9 tahun kemudian...
Minggu basah yang berkabut, suram, dingin dan berair, hujan mengguyur New York tanpa ampun, membasahi setiap puing lekuk deretan bangunan dan jalanan di seluruh kota. suramnya cuaca, tak lebih baik dari nuansa hati istri dan umma dari Jung's family ini. Jung Jaejoong meringkuk di tempat tidur king sizenya, bergelung dalam selimut wol yang hangat dan tebal. Tak ada yang lebih membuatnya sedih selain pertengkaran dengan suami tercinta, atau sendirian ditinggal putra semata wayangnya untuk sekolah di asrama khusus selama berbulan-bulan. Jika ini Jung Jaejoong maka selanjutnya yang terjadi pastilah sesuatu hal yang takkan pernah diinginkan Jung Yunho.
"Mr. Wilson, ayo kita ke sekolah Changmin," Titahnya sambil memakai mantel panjang, setelah bosan tiduran di ranjangnya.
"Baik Nyonya," Supir tua bermata coklat itu menunduk patuh, dan berangkatlah mereka, menuju ke bangunan super besar yang terletak 3 jam dari rumahnya. Sekolah Changmin putranya, sejak 6 bulan yang lalu Changmin sudah tinggal di asrama khusus di sekolahnya, Changmin akan pulang jika libur, tapi 3 bulan sebelumnya ia setiap hari bertemu sang umma yang tak pernah berhenti menjenguknya, hingga mendapat teguran dari pihak sekolah, karena dianggap mengganggu konsentrasi belajar Changmin. Mengenai masalah ini, Yunho akhirnya melarang keras Jaejoong untuk setiap hari mengunjungi Changmin, meski menurut dengan patuh, namun hanya bertahan 3 bulan, karena inilah pertengkaran itu terjadi, Jaejoong tak ingin melihat putranya ketika libur saja, ia ingin melihat Changminnya setiap hari, hingga petengkaran pun tak dapat dihindarkan. Sungguh Umma yang rewel.
OoooO
Siapa yang tak iri dengan keluarga kecil miliyarder Jung yang terkenal, harmonis dan penuh tawa, semua orang mendambakannya dan semua orang menginginkannya, tapi hanya mereka-mereka yang beruntunglah yang berada di tempat itu. Jung's family hanya terdiri dari Umma, Appa, dan Anak, keluarga berencana yang berhasil atau terpaksa berhasil. Sang umma bernama Jung Jaejoong, marganya sebelum menikah adalah Kim, wanita ceria, penuh kejutan dan tidak tanggung-tanggung pembuat onar nomor satu, sang Appa adalah Jung Yunho namja serba perfect yang hidup bergelimang harta dan kesibukan, ciri khasnya adalah wajah tampan dan otak briliant, klise sekali, tapi memang itulah kenyataannya. Sementara sang Anak Jung Changmin namja jenius pewaris akhir Jung's Family, lahir dari kedua orang tua yang hebat, mewarisi otak encer dari sang Appa, dan wajah sempurna milik sang Umma, sifatnya juga tak jauh-jauh dari orang tuanya, kadang begitu dingin, kadang nekat tanpa perhitungan.
Cerita ini terjadi 9 tahun setelah kelahiran Changmin. Changmin kecil kini sudah tak bayi lagi, ia bertumbuh dan berkembang dengan baik, atau mungkin terlampau baik. Wajahnya sangat tampan bahkan untuk ukuran namja 9 tahun, dan ia sama dinginnya dengan sang Appa. Jenius, satu kata untuk si tampan ini, selalu menjadi yang pertama dalam hal apapun.
OoooO
Masih dengan nuansa New York yang mendung, Jaejoong yang kini bersama Changmin duduk di kursi belakang Limousin mewah mereka. Changmin duduk diam memandang jendela luar dan sesekali menghela nafas berat.
"Minnie,..."
"Umma kenapa menculik Minnie?" Potong Changmin cepat, tenang dan tak bersahabat
"Umma merindukan Minnie," Jawab Jaejoong manja, matanya terlihat berkaca-kaca, Changmin menghela nafas, kemudian menatap sang umma, tahu betul jika sang Umma adalah makhluk tersensitif yang pernah ia kenal.
"Aku juga merindukan Umma," Katanya tulus kemudian memeluk Ummanya penuh sayang, Jaejoong tersenyum senang sekali
"Umma, lain kali, ajak Minnie baik-baik," Protes Changmin akhirnya
"Ne, umma salah, mianhe uri minnie-ya, umma takut Minnie tidak mau ikut umma, lalu melapor ke appa," Jelas Jaejoong sambil mencubit hidung bangir Changmin dengan gemas. Changmin menjauhkan wajahnya cepat-cepat
"Kita mau kemana?" tanyanya kemudian, kali ini wajah Jaejoong berubah berseri meski senyumnya tampak lebih lembut dan dewasa
"Umma, akan membawa Minnie ke mimpi umma,"
OoooO
"Apa! Changmin diculik?" Suara panik Yunho terdengar menggelegar di seluruh ruangannya, padahal saat itu sedang ada rapat penting para pemegang saham. Namun sepertinya CEO muda ini tidak dalam kondisi baik-baik saja untuk melanjutkan rapat, dan para pemegang saham yang lain terlihat lebih rela menunggu daripada kehilangan kesempatan kerjasama dengan perusahaan raksasa Jung's corp ini.
"Apa yang terjadi? Changmin ada di tempat paling aman di seluruh New York, dan kalian masih kehilangannya? apa yang kalian lakukan sepanjang waktu?!" Katanya tak sabar
"Maafkan kami Tuan,"Jawab sang bodyguard, Yunho mendengus
"Emmm Tuan ... itu sebenarnya..." Terdengar suara gugup dari seberang sana,
"Apa?!" tanya Yunho cepat
"Yang menculik Tuan Muda itu..." Dan lama sekali, baru mereka berani melanjutkan "Nyonya, Tuan,"
"Apa?" Terdengar kebingungan dari suara Yunho "Jaejoong menculik Changmin? Begitu maksud kalian?"
"I...i..iya Tuan, Nyonya datang kesekolah dan mengatakan ingin bertemu Tuan Muda, dan setelah mendapat ijin dari pihak sekolah, Nyonya meminta kami untuk meninggalkan mereka berdua di taman belakang sekolah. Kami meninggalkan mereka beberapa menit, lalu kembali lagi untuk mengecek Nyonya dan Tuan Muda, namun diluar dugaan, kami melihat bodyguard Nyonya sedang membekap Tuan Muda, dan membawanya pergi, kami sudah mencoba mengejar tapi tidak berhasil." Jelas salah satu bodyguard Changmin melalui ponsel. Mendengar penjelasan sang bodyguard, Yunho langsung menghela nafas sedikit lebih lega dari sebelumnya, namun tak juga mengurungkan rasa pusing yang dideritanya, karena ini tetap saja suatu masalah.
"Astaga boo, apalagi yang direncanakannya," batinnya putus asa
"Tuan, apa yang harus kami lakukan? Apa kami harus tetap mencari Tuan Muda dan Nyonya?"
"Kalian selidiki kemana mereka pergi, lindungi mereka tanpa terlihat, jangan lengah lagi, kalian mengerti!" Titah Yunho tegas
"Baik Tuan," Jawab mereka patuh, dan Yunho memutuskan telepon. Dadanya naik turun saking paniknya tadi, ia melihat sekeliling dan wajah para peserta rapatnya tak lebih pucat dari dirinya.
"E...e...em Tuan Jung itu...," Salah satu dari mereka mencoba bersuara
"Apa?" Tanya Yunho tak acuh sambil membolak-balik dokumen di depannya
"Mungkin, tidak apa-apa jika kita menunda rapat ini saja?" usul yang lainnya memberanikan diri,
"Jika kalian ada kepentingan lain silahkan keluar, tapi rapat ini tetap lanjut," Jawab Yunho dingin, dan mereka langsung tertunduk patuh.
OoooO
Changmin melihat sekeliling gedung luas berdinding beton yang terdapat banyak brangko-brangko bergantungan yang ia biasa lihat di acara akrobatik. Ini adalah pertama kalinya ia melihat panggung akrobatik secara langsung. Mungkin bukan pertama kali ibunya membawanya ke tempat aneh dan tidak dikenalnya, tapi dari semua tempat mungkin inilah yang paling berarti.
"Umma..." Changmin memandang ummanya dan hendak bertanya, namun ia terbungkam seketika melihat raut wajah sang umma yang berseri jauh lebih cerah dari biasanya, sang umma memang wanita ceria, tapi melihat raut seindah ini Changmin sendiri sangat terkejut. Apakah sebegitu istimewanya tempat ini.
"Umma," Panggil Changmin pelan, Jaejoong menoleh
"Emm, ada apa Minnie?" Tanyanya lembut, membungkuk pada sang putra
"Kenapa kita kesini?"
"Emm Minnie-ya, ini adalah mimpi umma, Minnie tunggu disini ya, umma mau menunjukkan sesuatu yang hebat untuk Minnie,"Changmin bingung, namun ummanya tak menjawab lagi ia hanya tersenyum penuh arti, kemudian perlahan bergerak maju meninggalkannya di belakang
"Umma, mau kemana?" Jaejoong berdiri di atas trampolin bundar super elastis, yang biasa digunakan untuk memulai aksinya, dan mulailah ia melompat-lompat teratur, dari lompatan rendah, lama-lama semakin tinggi, hampir menyusul ketinggian brangko-brangko diatasnya. Changmin mendongak menatap ke atas, dalam hati bertanya-tanya, semoga kegilaan ini tak seperti yang ia duga, namun...
Hap, jaejoong sudah berhasil meraih brangko yang terdekat dan...
"Ummaaaaa..." Suara melengking Changmin menggelegar seiring dengen deburan angin kibasan pergerakan Jaejoong. Jaejoong meliuk-liuk bersama brangko yang bergelantungan, tubuhnya gemulai dan terlihat indah dengan tarian akrobatiknya, ia memutar tubuhnya dengan elok, melengkungkan tubuhnya melewati gelungan besi, kembali bergelayut di brangko, terjun lagi menukik turun tapi lagi-lagi kembali ke brangko lainnya. Changmin berdiri di bawahnya dengan wajah pucat, ini pertama kalinya ia begitu mengkhawatirkan ummanya, bahkan apa yang dilakukan ummanya sedikit hampir sama dengan dugaanya. Ia baru tahu ummanya bisa berakrobatik, dan lebih kagum lagi ummanya ternyata sangat hebat.
"Umma..." batinnya takjub, tak lama setelah itu Jaejoong memutar menukik, membebaskan dirinya terjun ke jaring-jaring keselamatan yang tersedia di bawahnya.
"Minnie, bagaimana?" Jaejoong turun dari jejaring itu dan kembali menghampiri sang putra.
"Umma bintang akrobatik," Tebak Changmin tepat, dan Jaejoong mengangguk bangga
OoooO
"Jadi mereka ada di panggung Gisangel, heh, ya sudah biarkan saja, terus perhatikan mereka, kalau ada apa-apa segera lapor," Yunho menutup ponselnya, dan kembali menekuni dokumen di atas meja kerjanya, namun kemudian berhenti, ia melepas kaca mata dan menggosok-gosok matanya yang berair, tubuhnya di sandarkan begitu saja, dan ia melonggarkan dasi yang menjerat lehernya.
"Boo, Changmin akan ujian sebentar lagi," Gumamnya, namun raut wajahnya terlihat santai sekali, "Umma ini," dan ia tersenyum geli
OoooO
Changmin duduk di salah satu kursi penonton, tangannya tak berhenti bergerak di joy stick games portable miliknya, bahkan hampir tak memperhatikan sang umma yang kala ini sedang berbicara di ponsel dengan salah satu teman akrobatiknya.
"Minnie ya," Jaejoong menghampiri Changmin, yang mana bahkan tidak di respon
"Ya! Minnie! Berhenti bermain game," Jaejoong merebut game portable Changmin
"Umma," Keluh Changmin, namun Jaejoong buru-buru memasang tampang sangar, kalau sudah begini, Changmin akan malas sekali berdebat.
"Umma, kapan-kapan kita kesini lagi kan? Kalau begitu kita pulang saja ayo,"Ajak Changmin ia membenahi sweater dan ranselnya dengan benar.
"Kita tidak akan kesini lagi," Jaejoong tertunduk sedih " Panggung Gisangel akan segera dijual," wajah Jaejoong muram, Changmin hampir tak tega mendengarnya, mengingat ia sudah mulai menyukai panggung ini dan pertunjukan akrobatik ummanya.
"Kalau begitu kita beli lagi panggungnya," usul Changmin asal, ia kembali duduk di samping Jaejoong
"Tidak bisa, pemilik panggung ini tinggal di Ghana, ia akan menandatangi ususan penjualan ini beberapa hari lagi, teman-teman umma semua ke Ghana, mereka juga berusaha memperjuangkan panggung ini,"
"Kalau begitu kita harus membantu mereka," tekad Changmin, Jaejoong menatap putra kecilnya tak percaya,
"Emmm, ke Ghana, sekarang?" tanya Jaejoong polos
"Emm," Changmin mengangguk, "Sebelum appa mengirimkan lebih banyak bodyguard untuk mengawasi kita," Changmin menunjukkan posisi bodyguardnya yang masih bersembunyi dengan dagunya, Jaejoong menoleh ke belakang, tapi tatapannya justru bingung, ia tak sadar sebetulnya dari tadi ada bodyguard lain yang menjaga mereka.
"Kajja umma, kita beli panggung ini lagi," Changmin seolah-olah terlihat lebih dewasa. Jaejoong menurut, ia senang sekali, bersama Changmin secara fisik memang meragukan namun secara mental ia seperti berada di sisi Yunho suaminya, selalu memberinya ketenangan.
OoooO
Changmin dan Jaejoong berada di bandara internasional. Mereka jelas takmungkin menggunakan persawat pribadi mengingat Yunho bisa kapan saja melacak keberadaan mereka, dan ide gila Changmin ini membuat Jaejoong terlihat lebih kalem dari biasanya.
"Minnie, lapar tidak?" Tanya Jaejoong pada Changmin yang duduk terbungkam di balik sweater tebalnya, sebagai umma Jaejoong mengerti betul jika Changmin sudah diam konyol begini, itu artinya dia kelaparan. Dan benar saja Changmin mengangguk mantap
"Kajja kita beli makan," ajak Jaejoong, ia menggandengan tangan Changmin, Changmin mengikut dan mereka menuju salah satu kafe di ruangan tunggu yang menyediakan banyak makanan. Jaejoong membantu membawakan banyak makanan yang dipesan Changmin sambil menatap lucu putranya yang memesan makanan super banyak bahkan lebih dari 2 nampan hanya untuk dirinya sendiri. Tahu jika selera makan putranya memang gila, Jaejoong sudah tak heran lagi dan senang karena selera makan Changmin adalah alat ukur untuk melihat tingkat kesehatannya.
"Umma, ayo makan," Changmin menawari dengan mulut penuh makanan, Jaejoong terkikik geli melihatnya
"Hah, uri Minnie, makannya habiskan saja, umma sudah kenyang,"
"Umma ini enak sekali,"
"Ia umma tau, habiskan saja," Jaejoong kemudian melirik ponselnya yang sudah di turn off kan sejak tadi, sedikit merasa bersalah pada suaminya.
"Yunnie..." Batinnya sendu
"Appa," Changmin menjawab ponselnya yang berdering tepat setelah Jaejoong menyebut nama Yunho, ia kaget sekali saat Changmin menyebut appa.
"Nde, Minnie baik-baik saja, Minnie sedang makan appa, emmm mau bicara dengan umma? Baiklah... umma, appa," Changmin memberikan ponselnya dan ia kembali melahap makan siangnya, Jaejoong lumayan ragu untuk menjawab telepon itu, tapi bila dipikir-pikir ia lumayan rindu dengan suaminya, setengah hari ini tidak mendengar suaranya.
"Boo..." Suara berat Yunho terdengar pelan di ujung sana
"emm," Jawab Jaejoong manja
"Ayo pulang, ayo kita antar Changmin ke asramanya," Ajak Yunho sabar
"Tidak mau, Jongie masih pingin sama-sama Minnie, nanti kalau Minnie kembali ke asrama, Jongie tidak bisa melihatnya lagi," Protes Jaejoong
"Boo, astaga, Minnie akan ujian sebentar lagi, lagipula sekolah itu untuk masa depannya Boo, ayo pulang sekarang, aku sudah menunggumu di luar bandara," Jaejoong kaget, ternyata Yunho sudah tahu mereka di bandara
"Yunnie, sekali ini saja, lagipula Jongie hanya akan pergi beberapa hari bersama Minnie, Jongie janji setelah ini Jongie sendiri yang akan mengawasi Minnie belajar," Ujar Jaejoong, mendegar hal itu Changmin langsung menghentikan makannya, meski tetap tak menghilangkan selera makannya.
"Jongie akan berangkat sekarang, saranghae,"Jaejoong segera memutuskan telepon, untuk menghidari perdebatan panjang lagi.
"Boo,... Boo..." Yunho putus asa, istrinya tak pernah berubah, selalu saja bertindak sesuka hatinya, dan kali ini malah melibatkan putra mereka, dan kembali merutuki dirinya sendiri, karena lupa bertanya mereka akan kemana, mengingat ia tidak tahu betul kemana tujuan istri dan dan anaknya sebenarnya.
"George, cari tahu kemana Nyonya dan Tuan muda pergi," Titahnya pada salah satu asistennya
"Baik tuan," George menurut dengan patuh.
OoooO
Jaejoong duduk dengan mata sendu, Changmin sudah hampir menyelesaikan makannya, dan menatap tak jauh dari tempat duduknya, anak gadis seumurannya sedang bersama kedua orang tuanya, terlihat bahagia sekali, tidak, ia bukan sedang menikmati kebahagian itu, atau iri dengan hal itu, jelas sekali betapa ia bahagia lebih dari siapapun, namun gadis kecil itu adalah teman sekelasnya, dan bicara tentang liburan, hari ini bukan hari libur dan kalau tidak membolos, gadis itu pasti sudah mendapat ijin dari sekolah, ternyata tak hanya dia yang menghilang dihari detik-detik menjelang ujian. Gadis keci itu balas melihat Changmin, dan mulutnya menganga lebar saking kagetnya saat melihat Changmin, ia menarik-narik tangan appanya dan menunjuk Changmin di saat yang bersamaan, sang appa ikut menoleh dan tersenyum ramah.
"Minnie-ya, ayo kita pergi," Jaejoong bangkit dari tempat duduknya, merapikan baju dan tasnya, dan membantu Changmin membereskan barang-barangnya, Changmin mengikut patuh, ia mengambil PSP nya dan memainkannya sembari berjalan. Disaat yang sama, gadis kecil dan orang tuanya menyusul, sepertinya tanpa sengaja, namun karena kedua anak mereka saling mengenal mau tak mau sang umma dari gadis itu menyapa.
"Hai, Changmin," Sapa sang umma, Jaejoong menoleh, keningnya bertaut
"Oh, saya ummanya Seo Hyun, dia teman sekelas putra anda," Jawab sang umma ramah, Jaejoong tersenyum tak kalah ramah
"Ah, Hai Seo Hyun," Jaejoong menyapa Seo Hyun, dan gadis kecil itu tersipu malu
"Saya, Seo Jun Hyeon, dan ini suami saya Seo Jung Min,"
"Saya Jung Jaejoong,"
"Oh Jung? Anda istri cantik Jung Yunho itu?" Tebak sang umma kagum
"Ah iya saya istrinya, tapi tidak saya tidak secantik itu,"Wajah Jaejoong langsung semburat merah
"Wah tidak menyangka bisa bertemu anda disini, putri kami bercerita bahwa putra anda adalah yang terpintar di kelas, bahkan mungkin di sekolah, karena ia pernah mengalahkan kakak kelasnya yang terpintar, wah, ada beruntung sekali, suami dan anak anda dua-duanya keren," Celoteh Jun Hyeon, tiba-tiba kehilangan wibawanya sebagai ibu, Jaejoong tersenyum kaku saking tak tahu harus menanggapi bagaimana
"Ehm.." Jung Min berdehem setengah keras, menandakan peringatan pertama untuk sang istri, dan sepertinya Jun Hyeon mendadak mengerti
"Nyonya Jung, senang sekali bisa berkenalan dengan anda, anda mau kemana? Kenapa tidak menggunakan pesawat pribadi saja?"
"Oh itu... sebenarnya..."
"Jun Hyeon,... maafkan isrti saya Nyonya, mungkin lain kali kita bisa ngobrol lagi, kami permisi dulu," Jung Min mengambil langkah pintar, menarik istrinya menjauh, dan mengakhiri pembicaraan ini sebelum istrinya semakin gencar, setengah terpaksa Jun Hyeon mengikut bersama putrinya yang sedari tadi tertunduk malu melirik-lirik Changmin, yang bahkan sibuk sekali dengan game nya dan hampir tak sadar banyak hal yang terjadi disekelilingnya.
Setelah beberapa kali, menoleh tak enak, dan menghela nafas lebih lega, Jaejoong menggandengan Changminnya dan mengajaknya untuk melanjutkan perjalanan mereka.
OoooO
Sementara itu Yunho sendirian, di rumah besar mereka,duduk termangu di meja kerja di ruang kerjanya, menatap figura foto keluarga kecilnya. ia mengetuk-ngetuk ponselnya, menunggu panggilan dari sang asisten, tak lama kemudian telepon yang ditunggu kemudian berdering, tenang namun sedikit penuh ingin tahu Yunho mengangkatnya.
"Em,"
"Apa? Ghana? Ada urusan apa mereka kesana?
"Gisangel? Hah ... Baiklah, kita ke Ghana besok, siapkan pesawat," Dan Yunho menutup ponselnya sepihak, matanya menatap lembut figura itu kembali, dan tersenyum penuh arti.
"Wanita ini bodoh, tapi tulus, Minnie kau harus bangga dengan ummamu," Gumam Yunho sembari menyentuh lembut dua tokoh dalam foto itu, Jaejoong dan Changmin.
OoooO
Jaejoong tiba di Ghana, tanpa di ketahui siapapun, alih-alih di jemput. Begitu mendarat taksi adalah hal pertama yang ia tuju, memberi perintah pada sang supir dan segera melaju ke daerah yang ia ketahui sebagai tempat tinggal teman-temannya sekarang. Changmin tertidur di pangkuannya sepanjang perjalanan itu, bagaimana tidak setelah diculik dari sekolah oleh ummanya sendiri, sekarang ia berada di Ghana, dalam 24 jam seakan jauh sekali petualangannya bersama sang umma.
"Jaejoong..." Victoria sahabat Jaejoong, salah satu anggota terbaik tim akrobatiknya, berlari tergopoh-gopoh menghampiri Jaejoong bersama Changmin yang hanya menenteng sekoper kecil baju mereka.
"Victoria," Jaejoong sama tergopohnya, mereka berpelukan seperti sahabat yang lama tak bertemu, meski memang begitulah adanya.
"Jaejoong..." Dan teman-temannya yang lain ikut menyusul memeluknya erat, ada lebih dari 20 orang yang ikut nimbrung menyambut Jaejoong penuh haru. Jaejoong berada di salah satu rumah sakit kuno yang hampir rusak, meski tak dapat dipungkiri pasiennya lumayan banyak, tertangani seadaanya.
Panggung Gisangel adalah aset besar dalam perbaikan rumah sakit ini, cerita ini adalah salah satu cerita menyedihkan lainnya, selama beberapa tahun kejayaan Gisangel, pemilik panggung yang mana berasal dari Ghana adalah makhluk sosial berjiwa besar, ia memberikan hampir seluruh penghasilan Gisangel untuk membantu rumah sakit itu, meski tak bisa disebut lebih, tapi cukup untuk membuat rumah sakit itu tetap bertahan, namun sejak beberapa waktu belakangan kejayaan Panggung Gisangel menurun, dan begitu juga penghasilannya, hingga bantuan pun sempat terhenti. Rumah sakit ini terancam ditutup, dan takut dengan kondisi yang akan terjadi, sang pemilik pun memutuskan untuk menjual Panggung Gisangel, tentu saja hal ini telah ia pertimbangkan dengan matang, dengan memikirkan perasaan para anggota Tim, dan juga rumah sakit binaannya ini. Mengingat bahwa kelangsungan hidup rumah sakit lebih penting maka ia memutuskan untuk mengorbankan panggungnya untuk dijual dan uangnya tentu saja untuk membiayai kebutuhan rumah sakit. Tidak ada satupun yang tahu masalah ini terutama dari pihak tim akrobatik, mereka bahkan tak tahu bahwa ada rumah sakit yang bergantung hidup pada pertunjukkan mereka.
Jaejoon g terisak penuh haru, di sekelilingnya bertumpuk-tumpuk tisu bekas, teman-temannya yang lain mencoba menghibur, sementara yang lain tidak. Anggota tim yang namja terlihat lebih senang bermain bersama Changmin, Changmin dingin dan judes tapi ia anak laki-laki yang tidak membosankan, mereka menantang Changmin bermain game, menyelesaikan Rubik, bermain catur, scrabble, dan Changmin menantang mereka bermain Sudoku, permainan menggunakan otak hampir dimenangkan semua oleh Changmin, bahkan Changmin menyelesaikan Sudoku tersulit tak lebih dari semenit, dan mereka menghabiskan waktu istirahat siang untuk menyelesaikan yang termudah. Dari itu semua anggota namja tim akrobatik menganggap Changmin sebagai dewa, mereka tak sepenuhnya heran jika putra Jaejoong akan sangat pintar, tapi sejenius ini? Jelas ini pertama kali mereka melihatnya.
"Minnie-ya, hyung ada anak perempuan cantik, usinya 6 tahun, datanglah kerumah nanti kalau Changmin sudah 18 tahun ya," Junno salah satu dari mereka berkata, Jaejoong yang masih menangis, buru-buru diam mendengar ungkapan itu, Changmin sendiri hanya menatap bingung
"Ah, hyung akan membelikannya bikini ketika usianya 17, otte," tambah Junno, Jaejoong semakin memincingkan matanya
"Ya..." suara Jaejoong tertahan oleh suara polos lainnya, dengan ekspresi datar Changmin berkata "Ahjussi, Minnie lapar?" Junno tersentak
"Ahjussi?" Protes Junno, yang lain tertawa
"Bicara sesuai umur Junno-ah,"Sindir Jaejoong, kemudian menghampiri Changmin dan menawarinya makan
"Ya, kau pikir aku setua itu?" sebal Junno pada Jaejoong dan temannya yang lain
"Iya iya, kau tidak tua, Ahjussi..." ledek Victoria sambil lalu, Junno membalas, namun suaranya kalah keras dari suara tawa teman-temannya.
"Ah Mr. Adofo," suasana hening seketika, kala melihat laki-laki paruh baya bertubuh besar berkulit gelap datang menghampiri mereka, ia kelihatan ramah sekali, meski banyak guratan di wajahnya.
"Ah, Jung Jaejoong," Sapanya dengan suara berat, Jaejoong tersenyum kemudian menghampirinya
"Mr. Adofo apa kabar," Sapa Jaejoong ia menjabat tangan pemilik panggung akrobatik yang bahkan seumur hidupnya ini adalah kali kedua ia bisa melihat orang itu, Mr. Adofo jarang sekali berada di New York, ia menjadi sukarelawan di rumah sakit ini, dan ini juga baru mereka ketahui.
"Istri seorang Jung Yunho juga mengunjungi tempat jelek kami ini, sungguh kebanggaan buatku," katanya, diselingi tawanya yang berat, Jaejoong merangkul Changmin dan memperkenalkan putranya, "Dia Putraku, Jung Changmin, Minnie ayo beri salam,"
"Apa kabar senang berkenalan dengan anda,"Changmin menunjukkan sisi polosnya
"Wah wah wah, bahkan putramu sama tampannya dengan suamimu,"
"Terima kasih," Jaejoong menunduk hormat
"Apa tujuan kalian kesini juga sama dengan mereka?" tanya Mr. Adofo kemudian
"Mr. Adofo tidak bisakah kita membicarakan masalah ini lagi, Panggung Gisangel sudah seperti rumah kedua untuk kami,"
"Lihatlah Nyonya Jung, lihatlah rumah sakit ini," Ia merentangkan tangannya mengajak semua dari mereka untuk melihat sekeliling, "Apa yang bisa kuharapkan dari sebuah panggung yang bahkan tidak memberikan benefit yang bagus untuk kelangsungan rumah sakit ini. sama seperti kalian, bagiku rumah sakit ini adalah rumah keduaku,"
" , saya akan membelinya," Mata Jaejoong berkilat antusias " Saya akan membeli Panggung gisangel,"
Mr. Adofo tersenyum lembut sekali, "Saya berharap saya bisa Nyonya, tapi perusahaan besar yang membeli panggung gisangel akan segera menandatangani kepindahan kepemilikan, saya minta maaf Nyonya,"
Jaejoong dan semua rekannya termangu, sedih sekali dengan pernyataan bahwa sudah tak ada lagi penggung gisangel untuk mereka. Changmin duduk di samping Jaejoong mencoba menenangkan sang umma.
"Umma," Panggilnya pelan, Jaejoong berusaha menahan air mata dan menatap Changmin lembut
"Minnie-ya maafkan umma ya,"
Changmin menggeleng "Umma, jangan khawatir kita akan mendapatkan panggung itu kembali,"
Jaejoong tersenyum penuh haru dengan tekad Changmin "Ne, umma tau,"
Changmin ikut tersenyum, Jaejoong sendiri hampir tak yakin dengan ucapannya, tapi Changmin punya rencana khusus untuk itu.
OoooO
TBC
Ini... saya tidak tahu apakah teman-teman akan menyukainya atau tidak, hanya sekadar ingin menunjukkan bahwa saya menghargai sekali teman-teman yang menginginkan Jung's Wife untuk lanjut, cerita ini hanya saya bikin two shoot, saya posting sekarang, dan chap selanjutnya akan saya posting pada tgl 9 febuari, tepat di hari ulang tahun saya...
Terima Kasih