Title: ROOM [1-2]

Author: Myka Reien

Main Cast: KaiSoo

Slight: ChanBaek, KrisHo, ChenMin, HunHan, TaoXing (beberapa gak muncul & cuma numpang nama)

Genre: Rate T, GS

Note: No bash, no flame, no peanut please~^^ Let's be a good reader and good shipper~^^

HAPPY READING 뿅~뿅~

.

.

.

ROOM

[1-2]

.

.

.

Semua TRAGEDI ini berawal dari KAMAR itu.

Ada sebuah kamar di apartemen Kai yang letaknya pas lurus di ujung koridor dari arah pintu masuk. Setiap orang yang masuk ke apartemennya, begitu membuka pintu utama akan langsung bisa melihat sebuah pintu yang tertutup di ujung koridor layaknya pintu yang berada di dalam permainan labirin. Pintu itu selalu tertutup, karena jika dibiarkan terbuka akan membuka aib si pemilik apartemen.

Kai, si pemilik apartemen sudah sejak lama menggunakan kamar kecil tersebut sebagai gudang tempatnya menyimpan barang-barang. Tepatnya sejak satu tahun lalu, sejak Kyungsoo menjadi penghuni baru kamar apartemennya yang berukuran sedang dan membutuhkan tempat untuk menyimpan barang-barangnya. Karena itulah Kai memasukkan semua barang yang jarang dia gunakan ke dalam kamar kecil yang tadinya hanya dibiarkan kosong. Kamar itu seperti menjadi dewa penolong bagi Kai, sebab sudah sangat berjasa menyimpan barang-barang berharganya walaupun dia melemparkannya dengan sembarangan dan jangan tanya bagaimana rupa isi ruangan tersebut.

Kyungsoo adalah gadis yang pengertian dan dia tidak pernah menyinggung soal kamar kecil tersebut karena dia tahu barang-barang di dalam sana merupakan barang-barang berharga milik kekasihnya. Namun, akhir-akhir ini Kyungsoo sering komplain tentang kamar itu, terutama karena kondisi di dalamnya yang sangat berantakan, kotor, dan berdebu. Gadis yang suka kebersihan seperti dia memang mudah risih jika melihat ada noda maupun barang-barang yang tercecer tak teratur.

Omelan-omelan panjangnya mengenai kebiasaan Kai yang meninggalkan pakaian (bahkan pakaian dalam) di semua tempat, melempar handuk seenaknya, dan mengambil sesuatu tanpa mengembalikan ke tempatnya semula, sudah Kai anggap seperti radio yang menyiarkan warta berita setiap hari. Awalnya terasa mengganggu tapi lama-lama jadi terbiasa dan akhirnya tidak peduli. Kai baru menunjukkan reaksi begitu Kyungsoo menyebutkan kamar di ujung koridor yang dia gunakan sebagai gudang.

Gadis mungil itu beberapa kali mengeluh dan mengajaknya untuk membereskan kamar itu bersama-sama, tapi dia menolak. Kai tahu kebiasaan bersih-bersih Kyungsoo, dia tidak hanya akan membereskan barang dan mengatur letaknya saja, tapi terkadang dia juga akan membuang barang-barang yang dianggapnya tidak berguna tanpa bertanya dulu pada Kai apakah barang itu penting baginya atau tidak. Kyungsoo selalu melakukan sesuatu atas dasar asumsinya sendiri dengan alasan Kai terlalu cuek bahkan untuk mengurusi properti kepunyaannya.

Tapi untuk yang kali ini, Kai tidak mau mengalah. Isi kamar kecil itu sangat berharga untuknya. Kaset-kaset game, mesin PS yang berjejer dari nomor satu sampai nomor tiga, buku-buku komik, baju-baju, sepatu, topi, dan segala sesuatu yang menjadi koleksinya semenjak dia masih SMA. Meski sekarang memang Kai jarang menggunakannya, namun nilai kenangan yang terkandung di dalamnya membuat barang usang dan terkesan rongsokan menjadi harta berharga yang tak bisa diukur oleh apapun.

Oleh karena itu dia menolak dan melarang Kyungsoo dengan tegas setiap kali gadisnya itu merengek untuk membersihkan kamar kecil di ujung koridor. Bahkan dalam hati Kai sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika sampai Kyungsoo berani menyentuh ruangan itu, dia tidak akan tinggal diam. Meskipun Kyungsoo adalah kekasihnya sekali pun, dia tidak akan memaafkannya.

RO_OM

"Kalian belum berbaikan?" celetuk Chen dari kursi di belakang kemudi mobil yang parkir tenang di dalam bengkel. Tangannya memutar-mutar stir dengan iseng seolah dia sedang mengemudikan mobil di jalanan.

"Ayolah, kalian itu sudah bukan anak ABG lagi, kenapa harus bertengkar hanya karena masalah sepele seperti ini?" ujar Chen tanpa menghentikan gerakan tangannya yang memainkan kemudi.

"Ditambah lagi keadaan Kyungsoo sedang begitu, harusnya kau lebih bisa bersabar dan memahaminya." Chen terus bicara meski tidak terdengar ada suara yang menyahut perkataannya.

"Dulu Minseok juga seperti itu, seperti Kyungsoo. Sangat sensitif, mengomel dan selalu marah-marah soal kebersihan, bahkan dia lebih ekstrim. Apapun yang aku lakukan selalu salah di matanya dan jika dia sudah benar-benar jengkel dia tidak akan segan-segan memukulku. Masih lebih mending Kyungsoo tidak main tangan padamu, kau jadi tidak perlu merasakan sesaknya menahan diri untuk tidak membalas.

"Tapi setelah beberapa bulan kebiasaan Minseok itu menghilang. Dia jadi lebih stabil dan tidak lagi over-sensitif. Dengan kata lain, kau hanya perlu menahannya selama beberapa bulan. Butakan mata dan tulikan telingamu selama beberapa bulan ke depan, aku jamin Kyungsoo akan kembali jadi Kyungsoo yang manis seperti biasanya," oceh Chen.

"Jadi, kau akan menjemputnya 'kan? Huh? Kai-ya?" tanya Chen menegur lawan bicaranya.

Hening. Tak ada jawaban atas pertanyaan Chen. Dengan penasaran namja itu melongokkan kepala keluar jendela mobil, menunduk, memandang ke arah bawah.

"Ya! Kai-ya! Aku tahu kau mendengarku! Jawab sedikit kenapa!" gerutu Chen sebal.

Srek, sesosok tubuh meluncur keluar dari bawah body mobil. Kai yang sedang dalam posisi tiduran di atas sebuah papan beroda dengan tang dan obeng di kedua tangannya hanya memberikan cold glare pada Chen yang langsung nyengir.

"Hyung, kalau kau punya waktu luang sebanyak ini untuk mengganggu pekerjaanku, lebih baik kau hitung saja uangmu di dalam kantor," desis Kai dengan ekspresi wajah andalannya. Datar, dingin, dan tak mau diganggu. Sekali lagi Chen nyengir.

"Sudah selesai. Semua pemasukan dan pengeluaran sudah selesai aku hitung, bahkan gajimu bulan ini juga sudah aku kalkulasi. Aku tidak punya kerjaan, aku bosan, Kai-ya. Temani aku ngobrol," ujar manajer bengkel tempat Kai bekerja itu dengan nada suara tak berdosa.

Kai mendengus keras dan kembali menggerakkan tubuhnya ke bawah body mobil, menenggelamkan diri dengan tang, obeng, baut, dan noda oli. Sementara di atas kepalanya, Chen kembali mengoceh.

"Kau mengenal Kyungsoo 'kan bukan baru satu atau dua hari. Kalian sudah bersama hampir 2 tahun dan tinggal serumah setahun. Harusnya kau yang paling tahu bagaimana watak yeoja itu. Kyungsoo mungkin terkadang keras kepala, tapi dia orang yang mudah dibuat mengerti. Seharusnya kau bersikap sedikit lunak padanya, jadi dia tidak akan berbalik semarah ini padamu." Chen menghela napas.

"Kau juga sih terlalu kekanakan. Cuma gara-gara masalah sepele begini bisa ngambek. Padahal hal seperti ini 'kan bisa dibicarakan baik-baik," imbuh Chen.

Di bawah mobil, Kai menghentikan pekerjaannya. Telinganya terasa panas mendengar suara temannya yang tidak berhenti berceramah sejak dia menjejakkan kaki di bengkel pagi tadi. Tapi dalam hati Kai membenarkan beberapa perkataan Chen, meski tetap saja ada bagian yang bertentangan dengan egonya yang membuatnya semakin suntuk.

"Kai-ya, segera jemputlah Kyungsoo. Seperti ini terlalu lama tidak akan baik untuk kalian berdua, apalagi Kyungsoo 'kan sedang..."

KLANG!

Chen terlonjak di tempatnya duduk ketika suara keras besi yang beradu menggema dari arah bawah kakinya. Namja bertubuh mungil itu menelan ludah kasar.

"Mian," ujarnya menyadari Kai yang mulai marah.

Napas Kai keluar-masuk dengan keras di bawah body mobil, menahan rasa kesal pada semua ocehan Chen. Walau begitu, dia masih kembali melanjutkan pekerjaannya dengan raut muka kusut dan tertekuk beberapa lipatan tentunya.

RO_OM

Kyungsoo duduk bersandar melamun di sofa. Tepat di depan matanya televisi sedang menyala dan menayangkan serial drama yang selalu dia ikuti ceritanya setiap minggu, namun nampaknya kali ini dia tidak terlalu antusias menontonnya seperti minggu-minggu lalu. Menonton tv sendirian tidak biasa dia lakukan, setidaknya sejak dia mengenal Kai dan jatuh cinta padanya. Kyungsoo menghela napas pelan, mendongakkan wajahnya dan menutup kedua matanya dengan sebelah tangan.

"Ya, sudah aku bilang jangan keseringan memasang wajah kesusahan seperti itu." Sebuah suara menegur Kyungsoo dari belakang membuat gadis mungil itu menoleh. Senyumnya langsung tersungging begitu melihat Baekhyun yang berjalan ke arahnya sambil menggendong seorang bayi kecil yang nampaknya baru selesai dimandikan. Ada bercak putih bedak yang tersapu merata di wajah bulatnya yang gemuk.

"Chaehyun-ah~ kau sudah mandi? Sini, sini, sama Noona. Ayo, sini~" rayu Kyungsoo disambut gelak tawa lucu bayi di gendongan Baekhyun. Baekhyun hanya tersenyum melihat sikap hangat temannya dan meletakkan Chaehyun dengan pelan di atas sofa.

Kedua tangan Kyungsoo langsung meraih ketiak bayi laki-laki berumur 1 tahun itu dan mendudukkannya di pangkuannya. Sekarang dia benar-benar sudah tidak konsentrasi lagi pada drama yang ditayangkan di televisi, fokusnya sudah teralih sepenuhnya pada tingkah lucu dan ceria Chaehyun. Mereka berdua berinteraksi dan bercanda layaknya teman seumuran.

"Kau belum menghubungi Kai?" tanya Baekhyun sambil mengganti channel tv.

Wajah Kyungsoo langsung berubah masam merespon nama yang barusan disebut oleh sahabatnya. "Ya, jangan bicarakan dia!" ketusnya.

"Mau sampai kapan kau marah padanya? Aish, jinjja. Ini sudah hampir seminggu dan Sabtu besok Chanyeol akan pulang. Kau sudah tidak bisa lagi menginap di sini," balas Baekhyun tak kalah ketus.

Kyungsoo manyun. "Aku akan tidur di sini dan memakai headset dengan musik keras. Jadi aku tidak akan mendengarkan apa-apa. Aku tidak akan menguping kalian," ujarnya polos membuat ekspresi wajah Baekhyun berubah. Tertegun, kesal, dan merona malu.

"YA! Bukan itu maksudku! Mau sampai kapan kalian bertengkar dan tidak mau mengalah begini!? Kalian sudah dewasa dan sebentar lagi punya anak! Apa kalian akan terus-terusan kabur dan merepotkan orang lain setiap kali bertengkar!? Pikirkan anak kalian! Urus rumah tanggamu sendiri dan jangan bawa-bawa keluar!" Baekhyun berteriak frustasi.

"Hiks, huwaaa!" Chaehyun yang terkejut karena suara keras Umma-nya, mendadak menangis.

"Ya, Baekhyun-ah! Kau membuat Chaehyun takut, aish..." umpat Kyungsoo sambil berdiri, menggendong bayi kecil itu dan mengelus-elus punggungnya supaya tangisannya berhenti. "Tidak apa-apa, sayang. Umma tidak marah padamu, kok. Jangan menangis ya. Cup cup cup," bujuk Kyungsoo.

"Ya, Do Kyungsoo, turunkan dia," perintah Baekhyun.

"Wae? Chaehyun menangis, dia harus digendong biar cepat diam," bantah Kyungsoo yang malah membawa bayi di gendongannya berjalan-jalan.

"Sayang, sudah tidak apa-apa. Umma sudah tidak marah lagi kok. Diam ya. Chaehyun anak pintar 'kan?" kembali Kyungsoo membujuk bayi laki-laki yang masih menangis di pelukannya. Tangan mungil Chaehyun terjulur ke arah Baekhyun, mencari ibunya.

Baekhyun mendengus, dia mendekati Kyungsoo dan meraih tubuh anaknya dengan cepat membuat Kyungsoo melongo.

"Sudah aku bilang jangan menggendong Chaehyun. Bagaimana kalau tiba-tiba dia menendang perutmu?" Baekhyun mengarahkan dagu pada perut Kyungsoo yang terlihat menyembul keluar di balik kaos longgarnya.

Kyungsoo menyentuh perutnya dengan pelan. "Tapi Chaehyun cukup tenang kalau aku gendong," desisnya.

"Mana kita tahu. Anak ini banyak gerak seperti Appa-nya. Mulai sekarang jangan pernah lagi menggendongnya. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu." Baekhyun mengakhiri sesi mengomelnya dan mengalihkan perhatian pada Chaehyun yang masih merengek di gendongannya.

"Ya, apa kau sedang melakukan aegyo pada Umma sekarang? Huh?" tanya Baekhyun menyadari jika sedari tadi tangan Chaehyun menepuk-nepuk dadanya tanpa mau berhenti menangis.

"Kau menangis hanya untuk mendapatkan susu 'kan? Benar 'kan?" tuduh Baekhyun. Untuk sesaat anaknya mendongakkan wajah, sepasang matanya yang bulat lebar persis mata Chanyeol menatap lurus mata Baekhyun dengan ekspresi puppy eyes, lalu tangisannya pecah lagi.

"Kau benar-benar tahu cara menggunakan senjata tangisanmu itu. Dasar anak nakal." Baekhyun mencubit gemas pipi gembul bayinya dan kembali duduk di sofa, memangku Chaehyun berhadapan dengan tubuhnya.

Baekhyun melepas kancing kemejanya satu per satu dan memberikan apa yang diminta bayinya. Segera Chaehyun meraup dada ibunya dengan rakus, seolah dia benar-benar merasa kelaparan atau mungkin dia hanya sedang merayakan keberhasilan aegyo-nya saja?

"Awas kalau kau berani menggigit. Umma akan memberimu susu botol. Arajji?" ancam Baekhyun.

Seolah mengerti perkataan Umma-nya, Chaehyun melirikkan mata ke atas dan tersenyum, tangan mungilnya terangkat menepuk-nepuk pipi Baekhyun dengan pelan sementara mulutnya masih sibuk menghisap ASI ibunya itu. Melihat polah tingkah lucu bayinya yang seperti itu, Baekhyun tak tahan untuk tidak tersenyum. Dia menciumi tangan Chaehyun sampai bayinya tertawa pelan.

"Jangan tertawa, kau bisa tersedak nanti," tegur Baekhyun dan lagi-lagi seolah mengerti peringatan dari ibunya, Chaehyun berhenti terkikik dan kembali fokus menghisap ASI Baekhyun.

Kyungsoo yang sedari tadi menyaksikan adegan hangat antara Ibu dan anak itu hanya dapat menyunggingkan senyuman tipis. Dia duduk di sebelah Baekhyun dengan tangan tanpa sadar mengusap perutnya yang mulai terlihat membuncit.

"Kau iri? Kau ingin seperti ini?" tebak Baekhyun membaca ekspresi wajah Kyungsoo. Temannya hanya membalas dengan heart-shape smile di bibirnya.

"Kau akan segera mengalaminya. Tenang saja," ujar Baekhyun. Kyungsoo mengangguk tanpa melepaskan senyuman dari wajah mungilnya yang cantik. Dia bergerak mengusap kepala Chaehyun yang mulai terlihat mengantuk.

"Ah, ya." Baekhyun teringat sesuatu. "Apa perutmu baik-baik saja?" tanyanya membuat alis Kyungsoo mengerut.

"Maksudmu?" balas Kyungsoo tidak mengerti.

"Kau dan Kai sedang bertengkar, apa kau tidak merasakan apa-apa di perutmu? Biasanya kalau pasangan sedang bertengkar, bayi akan merasa gelisah. Aku dulu juga seperti itu. Waktu aku bertengkar dengan Chanyeol, anak ini tidak mau tenang dan membuat perutku sakit setengah mati. Aku sampai berpikir kalau aku akan keguguran," jelas Baekhyun dengan ujung jari menoyor pelan kening Chaehyun yang sudah memejamkan mata bulatnya.

Kyungsoo memutar mata. "Akhir-akhir ini memang rasanya sedikit tidak nyaman. Dia sepertinya bergerak-gerak terus," akunya sambil meletakkan tangan mungilnya di atas perutnya kembali.

"Bayi itu pasti merindukan Appa-nya. Cepatlah pulang dan berbaikan, jangan biarkan masalah seperti ini berlarut-larut. Beban pikiran bisa berdampak buruk untukmu." Baekhyun memberikan nasehat yang sama untuk kesekian kalinya.

Kyungsoo menghela napas perlahan. Bukan keinginannya untuk pergi dari rumah dan meninggalkan Kai. Niat awalnya hanya ingin menggertak saja. Dia berpikir jika dia bilang dia akan pergi, Kai akan setidaknya mencegahnya dan saat dia benar-benar pergi, namja itu akan mencarinya. Itulah yang dia pikirkan.

Tapi sekarang sudah hari kelima dia tidak kembali ke rumah dan tidak ada tanda-tanda Kai mencarinya. Jangankan mencari, orang itu bahkan tidak menelpon ataupun mengiriminya pesan. Meski Kyungsoo yakin Kai tahu tempatnya berada sekarang, tapi melihat kenyataan bahwa namja yang sekarang menjadi ayah dari janin di perutnya itu tidak peduli padanya membuat darah Kyungsoo kembali naik ke kepala.

"Si Bodoh itu...meskipun dia datang padaku dan bersujud memintaku pulang, aku tidak akan pernah pulang," geram Kyungsoo mengingat lagi pertengkaran mereka dan bagaimana Kai bersikap kekanakan, menurutnya.

"Ya, jangan mengatakan hal-hal yang buruk seperti itu. Kau sedang hamil, anakmu bisa mendengarmu," tegur Baekhyun.

"Ya, jangan menasehatiku kalau kau sendiri juga melakukan apa yang aku lakukan!" balas Kyungsoo yang tahu persis tabiat kasar Baekhyun sejak dia masih remaja. Mulut Baekhyun manyun, skakmat gara-gara kalimat temannya.

"Aish, sudahlah. Yang pasti, segera hubungi Kai dan selesaikan masalah kalian. Aku tidak mau terbawa-bawa lebih jauh lagi." Baekhyun menegaskan dan berdiri, menggendong Chaehyun yang sudah tertidur lalu berjalan kembali ke kamar untuk menidurkan bayinya, meninggalkan Kyungsoo yang duduk terdiam sendirian.

Aku tidak akan menghubunginya, batin Kyungsoo seraya menyentuh perutnya.

Aku tidak akan menghubunginya sebelum dia menghubungiku lebih dulu!

RO_OM

Kai menghempaskan pinggul di sofa usang yang diletakkan di sudut bengkel. Ujung-ujung rambut coklatnya yang jatuh berantakan di depan keningnya nampak basah baik oleh air maupun keringat. Dia baru saja mencuci tangan dan muka, dia memilih untuk tidak mandi karena setelah istirahat makan siang ini dia masih harus meneruskan pekerjaannya yang baru separuh selesai. Percuma saja mandi jika nanti dia akan mengotori badannya lagi.

Namja berkulit coklat eksotis tersebut meraih tas punggungnya yang menggantung di paku tak jauh dari tempatnya duduk, mengambil sebotol air dan sebungkus roti daging. Tanpa menunggu lagi, segera dia lahap makan siangnya yang sebenarnya cukup menyedihkan itu dalam diam.

Untung Chen sedang ada urusan dengan klien di dalam kantor, karena jika dia melihatnya makan roti seperti ini, mulutnya yang tipis itu pasti berkicau lagi. Dan bisa ditebak topik yang dia singgung mengenai apa, sudah tentu Kyungsoo. Sebab, biasanya Kai selalu membawa bekal untuk makan siang. Kotak nasi yang tersusun atas 3 bagian yang masing-masing berisi nasi, lauk, dan sayuran yang dimasak oleh Kyungsoo.

Kalau terbiasa melihat Kai yang makan bekal dan tiba-tiba beralih menjadi makan roti, sudah pasti Chen tidak akan melewatkan moment seperti itu dan akan langsung menyerangnya, yang nanti berakhir dengan bujukan supaya berbaikan dan membawa Kyungsoo pulang. Memikirkan hal seperti itu saja sudah membuat Kai mendengus kesal.

Selagi sedang menghabiskan gigitan terakhir rotinya, mata kelam Kai menangkap sosok beberapa anak kecil yang berjalan menuntun sepeda mendekati bengkel. Seorang teman Kai yang sama-sama menjadi mekanis terlihat bergerak menyapa bocah-bocah lucu itu. Si bocah menunjuk rantai sepedanya membuat Kai mengerti alasan mereka ke bengkel. Rantai sepeda mereka lepas.

Kai terdiam sesaat, pemandangan tersebut mengingatkannya pada moment pertama kali dia bertemu dengan Kyungsoo. Sama persis seperti itu. Kai bahkan masih ingat keadaan cuaca dan suasana hatinya kala itu.

Saat itu jam makan siang, seperti sekarang, Kai sudah bersiap meninggalkan pekerjaannya dan bermaksud untuk pergi makan ketika Kyungsoo datang sambil menuntun sepeda yang rantainya lepas. Waktu itu kedua tangan putihnya nampak kotor oleh warna hitam oli, sepertinya dia sudah mencoba untuk memperbaikinya sendiri tapi gagal.

Awalnya Kai tidak ingin membantu karena dia sudah merasa sangat lapar dan ingin makan, tapi begitu melihat ekspresi kecewa Kyungsoo saat dia bilang dia tidak bisa membantu, Kai berubah pikiran. Alhasil, dia menggunakan jam istirahatnya untuk bekerja.

Esoknya, gadis itu (Kyungsoo) datang lagi ke bengkel, namun lebih pagi. Tak usah ditanya dia mencari siapa, tentu saja Kai. Kyungsoo menyerahkan kotak bekal sebagai tanda terima kasihnya sekaligus permintaan maaf karena sudah membuat mekanis muda itu bekerja di jam istirahatnya. Kai menghapus separuh penilaian negatifnya terhadap yeoja mungil yang dia kira masih menjadi siswi SMP itu dan seluruh penilaian negatif tersebut musnah manakala Kai memakan bekal buatan Kyungsoo. Sangat lezat!

Dua hari kemudian, yeoja mungil itu datang lagi, masih dengan sepeda, rantai lepas, dan sepasang tangan kotornya. Sambil tersenyum canggung, Kyungsoo memberikan tatapan mata minta tolong pada Kai yang hanya membalasnya dengan anggukan pasrah. Mereka sama sekali tidak bertukar sapa ketika Kai memperbaiki rantai sepeda Kyungsoo sementara gadis itu menungguinya tepat di sebelahnya. Tanpa Kai tahu, yeoja itu memandanginya terus-menerus.

Seperti sebelumnya, esoknya yeoja bertubuh mungil dan punya wajah seperti anak SMP tersebut datang lagi ke bengkel, bukan untuk membenarkan rantai sepedanya tapi untuk memberikan kotak bekal pada Kai. Dengan senang hati Kai menerimanya sebab itu berarti dia akan punya menu makan siang yang sehat dan lezat.

Seolah sudah menjadi takdir atau memang ada yang mengaturnya hingga jadi seperti itu, kejadian tersebut terulang beberapa kali selama hampir 2 minggu. Menjelang tengah hari di jam istirahat, Kyungsoo akan datang dengan rantai sepedanya yang lepas. Kai sangat yakin dia sudah memperbaiki rantai itu dan menyettingnya sedemikian rupa sampai tidak akan mungkin longgar dan lepas hanya dalam waktu 2 hari kecuali gadis mungil di depannya mengendarai sepeda untuk menuruni jurang atau memang sengaja melepas rantainya.

Setelah selesai dengan memperbaiki rantai, esoknya Kyungsoo akan datang kembali untuk memberikan kotak bekal. Kai yang suka makan makanan enak tentu tidak keberatan menerimanya meski rasa aneh menyelusup di benaknya. Jika memang sejak awal Kyungsoo bermaksud untuk memberinya bekal, kenapa tidak kemarin saja waktu dia membawa sepeda ke bengkel?

Tapi kemudian Kai menepis pemikiran tersebut. Rantai lepas adalah sesuatu yang tidak disengaja, jadi wajar jika Kyungsoo tidak mempersiapkan apa-apa sebab dia juga tidak tahu jika rantai sepedanya akan lepas. Dengan berbekal dugaan sederhana seperti itu, Kai memutuskan untuk tidak punya pemikiran lebih jauh mengenai yeoja putih mungil yang bahkan tidak dia tahu namanya tersebut.

Hingga kemudian, takdir membawa mereka ke setting panggung yang berbeda. Musim panas sudah hampir berakhir dan musim gugur telah menyapa di pelupuk mata. Cuaca yang tadinya terik berangsur-angsur mulai sedikit lembab ditandai oleh hujan yang semakin sering turun. Jam baru menunjukkan pukul 6 sore ketika hujan turun dengan deras, memperangkap Kai dalam perjalanan pulang. Bengkel tutup lebih cepat karena Chen punya janji kencan dengan pacarnya yang baru kembali dari Cina.

Kai berdiri merapat di dinding sebuah bangunan tempat les vokal sambil menunggu hujan reda. Selagi dia menengadahkan tangan dan bermain air untuk mengurangi bosan, sesuatu yang dia kenal mencuri perhatiannya. Tak jauh dari tempatnya berdiri ada deretan sepeda-sepeda yang terparkir rapi dan sepertinya dia mengenal salah satu dari sepeda itu. Sepeda yang biasa dia perbaiki rantainya, sepeda yang biasa dipakai oleh yeoja mungil pandai memasak yang tidak dia tahu namanya.

Awalnya Kai berpikir jika itu hanya sepeda yang kebetulan sama saja dan tidak terlalu ambil pusing. Begitu hujan reda dan Kai bermaksud untuk melangkah pergi, telinganya mendengar suara yang tidak asing.

Yeoja bermata bulat tersebut terlihat keluar dari dalam tempat les bersama dengan beberapa anak kecil yang berlarian tidak sabar untuk segera pulang. Ikut les? Itu tebakan Kai sampai seorang bocah memanggil gadis tersebut dengan sebutan 'Sonsaengnim'. Sepasang mata coklat Kai terbeliak lebar. Sonsaengnim!? Dia!? Kai shock.

1 hari, 2 hari, seminggu pun berlalu tanpa kedatangan yeoja itu di bengkel. Kai tidak terlalu memusingkannya, walau pada kenyataannya dia seperti menunggu kemunculannya. Setiap jam istirahat, namja itu akan bergeming di bengkel tidak segera pergi menyusul teman-temannya. Dia baru akan beranjak setelah jam makan siang hampir selesai, itupun dengan helaan napas kecewa. Bukan tanpa alasan Kai menunggu Kyungsoo, dia ingin bertanya tentang umur gadis itu. Mana ada murid SMP menjadi seorang Sonsaengnim di tempat les vokal?

Kai masih ingat, hari itu hari Minggu, hari istimewa baginya. Kenapa? Karena untuk pertama kalinya Chen meliburkan bengkel selama 1 hari penuh. Ingin rasanya Kai menemui pacar manager-gila-uang-nya tersebut lalu sungkem dan berterima kasih, karena ada dia makanya perhatian Chen akhirnya teralih dari deretan angka pemasukan yang selama ini didewakannya dan jadi sibuk memikirkan kencan, secara tidak langsung memberikan ruang bagi para budak-budaknya untuk merasakan kehidupan sebagai seorang manusia, dan bukan sebagai mesin pencetak uang.

Saat itu nyaris tengah hari ketika Kai baru saja bangun dan pergi keluar apartemen bermaksud mencari sarapan. Di tengah perjalanan pulang, sebuah sosok yang berjongkok di perpatahan gang di pinggir trotoar menyita perhatiannya, Kai menghentikan laju sepedanya dan memandang sosok itu untuk bisa menentukan apakah dia orang yang benar seperti dugaannya atau tidak. Dan bingo! Itu Kyungsoo!

Kai turun dari sepeda dan bergerak mendekati Kyungsoo tanpa suara. Gadis mungil itu sedang duduk jongkok di sebelah gir roda belakang sepedanya dengan tangan putihnya mengutak-atik rantai. Kai berpikir jika rantai sepedanya lepas lagi, tapi...

"Aish, kenapa ini susah sekali lepas!" Kyungsoo mengumpat, menghentikan niat Kai untuk menyapanya.

"Ya! Tidak seharusnya kau memasangnya sekuat ini! Kau seharusnya memasangnya longgar saja biar aku bisa melepasnya!" yeoja mungil itu mengomel.

"Kalau rantainya tidak mau lepas, bagaimana aku bisa bertemu denganmu," cicitnya kemudian, sementara Kai yang mendengar semuanya dari belakang hanya bisa terdiam dan mengeluarkan seringaian.

Apa-apaan ini, batin Kai waktu itu, merasa bodoh dan sudah dibodohi. Jadi selama ini, Kyungsoo sengaja melepas rantai sepedanya hanya untuk pergi ke bengkel? Penipuan macam apa ini?

Kai memutar arah sepedanya, bermaksud meninggalkan Kyungsoo, namun sorakan yeoja itu mengurungkan niatnya. Kai memandang rantai yang sepeda Kyungsoo yang menggelepar pasrah tak dapat mempertahankan kehidupannya lebih lama. Tapi sorakan yeoja mungil itu tak bertahan lama sebab kemudian dia merintih kesakitan sambil memegang tangannya yang berdarah. Sepertinya dia melukai jarinya saat mencoba melepas rantai tadi.

Kyungsoo hendak meraih tas yang berada di keranjang sepeda, bermaksud untuk mengambil sesuatu yang bisa membersihkan lukanya, lalu yeoja tersebut baru sadar jika kedua tangannya sangat kotor dan memutuskan untuk mencuci tangan lebih dulu. Dia berbalik dan matanya langsung bertemu tatap dengan mata Kai. Kyungsoo membulatkan sepasang matanya yang sudah bulat, tak ada bisa dia lakukan selain memperlihatkan ekspresi terkejut menatap wajah Kai yang datar memandangnya.

Beberapa hari berlalu setelah peristiwa memalukan tersebut. Kyungsoo tidak lagi datang ke bengkel dan Kai tidak ingin memikirkan alasannya. Setiap kali dia teringat gadis itu, dia jadi kesal karena merasa sudah ditipu, benar-benar ditipu. Niat baiknya membantu yeoja itu setiap saat, positive thinking yang dia tujukan padanya, ternyata malah berkebalikan dengan kenyataan yang ada. Kyungsoo menipunya, berpura-pura rantainya lepas hanya untuk mengganggu pekerjaan Kai. Lalu untuk apa Kai melewatkan makan siang dan kelaparan selama ini jika semuanya sia-sia dan terbayar dengan kebohongan.

Kai memang orang yang kurang sensitif. Dia, jika tidak diberitahu secara langsung tepat di gendang telinganya, selamanya tidak akan mengerti dan salah paham. Namun untuk pertama kalinya, Kai mengerti sesuatu tanpa ada yang menjelaskan secara gamblang padanya. Kai mengerti maksud Kyungsoo yang tidak terucap dari bibirnya melainkan tercermin dari sikapnya selama ini.

Memang butuh waktu bagi Kai untuk menyadari itu, menyadari arti sikap Kyungsoo yang bolak-balik datang ke bengkel dan sengaja merusak sepedanya sendiri hanya untuk punya alasan ke bengkel. Dia baru menyadari adanya niat yang tersembunyi di balik sikap malu-malunya itu, menyadari jika mungkin saja keputusannya untuk membenci yeoja itu karena sudah berbohong adalah sebuah kesalahan. Karena buktinya, meski Kai terus mengatakan dia kesal sudah dibohongi, nyatanya dia merasa kehilangan.

Sejak Kyungsoo tidak pernah muncul lagi di bengkel, entah kenapa Kai tidak bisa berhenti memikirkan tentang gadis itu dan tanpa sadar dia kembali menunggunya, tak beranjak dari bengkel meski jam istirahat sudah dimulai bahkan terkadang dia melewatkan ritual makan siang dengan harapan mendadak Kyungsoo datang dengan sepeda rusak di tangannya.

Kai merasa bodoh. Dia benar-benar merasa seperti orang idiot karena sudah pergi tanpa mau mendengarkan penjelasan yeoja mungil itu, membuat dugaan-dugaan tanpa adanya konfirmasi sama sekali, seenaknya men-judge orang, dan lebih parahnya lagi, karena dia sekarang sudah berani merindukan seseorang yang bahkan tidak dia tahu namanya.

Penantian Kai berakhir ketika akhirnya sosok mungil itu menampakkan diri. Penampilannya kasual dengan sepatu kets dan rambut dikuncir seperti biasa, agaknya dia adalah tipe yeoja yang tidak terlalu ribet dalam hal fashion. Dia datang dengan perasaan gugup dan campur aduk, terlihat dari bagaimana tangan putihnya meremas-remas tali tas dan wajahnya yang menunduk, tidak berani menatap Kai.

"Mian," itu yang terucap pertama kali dari mulut mungilnya. Satu kata pendek, tapi cukup mewakili semua yang ingin dia katakan. Dan Kai merasa tidak perlu mendengarkan sisanya karena dia sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh yeoja tersebut.

"Sepedamu kemana?" tanya Kai datar. Kyungsoo terlihat terkejut sesaat, kepanikan menguar jelas dari sepasang bola mata bulatnya. Dia merasa jika Kai sedang menyindirnya.

"Rur...rusak..." desisnya. "Ngngng...itu...anu, aku tidak bermaksud..."

"Kau belum memperbaikinya sejak kemarin itu?" Kai tidak mempedulikan kegugupan gadis di depannya.

"Ne?" mata Kyungsoo terbeliak lalu dia menggeleng.

"Dimana kau tinggal? Akan aku memperbaikinya untukmu, daripada kau harus capek-capek menuntunnya ke sini."

Kalimat Kai sukses membuat Kyungsoo melongo. Dan demi apapun di dunia ini, ekspresi blank Kyungsoo waktu itu benar-benar membuat jantung Kai menggelepar untuk pertama kalinya. Sangat cute! Tak bisa ditolak sama sekali! Wajah Kai terasa panas dan dia merutuk dalam hati karena sudah tersipu gara-gara gadis itu.

"A...aku bukan orang yang gampang memaafkan orang lain." Kai gugup.

"Tapi, pulang kerja biasanya aku lapar." Kai mengatakan kalimat ambigu yang sarat oleh makna. Butuh beberapa saat untuk Kyungsoo menyadari makna itu dan begitu dia tahu, heart-shape smile yang dirindukan Kai merekah cantik di wajahnya. Wajah Kai terasa semakin panas dan jantungnya semakin berpacu seolah sedang ikut balap lari. Sekali lagi, Kai merutuk dalam hati.

"Ne, aku...aku akan memasak makan malam untukmu." Kyungsoo loading lebih cepat daripada Kai. "Aku tinggal di apartemen tempat kita bertemu terakhir kali," sambungnya.

Lalu sore harinya, sepulang dari bengkel, Kai mampir ke tempat Kyungsoo, memperbaiki sepeda gadis itu dan makan malam di rumahnya. Untuk pertama kalinya, setelah saling bertemu, mereka terlibat obrolan yang banyak dan panjang. Kai juga berkesempatan menanyakan banyak hal yang dia ingin ketahui dari gadis mungil tersebut.

Hanya satu malam mereka bersama dan sudah banyak informasi yang Kai dapatnya. Nama yeoja mungil itu Do Kyungsoo. Dia terlihat malu-malu dan cukup pendiam dari luar tapi sebenarnya dia adalah orang yang sangat ceria dan banyak bicara. Meski tubuhnya kecil, usianya sudah 22 tahun, setahun lebih tua daripada Kai. Dia baru saja lulus dari universitas dan sekarang mengajar di sebuah les vokal tempat Kai berteduh dulu. Kampung halamannya berada di luar kota dan dia tinggal di Seoul sendirian. Dia belum punya kekasih dan yang lebih penting lagi...dia masih perawan. Awal perkenalan yang aneh dan terkesan begitu lancang, tapi setidaknya sejak saat itu Kai dan Kyungsoo tidak terpisahkan.

2 tahun pacaran dan 1 tahun tinggal bersama bukanlah waktu yang sebentar untuk Kai dan Kyungsoo. Selama tenggang 3 tahun tersebut keduanya jatuh bangun menjalani hubungan. Kai yang cuek, tidak sensitif, dan cenderung sedikit egois beberapa kali membuat Kyungsoo meledak menghadapinya. Sementara Kyungsoo yang perasa, suka kebersihan, dan bawel sering membuat telinga Kai berdenging dengan semua omelannya setiap hari. Namun seiring waktu, mereka membiasakan diri satu dengan yang lain.

Meski Kai cuek dan terkadang menyebalkan, tapi dia adalah seorang pendengar yang baik dan tidak pernah protes dengan omelan-omelan kekasihnya. Malah sebaliknya, rutinitas ceramah Kyungsoo itu berhasil mengurangi frekuensi kebiasaannya mencecerkan barang sembarangan.

Dan walaupun Kyungsoo terkadang galak dan keras kepala tanpa alasan, dia sebenarnya orang yang cukup polos. Kai hanya perlu mengatakan beberapa hal yang masuk akal dan Kyungsoo akan luruh dengan sendirinya. Tidak lupa, ekspresi cute gadis itu yang bahkan masih tetap terlihat ketika dia marah-marah menjadi alasan mendasar Kai untuk tidak bisa balas marah padanya dan malah senyum-senyum menertawakan pouting lucu bibir seksi Kyungsoo. Jika sudah begitu, Kyungsoo akan semakin meradang mengira Kai tidak menganggap serius kemarahannya dan yang perlu Kai lakukan untuk menghentikan aksi anarkis lanjutan dari gadisnya adalah membawa tubuh mungil tersebut ke tempat tidur.

Begitu banyak hal yang sudah mereka alami dan begitu banyak hal yang sudah mereka korbankan. Termasuk kemarahan keluarga Kyungsoo begitu tahu anak gadisnya tinggal serumah dengan seorang namja yang bahkan belum menjadi suaminya, ditambah dengan kenyataan jika Kyungsoo tengah berbadan dua, anak Kai. Jika saja Umma Kyungsoo tidak melindunginya dan memohon-mohon pada Appanya, sudah pasti Kyungsoo sekarang berada di USA melakukan aborsi.

Kai menghela napas panjang mengingat semua masa lalu yang mendadak mencuat ke permukaan kepalanya tersebut. Padahal, awalnya dia hanya memikirkan pertemuan pertamanya dengan Kyungsoo dan malah berujung lamunan panjang. Kai terdiam, dia tidak tahu jika mengingat satu orang dapat merangsang ingatan-ingatan lain untuk ikut keluar. Itu cukup menjadi bukti jika Kyungsoo sudah menjadi bagian penting dari memori yang berada di kepalanya. Sekali lagi Kai menghela napas.

Mengingat Kyungsoo saja tidak cukup, sekarang dia ingin melihat yeoja itu, mendengar suaranya, menikmati perubahan wajahnya yang ekspresif dan lucu, terutama yang terpenting dari yang paling penting adalah Kai merindukan baby tummy gadis itu. Sudah berapa besar perut Kyungsoo sekarang, apakah dia masih merasa tidak nyaman tidur dengan perut yang mulai terasa mengganjal, dan apakah bayinya tidak berbuat nakal hingga merepotkan ibunya.

Memikirkan semua itu membuat Kai hampir gila. Namja tersebut kembali menyambar tas dan mengambil ponsel, membuka softcase-nya. Wallpaper foto Kyungsoo dan dirinya yang saling tersenyum ceria sambil bertukar V sign langsung menyapa, menghentikan gerakan Kai untuk sesaat.

"...aku membuangnya." Mendadak satu kalimat yang pernah diucapkan Kyungsoo dengan tatapan mata dingin dan datar menyeruak di kepala Kai tanpa ijin. Tangan Kai langsung menggenggam ponselnya dengan erat, sepasang matanya menajam, musnah sudah semua rasa rindunya barusan, menguap entah kemana.

"Kau juga tidak pernah mempedulikannya 'kan? Jadi aku membuangnya." Satu kalimat yang lebih sempurna yang kembali menggema di tempurung kepala Kai sukses membuat sebelah alis namja berkulit tan itu berkedut.

Kai memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. Persetan dengan rindu, persetan dengan ingin bertemu, gadis itu sudah menghancurkan hidup Kai menjadi serpihan. Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan. Mengusik riak tenang seorang Kim Jongin. Kai berdiri sambil mendengus keras bersamaan dengan bel tanda jam istirahat berakhir berbunyi nyaring.

RO_OM

Sekali lagi Kyungsoo mematut diri di depan cermin besar di kamar Baekhyun, memperhatikan penampilannya yang kala itu memakai blus selutut dan hoodie tebal yang menenggelamkan kedua tangannya hingga ke jari. Kyungsoo merapikan poni rambutnya yang jatuh halus di depan keningnya lalu tersenyum. Dia menyentuh baby tummy-nya yang tersembunyi hangat di balik hoodie, mengusapnya dengan lembut dan penuh rasa sayang, lalu senyuman cerianya merekah kembali. Kyungsoo berbalik, meraih tas, dan berjalan keluar kamar.

Rumah sedang sepi karena Baekhyun sedang pergi berbelanja ke pasar membawa Chaehyun. Sementara Kyungsoo juga punya acara hari ini, sekarang adalah jadwalnya untuk memeriksakan kandungan setiap bulan. Biasanya dia selalu ditemani Kai, tapi kali ini dia pergi sendirian. Dia bahkan tidak peduli jika Kai tidak ingat hari ini adalah jadwalnya ke rumah sakit. Kyungsoo selesai memakai sepatu dan segera berjalan keluar apartemen.

Klap, pintu apartemen tertutup dan mengunci otomatis.

. . .

"Aigoo, aigoo, aigoo...coba lihat dia, lihatlah! Senang sekali sepertinya dia!" Suho heboh sendiri sambil menunjuk-nunjuk ke arah layar USG yang menampilkan isi perut Kyungsoo.

Dengan penasaran Kyungsoo melongokkan kepalanya mengikuti arah jari Suho dan senyumannya langsung muncul melihat gambar yang dimaksud oleh dokter muda tersebut. Sebuah video hitam putih menampilkan sosok gumpalan darah berjiwa yang bersemayam di dalam rahim Kyungsoo. Memang benar jika sosok itu terus bergerak dengan riang seperti yang dikatakan oleh Suho, seolah dia sangat menikmati berada di dalam tubuh Kyungsoo.

"Dia benar-benar sangat aktif, bergerak-gerak terus. Sehat sekali," puji Suho senang. "Kau pasti dapat banyak kesulitan menghadapi anak ini. Apa perutmu sering terasa nyeri tiba-tiba atau kram?" tanya Suho.

Kyungsoo mengangguk. "Terkadang kalau aku tiba-tiba berdiri setelah duduk, akan terasa sedikit sakit. Lalu waktu tidur juga, rasanya tidak nyaman. Tapi aku tidak merasa kram sama sekali."

"Usahakan jangan terlalu sering berdiri tiba-tiba, pelan-pelan saja, itu akan membuat bayimu tidak kaget dan kau tidak akan merasa nyeri. Kalau kau kesulitan tidur, tidurlah dalam posisi setengah duduk atau miring, cobalah untuk mendengarkan lagu-lagu klasik. Lagu klasik juga bagus untuk perkembangan otak bayi," jelas Suho memberi saran. Kyungsoo mengangguk patuh.

"Dan jangan terlalu sering bertengkar dengan Kai!" kalimat terakhir Suho yang keluar penuh penegasan membuat Kyungsoo nyengir.

"Buang ego kalian masing-masing dan mulailah memikirkan anak kalian. Sebelum kalian memutuskan untuk bertengkar, ingatlah bayi kalian. Kalian sudah bukan ABG lagi, bagaimana bisa masih ngambek-ngambekan seperti itu? Kekanakan sekali, aish jinjja." Dokter muda tersebut mengomel sambil membereskan peralatan USG-nya dan menghadap meja, menuliskan resep vitamin untuk Kyungsoo yang sudah kembali merapikan pakaiannya.

"Kenapa semua orang memarahiku? Kenapa bukan Kai?" desis Kyungsoo cemberut.

"Karena yang muncul di depan kami adalah kau dan bukan Kai. Kalau saja aku bertemu Kai, sudah pasti aku pukul dia sampai terbang ke galaksi," dengus Suho membuat Kyungsoo tertawa geli.

Sambil menunggu Suho selesai menulis resep, mata bulat yeoja mungil itu mengobservasi meja kerja dokternya dan sepasang pupilnya berhenti pada sebuah bingkai foto yang menunjukkan gambar Suho bersama dengan seorang pria dan dua orang bocah lelaki kecil berwajah mirip.

"Unnie, bagaimana kabar si kembar? Apa mereka masih suka bertengkar?" celetuk Kyungsoo. Suho memandang foto keluarganya sebelum menjawab.

"Mereka akan selamanya selalu bertengkar dan tidak akur. Mereka memang sudah ditakdirkan seperti itu," desis Suho lebih mirip seperti mengeluh.

"Tapi aku dengar, semakin sering saudara kembar bertengkar maka semakin kuat hubungan batin mereka," ujar Kyungsoo.

"Yahh...setidaknya mereka memang kompak untuk beberapa hal. Terutama waktu membahas galaksi." Sekali lagi kalimat Suho sarat dengan keluhan.

Kyungsoo tertawa. "Apa Kris Oppa masih terobsesi dengan galaksi, Unnie?" gelaknya.

"Semakin parah," desis Suho. "Dan anak-anak semuanya terpengaruh."

"Tapi Kou dan Shou sangat pintar. Jadi mungkin saja mereka bisa jadi astronot seperti keinginan Appa-nya," kata Kyungsoo sambil menerima kertas berisi resep dari Suho.

"Aku tidak masalah kalau mereka menjadi astronot..." kalimat Suho menggantung. "Masalahnya, cita-cita mereka adalah menggelar konser di bulan."

Tawa Kyungsoo lepas tanpa bisa ditahan sementara Suho hanya tersenyum kecut melihatnya.

"Anak-anakmu...benar-benar sangat mirip dengan Appa-nya, Unnie. Hahaha. Jinjja!" tawa Kyungsoo.

"Yahh...begitulah," desah wanita berwajah lembut itu. "Kyungsoo-ya, jaga kesehatanmu baik-baik. Aku akan sangat sibuk tahun ini, jadi aku tidak mau kau menambah-nambahi pekerjaanku," pesan Suho.

"Apa Minseok Unnie akan segera melahirkan?" tanya Kyungsoo seraya berdiri dan kembali merapikan bajunya.

"Jadwalnya sih masih musim dingin, tapi Chen bilang kalau akhir-akhir ini Minseok Unnie sudah sering merasakan kram perut. Mungkin maju," jawab Suho.

"Ah, kalau begitu...prematur?" tebak Kyungsoo. Suho menaikkan bahu.

"Mungkin saja. Bayi itu akan lahir kalau sudah waktunya lahir, kita tidak bisa memaksa mereka lahir atau tetap tinggal di dalam."

Kyungsoo mengangguk-angguk.

"Luhan hamil," celetuk Suho, membuat mata Kyungsoo mendelik.

"Mwo!? Lagi!?" tanyanya terkejut. Suho mengangguk.

"Dia datang ke sini bersama Sehun kemarin, makanya aku bilang kalau aku akan sangat sibuk tahun ini. Hahh...tapi sepertinya punya suami lebih muda itu memang menyenangkan. Benar-benar masih produktif." Kalimat Suho penuh dengan sindiran. "Kau juga harus berhati-hati pada Kai," imbuhnya.

Kyungsoo nyengir. "Umur kami hanya selisih setahun. Selain itu, apanya yang senang? Luhan Unnie pasti mengamuk. Anak pertama mereka baru dua tahun, yang kedua juga baru 5 bulan lalu lahir, dan sekarang dia sudah hamil lagi. Dia pasti sangat marah."

Suho menahan tawa, membenarkan tebakan Kyungsoo. Memang iya jika kemarin, ketika Luhan dan Sehun datang untuk memeriksakan Luhan yang mendadak berhenti menstruasi, dan ketika Suho mengatakan jika wanita itu kembali hamil, sudah tentu Sehun sangat senang walau berkebalikan dengan Luhan. Wanita cantik yang bahkan belum genap berusia 28 tahun tersebut langsung meradang dan memukuli suaminya di tempat, membuat kehebohan luar biasa. Dia hanya kesal karena suaminya itu tidak hati-hati tapi dia tidak menolak kehadiran anak ketiganya.

"Unnie, kau dikelilingi orang-orang yang sedang hamil, lalu kapan si kembar punya adik?" goda Kyungsoo.

Mata Suho langsung mendelik. "Ya, jangan bicara seperti itu. Ini masih terlalu awal bagi mereka untuk punya adik. Mengurusi Kou dan Shou saja sudah membuat kepalaku sakit, aku belum siap untuk kena stroke gara-gara anak ketiga."

Sekali lagi Kyungsoo tertawa. "Tapi menurut yang aku dengar, pertengkaran saudara itu akan berhenti kalau ada adik kecil di antara mereka. Karena setiap mereka akan bertengkar, mereka akan malu pada adiknya."

Suho terdiam. "Benarkah? Kalau begitu akan aku pikirkan," ujarnya entah serius atau tidak.

"Wah, sepertinya Kris Oppa akan mendapatkan jackpot malam ini," gurau Kyungsoo menuai seringaian Suho.

"Pikirkan dirimu sendiri dulu sebelum kau meledek orang lain." Dengan pelan Suho mendorong kening Kyungsoo yang ditutupi poni. Kyungsoo hanya tertawa renyah mendapat perlakuan hangat dari dokter sekaligus sahabat lamanya tersebut.

. . .

Kyungsoo sudah berada di luar rumah sakit, dia membelok ke arah kiri bermaksud untuk segera pulang ke apartemen Baekhyun. Namun langkah kakinya tersendat dan dia menoleh ke belakang, ke arah sebaliknya, arah apartemennya dan Kai. Kyungsoo ragu untuk sesaat. Dia sangat tahu jika Kai tidak mungkin ada di rumah sekarang, namja itu selalu pulang kerja setelah matahari terbenam. Selama beberapa menit Kyungsoo tidak bergerak hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke rumah lebih dulu. Melihat bagaimana Kai hidup tanpa dia beberapa hari terakhir.

. . .

Bruk, tas Kyungsoo terjatuh ke lantai begitu sepasang kakinya sudah berada di beranda. Baru sampai di beranda dan dia sudah melihat pemandangan apartemen yang mengerikan. Sepatu yang berantakan dan berada di luar rak dengan beberapa potong baju yang terlihat tergeletak begitu saja di lantai.

Kyungsoo mengambil tasnya dan menguatkan hati seraya melangkah masuk ke dalam rumah lebih dalam. Yeoja itu mematung, membeku, dan terpaku di tempatnya berdiri layaknya patung Liberty demi melihat kondisi rumah yang sudah hampir setahun dia tinggali.

Mata Kyungsoo tertegun tidak bisa berkedip melihat semua kekacauan yang tertangkap oleh retinanya. Baju kotor (termasuk boxer dan celana dalam) ada dimana-mana, di sofa, di meja, di rak buku (entah bagaimana ceritanya sampai baju itu bisa berakhir di rak buku). Sementara di atas tv tersampir handuk basah dengan pasrahnya.

Kyungsoo mengedarkan pandangan dan kepalanya semakin berdenyut nyeri melihat ruangan lain, terutama dapur, berada dalam kondisi yang tidak lebih baik. Plastik-plastik bekas ramen berceceran di dekat kompor dan meja makan, belum dibuang ke tempat sampah. Keadaan westafel lebih mengerikan lagi, penuh dengan piring, mangkuk, panci, dan gelas kotor. Nodanya berada dimana-mana. Yeoja itu melihat ke arah kulkas dan mendesah prihatin menyadari jika pintunya separuh terbuka karena terganjal kemeja yang bertengger manis tanpa dosa.

Kyungsoo menutup mata untuk sesaat, menghitung satu sampai sepuluh dalam hati, mencoba meredam dan menahan emosinya sebisa mungkin. Terasa gerakan kecil dari dalam perutnya. Gadis itu meletakkan tangan ke perutnya dan mengelusnya perlahan.

"Umma tidak marah," bisiknya. "Tenang saja, Umma tidak marah. Umma tahu ini akan terjadi kalau Appa-mu ditinggal sendirian," imbuhnya lalu menarik napas pelan-pelan, mencoba menenangkan diri.

Kyungsoo berjalan ke arah ruang tamu dan meletakkan tas di sofa setelah lebih dulu menyingkirkan pakaian-pakaian yang tersampir cuek di sandaran sofa. Kyungsoo melepas hoodie-nya dan meletakkannya di sebelah tas. Dia menggulung lengan panjang blus-nya sambil berjalan ke dapur, mengambil apron dan kain untuk menutupi rambutnya. Yeoja mungil tersebut kembali mengedarkan pandangan, mata bulatnya berputar bingung. Darimana dia harus memulai pekerjaan bersih-bersihnya?

RO_OM

Grek, Kai menegakkan kaki sepedanya dan segera mengunci benda itu lalu berjalan menuju lift untuk naik ke lantai atas, meninggalkan basement. Tiba di lantai 10, Kai melangkahkan kaki keluar lift dan segera berjalan ke pintu kamarnya dengan sedikit tergesa. Dia sudah lapar dan dia ingin segera makan. Karena memasak ramen perlu waktu, jadi sebisa mungkin dia ingin segera sampai di kamarnya.

Pip, Kai menempelkan hologram kuncinya yang membuat pintu apartemen terbuka. Namja itu langsung masuk dan melepas sepatu. Gerakan Kai terhenti, dia menoleh, memandang beranda yang sepertinya berbeda dari saat terakhir dia tinggalkan pagi tadi. Tak ada sepatu-sepatu yang berantakan di lantai, semuanya berada di rak dan tertata dengan teratur. Ekspresi Kai masih mengambang.

Apa mungkin aku tadi merapikannya dulu ya? Batinnya heran.

Masih dengan hati bertanya-tanya, Kai melangkahkan kaki masuk rumah dan dia terkejut untuk kedua kali. Rumahnya bersih. Benar-benar bersih! Tak ada baju-baju berceceran, tak ada plastik dan sampah bekas makanan, dapur juga bersih dari piring dan panci kotor, semua dust bin sudah dikosongkan, bahkan kulkas juga sudah dilap.

Kai bergegas menuju kamar tidur. Sepertinya tidak mengherankan jika dia kembali tercengang di tempatnya berdiri. Tempat tidur yang tadi pagi dia tinggalkan kacau balau sekarang sudah rapi, bahkan terlihat kalau sprei dan selimutnya juga diganti. Botol-botol lotion di atas meja rias semuanya tertata teratur, tak terlihat ada yang jatuh apalagi berantakan.

Kai keluar kamar menuju kamar mandi yang juga sudah mengkilat dan berbau harum karena disemprot penyegar ruangan. Kai kembali ke ruang tamu, tak bisa mengatakan apa-apa karena seluruh sel tubuhnya dikuasai oleh perasaan terkejut.

Apa ada malaikat yang turun ke sini? Batinnya takjub. Tapi kemudian pikirannya hinggap di satu orang, satu-satunya orang yang mungkin melakukan itu semua dan satu-satunya orang yang punya duplikat kunci apartemennya. Kai mengulum senyum tipis.

Kyungsoo? Desisnya.

Kai menutup mata, menenangkan diri untuk sesaat. Dia meletakkan tas ke sofa dan berjalan ke dapur untuk mengambil air minum. Gerakannya terhenti manakala mata kelamnya terbentur pada beberapa memo yang menempel di pintu kulkasnya yang tadi tidak dia sadari keberadaannya saking sudah lebih dulu dikuasai oleh rasa terkejut. Kai mencabut semua memo itu dan membacanya satu per satu.

Baju, selimut, dan bedcover semuanya ada di laundry. Ambillah 5 hari lagi. Bunyi memo pertama.

Ada nasi di rice cooker. Kimchi dan daging di kulkas, panaskan di microwave selama 40 detik. Bunyi memo kedua.

Aku membuang susu yang ada di kulkas. Itu sudah kadaluwarsa. Aku sudah membeli yang baru, minum saja yang itu.Tertulis di memo ketiga.

Luhan Unnie hamil lagi. Suho Unnie yang mengatakannya padaku. Memo selanjutnya sedikit aneh, membuat Kai terpatung beberapa saat. Kemudian sepasang matanya terbeliak lebar. Dia melesat mencari kalender. Ujung jarinya menelusuri angka-angka di kalender dan memekik tertahan melihat memo singkat yang ditulis di salah satu angka itu, di hari ini.

Pergi periksa ke rumah sakit. Begitu memo yang tertulis.

Bagaimana aku bisa lupa!? Aargh! Babo babo babo! Kau Appa yang payah, Kim Jongin! Kai merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Kai belum berhenti menyalahkan kebodohannya bahkan ketika dia merebahkan diri di sofa, membaca sisa memo dari Kyungsoo yang kebanyakan mengingatkannya untuk makan dan istirahat teratur. Lalu sampailah Kai di lembar kertas terakhir. Sekali lagi mata Kai membelalak. Kertas itu bukan memo, melainkan foto. Sebuah foto 4x6 hitam putih yang blur dan menampilkan gambar yang tidak jelas. Jika saja tidak ada tulisan tangan Kyungsoo yang menjelaskan maksud foto itu, mungkin Kai tidak akan mengerti.

19 minggu. Sehat dan banyak bergerak. Kalimat yang singkat, tapi cukup membuat Kai tersenyum lebar hingga memperlihatkan eyes smile-nya. Kai meletakkan semua memo di tangannya ke meja kecuali foto USG itu.

Namja tersebut memandang lekat-lekat gambar calon bayinya yang masih berupa gumpalan darah itu tanpa mampu menghilangkan senyuman di wajahnya yang seketika sudah berubah cerah. Kai menghempaskan badan ke sofa, tiduran sambil tidak melepaskan pandangan dari foto di tangannya.

"Kyeopta..." desisnya lalu menciumi foto itu dengan gemas.

"Ahh, benar-benar kyeopta!" Kai menendang-nendang udara saking bahagianya. "Bagaimana kau bisa se-kyeopta ini bahkan sebelum kau lahir? Huh?" Kai makin terbawa suasana.

Mendadak namja tersebut bangkit, meraih tasnya, dan mencari ponsel. Dia membuka softcase dan segera mencari nama Kyungsoo di list phonebook, tapi kemudian gerakannya terhenti. Kai menggeser lagi layar ponselnya, melewati nama Kyungsoo dan berakhir di nama Baekhyun.

Drrt, drrt, Baekhyun menoleh ke arah ponsel yang bergetar di atas meja riasnya. Kedua alisnya mengerut. Tidak mungkin Chanyeol menelponnya di jam-jam segini. Namja itu pasti masih sibuk di kantor sekarang. Baekhyun melepaskan dadanya dari mulut mungil Chaehyun yang sudah tidur sepenuhnya. Bayi itu masih mencecap-cecap dengan mata terpejam seolah dia masih menghisap puting susu ibunya. Baekhyun menyelimuti tubuh Chaehyun dan meletakkan selambu bayi menutupi malaikat mungilnya baru kemudian dia berjalan mengambil ponsel.

"Kim Jongin" calling...

Alis Baekhyun kembali mengerut membaca nama itu, emosinya langsung naik tanpa alasan.

"Yoboseyo," sapa Baekhyun malas.

"Yoboseyo. Noona?" balas Kai.

"Apa yang kau inginkan?" suara Baekhyun langsung ketus membuat Kai nyengir.

"Noona, apa Kyungsoo sudah tidur?" tanya Kai memilih tidak meladeni suara Baekhyun yang tidak bersahabat.

"Kenapa kau menanyakannya? Kau bahkan tidak mengirimi dia pesan, neo munjasekki-ya." Kalimat Baekhyun dipenuhi tulah dan kutukan. Dia berjalan keluar kamar dan menutup pintu perlahan-lahan supaya Chaehyun tidak terbangun, lantas melangkahkan kaki menuju ruang tamu, tempat Kyungsoo tadi menonton tv.

"Apa Kyungsoo sudah tidur atau belum?" Kai mengulangi pertanyaannya tanpa mempedulikan kemarahan Baekhyun.

"Dia sudah tidur," jawab Baekhyun begitu melihat Kyungsoo yang tertidur di sofa dengan tv masih menyala di depannya.

"Bisa aku minta tolong padamu, Noona?" tanya Kai.

"Anni, lakukan sendiri," tolak Baekhyun.

"Ah, Noona~ jebal~" Kai memohon.

"Ya, dia pacarmu dan sebentar lagi akan jadi istrimu. Dia orang yang mengandung anakmu. Kaulah yang paling berhak atas dirinya lalu kenapa aku harus melakukan sesuatu padanya hanya karena kau memintanya? Kenapa kau tidak melakukannya sendiri? Kau tidak bisa? Kau gengsi? Kalau kau merasakan itu sekarang maka jangan bertengkar sejak awal. Kalian benar-benar sangat merepotkan." Baekhyun bicara panjang lebar tanpa jeda dan titik yang pasti, begitu cepat hingga kentara menyiratkan kekesalannya, membungkam mulut Kai dalam sekejab.

"Aish, jinjja. Eotteoke...!? Aku benar-benar merasa marah padamu sekarang. Aku benar-benar ingin berteriak dan menyumpahimu tapi anakku baru saja tidur. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aisshhh...!" Baekhyun masih mengoceh dengan tempo cepat.

"Noona, kau baik-baik saja?" tanya Kai polos.

"Diamlah...!" Baekhyun menahan suaranya. "Cepat katakan apa yang harus aku lakukan pada Kyungsoo."

"Ngngh..." Kyungsoo melenguh pelan ketika sesuatu yang hangat menyentuh kedua kakinya, namun dia tidak kuasa membuka matanya yang berat karena merasa lelah luar biasa setelah seharian membersihkan kamar apartemen Kai yang seperti kapal pecah. Gadis itu tetap memejamkan mata meski menyadari ada sesuatu yang mengganjal di bawah kakinya.

Baekhyun selesai meletakkan hot pack di bawah kedua lutut Kyungsoo dan berpindah meletakkan alat kompres berisi air hangat di bawah kedua betisnya. Selanjutnya dia juga meletakkan hot pack lagi di atas tumit gadis itu. Baekhyun melakukan semuanya sesuai permintaan Kai karena namja itu bilang jika Kyungsoo sudah melakukan pekerjaan berat membersihkan apartemen hari ini dan dia pasti sedang merasa sangat lelah dengan kaki yang terasa pegal seperti mau patah.

Tentu saja Baekhyun marah besar begitu mendengar penuturan Kai. Bagaimana mungkin orang yang sedang hamil bisa dibiarkan membersihkan apartemen sendirian. Apalagi Kyungsoo itu badannya kecil, sudah pasti dia menggunakan tenaga dua kali lebih besar untuk bekerja jika dibandingkan dengan orang-orang berbadan besar seperti Kai.

Baekhyun sudah selesai meletakkan semua hot pack dan alat kompres di bawah kaki Kyungsoo. Sekarang temannya itu terlihat lebih tenang dalam tidurnya, seolah separuh rasa lelahnya sudah hilang.

"Sekarang aku tahu kenapa kau tidak meninggalkannya," desis Baekhyun. "Dia mencintaimu, sangat mencintaimu. Meskipun dia bodoh dan sangat lamban. Setidaknya dia tidak membohongi hatinya sendiri."

~ Next to Room [2-2] ~


Setelah tirakat begitu lama, akhirnya saya putuskan ini jadi two shot saja^^

Padahal one shot juga gak masalah sih ... eh, 45 halaman itu masuk one shot bukan? Total katanya 14ribuan #ngekngok (._.)

Yasehunlah, udah jadi two shot juga, nanti chapter 2-nya di-update setelah tenggang 1 mingguan (kalo inget) lol

Jangan tanya soal sequel ya (emang siape juga yang tanya -_-) belum ada rencana bikin, tapi udah ada ide #jedherr

Lucu bayangin para member EXO punya anak, coba kalo reunian & orang serumah dibawa, pasti harus nyewa lapangan bola buat bikin barbeque, lol

Oh, ya, soal daftar cast yang di paling atas itu ... udah cukup jelas ya, ada ceritanya tapi gak nongol orangnya (penampakan?) #plak

C U in ROOM [2-2]^^


Wanna read more? Review first please~^^

Buat yang gak punya akun di FFN & pengen review-nya dibales, bisa mention author lewat twitter / ask . fm (lihat di profil)^^ boleh juga kalo mau gangguin author, kepo tanya2 kapan update, berdemo, protes, apalagi ngasih es krim gratis & cookies (?) author is VERY WELCOME~!

FYI: I always share about the update in twitter, so just check my twitter to know about fast update and more^^

Hamsahamnida~ *bow*