KIDNAP ME!

-My Sunny Prequel-

Author : Siira137

Character : Lee Sung Min as himself

Cho Kyu Hyun as himself

Jung Jessica as herself

Rated : M ( for mature content )

Genre : Action, Hurt/Comfort, Romance, MPreg, twoshoot.

Warning : Gaje, abal, typo(s), jauh dari EYD, diharapkan menjauh untuk yang tidak menyukai YAOI. Menggunakan sedikit kata tidak sopan. Hint of violence.

Desclaimer : Kyuhyun milik Sungmin dan Sungmin milik saya #dirajam. Baik, KyuMin belong to each other #SME protes #ga peduli. SUJU belong to theirself, their parents and GOD. #aku tetep bersikukuh Sungmin milikku #disate Kyu and Pumpkiners. All Sungmin POV. Finally, this story belongs to me

Summary : Di saat seorang keturunan mafia jatuh cinta pada korban penculikan kawanan ayahnya.

DON'T LIKE DON'T READ! NO BASH! NO FLAME! NO SIDERS! Tapi untuk komen dan masukkan yang positif aku terima dengan tangan terbuka ^^/

.

.

.

"Culiklah aku. Di saat kau dan aku berhasil keluar dari sini, aku selamanya akan menjadi milikmu karena aku pun telah jatuh cinta padamu"

.

.

.

Shoot a : I've fallen for you

.

.

.

Sungmin POV

Di sinilah aku sekarang. Di sebuah kamar yang tidak bisa dikatakan biasa. Sungguh sangat mewah. Aku terdiam di atas kasur sambil merenungi nasib yang menimpaku ini. Aku selalu bertanya. Kenapa aku?

Sudahlah, toh ini sudah biasa terjadi, paling besok atau dua hari lagi mereka akan mencariku. Aku kembali mengedarkan pandanganku ke sekeliling kamar ini. Memang tak bisa dikatakan bahwa aku sedang diculik jika kalian melihat bagaimana kamar ini. Kalian pasti akan berpikir kalau aku sedang menginap di salah satu hotel berbintang. Aku bahkan tak tahu di mana aku berada.

Aku beranjak dari kasurku. Melihat pemandangan luar dari jendela besar kamar ini. Kamar tempatku ini terletak di lantai tiga-kurasa. Aku kemudian mengedarkan pandanganku ke hamparan taman diluar. Tempat ini sangat luas dan sepi. Penjagaan bahkan ada di mana-mana. Mungkin saja aku bisa tertolong. Tapi melihat gerbang besar dari logam yang menjadi pintu utama itu, kurasa akan sulit mengeluarkanku dari sini.

Aku menundukkan kepalaku. Berharap suatu saat nanti takdirku akan berubah. Menjadi seorang pewaris dari sebuah keluarga terpandang tidaklah menyenangkan. Aku selalu mengalami hal-hal semacam ini. Menyebalkan! Bahkan di sekolah pun aku tak mempunyai teman. Para pengawalku selalu member jarak agar aku tak bermain dengan teman sebayaku. Kurasa itu karena trauma ibuku ketika aku pertama kali diculik saat berumur lima tahun. Anehnya, ibuku yang trauma tapi kenapa aku yang kena dampaknya?

Namun memikirkan bagaimana khawatirnya ibuku terhadap diriku, aku tak bisa memungkiri bahwa aku kasihan melihat ibu yang sepertinya sangat cemas jika aku senidirian. Jika aku pikirkan kali ini, mungkin ibu tengah mengamuk karena tahu aku sedang diculik. Mudah-mudahan beliau tidak pingsan mendengar berita ini.

"Haaahh…"

Aku menghela nafas berat. Hidup itu tak adil. Kurasa.

"Kau menghela nafas seperti itu lagi"

DEG

Aku segera menolehkan wajahku ketika mendengar suara bass yang kukenal. Ia kembali kemari lagi. Sosok jangkung dengan warna kulit pucat dan wajah stoik yang sejak pertama kali kutemui selalu menatapku dengan pandangan seperti itu. Seolah ia tak punya nyawa. Hanya raga yang berjalan. Mata yang kosong itu. Namun, sepertinya ada yang berbeda. Ada cahaya lain di mata itu.

"Kyuhyun-sshi. Aku selalu heran bagaimana kau dapat masuk"

Aku mendekatinya yang saat itu berdiri di samping meja nakas yang ada di dekat kasur berukuran besar ini. Ia hanya terdiam menatapku. Kemudian aku diam dalam jarak –mungkin- satu meter darinya. Dan kini, ia berjalan mendekatiku.

DEG

DEG

DEG

Lagi-lagi. Kenapa jantungku tak mau berhenti bertedak kencang seperti ini? Bukankah aku seharusnya menendangnya, atau setidaknya memukulnya karena ia sudah-seenaknya-menciumku?

Ini bukan yang pertama kali! Ini sudah yang kedua kalinya sejak kemarin ia melihatku di kawal oleh kawanan mafia berbaju hitam itu. Dan dengan seenaknya pula, ia menciumku terang-terangan di depan kawanan itu. Kemudian mata kami saling bertemu. Tentu saja aku marah dan menandangnya tak suka. Namun kata itu membuat kemarahanku seolah menguap.

'Kau sangat manis'

Kemudian ia melenggang pergi dan membiarkanku di bawa ke kamar besar ini untuk di sekap. Baiklah. Aku akui aku sangat tertarik ketika melihat mata onyx itu. Seolah membuatku terbius dengan tatapannya. Namun di satu sisi. Aku tak mengerti dengan perasaanku sendiri.

Lagipula, kalimat itu begitu ambigu. Apa bibirku yang manis? Atau wajahku? Ukh! Menyebalkan. Dan lihat! Lagi-lagi pandangannya seperti itu!

"Kenapa kau suka berbuat lancang sekali, Kyuhyun-sshi?"

Walaupun mulutku berkata seperti itu, hatiku berteriak berbeda. Entah bagimana, rasanya aku sedang melayang. Apa aku menyukainya? Tapi aku normal. Dia pun begitu. Pasti. Mungkin hanya ketertarikan semata. Tak lebih. Aku harus mengakui bahwa pandangannya yang seperti itu menarik diriku. Kurasa aku hanya merasa empati.

Dan dia hanya terdiam. Melihatku dengan tatapan yang itu-itu saja. Ia bahkan tak menjawab pertanyaanku. Dan sekarang ia malah mengelus pelan pipiku. Aku hanya bisa terdiam melihat tingkahnya yang seperti ini. Apa dia menyukaiku?

Pandangaku mengikuti langkahnya yang mendekati jendela kamar di mana tadi aku merenung.

"Kau ingin keluar dari sini?"

Eh? Apa aku tak salah dengar? Ia menanyakan hal seperti itu padaku?

"Apa maksudmu, Kyuhyun-sshi?"

Ia kemudian meoleh ke arahku. Mendekatiku lagi. Menudukkan wajahnya dan menyamakannya dengan wajahku yang memang aku lebih pendek darinya. Kemudian memejamkan matanya.

DEG

Kembali. kenapa ia suka sekali berbuat seenaknya seperti ini? Apa ia pikir aku ini pelacur yang bisa ia cium seenaknya saja? Tanganku terangkat untuk menampar pipinya. Namun, sebelum sempat, ia sudah menyela dengan ucapannya terlebih dahulu.

"Aku ingin memilikimu"

Hah? Tanpa sadar aku menurunkan tanganku yang sudah siap untuk menamparnya. Apa katanya tadi? Memilikiku?

"Ap-"

"Aku ingin memilikimu seutuhnya. Untuk diriku"

Dan kalimat itu berhasil membuatku terdiam seribu bahasa.

"Jangan bercanda seperti itu, Kyuhyun-sshi"

Dia menggelengkan kepalanya. Kemudian memelukku secara tiba-tiba. Aku hanya kembali bisa terdiam. Pacu jantungku meningkat drastis. Kalau terus seperti ini, bisa-bisa aku meninggal karena serangan jantung!

"Aku tak mengerti. Kita bahkan baru bertemu kemarin" aku melanjutkan perkataanku dalam dekapannya. Entah mengapa tubuhku tak mau mengikuti akal sehatku untuk memberontak. Aku hanya diam dalam dekapannya. Dan mendengar pacu jantungnya yang juga berdetak kencang.

Heh?

Apa dia juga berdebar-debar?

"Aku tidak bercanda. I've fallen for you for the first time we met"

DEG

DEG

DEG

DEG

Apa katanya? Apa ia tak bercanda? Tunggu! Kenapa mataku memanas? Loh! Kenapa? Kenapa pandanganku seolah mengabur seperti ini? Apa aku sudah gila? Kenapa aku merasa bahagia seperti ini?!

"Sungmin… Saranghae"

Aku hanya bisa terdiam. Berusaha menahan airmataku yang sepertinya bisa keluar kapan saja. Aku ini kenapa sih?

"Sungmin…"

Dia melepaskan dekapannya. Kemudian mengangkat daguku dengan telunjuk dan ibu jarinya. Matanya memandang mataku yang kurasa bertambah buram. Tapi kembali aku melihat secercah kehidupan di mata yang kosong itu.

"Kau menangis"

Aku hanya mengernyitkan kedua alisku. Aku tak menangis! Tapi bibirku kelu ketika untuk pertama kalinya aku melihat dia tersenyum. Senyum yang begitu lembut. Apa aku sedang bermimpi saat ini?

"A-Ak..mmmphhh"

Lagi-lagi. Dia menciumku. Tetapi, ciumannya kali ini terasa begitu hidup. Seolah dia tengah mengalami hal yang paling menakjubkan. Dan dengan bodohnya, aku malah memejamkan mataku. Seperti aku sedang menanti ciuman darinya.

TES

Airmataku jatuh mengalir ke pipiku. Tak bisakah dia tak berbuat hal-hal seperti ini? Dengan seenaknya dia malah tersenyum saat dia sedang menciumku. Aku bisa merasakan bibirnya yang tertarik mengembang.

"Kyu-Kyuhyun-sshi… mmhhhhpp"

Entah apa yang ada dipikirannya, kini dia menarik tengkukku dan memperdalam ciumannya. Sedangkan aku hanya bisa berpengan pada baju bagian depannya. Kakiku serasa lemas di buatnya.

"Mmmhh..mmhmmpphh…nghh.."

Suara memalukan apa yang keluar dari mulutku ini? Aku akui aku menikmati ciumannya yang panas namun sangat lembut. Tidak. Ciumannya tak terkesan menuntut. Namun lebih kepada rasa memohon. Aku memang belum membalas ciumannya. Mau bagaimana? Aku tak tahu cara mencium yang benar!

"Mhhaahh…"

Dia melepakan ciumannya. Kemudian mata kami saling memandang. Lagi-lagi. Harus berapa kali aku menangis melihat pandangan matanya itu. Seberkas cahaya cinta dan kehidupan baru memandangku seolah aku adalah sesuatu yang sangat indah. Sepertinya aku terlalu memuji diri sendiri.

"Kau sangat indah, Sungmin. Apa kau mencintaiku?"

Lihat? Bahkan kata-kata sederhana seperti itu membuat airmataku kembali memenuhi kantung mataku. Apa aku harus menolaknya? Aku masih bingung dengan perasaanku sendiri. Aku memang sangat bahagia dengan pernyataannya. Namun, aku masih ragu. Aku takut ini hanya perasaan sesaat. Di samping itu…

Pemuda ini adalah pewaris dari kawanan mafia yang menculikku.

Aku takut ia hanya mempermainkanku. Aku tak tahu seberapa kejam mafia memperlakukan korbannya. Aku tak mau jika suatu saat, pada akhirnya hatiku harus sakit karena ternyata ia mempermainkanku.

Tapi, pandangan mata itu lagi-lagi membuatku harus berada dalam dua pilihan yang terlalu sulit.

Ya. Aku mencintainya. Kurasa aku telah jatuh cinta padanya saat pandangan kami bertemu pertama kali. Sama sepertinya. Aku menyedihkan sekali. Jatuh cinta pada seseorang yang seharusnya aku benci karena membuatku seperti ini. Mungkin bisa membuat ibuku di sana terkena serangan jantung kalau mendengar hal ini.

Apa yang harus kukatakan?

"Sungmin…"

Kami masih saling menatap. Kini tatapannya berubah menjadi guratan kekhawatiran. Haruskah aku percaya bahwa ini semua bukan sandiwara semata?

"Maukah kau melakukan apapun untuk membuatku percaya pada cintamu?"

Dia membulatkan matanya. Kemudian mengangguk mantap.

Kumohon. Jangan buat aku harus mengambil keputusan sesulit ini.

"Culiklah aku. Di saat kau dan aku berhasil keluar dari sini, aku selamanya akan menjadi milikmu karena aku pun telah jatuh cinta padamu"

Aku ingin mengujinya. Apa benar dia mau melakukan apapun untukku.

Perlahan, senyum terpampang di wajahnya. Aku terheran-heran.

"Apa benar aku boleh melarikanmu? Membawamu pergi dan memilikimu setelah ini. Dan kau berjanji akan mencintaiku selamanya setelah aku berhasil menculikmu dan membuat kita berdua keluar dari sini?"

Berganti, kini aku yang harus membelalakkan mataku lebar.

"Apa kau tak takut kau akan diburu oleh kawanan ayahmu Kyuhyun-sshi?"

Aku mencoba membuatnya mengurungkan niat.

Namun, ia justru menggeleng.

"Jika kau suruh aku membunuhnya pun aku akan melakukannya untukmu"

Aku memejamkan mataku perlahan. Membiarkan airmata kembali mengalir dari mataku. Kemudian aku membuka mataku dan memandang matanya. Mencari sebuah kebohongan di sana. Nihil. Aku tak menemukan apapun. Hanya pandangan penuh cinta dan kejujuran yang kurasakan.

Aku memeluknya perlahan dan kubenamkan wajahku di dadanya. Menangis. Entah karena apa. Aku hanya ingin menangis.

"Kau harus memengang janjimu padaku, Kyuhyun-sshi"

"Hilangkan –sshi- itu Sungmin. Aku tak suka mendengarnya"

"Hmmm…"

.

.

.

"Ohhh! Ahhh! Ahhh! Ahh!"

Aku tak tahu bagaimana awalnya kami berdua bisa berada dalam keadaan seperti ini. Batang besarnya sedang berada dalam tubuhku dan menggenjotku ganas. Apa aku terlalu terlena oleh pesonanya? Belum ada lebih dari dua hari kami bertemu. Namun aku dengan mudahnya menyerahkan tubuhku.

"Nggaahhh! Pe-pelan Kyuhh! Ahh! Ahh!"

Sret

Sleb

Sret

Sleb

Sret

Sleb

Sakit sekali rasanya! Seolah lubang pantatku dirobek dan dibelah menjadi dua. Aku tak mengerti. rasanya sangat sakit. Namun di saat yang bersamaan sebersit rasa nikmat mulai muncul.

Sesuatu yang menggelitik perutku lagi-lagi muncul. Ini sudah yang ketiga kalinya aku berada dalam situasi seperti ini. Kurasa aku akan datang lagi.

"Ohh! Kyuhh! Ahh! Ak-Aku datanghhh!"

"Bersama Min!"

CROT

Dan benihnya memenuhi lubangku. Seolah mengalir masuk ke dalam perutku. Hangat. Dan ini kedua kalinya ia kembali memenuhi perutku.

Ia beringsut mendekatiku dan mencium lembut bibirku. Kemudian mencabut pelan batangnya dari lubangku dan memelukku dari belakang. Lalu menjilat pelan telingaku.

Lagi-lagi desahan keluar dari bibirku. Rasa kantuk mulai menyerangku. Aku sangat lelah dengan semua kegiatan tadi. Disamping itu, seolah masih ada beban yang menghimpit pikirianku. Namun aku tak berani memikirkannya. Aku tak mau kecewa. Ukh…

TES

TES

TES

"Min. Kau menangis?"

Aku hanya terdiam dan tak mau menjawab. Aku memejamkan mataku kuat-kuat saat ia menarik wajahku untuk bertemu pandang dengannya. Lalu, aku merasa benda lunak tak bertulang dan hangat menjilati airmata yang mengalir dari mataku.

"Min. jangan seperti ini. Kumohon percayalah padaku. Aku mencintaimu"

Tanpa berkata apapun, aku hanya membalik tubuhku dan memeluknya erat. Membiarkan diriku pasrah di dalam dekapannya. Aku perlahan mulai terbuai ke dalam alam mimpiku. Sesaat sebelum aku tertidur. Samar aku mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya.

"Mianhe"

.

.

.

Sudah dua hari sejak kami bercinta ia tak berkunjung ke kamarku. Kenapa? Rasanya sepi sekali.

Kenapa aku malah bersikap seperti gadis sekolah yang sedang jatuh cinta? Hei. Aku ini sudah berumur 24 tahun. Seharusnya aku bisa menjaga sikap kan?

Tapi tetap saja. Beginikah rasanya orang yang tengah jatuh cinta.

Haaaahh…

DRAP

DRAP

DRAP

Aku mendengar langkah kaki mendekati kamar ini. Perasaanku berdebar-debar menunggu siapa yang akan membuka pintu itu. Kuharap dia. Tapi, bukankah dia suka masuk diam-diam. Aku bahkan tak tahu kapan dia masuk. Siapa?

BRAK!

Aku berjengkit kaget melihat siapa yang mendobrak masuk. Seorang wanita dengan rambut coklat panjang dan sedikit bergelombang pada bagian bawahnya. Ia menatapku sangat tajam. Terlihat sekali kalau ia sedang marah. Tapi, aku kan tak pernah bertemu dengan wanita ini? Kenapa ia malah menatapku begitu?

Disampingnya berdiri dua orang namja dengan tubuh besar menggunakan pakaian serba hitam. Seperti seorang bodyguard.

Dengan langkah tegas dan sepertinya sengaja dihentakkan ke lantai, ia mendekatiku. Menatapku tajam dari atas hingga bawah.

PLAK!

Eh? Pipiku terasa perih dan panas. Kenapa ia tiba-tiba menamparku? Apa-apaan yeoja tak sopan ini? Aku menolehkan wajahku dan memandangnya dengan tatapan tak mengerti sambil memegang pipiku.

Kemudian ia tersenyum meremehkan.

"Apa yang kau lakukan nona muda?"

Aku berusaha tak terdengar bergetar. Walau rasanya sangat sakit saat kau ditampar oleh seseorang yang bahkan tak kau kenal.

"Kau jangan pura-pura tak mengerti! Dasar kau pelacur!"

Apa katanya? Kenapa ia lancang sekali mengataiku seperti itu?!

"Apa maksudmu?"

Aku memandangnya tajam. Aku benar-benar tak mengerti dengan semua ini.

"Jangan pura-pura bodoh! Kau tak tahu ka-"

"JESSICA!"

Kami berdua menoleh ke arah datangnya suara itu. Suara berat yang sedang kurindukan saat ini.

"Kyu!"

Eh? Apa mereka berdua saling kenal? Jadi namanya Jessica?

DEG

Apa? Pemadangan apa ini? Kenapa yeoja itu memeluk Kyuhyun? Kenapa yeoja itu tersenyum begitu bahagia? Kenapa Kyuhyun seolah sedang berontak dari pelukannya?

Aku hanya bisa terdiam melihat mereka berdua. Seolah melupakan aku yang sedang berada di sini. Lalu? Siapa yang Kyuhyun sebut namanya saat pertama melihat kami berdua? Jessica. Bukan aku.

Hatiku serasa terbakar. Mataku memanas. Ayolah Lee Sungmin! Kau itu namja dewasa! Kenapa kau cengeng seperti ini?! Jangan cemburu seperti itu!

"KUBILANG LEPASKAN AKU JESSICA!"

Aku terkaget-kaget mendengar bentakan Kyuhyun. Ini pertama kalinya aku melihat ia marah dan membentak seperti itu. Aku melihat wajah Jessica yang sedang cemberut. Kemudian perlahan melepaskan pelukannya pada Kyuhyun.

Kyuhyun berlari mendekatiku dan memelukku. Memegang wajahku dan sekitar tubuhku.

"Untunglah kau tak terluka"

Dia memelukku dan menghela nafas lega. Dan kembali, aku melihat tatapan benci pada mata yeoja itu. Bodyguard di sampingnya hanya diam. Tak berbuat banyak. Kemudian yeoja itu menjentikkan jarinya. Dan bodyguard itu bergerak mendekati arah kami.

Entah kenapa persaanku tak enak. Dengan segera aku memeluk erat Kyuhyun.

"Akhhh! Apa yang kalian lakukan?! Lepaskan aku!"

Benar saja. Mereka menarik paksa Kyuhyun. Aku mencoba membantu melepaskan Kyuhyun dari mereka, namun salah satu dari mereka menahanku dan satunya menahan Kyuhyun. Kemudian Jessica mendekati kami dan menampar Kyuhyun.

"Kyu! Kau itu suamiku! Kenapa kau malah tidur dengan pelacur jelek seperti ini?!"

Apa katanya?

SUAMI?

Apa-apaan ini?

"Kyu…."

Aku benar-benar tak bisa melanjutkan kata-kataku ketika melihat dia hanya memejamkan matanya saat aku memanggilnya. Seolah dia adalah seorang pencuri yang telah tertangkap basah.

Kenapa?

Kenapa Kyu?

.

.

.

TeBeCe

#kabur sebelum dihajar readerdul

Mianhe chingudeul. Memang awalnya aku niat jadiin ini oneshoot. Tapi setelah berpikir lebih lama, akhirnya aku putuskan membuatnya jadi twoshoot. Pengen liat reaksi chingudeul dulu XDD

Jangan bunuh saya ne :3

Pokoknya nantikan aja kelanjutannya XDD

Yang udh baca musti komen XDD kasi saran dan masukan. Jangan bash! Okke XDD

SIDERS! Aku kutuk kalian! #ikutin dr. doofensmith (phineas and ferb)

Baiklah, ppai-ppai yeorobun XDD

'Setidaknya, aku telah berusaha sebaik-baiknya dan menutupi kekurangannya dengan belajar lebih giat dalam membuat sebuah cerita'