Notes : Cerita ini merupakan kisah shonen-ai dari Cao Pi dan Lu Xun. Jika anda kurang menyukai cerita yaoi atau gay, atau kurang menyukai pairing yang ada dalam cerita ini, lebih baik jangan lanjutkan membaca.

Latar cerita ini adalah dunia modern. Namun desain karakter yang menjadi dasarnya adalah desain DW 7. Cerita Cao Pi dan Lu Xun aslinya adalah milik Koei, saya hanya membuat fanfic saja berdasarkan intepretasi saya.

Oh ya, sebagai tambahan, gambar cover cerita ini saya ambil dari pixiv. Saya lupa siapa pembuatnya, jika ada yang mengetahui harap memberitahukannya. Terima kasih. Selamat menikmati ceritanya ^^

Chapter 1 – The Fake Cinderella

Suasana kota yang mulai menjadi sepi seiring bertambahnya waktu. Orang-orang mulai meninggalkan cafe tempat Lu Xun bekerja. Jam dinding mulai berdentang menandakan bahwa jam kerja di cafe tersebut sudah selesai, namun Lu Xun masih merapikan kursi-kursi yang ada. Master Lu Meng, pemilik cafe Swallow Tail tersebut, memakai mantelnya setelah selesai merapikan rak berisi minuman.

" Maaf membuat kamu banyak membantuku mengelola tempat ini. Bahkan belakangan ini kamu selalu membantu hingga malam begini..." kata Lu Meng.

" Tidak masalah, Master. Terima kasih sudah mengizinkan saya tinggal pada cafe anda." Jawab Lu Xun sambil tepat merapikan meja dan kursi di cafe tersebut.

Selesai membereskan cafe, Lu Xun mengunci pintu utama dan mengecek kunci tiap jendela. Ia pun naik ke kamarnya di lantai 2. Kamar yang ia miliki sangat sederhana, hanya sebuah tempat tidur kayu dengan selimut tipis berwarna merah dan sebuah lemari pakaian tua berwarna coklat tua. Ia mengambil pakaian tidurnya yang berwarna merah tua dan menyiapkan peralatan mandinya. Usai mandi ia langsung membaringkan tubuhnya yang sudah lelah di tempat tidurnya. Sambil membaringkan badannya di tempat tidur, ia melihat ke jendela besar di samping tempat tidurnya.

Sebuah gedung besar di depan cafe tersebut masih nampak masih terang dan ramai. Nampaknya seorang pengusaha kaya sedang mengadakan pesta di gedung tersebut. Lu Xun membayangkan, andaikata kedua orang tuanya masih hidup, pasti ia bisa berada di restoran tersebut, memakai pakaian rapi, berjalan bersama perempuan cantik, dan makan makanan enak di tempat tersebut. Lu Xun menghela nafas sambil perlahan menutup kordennya.

Tiba-tiba handphone miliknya bergetar. Ia segera meraih handphone nya dan melihat nama seorang sahabatnya tertera di layar tersebut. Sun Xang Xiang, putri dari keluarga Sun yang sangat kaya raya dengan perusahaan Ruby Tiger. Sun Jian, CEO dari perusahaan, selama ini membayar uang sekolah dari Lu Xun sejak kematian orang tua Lu Xun.

" Xiang? Ada apa kamu menelepon malam begini?"

" Xun! Lihat ke bawah jendelamu!"

Lu Xun membuka jendela nya dengan bingung. " Xiang?" Lu Xun kaget melihat Xiang melambaikan tangannya dari bawah. Xiang nampak sangat cantik dengan gaun putih berkilau panjangnya yang menggembung dan bando berwarna perak di kepalanya. Ia nampak seperti putri dalam negeri dongeng, yaitu Cinderella. " Kenapa kamu di sini? Bukankah seharusnya kamu mengikuti pesta malam ini?"

" Itulah masalahnya… Izinkan aku masuk dan menjelaskan semuanya!" Xiang menjelaskan.

Lu Xun segera berlari ke bawah dan membukakan pintu untuk Xiang. Ia menurunkan kursi di salah satu meja dan mempersilakan Xiang untuk duduk.

" Xun, aku butuh bantuanmu! Sebagai sahabatku, tentunya kamu tahu bukan bahwa aku menjalin hubungan dengan Liu Bei, pemilik Jade Dragon Company…"

" Dan hal itu membuat ayahmu cukup gusar…."

" Begitulah…" Xiang menambah, " Beliau melarangku untuk berhubungan sama sekali dengan Liu Bei. Malam ini kami hendak melakukan kencan rahasia, namun jika ayahku menyadari bahwa aku kabur dari pesta tersebut, pastinya ia akan sangat marah…"

Lu Xun menggeleng kepalanya, " Kalau begitu mundurkan saja waktu kencanmu, Tuan Liu Bei pasti juga akan mengerti…"

" Tidak bisa begitu," Xiang menggeleng, " Sejak ketahuan kencan waktu itu, ayahku selalu mengawasiku dari setiap kegiatanku. Selagi ayahku sibuk dengan pesta ini, ini adalah satu-satunya kesempatanku untuk kabur… Xun, kamu adalah sahabat kepercayaanku, kumohon bantulah aku…."

Xun menghela nafas, " Baiklah… apa yang bisa kulakukan untuk membantumu?"

" Gantikan diriku sampai pesta nanti selesai…"

" APA?" Xun kaget, " Kau tentunya tahu, aku laki2. Dalam sekejap ayahmu pasti tahu kalau aku hanya menyamar!"

" Tenang saja, ini adalah pesta topeng, sehingga wajahmu tidak akan terlihat. Kamu hanya perlu memakai kostum Cinderella-ku dan tidak perlu banyak bicara… Pesta akan selesai jam 12, aku akan kembali ke tempat ini pukul 12… Aku janji!"

Lu Xun terdiam sejenak, " Baiklah… karena kamu sahabatku, aku akan membantumu. Namun aku tidak bertanggung jawab jika rahasia ini ketahuan…"

Xiang mengangguk, " Terima kasih, Xun. Jangan lupa, pukul 12 malam tepat pesta akan selesai. Ingatlah untuk kembali ke sini sebelum jam 12…"

Lu Xun mengangguk, " Baiklah. Di mana kamu akan bertemu Tuan Liu Bei? Lebih baik kamu mengundang Liu Bei ke cafe ini demi keselamatanmu sendiri. Tidak baik untuk perempuan pergi sendirian malam-malam. Untuk pergi menggunakan mobil ayahmu lebih berbahaya lagi…"

" Terima kasih banyak, Xun…" Xiang mengeluarkan alat make-up dari tasnya dan meletakannya di meja, " Maaf banyak merepotkanmu…" Xiang segera melepas gaun yang dipakainya tanpa pikir panjang.

Lu Xun segera menutup matanya, " Xiang!"

" Ada apa?" Xiang menengok, " Ooh, tenang saja, aku sudah memakai pakaian biasa di dalamnya!" Xiang tertawa.

Benar kata Xiang, saat Lu Xun membuka matanya, Xiang sudah mengenakan sebuah kaos dan celana jeans pendek, " Mari kubantu kamu mengenakan pakaian pesta ini. Mungkin sedikit sempit, namun untunglah tinggi badan kita tidak terlalu berbeda," Xiang tertawa.

Tepat apa yang dikatakan Xiang, pakaian pesta tersebut pas di badannya, tentunya dengan sedikit sumpalan di bagian dadanya dan korset di bagian pinggangnya. Xiang menyisir rambut Lu Xun dan melepaskan kepangannya. Setelah sedikit memakaian make-up di muka Lu Xun, Xiang melepaskan hiasan rambutnya dan memasangnya di kepala Lu Xun.

Lu Xun tidak percaya saat melihat ke kaca bahwa dengan make-up dan pakaian tersebut ia bisa nampak seperti seorang putri. Lengan pakaian yang menggembung cukup menutupi lengannya yang cukup berotot. Leher pakaian yang panjang juga cukup menutupi bentuk lehernya.

Xiang memberikan topengnya kepada Lu Xun. " Jangan berbicara dengan siapapun… Cukup anggukan kepalamu setiap ada orang yang berbicara kepadamu. Hindari keramaian, maka rahasia ini akan tetap terjaga. Dan ingatlah, kamu harus kembali ke sini sebelum pukul 12 malam…."

Lu Xun mengangguk.

" Mobilku masih menunggu di ujung jalan dekat cafe ini. Aku mendoakan yang terbaik untukmu…"

" Aku juga mendoakan yang terbaik untukmu, Xiang…" Lu Xun mengenakan topengnya.

Dalam beberapa menit, Xun sudah sampai di pesta tersebut. Tepat seperti yang ia impikan, pesta tersebut dihias dengan sangat indah dengan bunga dan es balok di mana-mana. Di bagian langit-langitnya terdapat banyak bunga wisteria berwarna ungu. Di setiap sudut ruangan terdapat rangkaian mawar yang sangat indah. Di tepi ruangan terhidang makanan-makanan yang lengkap dan nampak sangat lezat. Tengah ruangan itu sengaja dikosongkan sehingga orang dapat berdansa. Di panggung depan terdapat orkestra kecil yang memainkan lagu indah dengan biola dan piano.

Orang-orang mulai menyapanya dan Xun hanya membalas dengan senyuman. Begitu pula dengan orang yang mencoba mengajaknya berbicara atau berdansa dengannya, Xun hanya bisa membalas dengan senyuman. Ia ingin tetap menjaga rahasia Xiang. Karena itu, dengan perlahan ia menepi ke dinding untuk mengindari keramaian dan berjalan menuju ke balkon.

Sesampainya di balkon, Xun merasa cukup lega. Balkon terlihat cukup sepi karena orang-orang sedang sibuk berdansa. Lu Xun melepaskan topengnya dan menyenderkan dirinya di pegangan balkon lantai 2 tersebut sambil menikmati suara air mancur di tengah taman di bawahnya. Ia juga dapat mendengar suara daun pohon di depan balkon yang bergesek tertiup angin. Ia kembali teringat akan rumahnya saat ayah dan ibunya masih hidup. Sayang lamunannya terganggu saat seorang pria berjas membuka pintu balkon tersebut. Pria tersebut berambut hitam panjang dikuncir. Wajahnya nampak muram dan matanya yang sipit tajam membuatnya nampak mengerikan dan sulit didekati. Dengan kostumnya yang memakai jubah biru seperti pangeran, ia nampak begitu menawan. Mungkin orang tersebut juga bosan dengan pesta yang ramai seperti dirinya, pikir lu Xun. Xun hanya memandang pria tersebut. Namun semua perkiraan itu salah karena pria tersebut segera berlari ke sampingnya dan menaikan kaki kanannya ke pegangan balkon.

" TUNGGU!" Xun segera membuang topengnya dan menarik tangan pria tersebut. Pria tersebut kehilangan keseimbangan, jatuh di atasnya.

" Apa-apaan kamu?" Pria tersebut berteriak kesal.

" Seharusnya kamu berterima kasih padaku karena aku sudah mencegahmu bunuh diri!"

" Bunuh diri?" pria itu mengamati Xun dari ujung kaki sampai kepala. Ia berdiri dan kembali mendekati balkon.

" Kamu baru saja naik ke beranda itu untuk loncat bukan?" tanya Xun.

Pria tersebut menunjuk ke pohon di dekat beranda itu. Seekor kucing kecil berwarna putih mengeong ketakutan. Nampaknya ia tidak sengaja naik pohon tersebut dan tak bisa turun.

" Kucing itu… kucingmu?" Xun bertanya, " Maaf… aku salah sangka…" Xun mundur beberapa langkah.

" Idiot…" Pria tersebut kembali ke arah balkon dan kembali menaiki pinggir balkon tersebut. Ia mencoba meraih ranting pohon tersebut. Kucing itu takut saat dahan tempat ia berdiri bergetar. Sebelum pria itu meraihnya, kucing itu malah meloncat ke arah balkon, ke arah Lu Xun. Pria tersebut kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Untung Lu Xun segera menarik tangannya. Namun kali ini sedikit berbeda dengan sebelumnya karena pria tersebut terjatuh tepat di atas Xun dan tidak sengaja menciumnya tepat di bibirnya.

Xun segera mendorong pria tersebut, " Maaf… Kau tidak apa-apa?"

Pria tersebut tidak bergerak. Xun mendekat dan melambaikan tangannya di depan wajah pria itu, "Kau tidak apa-apa?"

Pria itu tiba-tiba memegang pergelangan tangan Xun. Ia memandang Xun dengan serius. Ternyata wajah pria ini cukup tampan juga. Matanya yang berwarna biru, bulu matanya yang panjang, dagunya yang lancip. Xun yakin pasti banyak perempuan yang akan tergila-gila dengan pria ini. " Namamu?"

" Hah?" Xun keheranan.

" NAMAMU?" Pria itu mengeraskan suaranya.

" Lu….," tunggu, sekarang ia sedang berperan menjadi Xiang. Tapi orang ini sudah terlanjur melihat wajahnya tanpa topeng, jadi tidak mungkin ia berbohong juga. Cengkraman tangan pria itu di tangannya semakin kencang. Lu Xun melihat topeng di dekatnya. Tiba-tiba ia teringat nama cafe tempat ia bekerja. Lebih baik menjawab daripada terlibat masalah dengan pria ini, pikirnya. " Swallow... Tail.."

Pria tersebut tertawa, "Aku Cao Pi."

Cao Pi….? Lu Xun merasa ia pernah mendengar nama tersebut, namun ia tak ingat di mana ia mendengar nama tersebut.

" Jarang kucingku mau berinteraksi dengan orang lain selain diriku… " Pi mengelus kucing putih yang berbaring di pangkuan Xun, " Kau benar-benar orang yang special…"

Tanpa sadar wajah Lu Xun memerah.

Tiba-tiba beberapa pria berjas hitam keluar ke balkon juga. "Tuan Cao Pi, pesta dansa akan segera selesai… ayah Anda mencari Anda…"

" Jelaskan kepadanya, aku sudah menemukan partnerku. Tidak usah mencariku!" Pi mengambil kucingnya dan menarik tangan Xun. Xun segera memungut topengnya.

" Tu… tunggu…"

Pi menarik tangan Xun dengan paksa ke tengah pesta.

" Apa-apaan kamu?" Xun bertanya.

" Ikuti saja kataku!"

Xun menarik tangannya dengan paksa. " Aku tidak mengerti, jelaskan padaku!"

Pi memalingkan wajahnya, " Aku tidak bisa berdansa… aku tidak ingin terlihat memalukan di depan ayahku…" Pi memberikan kucingnya kepada bodyguardnya.

Lu Xun tersenyum, " Rupanya begitu, coba kau katakan dari awal… aku akan membimbingmu, ikuti saja gerakanku…" Lu Xun menarik Pi ke tengah ruangan. Xun menaruh tangan kiri Cao Pi di pinggangnya dan ia meletakan tangan kanannya di bahu Pi. Ia mendekatkan badannya ke Pi dan membisikan gerakan yang harus dilakukannya. Awalnya Pi nampak kaku dan gugup, namun karena kemahiran Xun dan ketenangan Xun dalam mengajar, Pi akhirnya dapat menguasai tariannya.

Orang-orang memperhatikan setiap gerakan mereka, entah karena keterkenalan nama Cao Pi atau karena indahnya gerakan mereka. Yang jelas, kini lampu utama disorot pada mereka tanpa mereka sadari. Alunan lagu pun berhenti menandakan bahwa pesta dansa telah selesai. Cao Pi dan Lu Xun saling berpandangan.

" Lihat… Tarianmu tidak buruk bukan?" Xun tersenyum.

Pi memandang mata Xun. Tangan kanannya mendorong pinggang Lu Xun ke arahnya dan tangan kirinnya memegang pipinya.

" Pi…?" Xun memandang keheranan.

Tiba-tiba Pi menciumnya tepat di bibirnya. Orang-orang di dekatnya langsung bersorak. Beberapa orang langsung mengambil kamera dan mengambil foto mereka berdua. Xun sangat kaget. Ia segera mendorong Pi dan berlari keluar dari pesta. Pi segera mengejarnya, namun terhalang dengan keramaian pesta tersebut. Beberapa bodyguard mencoba menangkapnya. Xun melepaskan sepatunya karena melambatkan gerakannya. Tanpa disadari salah satu sepatunya terlepas dari tangannya. Tidak ada waktu untuk mengambilnya, ia terus berlari hingga sampai di cafe. Di cafe Xiang sudah menunggu dengan cemas bersama dengan Liu Bei.

" Biar aku yang urus" kata Liu Bei sambil mengarahkan Xun untuk bersembunyi dalam cafe. Ia segera menutup pintu dan berbicara dengan para bodyguard.

" Terima kasih banyak, Xun…" Xiang menyodorkan segelas air kepada Xun yang masih nampak panik, " Bagaimana pestanya?"

" Tenang, rahasiamu tetap terjaga…. namun…, " Xun memegang bibirnya dan terdiam.

" Ah, ayahku akan segera mencariku. Ayo kita segera bertukar kostum…" kata Xiang.

Xun segera melepaskan kostumnya dan membantu Xiang memakainya kembali. " Maaf, aku menghilangkan satu sepatumu…"

" Tidak masalah… Aku bisa meminta kembali kepada ayahku. Terima kasih banyak, Xun…" Xiang segera berlari kembali ke pesta. Xun memandang kepergian Xiang dengan kosong. Pesta yang begitu meriah, dan… Cao Pi… pria yang telah menciumnya… Pesta paling kacau dalam hidupnya… Semoga ini semua hanyalah mimpi...