sahutan Sehun. Sehun mendapati Luhan berada di sofa, berkutat dengan banyak kotak dan bungkusan.

Sehun mendudukkan dirinya di samping Luhan dan mencium pipi putih kakaknya, "Kenapa tidak kasih kabar kalau sudah pulang. Aku 'kan bisa menjemputmu."

Luhan balas mencium pipi Sehun ,"Tidak apa. Chanyeol oppa memarkirkan mobilnya di bandara kok, jadi aku sekalian diantar pulang saja." Chanyeol adalah manager Luhan sekaligus sepupu jauh mereka. Kakek mereka adalah kakak dari neneknya Chanyeol.

"Hmm…" Sehun mengagguk saja, "Apa itu? Noona shopping di Jepang? Banyak sekali. "

Luhan tersenyum lebar, "Bukan," ia mengambil salah satu bungkusan berwarna pink dengan pita merah, "ini hadiah dari fans. Chanyeol oppa tadi lagi baik, makanya membiarkanku menerima berbagai hadiah ini. Biasanya dia melarangku mengambilnya." dan membukanya.

Mata Sehun membesar begitu melihat apa isi hadiah itu. Sebuah lingerie berwarna hitam dengan sedikit renda berwarna pink muda di bagian dada dan selangkangan.

"Waaaah, cantik sekali. Aku harus mencobanya." Luhan berdiri dan mulai melucuti seluruh pakaian yang dikenakannya dengan cepat. Ia mengambil lingerie itu dan memakainya.

Bagaikan diselotip ke atas, mata Sehun tidak bisa berkedip melihat kejadian yang tiba-tiba itu. Luhan membuka bajunya dan memakai lingerie hitam itu dengan cepat. Bahkan sampai Luhan berputar-putar menghadap cermin pun, otak Sehun belum selesai loading. "N-noona…"

"Bagaimana? Bagus 'kan?" sambil melompat-lompat bagaikan rusa kecil, Luhan kembali duduk di samping Sehun sambil tetap memakai lingerie hitam sexy itu.

Telunjuk Sehun menyusuri tali tipis lingerie di bahu Luhan, "Noona sangat sexy. Bagaimana ini?" Luhan melihat Sehun dengan wajah tidak mengerti. Bagaimana apanya? "Sehunnie jadi tidak tahan." Dan ia pun meraup bibir tipis Luhan yang dilapisi lip gloss tipis. Tangannya menekan tengkuk kurus Luhan untuk memperdalam ciumannya.

Luhan balas melumat bibir Sehun sambil mengalungkan kedua lengannya di leher adiknya tersebut. Ia membuka kedua belah bibirnya saat lidah Sehun menyapu lembut bibir bawahnya. Lidah hangat sang adik masuk menyapa seluruh isi rongga basah dan hangat itu, mengabsen seluruh gigi-gigi rapi dan menggelitiki langi-langit mulut kakaknya.

Tangan nakal Sehun mulai menjelajah ke kedua buah dada indah Luhan. Diremasnya bukit kembar itu menghasilkan desahan halus Luhan yang sungguh menggoda.

Entah kerasukan apa, Luhan pun mulai menjelajahi badan Sehun. Melesakkan tangan kecilnya ke dalam kaos hijau muda yang dikenakan Sehun dan mengelus-elus perut padat yang mulai terbentuk milik Sehun. Perlahan elusan tangannya naik menuju ke puting kecil itu.

Desahan tertahan dan bunyi kecipak khas ciuman memenuhi ruangan yang luas tersebut. Tak berhenti meski tangan masing-masing sudah memiliki kegiatan yang sama menyenangkannya.

"Sehunnie…" Luhan mendorong bahu adiknya untuk melepaskan pagutan bibir mereka, "mau noona hisap pen*snya?" Tanya Luhan dengan wajah polos dan senyum manisnya.

Sehun tidak tahu harus bagaimana saat kakaknya sudah berlutut di depan selangkangannya dan membuka kancing serta resleting celana yang dikenakannya. Diangkatnya badannya sedikit mempermudah Luhan untuk menurunkan celananya agar aksesnya luas.

Luhan mengelus-elus kejantanan Sehun yang sudah setengah menegang kemudian menggenggamnya. Ia melirik sedikit ke wajah adiknya yang hanya menatapnya dengan diam. Sepertinya tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Perlahan Luhan memaju-mundurkan genggaman tangannya pada kejantanan Sehun. Sehun menarik napas dalam dan menggigit bibir bawahnya sedikit. Tak lama, Luhan mengganti tangannya dengan mulutnya untuk memanjakan kejantanan Sehun.

Sehun menengadahkan kepalanya dan menyandarkan tubuhnya pada sofa empuk yang didudukinya itu. Kedua tangannya mengelus dan menjambak pelan rambut halus Luhan yang berada di selangkangannya.

Sesekali Luhan menghisap dengan sangat kuat dan menggelitiki lubang di ujung kejantanannya dengan lidahnya, membuat desahan berat lolos dari bibir tipis Sehun. Melihat Luhan yang kini mulai meremasi dada kanannya, ditambah lagi desahan Luhan yang memberi friksi aneh pada kejantanannya membuat Sehun merasa bisa mencapai klimaks saat itu juga. Oh, mengapa kakaknya yang polos bisa berubah seperti ini? Entah dia harus senang atau bagaimana.

"N-noona… S-sudah cukup…" Sehun berusaha melepaskan kuluman Luhan pada kejantanannya tapi rasanya badannya begitu lemas untuk sekedar memundurkan badannya saja.

~''_''~

Sehun membuka kedua matanya mendapati dirinya berada di kasurnya dengan tangan kirinya berada di dalam celananya menggenggam sesuatu yang sudah sangat keras. Demi apapun, apa yang baru saja terjadi? Mimpi apa dia barusan? Bahkan langit saja masih begitu terang.

"Seru sekali sepertinya?"

Sehun terlonjak kaget dan menarik keluar tangannya. Ia alihkan pandangannya ke arah pintu kamarnya dan melihat Kris dengan wajah datar menatapnya.

"Bu-bukan…"

"Setidaknya kalau ingin bermimpi seperti itu tutuplah pintu kamarmu."

Ingin sekali Sehun membuang dirinya sendiri ke tempat sampah di halaman rumahnya. Ketahuan bermimpi yang tidak-tidak dengan kakakmu sendiri bukanlah sebuah cerita yang menyenangkan.

Sehun menekuk lututnya dan menyembunyikan wajahnya di sana. Malu. Sebenarnya, sekalian menyembunyikan sesuatu di selangkangannya yang membuat gundukan besar pada celananya.

Bukannya pergi, seperti ingin memperpanjang rasa malu Sehun, Kris mendekat dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang Sehun. "Kau tahu?"

Sehun mengangkat wajahnya dan menatap mata Kris yang kini duduk di sebelah kirinya. "Maafkan ak-"

"Kau sungguh menggemaskan saat seperti itu. Aku tak pernah ingat kau semenggemaskan ini bahkan saat kau masih bayi sekalipun." ujar Kris.

Sehun tidak tahu harus merespon seperti apa. Tiba-tiba saja dagunya terangkat dan wajah kakak laki-lakinya mendekat. Mungkin otaknya terpause dengan tidak sengaja, tapi begitu ia tersadar, bibir Kris sudah menempel padanya. Bahkan melumat bibirnya.

Karena terbawa suasana? Hasrat yang belum terpuaskan? Entahlah, namun keduanya kini menikmati kegiatannya. Kedua bibir identik itu saling beradu. Lidah juga sudah menemani permainan mereka. Berdansa, bergumul, dan bergulat untuk mencari tahu siapa yang lebih dominan diantara keduanya.

"Hyungh…" desah Sehun saat salah satu putingnya dicubit oleh Kris. Entah sejak kapan kedua tangannya sudah mengalung pada Kris dan tubuhnya tak mengenakan apapun kecuali boxer abu-abu pendek . berbeda jauh dengan Kris yang dasinya bahkan masih terpasang rapi. "Buka bajumu…" ujarnya sambil menarik lepas dasi Kris.

Bibir Kris terangkat sedikit mendengar permintaan dan perlakuan adik bungsunya itu. Dibiarkannya Sehun melepas jas hitam serta kemeja biru muda yang dikenakannya hingga ia bertelanjang dada.

Demi apapun juga, tubuh Kris kakaknya sungguh sangat sexy dan menggoda. Tubuh yang seluruh laki-laki di dunia inginkan. Dengan tattoo tulisan tegak-bersambung yang bacaannya entah apa di dada kirinya. Tanpa sadar Sehun menjilat bibirnya yang tiba-tiba terasa kering.

"Suka dengan yang kau lihat?" jemari Kris mulai memasuki boxer Sehun dan menggenggam benda identitas kelaki-lakiannya.

Sehun menahan napasnya. Tangan kakaknya yang besar menggenggam seluruh batang kejantanannya. Oh, ini benar-benar nikmat. Tangan kakak lelakinya terasa berbeda dengan tangannya. Lebih besar, lebih kasar, dan… bertenaga? Cara Kris mempermainkan kejantanannya terasa asing olehnya, sangat berbeda dari caranya saat memuaskan dirinya sendiri.

"Hyung, ini—"

"Nikmat bukan?" Kris berhenti memainkan kejantanan Sehun dan membuka boxer Sehun dan celananya hingga kini mereka berdua tidak tertutupi bahkan oleh sehelai benang di tubuh mereka.

Kris menaiki kasur adiknya dan mendorong dada bidang adiknya agar berbaring. "Kulum!" Kris menyodorkan kejantanannya yang sudah hampir tegang sepenuhnya tepat di depan wajah Sehun.

Tentu saja Sehun bisa menolaknya. Kenapa tidak? Dia itu lelaki, mengapa kakaknya memerlakukannya seperti perempuan? Tapi entahlah. Mungkin karena tatapan intimidasi kakaknya yang tampan itu, Sehun kini menyentuh kejantanan Kris dengan tangannya terlebih dahulu, mengelusnya sedikit.

Kemudian dengan ragu Sehun membuka mulutnya dan memasukkan kejantanan kakaknya ini. Oh, tidak. Kejantanan kakaknya ini hanya sedikit lebih besar dari pada miliknya, tidak lebih panjang. Tetapi mengapa rasanya mulutnya penuh sekali, bahkan saat ini rahangnya sudah terbuka semaksimal yang dia bisa. Ia pun menutup matanya, mencoba mengalihkan perasaan malu dan terlecehkan sekaligus senangnya. Senang?

"Hmmh!" desah Sehun tidak bebas saat tangan Kris kembali memainkan kejantanan kebanggaannya.

Kris mulai menggerakkan pinggulnya maju dan mundur. Memerkosa mulut adik lelakinya sendiri, sembari tangannya meremas-remas bagian tubuh sensitif adiknya itu. Desahan-desahan yang tidak bebas yang dikeluarkan Sehun membuat kepala kejantanannya yang berada di pangkal tenggorokan Sehun bergetar. Nikmat sekali.

Sehun melepaskan kejantanan kakaknya dari mulutnya, mendapatkan tatapan tajam kakaknya. "Hyung, aku juga mau dikulum." Katanya.

"Kenapa berani sekali meminta seperti itu padaku?" Tanya Kris masih dengan tatapan yang sama.

Sehun sedikit terdiam. Seketika itu dia merasa dia itu perempuan sekali. Oh, dia lupa. Kakak lelakinya ini adalah lelaki dari para lelaki. Dia akan tetap menjadi dominan walau pasangannya lelaki sekalipun.

"Memohonlah." Lanjut Kris.

"Eh?" uh, oh, Sehun merasa adegan ini awkward sekali. Dengan dirinya yang terlentang dan kakaknya setengah menduduki dadanya serta kejantanannya yang tepat berada di depan wajahnya. Di tambah lagi mereka saling bertatapan dengan percakapan canggung. "Memohon?"

"Ya. Sebagaimana seseorang meminta sesuatu kepada orang yang lebih tua. Dengan sopan santun yang telah diajarkan padamu sedari kecil." Kata Kris lancar.

Tentu saja, perkataan Kris membuat Sehun terdiam dan berpikir selama beberapa detik. Sopan santun? Apa kegiatan mereka ini merupakan sesuatu yang bisa dihadapi dengan sopan santun? Bahkan untuk menyumpah pun rasanya pantas pada saat seperti ini. Posisi mereka saja sudah pantas untuk disumpahi, tetapi kakaknya ingin dia memohon? Dengan sopan santun? Baiklah.

"H-hyung… kumohon…"

"Kau memohon apa?"

Sehun melepaskan kontak mata dengan kakaknya. Namun ia sadar. Menatap lawannya saat bicara merupakan salah satu pelajaran akan sopan santun yang didapatnya. Dia malu sekali mengatakan ini, jadi dia memastikan hanya akan mengatakannya satu kali. Kembali ditatapnya mata memesona kakak lelakinya.

"Hyung… kumohon, kulum dan hisap pen*sku. Seperti aku mengulum dan menghisap pen*smu." Melihat Kris yang tidak kunjung merespon, Sehun berkata lagi, "kumohon, hyung."

"Baiklah." Kris lalu membalikkan tubuhnya. Kini mereka berposisi seperti yang banyak dikenal dengan posisi 69. Dimana wajah mereka berhadapan dengan kejantanan masing-masing. Kris yang memulai kuluman duluan, dengan hisapan yang kuat, membuat Sehun hampir berteriak nikmat.

Keenakan dengan kuluman Kris pada miliknya, Sehun baru tersadar saat kakaknya menekankan kejantanannya pada wajahnya, tanda bahwa kakaknya ingin dia melanjutkan pekerjaannya yang terhenti tadi.

Suara desahan-desahan yang tidak dapat keluar bebas itu memenuhi kamar anak bungsu keluarga Wu. Sesekali, karena Kris dengan jahilnya menggigitnya dengan cukup kuat, Sehun menghentikan pekerjaannya dan menjerit kemudian membalasnya dengan perlakuan yang sama. Oh, betapa kakak-adik yang akur sekali.

Sehun mencakar paha Kris yang sedari tadi dipegangnya. Badannya sedikit mengejang dan perutnya rasanya mengencang. Dia sangat kenal sensasi ini.

Kris juga mulai merasakan adiknya yang berada di dalam mulutnya ini mulai berkedut-kedut. Dia tak masalah dengan pahanya yang nanti akan berbekas cakaran kuku Sehun, jadi dia semakin menguatkan hisapannya, membantu adiknya untuk mendapatkan puncak kenikmatannya.

"AH! Hyung! Aku keluar!" Sehun memilih melepas kejantanan Kris dari mulutnya dan berseru keras dengan kepalanya yang mendongak seksi, melesak pada bantal empuk di bawah kepalanya.

Kris tidak tetap pada posisi seperti itu sampai Sehun selesai mengeluarkan semua pelepasannya. Lalu ia beranjak, mencium bibir Sehun yang sedikit terbuka. Dia menyalurkan cairan kenikmatan adiknya pada pemiliknya sendiri.

Sehun mengerenyit merasakan rasanya sendiri. Dia menolak lidah kakaknya yang masuk ke dalam bibirnya, yang seakan memaksanya untuk menelan cairannya sendiri. Dia melawannya, tentu saja. Kedua otot tak bertulang itu kini saling membelit, dan saling membelai. Yang tadinya menyalurkan kenikmatan milik Sehun, kini hanya saling berinteraksi, berdansa. Membiarkan cairan putih yang rasanya aneh itu mengalir keluar melalui sudut bibir tipis Sehun.

"Hei, Sehun." Kris yang pertama melepaskan pagutan mereka.

"Ya… hyung?" Sehun masih berusahan menetralkan deru napasnya.

"Kau keberatan kalau aku perkosa?" Tanya Kris yang kemudian mendapatkan delikan mata Sehun.

"Kalau kau sekarang meminta izin, yang tadi itu kau sebut apa? Itu pemerkosaan, hyung." Protes Sehun. Apa-apaan hyung-nya ini. Sudah gila?

"Yang tadi itu namanya saling berbagi kenikmatan. Bahkan kau memintanya. Maksudku tadi, pantatmu itu, loh." Kris menepuk bongkahan padat Sehun, "Apa boleh aku masuki?"

"Tentu saja tidak! Yang benar saja!" Sehun mulai meronta, merapatkan kakinya, dan mendorong dada Kris menjauh.

"Hei, hei, santai saja. Kalau kau tidak mau aku juga tak akan melakukannya." Kris kembali menyodorkan kejantanannya ke wajah adiknya. "Tapi kau harus tetap menyelesaikan pekerjaanmu, Tuan Muda Sehun Wu."

Sehun menghela napas, namun kemudian dia kembali memenuhi rongga mulutnya dengan kejantanan kakak lelakinya. Dia memaju-mundurkan kepalanya.

Kris mendesah pelan. Jemarinya menjambak pelan rambut Sehun sambil memerhatikan wajah adiknya yang terlihat menggoda dengan dirinya di dalam mulut adiknya dan matanya yang tertutup—terlihat menikmati sekali. Yang entah mengapa membuatnya merasa bangga.

Dekat sekali. Rasanya kurang dari tiga detik lagi Kris akan mencapai puncaknya. Tapi ia tidak bersuara. Sengaja. Seharusnya adiknya itu bisa merasakan miliknya yang berkedut, tetapi adiknya itu tetap saja menjilati lubang kecil di ujung kepriaannya dan menggigitinya.

"Ahh!"

"Uhuk!"

Kris mendesah mengiringi pencapaian puncak kenikmatannya. Semantara Sehun terbatuk, sedikit tersedak oleh cairan kakaknya yang menyemprot ke tenggorokannya tanpa aba-aba.

"Hyung! Seharusnya kau beri tahu aku kalau kau sudah hampir sampai. DAN JANGAN—"

Kris yang merasa kehangatannya hilang berinisiatif menggunakan tangannya untuk membantunya mengeluarkan seluruh isi dirinya ke wajah adiknya yang sedang protes.

"—menyemprotkannya ke wajahku." Sehun kesal.

"HYUNG! Yang benar saja?"

Kris yang baru saja selesai menetralkan napasnya menatap adiknya malas, "Apa sih, kau ribut sekali." Kris mendengus. Dia beranjak turun dari kasur adiknya dan menuju ke kamar mandi di kamar tersebut. Sehun mengekorinya.

Sementara Kris langsung menuju shower untuk membersihkan dirinya, Sehun menempatkan dirinya di depan wastafel, mencuci wajahnya dan menyikat giginya, membersihkannya dari sisa cairan Kris dan miliknya sendiri. Dia merasa seperti pelacur newbie sekarang.

Selesai membersihkan diri masing-masing dan berganti pakaian, kedua kakak adik itu duduk di sofa ruang keluarga. Menghidupkan televisi, namun tidak tau chanel mana yang menayangkan acara yang menarik. Jadi, sedari tadi jari telunjuk Sehun hanya menekan tombol untuk mengganti saluran ke chanel selanjutnya.

Drrrt drrrt

Ponsel Kris bergetar. Diambilnya ponselnya dari meja di depan sofa yang didudukinya dan melihat layar untuk mengetahui siapa yang menelponnya.

Luhan Cantik

Itu kontak yang disimpan sendiri oleh yang punya nama. Kris tidak perlu repot-repot menggantinya.

"Ya, Lu sayang, kau sudah dimana?"

"…"

Sehun melihat kakak lelakinya begitu nama kakak perempuannya disebut.

"Ah, baiklah. Oppa akan jemput ke sana sekarang juga. See you."

Kris menunggu panggilan diakhiri oleh Luhan sebelum mengantongi ponselnya dan beranjak mengambil kunci mobil, "Aku mau menjemput Luhan." Ia meneguk segelas air putih, "Apa kau mau ikut?" tanyanya pada Sehun.

"Ah! Iya, aku ikut." Sehun ikut beranjak, menyusul kakaknya ke pintu depan setelah mengambil jaketnya terlebih dahulu.

To Be Continued

Review please~

Rhi ^^v