My Love is You, Agent Kyuubi!.

Disclaimer :Naruto by Masashi Kishimoto.

My Love is You, Agent Kyuubi! by Yuka Namikaze.

Pairing :NaruHina / SasoHina.

Genre : Adventure, Romance & Friendship.

Rate : T (Teen).

Warning : AU, OOC, TYPO, rate M for Gore, fic abal, Author newbie.

Chapter7.

Pagi hari ini terasa sangat berat -hari buruk- bagi Naruto, mengapa tidak?.

Baru jam empat pagi tadi sudah ada keributan di dalam apartemennya membuatnya -yang lagi dalam masa penyembuhan pasca teror akatsuki- terbangun dari tidurnya. Salahkan si gadis permen kapas itu yang dengan seenaknya membobol jaringan keamanan apartemennya lalu dengan tampang tidak berdosa sambil memasang wajah dimanis-maniskan itu masuk sambil berteriak-teriak ala pedagang yang menjajakan dagangannya di pasar.

Sangat mirip!

Apalagi mendapat bonus adegan mesra yang ditujukan gadis itu ke Sasuke. Itu membuatnya kesal. Bukannya apa-apa, setidaknya mereka tahu perasaan sahabat tampan -menurut Naruto-nya ini lama melajang, lebih tepatnya tidak pernah merasakan ehm... Pelukan wanita. Apalagi dada wanita kecuali dada ibunya. Pasalnya hampir semua waktunya Naruto hanya disibukkan dengan misi dan misi. Punya patner juga cowok semua. Si Uchiha memang beruntung.

'Argh... Si chicken butt itu selalu menang dalam hal-hal wanita. Apa bagusnya sih muka datar seperti papan setrika bisa dengan mudah menggaet gadis-gadis' Naruto mendengus sambil menggerakkan tangan kanannya untuk menyangga kepalanya di atas meja. 'Dia enak-enakan dipeluk. Aku sakit-sakitan kena pukul gadis pinky.'

Flashback

"OHAYOU... NARUTOO, SASUKE- KUUUNN!" seorang gadis berambut merah muda itu menyapa, lebih tepatnya berteriak ketika dia menutup pintu apartemen yang ditempati Naruto dan Sasuke. Kaki jenjangnya melangkah tak sabaran menelusuri ruang tamu. Tepat pada ruangan di samping ruang tamu itu Sasuke membuka matanya dan menajamkan pendengarannya.

"SASUKE-KUN~?."

"Haaah" Sasuke yang sudah hafal diluar kepala suara gadis inipun hanya bisa mendengus kesal, pasalnya sudah puluhan kali dia mengalami kejadian ini waktu di Suna dulu. Puluhan kali juga dia harus mengganti pasword dan segala macam alat keamanan agar tidak ada yang bisa membobol pintu apartemennya lagi. Tapi itu semua tidak mempan oleh Sakura.

Namanya Sakura Haruno, gadis jenius mantan agen Suna yang pindah ke Konoha satu tahun yang lalu. Gadis yang membuatnya merasakan sensasi aneh saat didekatnya.

"SASUKEEE-KUUN! AKU BAWAKAN TOMAT INI UNTUKMUU. KAU DIMANA?" Sakura berjalan tidak sabaran menelusuri ruangan setelah ruang tamu. Naruto yang sedang enak- enaknya tidur tiba-tiba terbangun karena terganggu dengan suara super Sakura. Kepalanya terasa pening. Naruto mengambil posisi duduk di tepi springbednya, lalu mengucek matanya agar mendapatkan penglihatan yang jelas. Dengan sikap ogah-ogahan dia menekan saklar lampu kamar, dengan langkah gontai Naruto berjalan menuju pintu kamarnya.

"SASU-KUUN! Dima-"

"Sakura-chan?."

Gadis itu menengok kekanan, tepat dimana Naruto bersandar di dinding depan kamarnya sambil menyilangkan tangannya didepan dada lengkap dengan wajah kusut akibat bangun tidur.

"Naruto? Hai sobat. Wah lama tak bertemu" Sakura melangkahkan kakinya menuju pemuda didepannya. Tangan kecilnya mengepal, Naruto yang tau gelagat Sakura itu langsung panik, keringat dingin langsung menjalari tubuh atletisnya. Ia hampir lupa kebiasaan Sakura memberikan salam saat bertemu dengannya, Sakura akan memukul pelan perut Naruto lalu menepuk pipi tannya yang mirip dengan tamparan.

"Ahaa... Sa-Sakura- ch-chaan, saat ini a-aku tidak bisa menerima salam jumpa darimu hehee... " Naruto menjauh dari Sakura yang sudah terpaut tiga langkah darinya.

"Eh? Kau sudah tidak menganggapku sebagai sahabatmu lagi Na-ru-to?!" Sakura memicingkan matanya menyelidik.

'Haaaa... Meskipun pukulan kecil dan pelan tapi kalau itu Sakura- chan yang memukul bisa-bisa lukaku terbuka. A-aku tidak mau!.'

"Bu-bukan begitu Saku-"

Buk.

"AAAAARGGHHH... "

"Hei, Dobe! Kau kena-"

"SASUKE-KUUN." "Sakura, apa yang kau lakukan? Naruto itu-"

"SASUKE-KUN" Sakura yang tahu Sasuke ada di belakangnya langsung memeluknya erat dan membenamkan wajahnya pada dada bidang Sasuke. Satu tahun dia meninggalkan Suna, satu tahun juga dia tidak bertemu dengan pemuda yang dicintainya. Awalnya Sasuke ingin memarahi gadis pink ini tapi keinginannya itu tiba-tiba hilang ketika gadis ini memeluk dirinya dan mulai membenamkan wajahnya. Wangi cherry yang menguar pada gadis itu masuk dalam indra penciumannya. Sasuke menutup matanya pelan dan dihirupnya aroma menyenangkan itu, aroma yang selama ini bisa membuat hatinya menghangat.

Tiba-tiba sensasi aneh itu muncul pada diri Sasuke. Jantungnya berdetak cepat dan keras, bahkan dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Wajahnya mulai memanas ketika Sakura mengeratkan pelukannya dan mencengkeram erat tubuhnya. 'Bisa-bisa aku punya penyakit jantung kalau terus-terusan dipeluk Sakura' Sasuke mencoba mengendalikan dirinya dan sebuah senyuman namun samar tercetak pada wajah datarnya. Dengan kikuk Sasuke menuntun kedua tangannya untuk membalas pelukan Sakura. Sedangkan Naruto, dia hanya bisa meringis kesakitan akibat pukulan Sakura sambil melihat kedua sahabatnya berpelukan mesra. Naruto mendengus kesal. Untung saja pukulan itu tidak tepat pada lukanya, kalau tepat mungkin dia akan kembali kerumah sakit lagi.

.

"Ekhem"

"... Be... Dobe"

"Uekhemm"

"Hei, Naruto!"

"..."

"Heh! Kucing bodoh!"

"Eh? Ha?"

Sasuke melirik matanya memberitahukan bahwa ada seseorang pria yang telah berdiri di samping Naruto.

"Kau kenapa sih Sasuke! Ganggu orang aja! Mentang-mentang punya Sakura aja bangga"

"Ada Iruka sensei disampingmu"

"Hahaha... Sekarangkan jamnya Asuma-sensei. Tadi aku nguping kalau Asuma-sensei tidak masuk kelas kare-"

Duak

"Ehem... Oh... Jadi namamu Naruto ya. Apa yang saya jelaskan tadi di depan kelas" Naruto keringat dingin

"Eh? Hmm... Ano sensei-" Naruto melirik Sasuke, seperti tau maksut patnernya mata hitam Sasuke balas menatap Naruto seolah-olah berkata -no comand-

"A-a... E-eto... Hmm... Ya menjelaskan pelajaran sensei" Naruto mendorong keatas kacamatanya yang melorot.

'YAIYALAH!' batin semua penghuni kelas sweatdrop.

"Hhh... Berhubung saya masih baru. Saya tidak memberi hukuman kali ini" Iruka kembali berjalan ke depan kelas "tapi, jika kau melakukan keributan maka aku akan menghukummu. Saya adalah guru paling disiplin dan mementingkan sikap dan tata krama."

cklek.

Semua makhluk di ruangan itu diam. Seorang gadis berambut indigo acak-acakan tiba-tiba membuka pintu kelas dengan wajah yang memerah serta bulir-bulir keringat terlihat jelas di wajahnya. Itu menjelaskan bahwa dia terlambat. Seketika mata Naruto melihat ke arah pintu bebarengan dengan itu, gadis bermata ungu pucat itu tak sengaja menatap Naruto. Tiba-tiba mata keduanya terbelalak.

"KAU!"

.

.

.

Crass

Bruk

Tebasan fatal dan dalam melintang di dada seorang pria yang tergeletak tepat di bawahnya. Pria bertubuh besar berambut hitam melawan grafitasi itu sudah dipastikan tak bernyawa. Bagaimana tidak jika organ vitalnya terkoyak oleh sebuah pedang panjang. Tubuhnyapun terlihat sangat mengerikan, wajah tanpa dua bola mata, tangan dan kakinya tidak pada tempatnya, terlihat seperti seonggok daging yang terkoyak. Bahkan potongan-potongan tubuhnya tertebaran di sisi badannya.

Ruanga meter itu terasa seperti tempat penjagalan manusia. Bau anyir darah mengeruak dalam ruangan itu. Apabila ada gadis dan anak kecil yang menyaksikan acara mengamuknya seorang Hidan, akan dipastikan setelah keluar dari ruangan itu mereka akan mengalami trauma yang sangat berat. Depresi. Mungkin sebelum semuanya selesai, sang gadis akan memilih bunuh diri daripada batinnya terus disiksa dengan menyaksikan Hidan 'bermain' dengan pedangnya.

Tapi sayangnya diruangan itu hanya ada Hidan dan dua rekannya serta ceceran daging yang memenuhi ruangan hasil karya Hidan. Tetesan darah terlihat diujung pedang di genggamannya.

Dijilatnya liquid merah pada pedangnya itu senang, mata ungunya terlihat bersinar setelah cairan itu sampai pada indra pengecapnya. Matanya mengerjap. Rasa anyir darah yang bisa membuat manusia normal muntah seketika itu dirasakannya. Rasa darah seorang penghianat itu bisa membuatnya ketagihan. Bau darahnya seperti morfin yang biasanya dia jual.

"Hahaha" Hidan tertawa, pemuda itu merasa geli kepada para penghianat yang telah dibunuhnya. Masih saja ada orang-orang yang ingin menghancurkan rencananya.

"Tidak tahukah kalian bahwa aku adalah seorang penyuka penghianat seperti kalian? Aku sangat suka bermain lho" Pemuda itu berbicara sambil membawa potongan kepala di hadapannya. Serasa berbicara kepada pemilik kepala itu mewakili kepala-kepala yang berserakan di ruangan itu. Satu kata yang bisa dilontarkan kepada pemuda berambut putih itu.

Psikopat.

Hidan benar-benar seorang psikopat akut. Teman-temannya sangat membenarkan pernyataan itu.

"Kau rela tidak bersekolah hanya ingin membunuh Zabuza dan bermain dengan anggota tubuhnya. Kau benar-benar... " pria bermata hijau bercadar di sampingnya hanya mengeleng pasrah. Dia memang senior, tapi benar-benar tidak bisa menghentikan anak SMA kelas 3 itu.

"Kakuzu, ayo keluar. Aku ingin muntah bila lama-lama berada di ruangan neraka ini" pria bernama kakuzu itu menoleh kepada pria bertopeng orange "kau benar Tobi, aku juga ingin muntah. Segera bereskan ini sebelum ketua kembali, Hidan."

Setelah berkata seperti itu mereka berdua keluar dari ruangan itu dan membiarkan Hidan sendiri.

.

"Kakuzu, kau sudah melaksanaan perintahku yang itu?" Tobi memecah keheningan setelah keluar dari ruangan mengerikan itu.

"Mengapa kau menyuruhku menyelidikinya?" Kakuzu berbalik bertanya sembari mengeser letak kain yang menutupi sebagian dari wajahnya.

"Bos yang menginginkannya. Rahasiakan dulu pada yang lain" Tobi melirik pria yang lebih tinggi darinya dengan mata kanannya yang tidak tertutupi topeng.

"Aku berhasil meretas file di pemerintahan. Tidak ada informasi yang berarti, dia mati dalam perjalanan ke Kumo. Jasatnya hampir tidak terkenali. Hanya kartu tanda penduduk yang ada di sakunya, dan itu menjelaskan bahwa itu adalah dia. Soal benda itu mungkin ada dirumahnya, hasil otopsi tidak menerangkan bahwa dia membawanya."

Tobi diam. Informasi itu tidak membantunya sama sekali, dia tau informasi itu. Tobi menghela nafas berat "cari benda itu di rumahnya, mungkin ada di sana. Benda itu harus segera kita temukan sebelum ada yang menemukan dan menyadarinya, benda itu sangat penting dan berhubungan dengan tujuan utama kita."

"Kenapa dia menyuruh kita baru sekarang? Kenapa tidak setelah kejadian itu. Aku rasa terlalu terlambat, kejadian itu sudah sepuluh tahun lamanya. Bahkan Konoha sudah melupakannya."

"Bos punya alasan, dan itu sudah melalui perhitungannya. Aku juga tidak terlalu mengerti arah berfikirnya. Kita tunggu saja apa yang dilakukannya setelah benda itu berada ditangannya."

.

.

.

"KAU!" kedua orang berbeda gender itu memekik dan saling tunjuk.

Mata mereka membulat sempurna. Naruto yang tadinya malas untuk sekedar menengok seorang siswa perempuan yang terlambat tapi sekarang dengan reflek berdiri dari duduknya dan menunjuk muka gadis yang tidak sengaja dijumpainya kemarin. Dirinya tidak menghiraukan tatapan tajam guru yang berada di depan dan tatapan heran dari penghuni kelas. Sedangkan gadis itu berusaha menahan keterkejutannya yang berlebihan. Habislah image seorang gadis lemah lembut, pemalu dan tidak pernah memekik sambil menunjuk wajah pemuda di depan guru dan teman-temannya. Mana sikap sopan santun dan tata krama yang diajarkan ayahnya selama ini? 'Sudah terlanjur' batin Hinata.

"Apa yang kau lakukan disini, mesum!" Hinata berkata sambil melotot memandang ke arah Naruto.

"Ha mesum?" seorang siswi berambut merah berkacamata dengan cepat memandang Naruto dengan tatapan aneh, lalu dengan cepat pula siswi-siswi lainnya memandang tak kalah aneh dan mengintimidasi membuat mahluk bernama laki-laki menciut.

"Aku?" Naruto menunjuk dirinya sendiri, tak percaya gelar yang diberikan gadis di depannya 'aku mesum? Ya sedikit. mengingat banyaknya koleksi majalah eroku... Haha'

"Enak saja ngatain orang sembarangan! Aku cowok baik-baik dan tidak mesum-" 'sedikit' batin Naruto "-dasar cewek aneh!."

"Apa katamu?"

"Kau mungkin perlu memeriksakan telingamu, cewek aneh."

"Kau!"

"Berhenti!" guru matematika yang baru saja diterima untuk mengajar di sekolah ini dan sudah menegur Naruto untuk kedua kalinya tidak ada toleransi lagi. Dari tatapan matanya pria berkuncir itu menyiratkan kemarahan.

"Kalian sekarang berdiri di luar kelas sampai jam saya selesai!"

"APA?"

"Ta-tapi sensei-"

"Tidak ada protes dan pembelaan."

"Hhh! Baaka!" pemuda berambut hitam itu bergumam. Mata hitamnya terus melihat keadaan dimana Naruto dan gadis berambut indigo itu digiring keluar kelas oleh guru baru mereka. Matanya menyiratkan kesenangan saat benda ditangannya dimainkan dengan cara digulingkan ke kanan dan ke kiri. Pulpen hitam itu terlihat lebih besar dari pulpen biasa. Andai mereka tau kau pulpen yang terlihat biasa itu bila dibuka akan memperlihatkan serbuk-serbuk putih yang dapat membuat siapa yang menghirupnya terasa melayang dan memperoleh kenikmatan yang sangat "hmm... Aku tidak sabar memakainya."

.

Sudah beberapa menit kedua murid ini berdiri berdampingan di luar kelas. Dan selama itu keduanya hanya diam. Didalam hati mereka merutuki pertemuan ini. Mata biru Naruto melirik dan diam-diam memperhatikan gadis yang sekarang berdiri di sampingnya. Merasa risih di perhatikan gadis itu balas menatap tajam pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

"Apa lihat-lihat, terpesona. Eh?" Naruto tersenyum sinis.

"Tch!, kau yang dari tadi memperhatikanku dengan mata mesummu itu. Aku merasa risih! Jauh-jauh dariku sana! Hush... Hush" Hinata mengibaskan tangannya ke arah Naruto dan menggeser posisinya agak menjauh dari pemuda berambut kuning tersebut.

"Ayo akui saja, atau kau ingin kita bertabrakan lagi lalu ciuman lagi? Aku mau kok." Wajah Hinata memanas mengingat kejadian dimana dirinya tidak sengaja menabrak Naruto dan tidak sengaja juga bibirnya menempel dengan bibir Naruto.

"A-aku tidak akan m-memaafkanmu rubah mesum!."

"Wajahmu merah. Hahaha... Kau yang seharusnya meminta maaf padaku. Kau juga yang pertama menCIUM-mmpt-" dengan cepat Hinata membekap mulut Naruto "jangan keras-keras!" "-mmbbuahh... Hah! Kau mau membunuhku ya! Tanganmu bau bawang dan cabe! Kau itu gadis apaan sih nggak ada wangi-wanginya!."

"B-bau bawang? Padahal aku sudah cuci tangan tadi" Hinatapun menarik tanyannya yang tadi membekap mulut Naruto dan menciumnya.

"I-ini bau ramen! Kau makan makanan berminyak itu ya"

"Iya, kenapa"

"Aku tidak suka!"

"Aku suka. Apa masalahmu hah"

Duak

"KALIAN YANG DILUAR DIAM!"

TBC

And... Cut

Huwaaaa maaf lama updatenya... T.T

Dua bulan ya, lebih malah... (garuk-garuk kepala)

Yuka bisa disebut Author semi hiatus mungkin. Mulai bulan kemarin sampai bulan- bulan kedepannya Yuka sangat sibuk di DuTa dengan program kerja dan tanggungjawab yang sangat amat penting. Dan lagi, masih sibuk belajar buat UTS plus tugas yang betumpuk.

Bener-bener buat pusing kepala.

(malah curhat) (_")

Gomen T.T

Chapter ini pendek dan nggak ada actionnya karena tuntutan alur cerita.

Sedikit pembahasan disini.

Yuka buat adegan gore yang secara tak sengaja menegaskan sifat para anggota akatsuki. Hoho... Dan ternyata NaruHina sekelas.

Kyaaa...

Oya, di chapter ini Yuka selipin sligh SasuSaku.

Yuka berencana buat fic lagi yang pairnya SasuSaku dan yang pastinya ada NaruHina juga.

Yuka pengen coba buat genre Supranatunal, romance. (tapi nggak tau kapan)

*plakk

Ini aja nggak kelar-kelar mau buat fic lagi.

Sweatdrop

Yosh...

Terimakasih buat:

alta0sapphire, Asiyah Firdausi, Naminamifrid, Yuuna Emiko, , OneeKyuuChan, AF Namikaze, Ahn Ryuuki, june25.

Terimakasih buat silent reader juga.

Oke waktunya

Review