Prince—ss Gryffindor

Pairing: Draco Malfoy x Harry Potter (DMHP)

Warning: OOC too much, slash, typo(s), plotbunny (maybe), mild-language, flat, rushed plot, gaje, etc...

Headnote: Helloooo! I'm return after disappearing (because of WB) for long enough *avadakedavra*. Sebenernya saya lagi kena krisis kepercayaan diri, makanya agak lama ga apdet hehe #dor. Well, maaf semaaf maafnya nih kalau chapter ini ga 'Exceed Expectation' malah 'Poor' bahkan 'Troll'. So, if you dislike, you'd better back, okay? ;)

xoxoxo

Harry Potter is the property of J.K. Rowling

I only own the storyline

Happee Reading and Feedback please? :)

xoxoxo

Chapter 2: Nearly Naked

Harry benci Sirius. Kalau saja walinya itu tidak melakukan hal konyol—transformasi jadi Grim—di hadapan teman-temannya (yang kebetulan sekali bangsa Muggle), mungkin Harry masih berteman dengan orang-orang waras dan yang paling penting tetap bersekolah di Stonewall—bukan Hogwarts (menurut Harry, hampir semua penghuni Hogwarts itu sinting).

"Kapan kau berhenti melempar buku-buku Neville, mate?" Suara baritone milik Ron yang terdengar jengkel, membuat Harry menghentikan aktifitasnya—mengacak-acak buku-buku Neville yang tergeletak di lantai Ruang Rekreasi Gryffindor. Sepasang mata hijau itu menatap dengan tatapan tajam si rambut merah yang tengah mengunyah Kacang Banyak Rasa di sofa Ruang Rekreasi.

"Sampai aku kembali waras!"

"Hell yeah, kau memang gila, Harry!"

"Absobloodylootely—sekolah ini buat aku sinting! Salah satu muridnya yang sialan—Dra—Malfoy—menganggap aku gadis! Aku laki-laki tulen, Ron!" Harry geram, mengacak-acak rambut hitamnya yang memang sudah berantakan. Sementara Ron menyeringai senang—meledek wajah Harry yang sangat frustasi.

"In case, aku juga berpikiran sama dengan Malfoy. Hahah—awwhh!" Ron berhenti tertawa, lalu meringis kesakitan ketika terdengar suara 'buk' karena buku Herbologi-nya Neville mencium kepalanya yang berbalut jutaan helai rambut merahnya.

"Hell, Ronald."

"Sori." Ucap Ron enggan, sambil mengelus kepalanya yang mungkin benjol akibat kemurkaan Harry. Oke, sejak ini, Ron tahu sifat teman barunya yang manis ini bisa lebih ganas dari makhluk semacam troll kalau sedang marah.

"Asal kau tahu ya, si Malfoy itu Monster Gay!" Celetuk Harry kesal yang sebenarnya dia asal—tidak tahu kalau Malfoy itu gay atau tidak.

Sama seperti halnya mendengar satu tambah satu sama dengan dua dan bukan suatu yang aneh, Ron Weasley tidak kaget mendengarnya yang malah membuat Harry bingung—kenapa Ron bersikap seolah-olah gay adalah normal?

"HELLo, Harry, jangan pasang wajah tolol gitu dong, hahaha,"

"Huh?"

"Begini, ya, Harry ..., semua orang di sini tahu kalau Draco Malfoy seorang err ... yah, kau bisa mengerti maksudku dan kebetulan sekali semua orang di sini tidak ada yang mempermasalahkannya. Ah, kautahu 'kan sekolah kita khusus anak laki-laki? Jadi, wajar sekali kalau kebanyakan murid Hogwarts—bukan hanya Malfoy—err ... slash."

Harry mendadak diam.

...

...

...

Rasanya saat ini juga Harry ingin mem-bombarda-maxima-kan sekolah ini setelah mendengar penjelasan Ron. Untungnya—mungkin sialnya—Harry belum mahir merapalkan mantra tersebut. Yah, setelah mendengar penjelasan dari sahabat barunya itu, rasanya Harry sudah benar-benar merasa sinting masuk Hogwarts. Well, Harry sangat yakin kalau dia heterosexsual—normal. Laki-laki tulen—menyukai perempuan. Masih menyukai dada ukuran D ke atas-oh, maaf salah fokus. Jadi, kalau begini, Harry akan (terpaksa) bergaul dengan para—gay? This is better be a bloody fucking joke, teriak Harry dalam hati.

"Harry?" Suara Ron menyadarkan lamunan Harry.

"J-jadi k-kau juga—gay?" Tanya Harry ngeri. Ron menyeringai melihat ekspresi roomate-nya itu yang terlalu lugu atau tolol mungkin ketika bertanya.

"Kalau iya, kenapa? Kau mau jadi pacarku?" Goda Ron yang sukses membuat semburat merah di pipi lelaki bermata zamrud itu. Harry reflek melemparkan bantal sofa yang berhasil mendarat di hidung panjang Ron.

"Aku straight, twit!"

"O, ya? Nanti juga tertular!" Lagi-lagi Ron menggodanya yang kali ini sukses membuat Harry mengacungkan tongkatnya."Eh, turunkan tongkatmu, honey. Oke, oke, maafkan aku. Aku straight, kok. Sayangnya, tidak banyak—atau mungkin tidak satupun—cewek yang mau denganku. Jadi, tidak usah takut padaku. Kau aman. " Lanjutnya, kembali memasukan Kacang Segala Rasa-nya ke dalam mulutnya.

Harry lega.

"Eh, err ... sorry ya, Ron."

"Oke." Balas Ron cuek, kemudian melempar satu bungkus Kacang Segala Rasa favoritnya. "Makan, tuh. Siapa tahu kau bakal kembali normal."

Pemuda berkacamata itu menangkap kacang yang diberikan Ron. Dia menatap ngeri bungkusan kacang itu. Pasti aneh, pikirnya. Meskipun agak parno, Harry membenarkan Ron—mungkin dengan memakan permen ini dia kembali waras, setidaknya menenangkan pikirannya.

"Ini tidak beracun, 'kan?"

"Kalaupun beracun aku sudah mati daritadi, Harry."

"Serius? Ini rasa apa?"

"Dunno. Makan aja, deh!" Ron tidak begitu menghiraukan ekspresi Harry yang kentara sekali ketakutan, malah bersandaran dengan santainya di recliner Ruang Rekreasi. "Ah, iya, bereskan tuh buku-buku Neville!"

Harry tidak mau berpikiran negatif. Yah, namanya juga kacang, pasti rasanya—selain rasa kacang tentunya—macam-macam buah atau caramel dengan surprise di tengahnya. Kemudian Harry membuka bungkusan itu dan tanpa pikir apapun lagi snack favorit Ron itu sudah masuk ke dalam mulutnya.

"Bagaimana? Enak, 'kan?" Tanya Ron antusias, tersenyum lebar.

Harry tidak menjawab. Namun, wajahnya terlihat menghijau dan kedua matanya membulat sempurna.

"Ugh, asin!" Keluh Harry, mencoba bertahan dengan rasa kacangnya yang unik. Ia merapikan buku-buku Neville yang tadi dilemparnya secara liar dan meletakkannya kembali ke tempat asalnya.

"Chewy?" Tanya Ron semakin antusias. Harry hanya mengangguk. "Kautahu, Harry? Sepertinya kacang itu rasa upil."

BRAK!

Buku-buku yang ada dalam dekapannya melepaskan diri dari tangan Harry yang tampak bergetar. Wajah Harry bukan hanya menghijau, tetapi juga memerah.

"Up—oeeeeekkk!"

Harry tidak sanggup lagi berbicara, malah memuntahkan kacang aneh itu yang sialnya sudah ia diamkan di mulutnya beberapa menit. Sementara si rambut merah malah tertawa hingga terjatuh dari recliner, bahkan kedua matanya nyaris menjatuhkan air mata. Demi bulu dada Merlin, ini tidak lucu—dan Harry benci Ron!

.

.

.

Harry berjalan keluar kastil Gryffindor, entah ke mana tujuannya—yang pasti menghindari Ron—sembari berkali-kali menyemprotkan fresh breath spray ke mulutnya. Yah, setidaknya barang ciptaan Muggle yang dibawanya itu membuatnya sedikit melupakan rasa menjijikan yang pernah tinggal di mulutnya (Tapi, ugh, sialnya, Harry masih mengingat persis rasa asin itu!).

DUAK!

Harry tia-tiba menabrak seseorang berperawakan jangkung, ramping, berambut cokelat, dan bermata biru merkuri itu—oh, Diggory. Pembuluh darah di wajahnya membengkak ketika mendongak melihat pangeran tampan asal Hufflepuff itu tersenyum sangaaaaaaat ramah yang terkesan sangat cool, tapi Harry malah sebaliknya—melongo tolol.

"Hello, Potter." Sapa Diggory ramah. Tapi, Harry malah diam.

"Potter, alright?" Suara Cedric terdengar khawatir. Pemuda bermata biru kelabu itu menunduk, menatap Harry lekat, kemudian menyibakan poni liar Harry yang nyaris menusuk mata kodoknya.

"Oh ... y-yeah ..."

Diggory tersenyum lega.

"Mau ke mana?"

"Err ... dunno. Perpustakaan, paling."

"Oh." Respon Diggory, merangkul Harry, "Eh, tunggu. Kau masih bingung mau kemana, 'kan? Jangan ke perpus, di sini aja." Diggory mengajak Harry duduk di bangku yang tersedia di koridor.

"Harry ..." Suara Diggory terdengar lembut ketika mengucapkan namanya, membuat Harry mendongak—menatap iris biru itu.

"Huh?"

"Sepertinya ada sesuatu yang menggagumu hari ini. Kenapa?"

"M-meng-ganggu? Ti-tidak ada," Jawab Harry bohong. "mungkin karena Kacang Segala Rasa Sialan, hehe,"

"Kacang sialan? Memangnya dapat rasa apa?"

"Up—sesuatu yang menjijikan. Ugh!"

"Up-upil?"

Harry mengangguk.

"Hei, aku juga pernah dapat rasa itu. Tapi, yang lebih parahnya, aku pernah dapat rasa muntah! Hahaha!" Suara tawa Diggory terdengar renyah, hingga setiap murid yang melewati koridor menatapnya heran. Ya, Harry juga heran. Banyak yang bilang, Diggory adalah cowok jangkung yang cakep, gagah, dan pendiam. Tapi, mengapa saat bersama Harry rasanya karakter pendiamnya itu hilang?

"Ced—"

"POTTER!" Entah siapa itu yang tiba-tiba berteriak, yang pasti membuat wajah Harry tampak semakin badmood. Harry benci teriakan seperti ini—apalagi sampai memotong obrolannya. Harry dan Diggory memandang ke arah yang berteriak itu.

"Ada ap—"

Bibir mungil itu langsung terkatup ketika sepasang iris merkuri tiba-tiba mengebor mata zamrudnya sangat dekat—persis seperti kemarin. Cedric Diggory yang di sebelah Harry tampak terkejut ketika si blonde guy itu menggeser posisinya—dan menatap Harry sangat dekat. Jantung Harry memompa darah lebih cepat lagi, seperti kemarin. Bahkan dekat dengan Cedric saja (yang jelas jauh lebih tampan dari pemilik rambut pirang platina ini dan tentu saja Harry menyukainya) jantungnya sehat—tidak berdegup kencang.

"Kau cantik, Potter." Goda Malfoy menyeringai lebar, menjauhkan wajahnya dari Harry, "Tapi, sayang, sekolah ini khusus cowok. Hahaha!"

Suara tawa Malfoy bersama kedua temannya yang mengapit Malfoy—Goyle dan Crabbe—menggema ke setiap sudut koridor cukup memekikan telinga Harry. Harry mencuri pandang sedikit ke Diggory, tampak lelaki tampan itu menutup mulutnya—menahan tawa. Ugh, kalau saja Harry bukan freshman, dia sudah merapalkan furniculus ke si brengsek Malfoy ini. Enak saja aku dibilang gadis, bloody twat!

"Diam, Malfoy." Kata Harry (mencoba) sekalem mungkin, malas membuang tenaga hanya untuk menonjok satu-satu wajah menyebalkan mereka—lagipula juga malu dengan Diggory. Tetapi, suara tawa Crabbe dan Goyle makin membahana—seperti suara babon kelaparan. Sementara Malfoy menyeringai tajam, mendekatkan wajahnya kewajah Harry (lagi).

"Aku masih ragu kalau kau cowok, Potty."

"Silly wanker!" Teriak Harry kesal, mendorong dada bidang Malfoy yang begitu dekat dengannya. "Ced, ayo pergi dari sini, ada orang sinting!" Harry menggamit lengan kekar Diggory, kemudian beranjak pergi dari koridor. Tapi—sialan!

"Kalau kau memang bukan cewek biar kami buktikan!" Malfoy berteriak, sukses membuat Harry dan Diggory berhenti berjalan. Mereka berdua berbalik—menatap Malfoy.

"Bloody git!"

"Follow me, nerd!"

Dasi merah-kuning khas Gryffindor yang bertengger di kerah kemeja putih Harry ditarik paksa oleh si pirang.

"Hei, Malfoy!" Diggory menyentak, mencoba melepaskan Harry dari cengkraman Malfoy. Tetapi, lelaki berirs abu itu malah menepis tangan kekar Diggory yang nyaris menjangkau Harry.

"Ya, Diggory?" Nada bicara Malfoy terdengar meremehkan, membuat Harry ingin menjambak rambut platinanya—sayangnya, posisinya lebih lemah dari Malfoy.

"Jangan begitu pada Harry." Katanya dengan santai yang malah membuat Malfoy dan kedua 'dayang'nya kembali tertawa.

"Dih," Malfoy mendengus, mempererat cengkramannya yang membuat kemeja bagian atas Harry kusut, menatap Diggory sinis, "Jangan ikut campur urusan orang, Prefek!"

"Kau yang mengganggu kesenangan orang, Mal-foy!" Celetuk Harry kesal, meronta-ronta minta dilepaskan dari cengkraman si pirang.

"Diam, Potty—atau aku cium?"

Malfoy menggiring Harry entah kemana, menerobos Diggory yang bengong tolol, yang disusul Goyle dan Crabbe.

.

.

.

"Get off!" Harry merengek, berusaha keras melepaskan cengkraman Malfoy—sialnya, tenaga Si Pirang jauh lebih kuat—hingga akhirnya, ketika sampai di tempat tujuannya, Malfoy mengabulkan permohonan Harry—melepaskannya.

"Eh, di mana ini?" Tanya Harry bingung, yang dijawab oleh tawa Malfoy dan kedua antek-anteknya.

Harry benar-benar bingung berada di tempat aneh ini. Bukan aneh, hanya asing—karena Harry belum menjamah seluruh sekolah semenjak pindah. Ruangan yang cukup gelap dan hanya cahaya matahari yang menerobos masuk lewat ventelasi-ventelasi kecil sebagai lampunya. Dan ... agak bau.

"Kau ini bodoh atau—"

"Jangan banyak bicara, Draco. Buruan!" Bisik Goyle tepat di telinga Malfoy yang juga didengar oleh Harry. Harry menatap mereka bertiga curiga. Dia melangkah mundur, siap untuk melarikan diri. Tapi—

"Hei, mau ke mana, Potty?" Terdengar suara Crabbe di belakang Harry.

Mampus!

Harry benar-benar cemas sekarang. Dia memaksa otaknya bekerja lebih keras bagaimana meloloskan diri dari ketiga makhluk barbar ini. Malfoy berada di depannya, Goyle menjaganya di samping dan Crabbe ada di belakangnya. Sementara, Malfoy dan kedua teman besarnya menyeringai menang melihat wajah Harry pucat dan cemas.

"Kau tidak bisa ke mana-ma—POTTER!"

Malfoy cs dibuat bingung olehnya. Harry tiba-tiba lari begitu cepat bak kijang meloloskan diri dari singa. Dari kejauhan Harry bisa mendengar Malfoy menjerit kesal.

"POTTER!"

Harry terus berlari dari kejaran Malfoy, bahkan sampai menabrak orang yang berada di depannya. Dia berlari ke arah utara. Tapi, tiba-tiba air wajah Harry tegang dan lebih pucat dari sebelumnya. Dia berhenti berlari ketika melihat lima orang anak Slytherin berbadan besar memblokir jalannya.

"Hello, Potter," Sapa Marcus Flint (yang berada tepat di tengah), menyeringai. Wajahnya terlihat lebih menyeramkan dari troll bagi Harry.

"Ada di sana rupanya!" Harry mendengar suara Malfoy dari kejauhan. Sebelum Malfoy berlari ke arahnya, Harry sudah terlebih dahulu berlari melawan arah. Kini Harry dikejar selusin anak-anak Slytherin.

"Percuma kaulari, Potter!" Teriak Malfoy dari kejauhan. Harry terus berlari, tanpa mempedulikan selusin anak-anak Slytherin yang mengejar di belakangnya—mungkin juga ada yang mengejarnya dari samping.

Hingga akhirnya Harry berhenti berlari karena menubruk Roger Davies dan teman-teman Ravenclaw-nya.

"Aduh, maaf." Sesal Harry yang ditatap tajam oleh Davies dan gengnya. Harry tak punya waktu banyak untuk mengungkapkan rasa bersalahnya karena segerombolan Slytherin semakin dekat dengannya. Dia mencari celah untuk berlari, tapi jalannya diblokir oleh Davies cs.

"Permisi, Davies, aku buru-buru." Mohon Harry dengan wajah memelas dan cemas. Davies malah tersenyum sarkastis.

"Tidak usah buru-buru begitu, Potter." Kata Davies kalem dengan nadanya terdengar menyindir.

Harry tidak pedulikan Davies kalau memang dia marah. Yang sekarang Harry benar-benar butuhkan hanyalah diberikan jalan oleh Davies cs karena mereka membuatnya terperangkap.

"Potter, Malfoy's coming!"

Harry benar-benar cemas mendengar suara Malfoy semakin mendekat. Dia berusaha menerobos Davies dan teman-teman Ravenclaw-nya, tapi Harry merasa seperti domba yang lolos dari kandang macan kemudian terperangkap lagi oleh kumpulan serigala. Davies cs bersekutu dengan sekumpulan anak Slytherin yang ingin menjarah Harry.

"Davies, please!" Harry merengek, mencoba menerobos sekumpulan anak-anak Ravenclaw. Tetapi, mereka tidak membiarkan laki-laki manis berambut hitam liar ini lari begitu saja.

"Tidak, Potter, setelah apa yang kau perbuat ..." Kata Davies, mengekspresikan sakit hatinya karena merasa 'dikhianati' oleh Potter—tidak memilih Ravenclaw sebagai asramanya.

"Err ... bukan waktunya untuk menje—aaarrrgghh!"

"Kena kau, Potty!"

Keringatnya mengucur lebih deras ketika Malfoy mencengkram jubah belakangnya. Harry sudah seperti anak kucing yang dipegang punuknya untuk dibuang. Harry berbalik, terlihat Malfoy nyengir senang yang malah membuat wajah tampannya seram. Persetan.

"Malfoy, lepas!"

"Tidak, sebelum aku membuktikan kalau kau memang benar laki-laki!"

"Duh! Aku laki-laki tulen, plonker!"

"Oke, kalau memang laki-laki, tunjukan pada kami!"

Harry mengernyit bingung, "Maksudmu?"

"Lepas semua kain yang menutupi tubuhmu—telanjang! Ayo!"

Sorakan tanda setuju membuat gaduh Aula Besar. Semua orang yang ada di sana—yang sedang menyaksikan Harry dan Malfoy—sangat antusias akan keputusan Malfoy. Sementara Harry sudah panas dan merah—karena capek juga marah, seperti kepiting yang terlalu lama direbus.

"Buka! Buka! Buka! Buka!" Sorak semua orang yang menyaksikan dan Malfoy tersenyum bangga akan itu—orang-orang mendukungnya, sementara Harry merah malu.

"Ayo, Potty, tunjukan!" Kata Malfoy, masih mencengkram erat jubah belakang Harry, "Mau sendiri atau aku yang membantumu?"

Harry menatap tajam Malfoy dan sekeliling orang yang tengah menontonnya. Dia menyingkirkan jari-jari Malfoy yang mencengkram jubahnya. Secara perlahan, Harry membuka jubahnya yang membuat semua orang bersorak senang. Cara Harry membuka jubah (sebelum rompi dan kemejanya) membuat orang-orang yang berada di sana dipastikan menelan saliva mereka sendiri. Mereka semua (terutama Malfoy) tidak sabar melihat tubuh asli Harry. Tetapi, ketika Harry melepas rompinya, dengan cepat dia berhasil menerobos orang-orang, meloloskan diri dari Malfoy.

"Sialan kau Potter!" Teriak Malfoy murka, "Kalian, eh, kejar!"

Acara kejar-kejaran itu kembali lagi. Harry berlari jauh lebih cepat dari sebelumnya, meski resikonya dia akan kehabisan nafas lebih cepat. Harry berharap ada Ron atau siapa sajalah yang waras yang bisa membantunya meloloskan diri dari Malfoy Si Monster Gay. Tapi—

DUAK!

Harry menabrak patung nenek sihir bongkok bermata satu.

"You are so bloody dead, Potter!"

Kedua kaki Harry terlalu sakit hanya untuk sekedar berdiri. Dan, oh, well selamat untuk Malfoy menjadi orang pertama yang membuat Harry ingin meng-Avada-Kedavra orang!

Malfoy mendekatinya sambil menyeringai jahat, sementara Harry ... pasrah. Kemudian Malfoy berjongkok, menatap Harry sangat dekat yang berhasil mewarnai pipinya dengan warna merah muda. Dan ... entah ada setan apa yang merasuki laki-laki berambut pirang platina itu, Malfoy menautkan bibirnya dengan bibir Harry yang berhasil membuat gempar seluruh murid yang menyaksikannya.

"Welcome to Hogwarts, Harry!"

Oh, ingatkan Harry untuk menebas kepala si sialan Malfoy!

to be (dis)continued ...


Absobloodylootly: slang-nya british artinya kira-kira sama kayak 'yes'

Twat: ini juga slang british artinya mirip jerk di amerika (tapi ini jauh lebih kasar, jangan dicontoh ya)

plonker: idiot

BIG THANKS for choi leo goo, shikakukouki777, gredandforge, Blukang Blarak, nimbus2001, aliff or alive, St. Mungo's patient, park sehyun, Aulexo, yves, AR Keynes and silent reader(s) thank youuuuuuuu *bow* oh ya sama yang udah favorite/follow juga, thanks ya! :)

footnote: Saya ga mahir bikin deskripsi yang bagus jadi hasilnya GAJE MUEHEHEHEHE *dor oke saya pasrah, ini memang gaje segaje gajenya, maaf nyampah ya. Chap-2 ini masih belum nyampe ke judulnya duh -_- lagi-lagi ooc-nya kebangetan. hahahah. sori kebawa nafsu (?). sori juga malfoy-nya pervy, tapi sebenernya nggak loh, dia cuma sebel aja sama harry hehehe /tendang

Makasih banyak udah sempet baca apalagi kasih feedback heheh makasih yaaa *bighug*

Err ... review?

Ton of gratefully and apologize,

codetreasure