111213

.

.

Chapter 2

.

.

.

Pukul 02.00 a.m

Chanyeol membuka matanya perlahan, yang pertama kali ia lihat adalah gelap. Ia terasa seperti di himpit oleh tembok dan kayu besar. Bahu kanannya terasa sakit, dan hidungnya sudah mengeluarkan darah.

"Bu.." Chanyeol mulai mengeluarkan suara. Terdengar lirih dan bergema. Ia sadar kalau gempa tadi meruntuhkan rumahnya hingga ia harus tertindih lemari. Hening.. tidak ada yang menyahut satupun. "Ayah.. Noona.."

Chanyeol bangkit dan berusaha untuk berdiri. Ia mengangkat beban lemari itu sendiri dengan kekuatan seadanya. Dengan langkah terseok-seok Chanyeol turun kebawah di mana rumahnya sudah tidak seperti rumah lagi.

Chanyeol menangis, melihat tiga jasad tergeletak tertimpa runtuhan tembok. Mereka ayah, ibu dan kakaknya Chanyeol. Rasanya lebih sakit daripada tertimpa batu besar. Sangat sakit melihat jasad keluarga sendiri. Air mata sudah membasahi pipi Chanyeol, taka da suara yang keluar dari mulutnya.

Chanyeol merasakan getaran itu lagi, gempa susulan itu muncul membuat pertahanan Chanyeol goyah. Pelan-pelan ia berjalan keluar rumah nya yang sudah hancur. Ia melihat ke sekeliling, tidak ada satupun kehidupan disini. Bahkan Chanyeol bisa melihat darah mengalir sepanjang jalan perumahan tempat ia tinggal.

Mengerikan, ini benar-benar mengerikan. Chanyeol berlari pelan untuk mencari bantuan. Namun sepanjang jalan yang ia temukan hanya jasad, jasad, dan jasad. Tidak adakah yang hidup selain dirinya?

"Hey kau!" Chanyeol tidak salah dengar, ia bisa mendengar seseorang memanggilnya. Ia menoleh dan melihat empat orang laki-laki berlari kearahnya. Chanyeol diam di tempat, rasanya lega sekali bisa melihat ada orang lain selain dirinya disini.

"Finally, aku bisa bertemu orang lain." Chanyeol mengusap air matanya kemudian menghela napas lega.

"Kita harus mencari tempat aman, ada ledakan di tengah kota." Luhan menunjuk kebalakang ke tempat dimana mereka tadi asalnya. Chanyeol mengangguk, ia juga mendengar ledakan tapi tidak terlalu jelas akibat gemuruh dari dalam tanah terlalu keras. Chanyeol memandang lekat-lekat empat laki-laki dihadapannya. Ia mengenal salah satunya, yang tinggi. Seperti pernah melihat di film favoritnya.

"Tidak ada waktu, ayo!" Kris dan Kai sudah berlari duluan, sementara Luhan membantu Chanyeol untuk berlari. Sehun mengikuti dari belakang.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Chanyeol, Luhan menoleh kemudian menggeleng.

"Dunia sudah berakhir." Celetuk Kai yang sedang berlari di depan.

"Bagaimana dengan keluarga?" Tanya Chanyeol lagi, sekelebat bayangan keluarganya kembali muncul. Luhan menggeleng lagi. Ia tidak tahu bagaimana kondisi ibunya.

"Kita harus mencari bantuan!" seru Kris, mata elangnya melirik ke kanan dan kekiri untuk mencari ambulance atau polisi. Tapi, yang mereka temukan hanya setumpukan orang-orang tak bernyawa.

"Lalu sekarang kita harus kemana?" Tanya Chanyeol "Ngomong-ngomong namaku Park Chanyeol."

"Luhan.."

"Kris."

"Jongin, kau bisa memanggilku Kai."

"Se..hun.." ucap Sehun dan Chanyeol mengangguk. "Ki-ta ke rumah sakit Seoul. A-ayahku.. dok-ter. Ki-ta juga bisa me-minta ban-tuan."

Chanyeol tidak bertanya kenapa dia berbicara terbata-bata. Mereka mengangguk dan meneruskan lari mereka.

30 menit mereka berlari, tidak menemukan satu orang pun yang hidup. Mereka masih tidak mengerti kenapa hanya mereka yang dapat bertahan, dan orang-orang bisa tewas dengan mudah hanye karena gempa. Padahal tidak semuanya tertimpa reruntuhan. Kuasa tuhan, tidak ada yang tahu.

Chanyeol menghentikan langkahnya saat melihat sosok laki-laki di halte bus. Sedang menunduk dan terisak pelan. Ia kenal siapa dia, dia laki-laki bisu dan tuli yang bertemu dengannya kemarin.

"Sebentar!" kata Chanyeol tiba-tiba. Mereka berhenti lalu mengikuti arah pandang Chanyeol. "Baekhyun-ah!" teriak Chanyeol. Percuma saja, Baekhyun tidak bisa mendengarnya.

Chanyeol dan Kris akan menyebrang untuk menyusul Baekhyun, namun jalanan tiba-tiba menjadi retak dan mereka ragu-ragu untuk melanjutkan. Chanyeol kembali melambaikan tangannya agar Baekhyun bisa melihatnya, tapi Baekhyun masih tetap menunduk. Mereka yakin kalau bocah itu amat sangat ketakutan.

Besi penopang halte mulai bergerak, Chanyeol sadar kalau benda itu pasti akan mengenai Baekhyun.

"BAEKHYUN!" teriak Chanyeol

"Astaga, dia tuli atau apa?" heran Kai. Ia sudah berusaha membuat suara bising agar Baekhyun bisa menoleh.

"Dia tuli. Astaga aku harus bagaimana?" Chanyeol bergerak maju namun tanah kembali retak. Retakan besar itu merambat hingga menimbulkan jarak. "Kita harus memutar jalan!"

.

.

.

.

.

.

To Be continued

.

.

.

.

Well ya, hallo -_- aku tahu ini amat sangat pendek dan sangat amat terlambat. Aku janji akan melanjutkan ff ini kalau mood nya sudah baik. Hanya ingin mengingatkan saja kalau ff ini tetap lanjut. Dan aku butuh saran dari kalian guys -_- haruskah aku selipkan percintaan disini? Siapa? Hunhan? Kaisoo? Baekyeol? Dan haruskah ada yang meninggal di ff ini? -_- need ur help. Hikseu tidak ingin membuat kalian kecewa karena ff yang aku buat selalu angst ._.