I REMEMBER YOU

CHO KYUHYUN

LEE SUNGMIN

.

Because it's hurt so much, we promised to let each other go

But whenever I'm not sure I can do it, please let me hear at least your breath

.

.

.

Sungmin kecil masih berumur 6 Tahun, namun dia tahu ada dimana dia sekarang. Ruangan yang dominan berwarna putih dengan bau-bau aneh yang menyeruak di penciumannya. Disekelilingnya juga banyak orang dewasa yang sedari tadi bolak-balik menghampiri kasur yang ada ditengah ruangan. Sungmin kecil tahu, dia bukan baru sekali atau dua kali berada di ruangan seperti ini. Ini sudah kesekian kalinya, bahkan Sungmin tidak dapat menghitung dengan kedua tangan kecilnya.

Tapi Sungmin kecil ingat kejadian dua tahun lagi, saat tetangga sekaligus sahabat kecilnya sedang bermain di dalam kamarnya. Namun dengan tiba-tiba, tubuh anak laki-laki jatuh tergeletak di lantai. Sungmin kecil berteriak dan menangis karna dapat melihat darah yang keluar dari hidung sahabatnya, dan beberapa detik kemudian, Ibunya datang sambil membawa sang sahabat kecilnya menuju Rumah Sakit.

"Sungmin sayang, kau ingin pulang?"

Sungmin kecil mendongak melihat sang Ayah yang terlihat membungkukkan badan agar sejajar dengannya. Anak laki-laki itu menggeleng dan mengalihkan pandangannya menuju anak laki-laki lain yang masih tertidur nyenyak di tempat tidur itu.

"Aku tidak ingin pulang. Aku ingin bersama Kyuhyun."

.

.

.

Yesung, kakak laki-laki Sungmin, yang hari ini akan menjadi siswa Junior High School terlihat sibuk di meja makan. Sedari tadi dia membenarkan kemeja putihnya atau jas sekolah yang akan ia pakai. Berbeda sekali dengan Sungmin yang diam tidak bersuara.

"Sayang? Kau kenapa? Tidak enak ya roti buatan Eomma?" tanya sang Ibu kepada anak bungsunya yang masih kelas 5 Sekolah Dasar.

Sungmin menggeleng, dan tersenyum kecil kepada sang Eomma. "Tidak, aku hanya sedih saja."

"Kau sedih kenapa, Dongsaengku?" kini berganti Yesung yang bertanya.

Sungmin tidak langsung menjawab namun menatap satu persatu anggota keluarganya. Appa, Eomma, dan sang Hyungnya juga balas menatap dengan penasaran.

"Aku sedih. Kyuhyun tidak masuk sekolah lagi. Leeteuk Ahjumma bilang, Kyuhyun sakit. Aku sedih, bila Kyuhyun sakit, aku kan tidak ada temannya lagi."

.

.

Sungmin melirik sang sahabat yang masih berbaring di ranjang Rumah Sakit. Sungmin sempat mengira, Kyuhyun ini memang sengaja sakit agar tidak mengikuti ujian-ujian yang sekarang sedang berlangsung. Namun saat melihat wajah Kyuhyun yang sudah pucat bertambah pucat, Sungmin jadi bertambah sedih.

"Kyuhyun-ah, kau betah sekali sakit, sih."

Kyuhyun terkekeh kecil mendengar suara sahabatnya yang sedang merajuk. Dengan pelan dia mencari jari-jari Sungmin yang tidak jauh dari tangannya. Saat ini dia agak susah berbicara, karna ada alat bantu oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya.

Sungmin tersenyum kecil saat merasakan jemari Kyuhyun menggenggam jemarinya. "Sudah ke-sembilan kalinya kau masuk Rumah Sakit di enam bulan ini. Seonsangnim bilang, kau harus sehat agar bisa mengikuti ujian susulan dan ujian kenaikan kelas nanti. Kalau kau tidak ikut ujian, bagaimana bisa kita naik kelas 6, dan lulus SD bersama?"

Kyuhyun tidak menjawab namun mengangguk kecil. Genggamannya makin mengerat seakan menjawab pertanyaan Sungmin. Dia dan Sungmin memang baru berumur 10 Tahun, namun Kyuhyun tahu, keinginan mereka diumur sangat muda ini pasti sama.

Kyuhyun dan Sungmin ingin bersama-sama. Lulus Sekolah Dasar, lulus Sekolah Menengah, lulus Sekolah Akhir, lulus Perguruan Tinggi, dan mendapat pekerjaan. Kyuhyun ingin terus bersama Sungmin, dan begitu juga Sungmin.

.

.

.

PRANG!

Yesung langsung memeluk tubuh Sungmin yang saat ini sedang bergetar hebat sehingga toples kaca berisi selai coklat pesenan Kyuhyun jatuh berceceran di lantai. Yesung menenggelamkan wajah sang adik dalam dadanya agar tidak satupun isakan tangis Sungmin terdengar. Hati Yesung akan bertambah sakit saat mendengar isakan adik tersayangnya

Sedangkan Sungmin sama sekali tidak bisa mengontrol jumlah air mata yang keluar. Tubuhnya bergetar seakan dia sedang tenggelam di Samudra Atlantik.

10 menit yang lalu semuanya masih biasa saja, Sungmin dan Yesung sesekali bercanda saat akan memasuki rumah kediaman Kyuhyun yang tepat berada di sebelah rumah mereka. Yesung yang sedang menasehati Sungmin agar tidak tergesa saat mengerjakan Ujian Kelulusan Sekolah Dasar dua minggu lagi, tidak memperhatikan sang adik yang terdiam terpaku didepan sebuah pintu yang terbuka lebar. Pintu kamar Kyuhyun.

Dan sampai suara itu terdengar ditelinga keduanya.

"Saat ini Kyuhyun sudah bertahan semampunya, Kangin-ssi, Leeteuk-ssi. Kita tidak berhak untuk menyuruhnya bertahan lebih lama lagi. Kyuhyun tidak sekuat itu."

"Kyuhyun pasti kuat! Putraku pasti kuat! Ini baru 11 tahun saya mendonorkan darah saya kepadanya, sampai seumur hiduppun saya rela mendonorkan darah saya untuk Kyuhyun kami, Uisanim.."

"Aku sangat tahu perasaanmu, Kangin-ssi. Tapi 11 tahun hidup Kyuhyun saja sudah merupakan keajaiban. Kondisi Kyuhyun akan semakin lemah dan dia tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Kita harus terima, cepat atau lambat, hari ini atau besok, kita harus kehilangan Kyuhyun."

Hanya itu yang terdengar karna Sungmin tidak kuat menahan tangis dan juga sepertinya sang Hyung sedang membawanya untuk menuju rumah mereka.

.

.

.

Sungmin sudah berumur 15 Tahun sekarang. Dan sudah empat tahun juga, bolak-balik Rumah Sakit sudah menjadi rutinitasnya.

Menjenguk Kyuhyun yang bahkan dudukpun tidak mampu. Setiap hari semenjak kejadian dia menangis hebat di rumah Kyuhyun, Sungmin tidak pernah menemukan Kyuhyun lagi berlarian di taman atau menggodanya di kamar milik Sungmin. Remaja laki-laki ini pasti akan menemukan Kyuhyun terbaring di Rumah Sakit dengan wajah pucat dan juga mata kuningnya.

Dan sudah tiga tahun ini juga Sungmin resmi menjadi penopang Kyuhyun selain kedua orangtuanya. Sungmin menjadi donator tetap untuk mentransfusi darah demi kelangsungan hidup Kyuhyun.

Thalassemia Mayor, penyakit darah yang diderita semenjak anak-anak, tidak dapat membentuk Hempglobin yang cukup dalam darah mereka. sum-sum tulang mereka tidak dapat memproduksi sel-sel darah merah yang cukup hemoglobin. Penderitanya akan tampak pucat, tidak dapat tidur nyenyak, nafsu makan menurun, dan juga anemia akut. Dan penderitanya akan memerlukan transfuse darah terus menerus selama hidupnya.

Sungmin mempersingkat nama penyakit itu menjadi penyakit sialan. Penyakit yang membuat tubuh Kyuhyun tidaklah lebih dari mayat hidup. Penyakit yang membuat Kyuhyun bahkan tidak bisa mencapai mimpi saat tidurnya. Penyakit yang menggerogoti 15 tahun hidup Kyuhyun. dan juga penyakit yang membuat Sungmin harus masuk Sekolah Menengah dan Sekolah Akhir tanpa Kyuhyun.

"Sungmin?"

Lamunan Sungmin buyar saat mendengar suara Kyuhyun memanggilnya, sepertinya lelaki itu sudah terbangun.

"Kyuhyun, kau bangun? Bagaimana tidurmu?" tanya Sungmin dengan sesekali membenarkan rambut Kyuhyun yang memanjang.

Kyuhyun tersenyum lembut, "sama saja. Hanya memejamkan mata tanpa ada apa-apa. Ohya, bagaimana minggu pertama menjadi anak Sekolah Akhir?"

"Tidak semenakjubkan selama tidak ada kau."

Kyuhyun terdiam mendengar jawaban Sungmin. Apalagi kedua mata foxy yang menatap sedih kepadanya. Kyuhyun merasa bersalah, karna penyakitnya, dia harus membiarkan Sungmin sendirian mengarungi masa remaja, yang dimana mereka sepakat untuk terus bersama-sama.

"Sungmin…"

Sungmin remaja merasakan lagi jemarinya digenggam oleh Kyuhyun, sama persis seperti 5 tahun lagi, dengan situasi yang sama, namun suasana hati yang berbeda. Kyuhyun maupun Sungmin mengira mereka akan sahabat seumur hidup, hanya sahabat. Namun rasa rindu saat tidak melihat wajah satu sama lain, rasa sedih saat melihat air mata yang mengalir, atau rasa kehilangan saat tidak ada satu sama lain disisi, menjadi sesuatu yang menyesakkan di dalam dada.

"Sungmin."

"Kyuhyun."

"Aku mencintaimu." Ucap mereka bersamaan.

.

Di umur ke-15, Kyuhyun dan Sungmin tidak perduli dengan istilah cinta monyet. Atau dengan istilah lainnya.

Namun di umur ke-15, mereka berjanji di depan Tuhan yang ada diatas sana,

Cinta ini akan terus hidup, walau mata tidak akan saling melihat. Cinta ini akan terus hidup, walau tangan takkan saling bersentuhan.

.

.

TBC

"Hari ini kau yang akan memelukku, tapi nanti, aku yang akan memelukmu dan mencuri ciuman pertamamu, Sungmin."

"Kau tidak perlu mencuri, karna aku akan memberikannya dengan sukarela."